Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KAJIAN DAN ANALISIS KURIKULUM

“Evaluasi Kurikulum ”
Dosen Pengampu: Ida Ermiana, S.Pd., M.Pd. , Siti Istiningsih, M.Pd.,
Husniati, M.Pd. , Muhammad Erfan, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh: KELOMPOK 6


Anggota Kelompok:
1) Sri Rejeki ( E1E218154 )
2) Tia Safira ( E1E218165 )
3) Trisna Sumantri ( E1E218167 )
4) Uli Aprialis ( E1E218169 )
5) Vania Madeline Sayuna ( E1E218171 )

KELAS 4E REGULER SORE


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah
Kajian dan Analisis Kurikulum. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada
Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban
kami selama mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Evaluasi Kurikulum ”. Pembahasan
yang memaparkan tentang memahami evaluasi kurikulum itu sendiri.
Sehingga makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk
keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaatkan bagi pembaca sebagai
bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, selain itu, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT. kepada teman-teman dan
semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan makalah
ini.

Mataram, Maret 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Evaluasi kurikulum...............................................4
B. Prinsip – Prinsip dan Prosedur Evaluasi kurikulum.......................8
C. Model Evaluasi kurikulum..............................................................14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................20
B. Saran...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum adalah
suatu keharusan yang esensial dalam rangka pengembangan program
kegiatan pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada
khususnya. Hal ini terkait dengan pengembangan sumber daya manusia
sebagai unsur utama pelaksanaan dan keberhasilan program pendidikan
yang pada gilirannya membutuhkan pengelola dan pelaksana yang mampu
menjalankan kegiatan pendidikan yang lebih berdaya.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan
sebagai pertimbangan mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum
dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup
keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti
tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi
kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur
ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian
terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan data untuk bahan  penetuan keputusan
mengenai kurikulum apakah akan ada revisi atau diganti. Sedangkan
penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk mengui teori
atau membuat teori baru.
Evaluasi dan Kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki
hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat
organis, dan prosesnya secara evolusioner. Evaluasi merupakan kegiatan
yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil
pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Dimana semua tidak terlepas dari adanya berbagai criteria, mulai dari yang
bersifat formal.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan
keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat
digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum
yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh
guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam
memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran,
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas
pendidikan lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan keputusan. Pihak pengambil keputusan dalam pelaksanann
pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah,
para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain. Namun demikian
pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi
memegang peran yang berbeda, sesuai dengan posisinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan peran dari evaluasi kurikulum ?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip evaluasi kurikulum dan prosedur
evaluasi kurikulum ?
3. Apa sajakah model-model dari evaluasi kurikulum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, fungsi dan dimensi dari
evaluasi kurikulum
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi kurikulum dan
prosedurnya
3. Untuk mengetahui model-model evaluasi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum


1. Pengertian Evalusi Kurikulum
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan
nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan
akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang akan ditetapkan. Tyler seperti yang dikutip Sukmadinata
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah
tujuan pendidikan sudah tercapai atau terrealisasikan.
Sedangkan pengertian kurikulum, adalah sebagai rencana yang
dibuat untuk membimbing anak belajar di sekolah, disajikan dalam
bentuk dokumen yang sudah ditentukan, disusun berdasarkan tingkat-
tingkat generalisasi, dapat diaktualisasikan dalam kelas, dapat diamati
oleh pihak yang berkepentingan dan dapat membawa perubahan
tingkah laku. Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang
memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan
kurikulum bersifat organis, dan prosesnya secara evolusioner. Evaluasi
merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam
mencapai tujuan yang ditentukan.
Tyler dalam buku Hamalik, berpendapat bahwa evaluasi kurikulu
pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengecek keberlakuan
kurikulum yang harus diberlakukan ke dalam empat tahap yaitu
sebagai berikut:
1) Evaluasi tehadap tujuan pembelajaran
2) Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum atau proses
pembelajaran yang meliputi metode, media dan evaluasi
pembelajaran.
3) Evaluasi terhadap evektifitas, baik evektifitas waktu, tenaga
dan biaya.
4)  Evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.
Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum
adalah suatu keharusan yang esensial dalam rangka pengembangan
program kegiatan pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas
siswa pada khususnya. Hal ini terkait dengan pengembangan sumber
daya manusia sebagai unsur utama pelaksanaan dan keberhasilan
program pendidikan yang pada gilirannya membutuhkan pengelola dan
pelaksana yang mampu menjalankan kegiatan pendidikan yang lebih
berdaya.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan
sebagai pertimbangan mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum
dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup
keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum
seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam
kurikulum tersebut.
Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena
evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik,
menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara
evaluasi dan penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan 
penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada revisi atau
diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari
evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data
untuk mengui teori atau membuat teori baru.
Evaluasi dan Kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki
hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum
bersifat organis, dan prosesnya secara evolusioner. Evaluasi
merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam
mencapai tujuan yang ditentukan. Dimana semua tidak terlepas dari
adanya berbagai criteria, mulai dari yang bersifat formal.
2. Peran Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan
keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat
digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum
yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh
guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam
memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran,
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas
pendidikan lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan keputusan. Pihak pengambil keputusan dalam pelaksanann
pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah,
para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain. Namun demikian
pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi
memegang peran yang berbeda, sesuai dengan posisinya.
Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi
bagi pengambilan keputusan adalah hasil evaluasi yang diterima oleh
berbagai pihak pengambil keputusan adalah sama. Masalah yang timbul
adalah apakah hasil evaluasi tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jawabannya belum tentu, karena suatu informasi mungkin lebih
bermanfaat bagi pihak tertentu tetapi kurang bermanfaat bagi pihak yang
lain.
Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsesus.
Konsesus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada
tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral,
analisis statistik dari prestasi tes post tes. Secara umum, langkah-langkah
pokok evaluasi pendidikan meliputi tiga kegiatan utama yaitu persiapa,
pelaksanaan dan pengolahan hasil.
Peran evaluasi kurikulum dalam pendidikan berkenaan dengan tiga hal,
yaitu sebagai berikut.
a) Konsep sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari
suatu nilai berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tndakan
selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu:
1) Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan
skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai.
2) Evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis yang
berdasarkan kriteria-kriteria tersebutsuatu hasil dapat
dinilai.
b) Evaluasi dan penentuan keputusan
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan keputusan. Pihak pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang
tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembangan kurikulum dan
sebagainya.
c) Evaluasi dan konsesus nilai
Kesatuan penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus.
Kosensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang
dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar
behavioral, analisis statistik dari prestasi tes dan post tes.
Ada dua dua kriteria dalam penilaian kurikulum:
1) Kriteria berdasarkan tujuan yang telah ditentukan atau sering
disebut kriteria patokan.
2) Kriteria berdasarkan norma-norma atau standar yang ingin
dicapai senagaimana adanya.

B. Prinsip-prinsip dan Prosedur Evaluasi Kurikulum


1. Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum
Adapun prinsip-prinsip dalam evaluasi kurikulum adalah sebagai
berikut:
a) Tujuan tertentu, maksudnya yaitu setiap program evaluasi
kurikulum itu terarah dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula
yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses
pelksanaan evaluasi kurikulum.
b) Bersifat objektif, maksudnya harus sesuai dengan
kenyataan yang ada. bersumber dari data yang ada nyata
dan akurat yang diperoleh dari instrument yang benar.
c) Bersifat komperhensif, yaitu mencakup semua dimensi atau
aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian
dan pertimbangan secara seksama sebelum diadakan
pengambilan keputusan.
d) Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan,
plaksanaan dan keberhasilan program evaluasi itu adaah
tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terkait dan
saling terlibat dalam proses pendidikan seperti, guru, kepala
sekolah, penilik, orang tua, dan juga siswa itu sendiri.
disamping tanggung jawab utama lembaga penelitian dan
pengembangan.
e) Efisien, maksudnya efisien dalam penggunaan waktu,
biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi penunjang.
sehingga hasil evaluasi harus diupayakan lebih tinggi atau
seimbang dengan materil yang digunakan.
f) Berkesinambungan, hal ini berkaitan dengan adanya
perbaikan kurikulum. sehingga peran  guru dan kepala
sekolah sangat penting, karena merekalah yang mengtahui
pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan dari
kurikulum yang diterapkan.
2. Langkah – Langkah Evaluasi Kurikulum
Menilai suatu kurikulum memerlukan perencanaan yang
saksama dan sistematis. Saksama artinya cermat, teliti dalam
menentukan tujuan , lingkup, dan strategi yang akan digunakan
dalam penilaian. Sedangkan sistematis artinya menempuh tahap –
tahap tertentu dan setiap tahap mengandung langkah – langkah
yang jelas dilakukan oleh penilai kurikulum. Ada dua tahap yang
biasanya dilakukan dalam menilai suatu kurikulum yakni tahap
persiapan dan tahap pelaksanaannya.
1) Tahap persiapan
Tahap persiapan pada dasarnya menentukan apa dan
bagaimana penilian harus dilakukan. Artinya perlu rencana
yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan
sarana yang diperlukan. Ada beberapa langkah yang harus
dikerjakan dalam tahap persiapan ini, yakni:
a) Menyusun term of reference (TOR) penilaian,
sebagai rujukan pelaksanaan penilaian. Dalam
TOR ini dijelaskan target dan saran penilaian,
lingkup atau opbjek yang dinilai, alat dan
instrumen yang digunakan, prosedur penilaian,
organisasi yang menangani penilaian serta biaya
pelaksanaan penilaian. TOR ini disusun
sedemikian rupa agar tuga-tugas evaluator lebih
jelas dalam melaksanakan penilaian pada
waktunya. Penyusunan TOR sebaiknya
dipersiapkan oleh satu team dengan mengikut
sertakan beberapa tenaga yang punya keahlian
yang berbeda seperti ahli bidang studi, ahli
kurikulum, ahli evaluasi, sehingga lebih
kongkrit dan dapat di andalkan. TOR yang telah
disusun dibahas dan dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan penentu kebijakan agar hasil-
hasilnya dapat memenuhi harapan dan keinginan
para pengambil keputusan, setidak-tidaknya
relevan dengan masalah yang perlu pemecahan
dan penyempurnaan
b) Klarifikasi, artinya mengadakan penelaahan
perangkat evaluasi seperti tujuan yang ingin
dicapai, isi penilaian, strategi yang digunakan,
sumber data, instrument dan jadwal penilaian.
Dengan kata lain klarifikasi ini adalah
penjabaran lebih lanjut dari term of reference
dalam bentuk kegiatan yang lebih operasional
bagaimana penilaian harus dilakukan dan
perangkat apa yang harus disediakan.
c) Uji coba penilaian (try out), yakni melaksanakan
teknik dan prosedur penilaian diluar sampel
penilaian. Tujuan utama adalah untuk melihat
keterandalan alat-alat penilaian dan melatih
tenaga penilai termasuk logistiknya, agar
kualitas data yang kelak akan diperoleh lebih
meyakinkan. Hasil uji coba di analisis untuk
dijadikan dasar perbaikan dan penyempurnaan
baik dalam hal prosedur maupun instrument
yang digunakan. Ada baiknya dalam uji coba
unsure pimpinan dan pengambil keputusan
dilibatkan, agar dapat meyakinkan mereka
tentang kualitas data yang diperoleh, dan
manfaatnya untuk penyempurnaan kurikulum
sesuai dengan tujuan penilaian yang
direncanakan.
2) Tahap Pelaksanaan
Setelah uji coba dilaksanakan dan perbaikan/
penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen penilaian,
langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian. Beberapa
kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini di antara
lain :
a) Pengumpulan data dilapangan artinya pelaksanaan
penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan
terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah
direncakan. Pengumpulan data dilakukan oleh team penilai
berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.
b) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data
yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksanaan
kurikulum dan kolom sasaran kurikulum (siswa) maupun
data berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilaian.
Persepsi pelaksanaan kurikulum artinya pandangan dan
pendapat para guru kepala sekolah, guru pembimbing yang
diungkap melalui berbagai instrumen seperti wawancara
atau dengan kuisioner bahkan mungkin melalui
pengujian/testing. Sedangkan dari kelompok sasaran
kurikulum yakni siswa, menggunakan data hasil belajar
yang dicapainya, persepsi penilaian adalah data dan hasil
informasi pengamatan pelaksanaan kurikulum yang
dilakukannya.
c) Menyusun skripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari hasil penilaian. Deskripsi
tersebut pada hakikatnya adalah melukiskan kurikulum
yang seharusnya dilaksanakan serta membandingkannya
dengan hasil penilaian sehingga dapat diketahui
kesenjangannya. Dengan adanya deskrpsi hasil penilaian
tersebut maka akan memudahkan analisis dan interprestasi
keberhasilan kurikulum, kelebihan dan kekurangannya serta
kemungkinan-kemungkinan penyempurnaannya. Dengan
kata lain perbedaan persepsi antara kurikulum yang diniati
dengan apa yang dilaksanakan dapat diungkapkan secara
komprehensif, sehingga tindakan-tindakan korektif dalam
rangkap pelaksanaan informasi balikan dapat dioptimalkan.
d) Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum
berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan.
Judgment dapat menggunakan dua macam logika yakni
logika vertical dan logika horizontal. Logika vertical
mengutamakan konsistensi logis dari kutub atas ke kutub
bawah atau sebaliknya. Artinya gagasan yang terkandung
dalam kurikulum yang diniati dilaksanakan guru semana
mestinya. Sedangkan logika horizontal mengutamakan
kesesuaian antara apa yang dilaksanakan dengan
seharusnya dilaksanakan. Kriteria penilaian dapat
menggunakan dua macam yakni kriteria mutlak dan kriteria
relatif. Kriteria mutlak adalah membandingkan kurikulum
dengan kriteria yang sudah pasti, sedangkan kriteria relatif
membandingkan kurikulum antara kelompok yang sama.
Judgment ini kemudian diterjemahkan menjadi
rekomendasi-rekomendasi formatif dan sumatif sesuai
dengan dengan rujukan yang ada di torm of refrence.
e) Menyusun laporan hasil penilaian termasuk rekomendasi-
rekomendasinya, implikasi pemecahan masalah dan
tindakan korektif bagi para pengambil keputusan
perbaikan/penyempurnaan kurikulum. Laporan hasil
penilaian dibuat untuk konsumsi yang luas sehingga isi,
sistematika, bahasa dan teknis laporan harus mudah
dipahami dan mempunyai nilai pratik lapangan, sehingga
bisa di manfaatkan oleh para pelaksanaan kurikulum.
Pembahasan dan pengukuhan hasil-hasil penilaian dalam
satu pertemuan khusus yang melibatkan team penilai
dengan pelaksana kurikulum, pengambil keputusan dan
mungkin dari unsure lain yang relevan, sangat diperlukan,
sebelum hasil-hasil tersebut dimanfaatkan.

C. Model Evaluasi Kurikulum


Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak
kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu
lapangan studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan
suatu fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi.
Macam-macam model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspek-
aspek tertentu yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum.
Model evaluasi yang bersifat komparatif berkaitan erat dengan tingkah
laku individu. Evaluasi yang berorentasi tujuan berkaitan erat dengan
meteri dan tingkah laku individu. Evaluasi yang menekankan tujuan
berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau
isi kurikulum. Model atau pedekatan antropologis dalam evaluasi
ditunjukkan untuk mengevaluasi tingkah laku dalam suatu lembaga social.
Dengan demikian, sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat
antara evaluasi dengan kurikulum sebab teori kurikulum juga merupakan
teori dari evaluasi kurikulum.
Ada beberapa model dalam evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1) Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model)
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan
atas teori dan metode tes psikologi serta ekperimen lapangan. Salah satu
pendekatan dalam evalusai yang menggunakan eksperimen lapangan
adalah comparative approach, yaitu dengan mengadakan perbandingan
antara dua macam kelompok anak.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian
didasarkan atas teori dan metode tes psikologi dan serta eksperimen
lpangan. Tes psikologi atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai
dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditunjukkan untuk mengukur
kemampuan bawaan, serta tes bawaan yang mengukur perilaku skolastik.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen
tersebut. Pertama, kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang
bersedia dijadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis,
yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-
kelompok yang diuji. Ketiga,sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk
mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control, pengaruh
guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai
manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
2) Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan
(goal/objective oriented evaluation model)
Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari
proses pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan
kurikulum lain, tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi
tertentu. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan
siswa akan tujuan-tujuan atau kompetensi tersebut.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang
model obyektif, yaitu sebagai berikut:
a) Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
b) Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
c) Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan
tersebut
d) Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang
diinginkan
3) Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation
model)
Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara
kerjanya berlawanan dengan model evaluasi yang berorientasi pada
tujuan. Menurut pendapat Scriven, seorang evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana kerjanya. Cara dengan memperhatikan
dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal positiv
yang diharapkan maupun hal-hal negativ yang tidak diinginkan.
4) Model campuran multivariasi
Model campuran multifariasi adalah strategi evaluasi yang
menyatukan unsur-unsur dari beberapa model evaluasi kurikulum.
Model ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan
secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan
criteria khusus dari masing-masimg kurikulum.
5) Model Evaluation Program For Innovate Curriculums (EPIC)
Model ini menggambarkan keseluruhan program evaluasi
kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus ini memiliki tiga bidang,
bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang meliputi perilaku
cognitive, affective, psychomotor. Bidang kedua adalah pembelajaran
(instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas atau
sarana dan pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution)
yang meliputi guru, murid, administrasi, tenaga kependidikan, keluarga
dan masyarakat.
6) Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-
kawan di Ohio State University AS dan model ini paling banyak
diikuti oleh para evaluator. Model ini memandang bahwa kurikulum
yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator telah
menentukan untuk menggunakan model CIPP, maka evaluator harus
menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan komponen-komponen
model CIPP.
Model ini mengemukakan bahwa untuk melakukan penilaian terhadap
program pendidikan diperlakuakan empat macam jenis yaitu:
a. Penilaian konteks (context) yang bekaitan dengan tujuan. Penilaian
konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan,  kebutuhan, populasi dan sample yang dilayani serta
tujuan pembelajaran. Kebutuhan siswa apa saja yang belum
terpenuhi, tujuan apa saja yang belum tercapai dan tujuan apa saja
yang belum tercapai.
b. Penilaian masukan (input) yang berguna untuk pengambilan
keputusan desain. Maksud evaluasi ini adalah kemampuan siswa
dan kemapuan sekolah dalam menunjang pendidikan.
c. Penilaian proses (process) yang membimbing langkah operasional
dalam pembuatan keputusan. Penilaian ini menunjukkan pada
kegiatan yang dilakukan dala program, apakah pelaksanaan
kurikulum tetap sanggup melakukan tugasnya, siapa yang
bertanggung jawab melaksanakannya, dan lain-lain.
d. Penilaian keluaran yang memberikan data sebagai tambahan
erbuatan keputusan (product). Penilaian keluaran adalah tahap
akhir serangkaian evaluasi program kurikulum, yang diarahkan
pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada siswa.
7) Model Ten Brink
Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum
yaitu:
a. Tahap persiapan, adapun langkah–langkahnya sebagai berikut:
1. Melukiskan secara spesifik pertimbangan dan keputusan
yang dibuat
2. Melukiskan informasi yang diperlukan
3. Memanfaatkan informasiyang ada
4. Menentukan kapan dan bagaimana cara memperoleh
informasi
5. Menyusun dnn memilih instrument pengumpulan
informasi yang digunakan.
b. Tahap pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh
informasi yang diperlukan dan menganalisis dan mencatat
informasi.
c. Tahap penilaian yang berisi keiatan – kegiatan sebgai berikut:
1. Membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan
2. Membuat keputusan yang merupakan suatu pilihan
beberapa alternatif tindakan
3. Mengikhtisarkan dan melaporkan hasil penilaian.
8) Model Pendekatan Proses
Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan
berkembang secara kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting.
Karakteristik model ini adalah:
a. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan
sebelum pelaksanaan (evaluator) berada di lapangan.
b. Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana
kurikulum.
c. Evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan
satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian
tertentu.
9) Model Evaluasi Kuantitatif
Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam
penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai
konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme. Seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya, paradigma positivism menjadi tradisi
keilmuan dalm evaluasi terutama melalui tradisi psikometrik.
10) Model Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu
menempatkan proses pelaksanaankurikulum sebagai fokus utama
evaluasi. Oleh karena itu kurikulum dalam dimensi kegiatan atau
proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain suatu
kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama
terhadap proses dimensi lain.
Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian
kuatnya posisi studi kasus sebagai model utama dilingkungan
evaluasi kualitatif sehingga setiap orang berbicara tentang model
evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera muncul dalam
kontak memorinya.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sistematis mengumpulkan
informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu
konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan
kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan,
isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi
kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan
prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan
penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan 
penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada revisi atau
diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari
evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data
untuk mengui teori atau membuat teori baru.

B.       Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
ada kekurangannya dari itu kami menyarankan kepada para pembaca
agar mengkritiknya. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Zaini. 2009. Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi


Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: TERAS.

Rusman, 2009,Manajemen Kurikulum, Jakarta: raja grafindo persada.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan


Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukardi, 2009, evaluasi pendidikan, Jakarta:PT bumi Aksara

Wirawan, 2011, Evaluasi , Jakarta :charisma

Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.


Bandung : Percetakan Sinar Baru Algensndo Offset

Anda mungkin juga menyukai