EVALUASI KURIKULUM
Dosen Pengampu: Dra. Titim Fatimah, M.Ag., & Dr. Nano Nurdiansah, M.Pd.
Disusun Oleh :
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Evaluasi Kurikulum”. Dalam penyusunan
makalah ini kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dari awal hingga
makalah ini terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Dra. Titim
Fatimah, M.Ag., & Dr. Nano Nurdiansah, M.Pd. yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Kurikulum dan pembelajaran. Dalam makalah ini membahas evaluasi kurikulum yang di
dalamnya terdapat informasi yang penting mengenai materi tersebut.
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran seluruh pihak senantiasa kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami. Dengan makalah ini semoga dapat membawa
pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
n1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum.............................................................................................2
2.2 Tujuan Evaluasi Kurikulum...................................................................................................3
2.3 Model Evaluasi Kurikulum....................................................................................................4
2.4 Tinjauan masing-masing Model.............................................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, evaluasi kurikulum juga berperan dalam memastikan bahwa pendidikan yang
diselenggarakan inklusif, menyeluruh, dan mengakomodasi kebutuhan serta potensi setiap
individu. Dengan melakukan evaluasi secara terencana dan sistematis, institusi pendidikan dapat
mengidentifikasi apakah kurikulum yang ada sudah mampu mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan dan memberikan dampak positif bagi peserta didik.
Dalam konteks globalisasi, kompetisi antarbangsa dalam bidang pendidikan juga semakin
ketat. Oleh karena itu, evaluasi kurikulum menjadi krusial dalam menjaga agar pendidikan yang
diselenggarakan mampu bersaing secara global, mempersiapkan peserta didik untuk tantangan
dunia nyata, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat secara
keseluruhan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian evaluasi kurikulum
2. Mengetahui tujuan evaluasi kurikulum
3. Mengetahui model evaluasi kurikulum
4. Mengetahui tinjauan masing-masing model
5. Mengetahui model-model yang disarankan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Joint Committee, 1981: evaluasi ialah penelitian yang sistematik atau yang
teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek.
b. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat
keputusan tentang suatu program.
c. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode
ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk
proses membuat keputusan.
d. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang
sistematis untuk menilairancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah
penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektifitas suatu program. Sedangkan pengertian kurikulum adalah:
1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
2. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta
metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan).
3. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di
perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang
2
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa).
4. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu
pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang
studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan
strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik
agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai;
5. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan
yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau
jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk
seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka dapat kita simpulkan
bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat,
kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum
adalah proses penerapan prosedur lmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi, dan efektivitas suatu program.
1. Perbaikan Program
Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat kontruktif, informasi hasil evaluasi dijadikan
masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
Evaluasi kurikulum dipandang sebagai proses dan hasil yang relevan untuk dijadikan acuan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan.
Evaluasi kurikulum menjadi bentuk laporan yang harus dipertanggung jawaban dari
pengembang kurikulum kepada pihak-pihak yang bersangkutan, diantaranya: Pemerintah, orang
tua, pelaksana satuan pendidikan, masyarakat, dan semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung ikut serta dalam pengembangan kurikulum yang bersangkutan.
4
sudah ditetapkan dalam program dengan kinerja (performance / hasil pelaksanaan program)
semestinya dari program tersebut. Karakteristik evaluasi model discrepancy yaitu:
6
4. Evaluasi product: evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran
dan manfaat, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, baik jangka
pendek maupun jangkapanjang. Lebih jelasnya, evaluasi produk bertujuan untuk
menilai keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sasaran
program. Penilaian-penilaian tentang keberhasilan program atau organisasi ini
dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat secara individual atau kolektif, dan
kemudian dianalisis. Artinya, keberhasilan atau kegagalan program dianalisis dari
berbagai sudut pandang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi model CIPP yang
dikemukakan oleh Sufflebeam tidak hanya mengevaluasi hasil saja, melainkan dari
seluruh aspek antara lain aspek context, input, process dan product (prodak yang
dihasilkan). Sehingga penilaian yang dilakukan bersifat komplek atau menyeluruh.
Evaluasi model discrepancy adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesenjangan dari standar yang ditetapkan dengan penerapan pelaksanaan program tersebut.
Selanjutnya informasi dari yang didapatkan digunakan untuk pengambilan keputusan yang
meliputi: mempertahankan, memperbaiki, atau menghentikan program tersebut.
Adapun kesenjangan dapat terjadi antara dua atau lebih elemen (variabel), berikut ini
adalah penjabarannya:
Adapun kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi: (1)
kesenjangan antara rencana dengan implementasi program, (2) kesenjangan antara yang
diduga atau doprediksi akan didapat dengan yang sesungguhnya direalisasikan, (3)
kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang ditetapkan, (4)
kesenjangan tujuan, (5) kesenjangan tentang komponen program yang dapat diganti, dan (6)
kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten.
Dapat disimpulkan bahwa kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam model discrepancy
meliputi: (1) kesenjangan perencanaan dengan pelaksanaan program, (2) kesenjangan
prediksi dan perolehan yang didapat dalam program, (3) kesenjangan antara kemampuan
dengan kemampuan yang standar, (4) kesenjangan tujuan dan hasil yang dicapai, (5)
8
kesenjangan hipotesis dengan perubahan program, dan (6) kesenjangan sistem yang berubah-
ubah.
Menurut Qomari (2008:179) Model evaluasi kesenjangan mencakup empat dimensi, yaitu
design, operation program, interim products, dan terminal products. Sedangkan menurut
David Nevo . Model evaluasi kesenjangan mengajukan lima langkah proses evaluasi
termasuk: (1) klarifikasi dari rancangan program, (2) menilai pelaksanaan program, (3)
menilai hasilnya dalam jangka pendek, (4) menilai hasil jangka panjangnya, dan (5) menilai
biaya dan manfaat. Selanjutnya Mbulu (1995) menjabarkan langkah-langkah model evaluasi
kesenjangan meliputi: (1) tahap penyusunan desain, (2) tahap pemasangan instalasi
(installation), (3) tahap proses (pengumpulan data), (4) tahap pengukuran tujuan (product),
dan (5) tahap pembandingan (program comparison). Adapun pendapat Muryadi (2017)
Model evaluasi discrepancy memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk, dan
membandingkan.
Jadi dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah evaluasi
model discrepancy meliputi: (1) definisi atau desain, (2) instalasi atau pemasangan, (3)
proses, (4) produk, dan (5) pembandingan atau yang kelima berupa biaya dan manfaat jika
diperlukan.
1. Tahap penyusunan desain atau definisi program adalah menilai perancangan program
dengan menentukan terlebih dahulu input, proses, dan output yang diperlukan, dan
kemudian dengan mengevaluasi kelengkapan dan konsistensi internal rancangan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Merumuskan tujuan program
b) Menyiapkan audiens, personil, dan kelengkapan lain
c) Menentukan kriteria (standard) dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada
sesuatu yang dapat di ukur
2. Tahap pemasangan instalasi (installation) adalah untuk menilai tingkat pemasangan
program terhadap standar program tahap 1 apakah sesuai dengan rancangan atau
didefinisikan. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Menilai kembali penetapan kriteria (standard) yang telah ditetapkan pada tahap
penyusunan desain
b) Meninjau/memonitor program yang sedang dilaksanakan
c) Meneliti kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan apa yang telah
dicapai
3. Tahap proses (pengumpulan data) adalah menilai hubungan antara variabel yang akan
diubah dan proses yang digunakan untuk mempengaruhi perubahan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain: mengadakan evaluasi terhadap tujuan-tujuan manakah yang
telah dan akan dicapai.
4. Tahap pengukuran tujuan (product) adalah menilai apakah rancangan program
mencapai tujuan utamanya yaitu mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat
output yang diperoleh.
5. Tahap pembandingan (program comparison), yaitu membandingkan hasil yang telah
dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada masing-masing dari
empat tahap standar yang ditetapkan dibandingkan dengan kinerja program aktual
untuk menentukan apakah ada perbedaan. Dalam tahap ini evaluator menulis semua
penemuan tentang kesenjangan. Selanjutnya, disajikan kepada pengambil
kebijakan/pembuat keputusan, agar mereka dapat memutuskan kelanjutan dari
program tersebut. Kemungkinan hasil keputusan yang ditetapkan adalah (a)
menghentikan program, (b) mengganti atau merevisi program, (c) meneruskan
program yang telah didesain atau, (d) memodifikasi dan menyempurnakan tujuannya.
10
Model discrepancy paling efektif dalam situasi berikut :
1) Ketika jenis evaluasi yang diinginkan bersifat formal, dan programnya dalam
tahap formatif, bukan sumatif.
2) Ketika evaluasi didefinisikan sebagai manajemen informasi yang
berkesinambungan yang menangani perbaikan dan penilaian program, dan
dimana evaluasi merupakan komponen pengembangan program.
3) Dimana tujuan evaluasi adalah memperbaiki, mempertahankan atau
menghentikan suatu program.
4) Dimana penekanan utama evaluasi adalah definisi program dan penginstalan
program.
5) Dimana peran evaluator adalah fasilitator, pemeriksa standar, pengamat
perilaku aktual, dan ahli desain.
6) Ketika pada setiap tahap kinerja program evaluasi dibandingkan dengan
tujuan program (standar) untuk mengetahui perbedaan.
7) Dimana prosedur evaluasi program dirancang untuk mengidentifikasi
kelemahan dan membuat keputusan mengenai koreksi atau penghentian.
8) Dimana konstruk teoritis adalah bahwa semua tahapan program terus
memberikan umpan balik satu sama lain.
9) Jika kriteria untuk menilai program mencakup evaluasi dengan cermat
apakah:
a) Program ini memenuhi kriteria program yang telah ditetapkan
b) Tindakan yang sebenarnya diambil dapat diidentifikasi, dan
c) Suatu tindakan dapat diambil untuk menyelesaikan semua perbedaan
Keuntungan dan Keterbatasan Evaluasi Model Discrepancy
2. Model Contigency-Congruence
1) Anteseden (masukan): Ini adalah kondisi apa pun yang ada sebelum pengajaran
dan pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil. Misalnya, pengetahuan
sebelumnya, bakat, profil psikologis siswa, dll., pengalaman guru selama
bertahun-tahun, perilaku guru, dll.
2) Transaksi (proses) : Transaksi pembelajaran yang terjadi antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan narasumber.
12
3) Hasil: Ini adalah konsekuensi pendidikan – langsung dan jangka panjang, kognitif dan
konatif, pribadi dan masyarakat luas. Misalnya, kinerja siswa, prestasi, dan lain-lain.
Namun, Stake menekankan pada hasil seperti dampak program baru terhadap persepsi
guru mengenai kompetensi mereka.
Istilah kontinjensi di sini mengacu pada hubungan antar variabel dalam tiga
kategori: anteseden, transaksi, dan hasil. Setelah evaluator mengumpulkan pandangan
mengenai kurikulum dari berbagai sumber seperti siswa, guru, staf pendukung, dan lain-
lain, dia menempatkan pandangan tersebut pada sebuah matriks untuk mengidentifikasi
kesesuaian dan kontinjensi di antara pandangan-pandangan tersebut. Model tersebut
dengan jelas menunjukkan bahwa ia memberikan kerangka organisasi yang menunjuk pada
data yang akan dipertimbangkan dan membandingkan apa yang direncanakan dan apa yang
telah terjadi.
Kelebihannya
a. Ini adalah pendekatan kualitatif, artinya memperhitungkan pengalaman subjektif siswa dan guru.
b. Ini adalah pendekatan komprehensif, yang berarti mempertimbangkan semua aspek kurikulum.
c. Ini adalah pendekatan yang fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan berbagai jenis kurikulum
dan konteks yang berbeda.
Kekurangannya
a. Penerapannya bisa memakan waktu dan mahal.
b. Dibutuhkan keahlian tingkat tinggi untuk menggunakannya secara efektif.
c. Sulit untuk melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses evaluasi.
3. Model CIPP
Model ini mengandung empat komponen, yakni konteks, input, proses dan
produk, dan masing-masing perlu penilaian sendiri. Evaluasi konteks meliputi penelitian
mengenai lingkungan sekolah, pengaruh diluar sekolah. Bila evaluasi konteks memadai,
maka evaluasi input, yakni strategi implementasi kurikulum ditinjau dari segi efektivitas
dan ekonomi. Kemudian diadakan evaluasi proses dan produk, misalnya kongruensi
antara rencana kegiatan dan kegiatan yang nyata. Model ini mengutamakan evaluasi
formatif yang kontinu sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar. Namun fokus
penelitian bukan hanya hasil belajar melainkan keseluruhan kurikulum serta lingkungan.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan performance yang nyata dengan standar
yang telah disepakati. Menentukan standar harus mempertimbangkan banyak faktor
antara lain performance siswa dalam bidang kognitif, afektif,dan psikomotor,
kemampuan guru mengajar, administrasi sekolah, fasilitas, alat dan sumber mengajar,
kurikulum, pedoman instruksional, determinan kurikulum, falsafah dan misi lembaga.
data yang dikumpulkan dibandingkan dan dinilai berdasarkan standar itu.
CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:
Context evaluation : evaluasti terhadap konteks, Input evaluation : evaluasi terhadap
masukan, Process evaluation : evaluasi terhadap proses, Product evaluation : evaluasi
terhadap hasil.
Langkah-langkah Evaluasi Model CIPP Farida (2014)
1. Memfokuskan evaluasi
2. Mendesain evaluasi
3. Mengumpulkan informasi
4. Menganalisis informasi
5. Melaporkan hasil evaluasi
Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP Model evaluasi CIPP memiliki
ruang lingkup yang lebih luas dan berpandangan bahwa keberhasilan dari suatu sistem
pendidikan dipengaruhi berbagai faktor, karakteristik murid maupun lingkungan sekitar,
tujuan sistem dan peralatan yang dipakai serta produser dan mekanisme pelaksanaan
sistem itu sendiri. Model evaluasi CIPP mempunyai kelemahan yaitu kurang jelasnya
kriteria yang dijadikan dasar berpijak bagi kegiatan penilaian. Dengan menggunakan
model evaluasi CIPP harus menggunakan dua jenis pendekatan yaitu: membandingkan
performance setiap dimensi sistem dengan kriteria intern dalam sistem itu sendiri,
membandingkan performance setiap dimensi sistem dengan kriteria ekstern diluar sistem
yang bersangkutan.
Dibanding dengan model evaluasi yang lain, model CIPP memiliki beberapa
kelebihan anatra lain : lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil
semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses maupun hasil. Selain memiliki
kelebihan model CIPP juga memiliki keterbatasan, anatar lain penerapan model ini dalam
bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang
tinggi jika tanpa ada modifikasi. Hal ini dapat terjadi karena untuk mengukur konteks,
masukan maupun hasil dalam arti yang luas akan melibatkan banyak pihak yang
membutuhkan waktu dan biaya yang lebih.
Kelebihan model Riset Tindakan Kelas Menurut Wina Sanjaya (2009: 37)
14
a. Riset Tindakan Kelas tidak dilaksanakan oleh seseorang saja akan tetapi dilaksanakan
secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak, dengan kerja sama yang dilakukan
akan memberikan kepercayaan khusus untuk guru dalam menghasilkan sesuatu yang
lebih berarti
b. Kerjasama dalam Riset Tindakan Kelas memungkinkan dapat menghasilkan sesuatu yang
lebih kreatif dan inovatif
c. Hasil yang diperoleh merupakan hasil kesepakatan dari semua pihak
d. Hasil yang diperoleh dari Riset Tindakan Kelas dapat diterapkan secara langsung oleh
guru
Kekurangan model Riset Tindakan Kelas Menurut Suwarsih Madya (2009: 47)
a. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada
pihak peneliti
b. Peneliti yang ingin melakukan penelitian tindakan harus membagi waktunya untuk
melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan penelitian, hal ini menyebabkan
merosotnya efisiensi dan efektivitas kerja
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari
sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk
mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang akan ditetapkan.
Tujuan evaluasi kurikulum yaitu mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum secara
keseluruhan, ditinjau dari berbagai aspek. Adapun indikator kinerja yang dievaluasi adalah
evektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan program. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
acuan dan gambaran program kedepan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad, A. (2017). Evaluasi Kurikulum Sebagai Kerangka Acuan Pengembangan Pendidikan Islam.
Jurnal Al-Idroh.
Pinton, M. S. (2021). Model Discrepancy Sebagai Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal Studi Keislaman
dan Ilmu Pendidikan.