Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 7
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memungkinkan penulis untuk
menyusun makalah “Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran” dengan tepat pada
waktunya.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunan maupun materi yang disajikan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini di masa mendatang. Sebagai penutup, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi semua
pembaca. Terima kasih atas perhatian, kerjasama, dan kontribusi dari semua pihak
yang turut serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga ilmu yang terkandung di
dalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua.
1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian dan Peran Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran ...................... 5
2.2 Model-Model dan Pembagian Evaluasi ........................................................ 8
2.3 Fungsi dan Manfaat Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran ...................... 14
BAB III ................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
3.2 Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kebijakan pendidikan maupun dalam pengambilan keputusan mengenai
kurikulum.
Hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh pemilik kebijakan
pendidikan dan pengembang kurikulum dalam pemilihan dan penetapan
kebijakan pengembangan sistem pendidikan serta dalam pengembangan
model kurikulum yang dapat diterapkan. Hasil evaluasi kurikulum juga
dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah dan pelaksana pendidikan
lainnya untuk memahami dan membantu perkembangan peserta didik,
memilih bahan ajar, metode dan alat pengajaran, metode evaluasi dan
peluang pendidikan lainnya. Beberapa hasil evaluasi diambil untuk
dipertimbangkan ketika mengambil keputusan. Dalam penyelenggaraan
pendidikan dan kurikulum, pengambil keputusan adalah guru, siswa, orang
tua, kepala sekolah, pengawas, pengembang kurikulum, dan lain-lain.
Namun pada dasarnya setiap pengambil keputusan mempunyai peran yang
berbeda-beda dalam proses evaluasi, tergantung pada posisinya.
1.3TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
4. Hamid Hasan, mengartikan evaluasi sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk
digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari
kurikulum dalam suatu konteks tertentu. (Hasan, 2008)
5. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode
penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi
dan efektifitas suatu program.
6
Dalam pengertian yang lebih luas, seperti yang disebutkan
dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa kurikulkum adalah:
“Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu” (Baharun, 2017)
Menurut Hilda Taba, kurikulum adalah rencana pembelajaran yang
berkaitan dengan proses dan pengembangan individu anak didik.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan
pegangan dalam proses pembelajaran. (Zaini, 2009)
7
Peran evaluasi kurikulum dalam pendidikan berkenaan dengan tiga hal,
yaitu sebagai berikut:
a. Konsep sebagai moral judgement
b. Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu
nilai berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tndakan
selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu:
1) Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala
tersebut suatu objek evaluasi daoat dinilai
2) Evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis yang berdasarkan
criteria-kriteria tersebutsuatu hasil dapat dinilai.
8
aspek tertentu yang menjadi prioritas dalam proses implementasi
kurikulum.
Model atau pendekatan antropologis terhadap evaluasi telah
terbukti membantu mengevaluasi perilaku dalam suatu institusi sosial.
Dengan demikian, sebenarnya terdapat kaitan yang sangat erat antara
evaluasi dan kurikulum, karena teori kurikulum juga merupakan teori
evaluasi kurikulum.
Ada beberapa model evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1) Model Diskrepansi Provus
Kata discrepancy berarti kesenjangan, discrepancy evaluation model
dikembangkan oleh Malcolm Provus (1971) merupakan model yang
menonjolkan gap implementasi program, sehingga evaluasi yang
dilakukan oleh evaluator terhadap program dapat mengukur besarnya
gap yang ada pada masing-masing komponen. Evaluasi model
discrepancy sebagai proses untuk menyetujui standar program,
menentukan apakah terdapat perbedaan antara beberapa aspek
program dan standarnya, dan menggunakan informasi kesenjangan
untuk mengidentifikasi kelemahan program. Evaluasi kesenjangan
(discrepancy evaluation) berfungsi untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara standard (kriteria) yang sudah ditetapkan dengan
penampilan aktual program yang bersangkutan. (Mustafa, 2021)
Evaluasi kesenjangan adalah suatu metode untuk
mengidentifikasikan; perbedaan atau kesenjangan antara tujuan
khusus yang ditetapkan dengan penampilan actual. evaluasi model
kesenjangan (discrepancy model) adalah untuk mengetahui tingkat
keselarasan antara baku (standar atau kriteria yang ditetapkan) yang
sudah ditetapkan dalam program dengan kinerja (performance / hasil
pelaksanaan program) semestinya dari program tersebut. Karakteristik
evaluasi model discrepancy yaitu proses untuk (1) menyetujui standar
(yang digunakan untuk tujuan), (2) menentukan apakah ada perbedaan
antara kinerja dari beberapa aspek program dan standar yang
ditetapkan untuk kinerja, dan (3) menggunakan informasi tentang
9
perbedaan untuk memutuskan apakah akan memperbaiki,
mempertahankan, atau menghentikan program atau beberapa
aspeknya. Tujuan evaluasi kesenjangan adalah untuk menentukan
apakah akan memperbaiki, mempertahankan, atau menghentikan
sebuah program. (Mustafa, 2021) Jadi dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa evaluasi model discrepancy adalah evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesenjangan dari standar yang
ditetapkan dengan penerapan pelaksanaan program tersebut.
Selanjutnya informasi dari yang didapatkan digunakan untuk
pengambilan keputusan yang meliputi: mempertahankan,
memperbaiki, atau menghentikan program tersebut.
2) ModelContigency-Congruence
Stake (1967) mengajukan model Contingency-Congruence
sebagai penyiapan kerangka kerja (framework) bagi
pengembangan rancangan evaluasi. Perhatian utamanya ialah
tujuan evaluasi dan keputusan berikutnya tentang hakikat data yang
terkumpul. Stake melihat ada diskrepansi antara harapan evaluator
dan harapan guru. Berdasarkan itu, model ini didesain untuk
mengumpulkan semua data yang relevan dan diberikan kepada
yang memerlukan data untuk evaluasi. Data tersebut, antara lain,
tentang deskripsi lengkap seperti data hasil belajar siswa, deskripsi
proses instruksional dan hubungan antara kedua data tersebut.
Selain itu, data pertimbangan harus pula terkumpul, yaitu opini
grup-grup masyarakat, dan pakar mata pelajaran. Dari opini orang-
orang inilah muncul standar evaluasi. (Ansyar, 2017)
10
model ini, lanjut Miller & Seller, dia juga mengeksplorasi
pendekatan yang tidak biasa terhadap evaluasi. Misalnya, dia
menganjurkan agar beberapa evaluasi ditampilkan dengan bantuan
media artistik untuk menunjukkan keunikan kurikulum yang
sedang dievaluasi. (Ansyar, 2017)
3) Model CIPP
Evaluasi model CIPP (Contex, Input, Prosess and Product)
pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam. Kemudian Sutfflebeam
mengembangkan model evaluasi CIPP pada tahun 1966.
Stufflebeam yang dikutip oleh Wirawan, menyatakan model
evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komperhensif untuk
mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan
sistem. Stufflebeam, dalam bukunya Education Evaluation and
Decision Making, yang dikutip Daryanto, menggolongkan sistem
pendidikan atas empat ruang lingkup yaitu context, input, process,
and product atau disebut juga dengan model CIPP. (Kurniawati,
2021)
Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu
dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program pendidikan
dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut
adalah, sebagai berikut:
a. Context: yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi
jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan
dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti:
kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan,
sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu
tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja
yang bersangkutan, dan sebagainya.
b. Input: Bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti: dokumen kurikulum, dan materi
11
pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra
sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
c. Process: Pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut,
meliputi: pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan
evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan
program, dan lain-lain.
d. Product: Keseluruhan hasil yang dicapai oleh program
pendidikan, mencakup: jangka pendek dan jangka lebih panjang.
12
5) Model Riset Tindakan Kelas
Model evaluasi tindakan kelas (action research model)
menggabungkan pendekatan saintifik dan humanistik. Model ini,
menurut Greene (1995), terkait dengan modifikasi terus-menerus
pengalaman pendidikan sehingga tiap even pengalaman selalu
segar. Karena itu, model ini mengutamakan partisipasi dalam
kurikulum, karena menurut Parker Palmer (1998), satu-satunya
cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran adalah keberadaan
peneliti dalam lingkungan pendidikan. Ini berarti, guru merupakan
pemain kunci dalam model evaluasi ini sehingga dia, bukan saja
mengevaluasi kurikulum, tetapi juga implementasi, dalam proses
pembelajaran di kelas. (Ansyar, 2017)
6) Model Studi Kasus Stake
Model evaluasi tindakan kelas memiliki persamaan dengan model
studi kasus yang hasilnya bukan untuk digeneralisasi. Stakes Case
Study Model yang diajukan Stake (1976) fokus pada situasi
penelitian spesifik dengan ciri-ciri:
a. deskripsi beberapa variabel yang tidak selalu bisa diisolasi:
b. data berasal dari hasil observasi personal:
c. komparasi yang mungkin implisit daripada eksplisit,
d. pentingnya pemahaman tentang kasus studi itu sendiri
(daripada membentuk hipotesis):
e. generalisasi sebagai hasil pengalaman evaluator itu sendiri
yang berasal dari pengetahuannya tentang hal terkait apa,
mengapa, dan bagaimana semua yang dialami peneliti selama
proses penelitian berlangsung: dan
f. gaya laporan penelitian bernada informal. (Ansyar, 2017)
13
Tetapi, model ini sangat sesuai dengan orang awam, terutama
sekali bagi warga sekolah yang terlibat proses pendidikan pada
semua tingkat sekolah. Stake percaya pentingnya studi kasus dalam
evaluasi kurikulum, karena menurut Stake, studi ini melibatkan
semua variabel yang ada dalam konteks dan even pendidikan yang
biasanya diisolasi pada penelitian kuantitatif. Apalagi, menurut
Stake, hasil studi kasus bisa digeneralisasi asalkan ada persamaan
antara kasus yang diteliti dengan konteks pendidikan yang akan
digeneralisasi. (Ansyar, 2017)
Dapat disimpulkan bahwa model evaluasi studi kasus (dan juga
model tindakan kelas) bisa menghasilkan temuan kurikuler yang
bermanfaat bagi pendidik atau guru dalam melakukan perbaikan
kurikulum dan pembelajaran berdasarkan temuan evaluasi model
tersebut. (Ansyar, 2017)
14
Sedangkan fungsi evaluasi untuk memberikan penghargaan kepada
program yang sudah ada di lapangan hanya sebagai fungsi dampak
bawaan. (Arofah, 2021)
Dari ketiga pendapat ahli tersebut tidak ada yang salah melainkan hanya
berbeda penekanan. Tyler lebih meneknakan pada evaluasi produk,
Cronbach menekankan pada evaluasi proses sedangkan dampaknya hanya
sebagai bawaan, dan Scriven menekankan pada keduanya yaitu evaluasi
proses dan hasil. (Arofah, 2021)
Kemudian pendapat yang lebih baru diungkapkan oleh Oemar Hamaik
dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Pengembangan Kurikulum”
(2006: 238-239). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa fungsi penilaian
kurikulum terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Edukatif, untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan
kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
b. Instruksional, untuk mengetahui pendayagunaan dan keterlaksanaan
kurikulum dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran,
c. Diagnosis, untuk memeroleh informasi atau masukan dalam rangka
perbaikan kurikulum,
d. Administratif, untuk memeroleh informasi masukan dalam rangka
pengelolaan kegiatan pembelajaran.
15
dilaksanakan itu menunjukkan hasil nyata sesuai dengan harapan dan
aspirasi para orangtua dan masyarakat
Selain itu, ada juga pendapat lain mengenai manfaat daripada evaluasi
kurikulum, yaitu sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui sejauh mana keuntungan dan kelemahan dari
tujuan yang telah dicapai.
b. Untuk mengambil keputusan antara menerima, merevisi atau menolak
program yang sudah dibuat.
c. Untuk menyaring data guna mendukung keputusan yang diambil.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi kurikulum dan pembelajaran merupakan upaya sistematis
untuk mengumpulkan informasi tentang kurikulum yang dapat digunakan
untuk mencerminkan nilai dan makna kurikulum dalam konteks tertentu.
Evaluasi kurikukum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau bagian
individual kurikulum, seperti tujuan kurikulum, isi, atau metode
pengajaran. Secara sederhana dapat disamakan dengan penelitian, karena
penelitian yang sistematis digunakan dalam evaluasi kurikulum, penerapan
metode ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan
penelitian adalah tujuannya. Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi untuk mengambil keputusan
apakah kurikulum perlu direvisi atau diganti. Pada saat yang sama,
penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari pada evaluasi yaitu
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi untuk menguji
teori atau membuat teori baru.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
kekurangannya dari itu kami menyarankan kepada para pembaca agar
mengkritiknya. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Vina Putri., Aly, Hery Noer. (2023). Evaluasi Kurikulum. Journal on
Education, 5(3) 5692-5699.
18