Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSTRUKTUR PERTAMA

(MAKALAH)

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan Telaah Kurikulum Biologi Madrasah/Sekolah

Dosen Pengampu : Ummi Nur Afinni Dwi.J,M.Pd

Oleh:

Kelompok

1. Muhammad Fadhil (0310173118)


2. Muhammad Rizki Nasution (0310193120)
3. Ayu Fitri Jumain (0310192041)
4. Olivia Erza Thania (0310192051)
5. Jeneri Puspita Sari Br. Lingga (0310192060)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2020/2021
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Kurikulum” tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan pula kepada dosen kami pembimbing mata
kuliah Telaah Kurikulum yakni ibu Ummi Nur Afinni atas arahan dan saran serta tim dalam
proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kami ucapkan kepada
orangtua kami yang senantiasa mendukung kami dalam doanya.

Dalam penulisan makalah ini, kami yakin terdapat beberapa kekurangan untuk itu
kami berharap kepada pembaca makalah untuk memaklumi nya. Dan kami berharap makalah
ini bermanfaat sekaligus menambah wawasan bagi siapapun yang membaca nya.Terimakasih

Medan, 06 Desember 2020

Penulis
iii

ABSTRAK

Kurikulum sebagai rancangan, perangkat sekaligus kendaraan pendidikan mempunyai


peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan.
Mengingat kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi sebagai alat
untuk mengubah perilaku peserta didik kearah yang diharapkan oleh pendidikan, maka tentu
saja harus melalui proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang
kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Kata Kunci: Kurikulum, Pengembangan, Pendidikan.


iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

ABSTRAK....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

C. Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2

A. Prinsip-prinsip Bidang Pengembangan Kurikulum..................................... 2


B. Pengembangan Kurikulum....................................................................... 10

BAB III PENUTUP........................................................................................ 21

A. Kesimpulan.................................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 22
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat sekarang ini pendidikan menjadi pusat perhatian di semua kalangan, dan
dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman untuk
menyusun target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya kurikulum maka
akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar mengajar, maka dengan itu perlu
untuk mengetahui apa arti dari kurikulum itu. Yang dimaksud dengan kurikulum adalah suatu
usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam
bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan penyelenggara pendidikan.

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk diketahui
bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam suatu zaman,
selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan perkembangan kurikulum. Untuk itu
maka penulis mencoba untuk membahas tentang perkembangan kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,rumusan masalah yang diajukan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa saja prinsip-prinsip yang terdapat dalam pengembangan kurikulum?


2. Bagaimanakah yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
3. Apa saja dasar-dasar pengembangan kurikulum?
4. Apa tujuan pengembangan kurikulum?
5. Bagaimanakah proses dalam pengembangan kurikulum?
6. Bagaimana pengembangan kurikulum menurut para ahli?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Agar memahami arti dari Pengembangan Kurikulum.


2. Mengetahui apa itu Pengembangan filosofis.
3. Mengetahui prinsip-prinsipnya,dasar-dasarnya,proses-prosesnya .
4. Agar tidak keliru dalam memahami arti dari pengembangan kurikulum.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dalam pengembangan kurikulum harus berpedoman terhadap prinsip prinsip tertentu


yang berperan sebagai kaidah yang akan menjiwai kurikulum yang dihasilkan. Sebenarnya
ada banyak prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip
tersebut digolongkan menjadi prinsip umum dan prinsip khusus.1

a. Prinsip-prinsip Umum Pengembangan Kurikulum

Ada lima prinsip umum pengembangan kurikulum menurut Efendi (2009), antara
lain:

1) Prinsip Relevansi
Dalam kamus bahasa inggris kata relevansi mempunyi arti yakni, kedekatan
hubungan apa yang terjadi. Relevansi dalam kurikulum diartikan sebagai kesesuaian dan
keserasian antara kurikulum dengan tuntutan kehidupan masyarakat sebagai pemakai
keluaran pendidikan. Prinsip ini dikategorikan menjadi relevan eksternal dan relevan internal.
Relevan eksternal yaitu ke luar, berarti kesesuaian kurikulum dengan dunia kerja atau jenjang
pendidikan di atasnya. Relevan internal atau ke dalam adalah kesesuaian antar komponen-
komponen yang terstruktur dalam kurikulum itu sendiri seperti tujuan, isi, kegiatan belajar,
dan evaluasi.

2) Prinsip efisiensi
Efisiensi suatu kurikulum berkaitan dengan upaya peminimalan penggunaan dana,
waktu dan tenaga, tanpa mengurangi hasil atau tujuan yang dicapai. Prinsip efisien dalam
pengembangan kurikulum tentu sulit digunakan bila dibandingkan dengan produk suatu
perusahaan atau mesin. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai
dengan situasi dan kondisi tertentu. pengembang kurikulum akan dipandu untuk memenuhi
kriteria praktis. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, maksudnya tidak mahal alias
murah, tetapi bukan berarti murahan. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, seperti
tenaga dana, fasilitas, terutama di daerah sangat terbatas.

1
Yulianti dan Nuri Yuliasih, Telaah Kurikulum dan Aplikasinya dalm Proses Belajar Mengajar, (Malang: CV
Media Sutra Atiga, 2016), hlm. 40
3

3) Prinsip Efektivitas
Efektifitas kurikulum berkenaan dengan tingkat keterlaksanaan berbagai program
kurikulum di lapangan dan tingkat ketercapaian tujuan yang diharapkan. Prinsip ini dapat
ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk Dimensi proses mengacu pada keefektifan
proses pembelajaran sebagai real curriculum (keefektifan guru mengajar dan keefektifan
peserta didik belajar). Sedangkan dimensi produk mengacu pada hasil yang ingin dicapai.

4) Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)


Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik antar mata pelajaran,
antar kelas, maupun antar jenjang pendidikan. Kesinambungan berarti adanya sambungan
berkelanjutan dari dua hal atau lebih, dimana salah satunya mendasari, mendukung,
membantu memahami atau mempelajari hal berikutnya. Perkembangan dan proses anak
berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum hendaknya juga harus berkesinambungan dengan tujuan agar proses pendidikan
atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, dimana pendidikan pada kelas atau jenjang
yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas dan jenjang di atasnya.

Pengertian kontinuitas mengindikasikan kesinambungan vertikal dan horizontal.


Kontinuitas vertikal berkenaan dengan adanya sambungan berkelanjutan antara program
pendidikan suatu jenjang atau tingkat dengan program pendidikan suatu jenjang/jenjang di
atasnya. Sedangkan kontinuitas horizontal adalah hubungan program pendidikan satu dengan
lainnya yang berlangsung pada jenjang/tingkat yang sama.

5) Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)


Kurikulum hendaknya dikembangkan secara lentur/tidak kaku. Kelenturan dalam
bidang pendidikan dapat dibahas dari dua posisi yang berbeda, yaitu:
a) Fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan
b) Fleksibilitas sebagai kaidah dalam pengembangan kurikulum.

Keluwesan jenis pertama dinamakan juga kelenturan dimensi siswa dan dimensi
lulusan, sedangkan fleksibilitas kedua diistilahkan dengan keluwesan dimensi pelaksanaan
program (guru).
4

Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel dalam mengembangkan program


pembelajaran, terutama penggunaan strategi pendekatan, metode, media pembelajaran,
sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga fleksibel memilih program
pendidikan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memberikan kebebasan gerak
untuk bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi suatu latar pembelajaran tanpa mengubah
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

b. Prinsip-prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum Arifin menyebutkan, ada lima prinsip


khusus dalam pengembangan kurikulum, diantaranya:

1) Prinsip-prinsip Tujuan Kurikulum


Prinsip ini ditinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam
pengembangan kurikulum. Menurut Sukmadinata (2010), tujuan menjadi pusat kegiatan dan
arah semua kegiatan pendidikan. Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan setiap
program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Karena kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan
umum pendidikan.
Sementara itu, Sukmadinata2 mengemukakan sumber tujuan adalah (a) ketentuan dan
kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga Negara
mengenai tujuan dan strategi pembangunan, termasuk di dalamnya pendidikan, (b) survey
mengenai kebutuhan-kebutuhan murid dengan menggunakan angket, wawancara, observasi,
(c) survey mengenai persepsi orangtua/masyarakat tentang kebutuhannya yang dijaring
melalui angket, wawancara, observasi, (d) survey tentang pandangan ahli dalam bidang-
bidang tertentu yang dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai
media massa, (e) survey tentang manpower, (f) pengalaman negara-negara lain dalam
masalah yang sama, dan (g) penelitian lain.

2) Prinsip-prinsip Isi Kurikulum


Mengenai isi atau materi kurikulum dalam pendidikan modern, meliputi tiga jenis
materi, yaitu ilmu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan nilai-nilai
(afektif), ketiga unsur materi inilah yang membentuk meteri pendidikan yang berbentuk
disiplin ilmu pengetahuan. Lebih lanjut prinsip prinsip isi kurikulum diperinci meliputi: (a)
perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran ke dalam perbuatan hasil
2
Nana Syaodih Sukmadinata, “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik”, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2010)
5

belajar yang khusus dan sederhana. Semakin suatu perbuatan hasil belajar yang dirumuskan
semakin sulit menciptakan pengalaman belajar, (b) isi bahan pelajaran harus meliputi segi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. (c) unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan
yang logis dan sistematis (Sukmadinata, 2010). Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.

3) Prinsip-prinsip Didaktik-Metodik
Prinsip ini berkaitan dengan pendekatan, strategi, metode, dan teknik yang merupakan
proses dalam suatu pembelajaran. Selanjutnya prinsip yang berkenaan dengan proses
pembelajaran adalah: (a) harus sesuai dengan tujuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan
materi pelajaran, (b) bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan individual peserta didik,
(c) memberikan urutan kegiatan yang logis, sistematis, dan berjenjang. (d) mengaktifkan
peserta didik untuk belajar dan merangsang guru untuk mengajar, (e) merangsang
berkembangnya kemampuan baru, (f) menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di
rumah, (g) mendorong peserta didik menggunakan berbagai sumber belajar, (h) untuk belajar
keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan "learning by doing"
disamping menekankan "learning by seeing and knowing".

4) Prinsip yang berkenaan dengan Media dan Sumber Belajar


Prinsip ini menunjukkan ketersesuaian media dan sumber belajar dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pelajaran tingkat
perkembangan peserta didik tingkat kemampuan guru, praktis-ekonomis. Untuk itu,
pengembang kurikulum harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain objektivitas,
program pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondisi sekolah dan peserta didik),
kualitas media, keefektifan dan efisiensi penggunaan.

5) Prinsip-prinsip Evaluasi
Komponen ini sangat berkaitan dengan tujuan pendidikan karena evaluasi berusaha
menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak. Dengan demikian kegiatan
evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan siswa maupun guru dalam
proses belajar mengajar.
Prinsip-prinsip ini meliputi: prinsip pendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuitas,
prinsip objektivitas prinsip koperatif prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas. Dilihat dari
teknik pengembangan instrumen, perlu diperhatikan prosedur penyesuaian instrumen, jenis
6

dan teknik penilaian, kesesuaian instrumen dengan kompetensi, jenjang kemampuan yang
diukur, tingkat perkembangan peserta didik, waktu yang diperlukan, teknik pengolahan dan
analisis lain, administrasi penilaian, dan pemanfaatan hasil penilaian.
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran. Dalam penyusunan alat
penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut (Sukmadinata, 2010): (a)
rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif,
psikomotorik. (b) uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati, (c)
hubungkan dengan bahan pelajaran, dan (d) tuliskan butir-butir tes. Prinsip Pengembangan
Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum harus berpedoman terhadap prinsip prinsip tertentu
yang berperan sebagai kaidah yang akan menjiwai kurikulum yang dihasilkan. Sebenarnya
ada banyak prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip
tersebut digolongkan menjadi prinsip umum dan prinsip khusus.
Prinsip-prinsip ini meliputi: prinsip pendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuitas,
prinsip objektivitas prinsip koperatif prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas. Dilihat dari
teknik pengembangan instrumen, perlu diperhatikan prosedur penyesuaian instrumen, jenis
dan teknik penilaian, kesesuaian instrumen dengan kompetensi, jenjang kemampuan yang
diukur, tingkat perkembangan peserta didik, waktu yang diperlukan, teknik pengolahan dan
analisis lain, administrasi penilaian, dan pemanfaatan hasil penilaian.
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran. Dalam penyusunan alat
penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut (Sukmadinata, 2010): (a)
rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif,
psikomotorik. (b) uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati, (c)
hubungkan dengan bahan pelajaran, dan (d) tuliskan butir-butir tes.
Adapun Menurut buku Teori dan Telaah Kurikulum dijelaskan beberapa prinsip yang
umum digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain:3

a) Prinsip berorientasi pada tujuan


Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen tujuan, materi, metode, dan
evaluasi. Komponen tujuan merupakan fokus bagi komponen-komponen lainnya dalam
pengembangan sistem tersebut. Ini berarti pengembangan kurikulum harus berorientasi pada
tujuan. Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi pengembangan
komponen-komponen lainnya dalam pengembangan kurikulum. Untuk itu tujuan hurikulum
3
Maskyur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, (Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2019), hlm.
94
7

harus jelas, artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana
kurikulum untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan
operasional. Tujuan kurikulum juga harus komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek
domain tujuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini perlu diperhatikan agar
keluaran yang dihasilkan menguasai ketiga aspek domain tujuan tersebut secara utuh.

b) Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu ada kesinambungan, khususnya
kesinambungan bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang program pendidikan. Bahan
atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari jenjang SD,
SLTP, SMU/SMK sampai ke PT. Materi kurikulum harus memiliki hubungan hierarkis
fungsional. Untuk itu dalam pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal
dua aspek kesinambungan, yaitu: (1) materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah
(tinakat) yang ada di atasnya harus sudah diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada di
bawahnya dan (2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada di
bawahnya tidak perlu lagi diberikan pada sekolah tingkat yang ada di atasnya.
Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi kurikulum, yang dapat
mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau ketidaksiapan siswa untuk memperoleh materi
di mana mereka sebelumnya tidak memperolch materi dasar yang memadai. Kontinuitas atau
kesinambungan juga perlu diperhatihan antara berbagai mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu
diupayakan pula agar tidak terjadi tumpang tindih materi antara mata pelajaran yang satu
dengan mata pelajaran lainnya. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menyusun scope dan seguence setiap mata pelajaran pada jenis dan jenjang program
pendidikan. Scope artinya ruang lingkup, sedangkan sequence artinya urutan atau sistematika

c) Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas sebagai salah satu prinsip pengembangan kurikulum dimaksudkan
adanya ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam melakukan atau mengambil
suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana kurikulum di
lapangan. Para pengembang kurikulum perlu memikirkan bahwa implementasi kurikulum
pada tataran yang sebenarnya akan terkait dengan keragaman kemampuan sekolah untuk
menyediakan tenaga dan fasilitas bagi berlangsungnya suatu kegiatan yang harus
dilaksanakan. Belum lagi terkait dengan keragaman sumber daya pendidikan secara
8

menyeluruh dan perbedaan demografis, geografis, dan faktor-faktor pendukung pendidikan


lainnya
Selain itu, prinsip fleksibilitas juga terkait dengan adanya kebebasan siswa dalam
memilih program studi yang dipilih. Artinya, pengembang kurikulum atau sekolah harus
mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa diperkenankan memilih
sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya. Selain memberi kebebasan
kepada siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khususnya dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa
yang telah digariskan dalam kurikulum. Guru perlu diberikan kebebasan dalam menjabarkan
tujuan-tujuan, memilih materi pelajaran yang sesuai, memilih strategi dan metode yang
dikembangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran, dan membuat kriteria yang objektif dan
rasional dalam melakukan dan memberikan penilaian kepada para siswa.

d) Prinsip Integritas
Integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya pengembangan
kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Prinsip ini
menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk manusia yang
utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang berkemampuan selaras dengan
lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupannya. Untuk itu kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan
hidup (life skills).
Keterampilan atau kecakapan hidup (life skills) merupakan kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, dan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan
solusi pemecahan sehingga mampu mengatasi berbagai persoalan hidup dan kehidupan.
Keterampilan hidup bukan sekadar keterampilan manual dan bukan pula keterampilan untuk
bekerja, tetapi suatu keterampilan untuk hidup yang dapat dipilah menjadi lima kategori,
yaitu:

1. Keterampilan mengenal diri sendiri (self awareness) atau keterampilan personal


(personal skill).
2. Keterampilan berpikir nasional (thinking skill).
3. Keterampilan sosial (social skill).
4. Keterampilan akademik (academic skill); dan
9

5. Keterampilan vokasional (vocational skill).


Keterampilan personal, keterampilan berpikir rasional, dan keterampilan sosial dapat
dikategorikan sebagai keterampilan hidup yang umum (general life skill). sedangkan
keterampilan akademik dan keterampilan vokasional dapat dikategorikan sebagai
keterampilan hidup yang spesifik (specific life skill).
Keterampilan personal berkaitan dengan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, anggota masyarakat, dan warga negara serta mensyukuri dan menyadari
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan menjadikannya model dalam upaya
meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain dan lingkungannya. Keterampilan berpikir rasional meliputi keterampilan menggali dan
menemukan informasi, keterampilan dalam mengolah dan menetapkan keputusan, dan
keterampilan dalam memecahkan permasalahan hidup secara kreatif. Keterampilan sosial
atau keterampilan interpersonal meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja
sama untuk menumbuhkan hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan
individu lainnya. Keterampilan akademik berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah, yang
antara lain mencakup memahami masalah, mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis,
dan melaksanakan penelitian. Keterampilan vokasional disebut pula dengan keterampilan
kejuruan merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang ada
di masyakarat.
Perlu dipahami bahwa dalam realitas empiris, keterampilan keterampilan tersebut
tidak dapat dipisah-pisahkan tatkala seorang individu melakukan suatu tindakan. Tindakan
individu merupakan suatu perpaduan yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan
intelektual. Perbedaan antara individu yang memiliki keterampilan hidup dan yang tidak
memiliki keterampilan hidup terletak pada kualitas dari tindakan yang di lakukan.
Untuk mencapai keterpaduan tersebut, pembelajaran terpadu (integrated learning)
merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan. Melalui pembelajaran terpadu siswa
diharapkan mampu mengetahui hubungan keterkaitan antara suatu konsep atau bahan
pelajaran dengan konsep atau bahan pelajaran lain. Pembelajaran terpadu ini memberikan
siswa kebebasan berpikir untuk menemukan sendiri tentang inti suatu konsep sehingga
belajar dapat dijadikan sebagai suatu kegiatan pengalaman yang menarik. Pembelajaran
terpadu ini merupakan suatu konsep pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara
individu maupun kelompok untuk aktif menggali dan menemukan suatu konsep dan prinsip
secara holistik, bermakna, dan otentik.
10

B. Pengembangan Kurikulum

1. Konsep kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia
olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai finish. Dapat dipahami jarak yang harus ditempuh di sini
bermakna kurikulum dengan muatan isi dan materi pelajaran yang dijadikan jangka waktu
yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh ijazah.
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa digunakan adalah manhaj, yang
berarti jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirāsah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.
Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajaran. Selanjutnya Nasution menjelaskan sejumlah ahli
teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan peristiwaperistiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Jadi
selain kegiatan kurikulum yang formal yang sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra
kurikuler (co-curriculum atau ekstra curriculum).
Menurut Crow and Crow, sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik, kurikulum
adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis
untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah. Dalam bukunya yang lain,
Hamalik menjelaskan lebih luas bahwa kurikulum di sini memuat isi dan materi pelajaran.
Jadi kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai
pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun sistematis
dan logis.4
Dalam pengertian lainnya ditegaskan, bahwa kurikulum adalah keseluruhan program,
fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi, misi

4
Syamsul.Bahri, ”PENGEMBANGAN KURIKULUM DASAR Dan TUJUANNYA”. Jurnal Ilmiah
ISLAM FUTURA. Vol XI No. 1, Agustus 2011, hal 16-17.
11

dan lembaganya. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan
sebuah lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya tenaga yang berkompeten.
b. Adanya fasilitas yang memadai.
c. Adanya fasilitas bantu sebagai pendukung.
d. Adanya tenaga penunjang pendidikan seperti tenaga administrasi, pem-bimbing, pustakawan,
laboratorium.
e. Adanya dana yang memadai.
f. Adanya menejemen yang baik.
g. Terpeliharanya budaya menunjang; religius, moral, kebangsaan dan lain-lain,
h. Kepemimpinan yang visioner transparan dan akuntabel.5
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada
program pendidikan, namun juga dapat diartikan menurut fungsinya. Muhaimin dan Abdul
Mujib menyatakan, bahwa terdapat tujuh pengertian kurikulum menurut fungsinya, yaitu:
1. Kurikulum sebagai program studi yakni: Seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari
oleh peserta didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai konten yakni: data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas
tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya belajar.
3. Kurikulum sebagai kegiatan yang berencana yakni: kegiatan yang direncanakan tentang hal-
hal yang akan diajarkan, dan bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan hasil yang baik.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar yakni: seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh
suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil-
hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural yakni: transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan
masyarakat, agar memiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yakni: keseluruhan pengalaman belajar yang
direncanakan di bawah pimpinan sekolah.
7. Kurikulum sebagai produksi yakni: seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai
hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
Dengan demikian kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang terdiri
dari isi dan materi-materi pelajaran yang terstruktur, terprogram dan terencana dengan baik
berkaitan dengan berbagai kegiatan dan interaksi sosial di lingkungan dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar- mengajar dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan.
5
Ibid
12

2. Dasar Pengembangan Kurikulum


Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah
kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.
Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan cerminan falsafah
hidup suatu bangsa. Berpijak pada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Dan oleh
karena itu maka sistem pendidikan setiap bangsa berbeda karena mereka mempunyai falsafah
hidup yang berbeda.6
Pengembangan kurikulum tidak hanya merupakan abstraksi, akan tetapi
mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari
beberapa ide dan penyesuaian-penyesuaian lain yang dianggap penting. Menurut Audrey
Nicholls dan Howard Nicholls, sebagaimana dipahami oleh Oemar Hamalik, bahwa
pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan
menilai sampai di mana perubahan dimaksud telah terjadi pada diri siswa.
Hal serupa mengenai dasar kurikulum juga dikemukakan oleh Nana Syaodih
Sukmadinata, dia mengatakan bahwa ada empat dasar atau landasan utama dalam
pengembangan kurikulum, yaitu; landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-
budaya dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya, dasar-dasar
pengembangan kurikulum tersebut sebagai berikut:

a. Dasar Filosofis dan Sejarah


Dalam filsafat pendidikan dikenal beberapa aliran filsafat yaitu progresifisme,
esensialisme, perennialisme, rekonstruksionalisme dan eksistensialisme. Masing-masing
aliran mempunyai latar belakang dan konsep yang berbeda. Aliran progresifisme merupakan
aliran yang mengutamakan kebebasan dan menentang semua bentuk otoriter dan absolutisme.
Berbeda dengan aliran essensialisme yang berusaha menyatukan pertentangan antara
konsepsi idealisme dan realisme. Perennialisme tampil sebagai aliran yang bersifat
“progresif” yaitu mundur ke masa lampau sampai abad pertengahan. Sedangkan aliran
rekonstruksionalisme merupakan aliran yang memandang segala gejala berpangkal pada
eksistensi, yaitu cara manusia berada di dunia yang berbeda dengan keberadaan materi.
Sedangkan aliran eksistensialisme adalah aliran yang memfokuskan pada pengalaman
individu.
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 121.
13

Dalam pengembangan kurikulum, tentunya harus berpijak pada aliran-aliran filsafat


tertentu, langkah ini akan memberi nuansa terhadap konsep dan implementasi kurikulum
yang dikembangkan. Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan model kurikulum subjek-
akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan model
kurikulum pendidikan pribadi. Sementara itu, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan
dalam pengembangan model kurikulum interaksional.

b. Dasar Psikologis
Syafruddin Nurdin mengatakan, bahwa pada dasarnya pendidikan tidak terlepas dengan
unsur-unsur psikologi, sebab pendidikan adalah menyangkut perilaku manusia itu sendiri,
mendidik berarti merubah tingkah laku anak menuju kedewasaan. Oleh karena itu, dalam
proses belajar mengajar selalu dikaitkan dengan teori-teori perubahan tingkah laku anak. 7
Beberapa teori tingkah laku antara lain adalah behaviorisme, psikologi daya, perkembangan
kognitif, teori lapangan (teori Gastalt) dan teori kepribadian.
Terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, psikologi
perkembangan, dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakikat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perkembangan
individu, di mana semuanya dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mendasari
pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi Belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-
teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.8

c. Dasar Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Ini dapat dimaklumi
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik untuk terjun
ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan an sich, namun lebih
7
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Cet. Ke-3 ( Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), hal 37.
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1997), hal 56.
14

penting lagi untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,
bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan, bahwa melalui pendidikan manusia
mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang.9 Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespon dan berlandaskan pada perkembangan sosial-
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global. Setiap
lingkungan masyarakat masingmasing memiliki sistem-sosial-budaya tersendiri yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat.

d. Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Awalnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan baru terus berlangsung hingga saat ini. Dapat dipastikan, bahwa masa yang akan
datang penemuan tersebut semakin berkembang. Seiring perkembangan akal manusia yang
telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu tidak mungkin.
Sebagai ilustrasi, pada zaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di permukaan Bulan, tetapi berkat kemajuan dan
perkembangan IPTEK pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo 11 berhasil mendarat di
bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
bulan.
Kemajuan cepat di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berpikir dan bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses,
memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif
terhadap ketidakpastian.
9
Ibid, hal 101
15

Selain empat dasar yang telah dijelaskan, ada juga beberapa faktor penting yang menjadi
dasar pengenmbangan kurikulum. Menurut Hamalik, ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan:
1) Kebijakan nasional sebagai upaya merealisasikan butir-butir keterpaduan dalam GBHN,
khususnya yang berkenaan dengan sistem pendidikan nasional.
2) Kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan dalam rangka merealisasikan Undang-undang
(UU) sisdiknas nomor 20 tahun 2003) yang menyebutkan kurikulum menempati kedudukan
sentral.
3) Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sinkron dengan
kebutuhan pembangunan dan memenuhi keperluan sistem pendidikan dalam upaya
memanfaatkan, mengembangkan, dan menciptakan IPTEK.
4) Kebutuhan, tuntutan, aspirasi dan masalah dalam sistem masyarakat yang bersifat dinamis,
dan berubah dengan cepat dewasa ini dan masa akan datang.
5) Profesionalisasi dan fungsionalisasi ketenagaan bidang pengembangan kurikulum dan
teknologi pendidikan yang berkualitas dan mampu bekerjasama dengan unsur ketenagaan
profesi lainnya.
6) Upaya pembinaan disiplin ilmu pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan yang
berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin ilmu lainnya, serta pembinaan ilmu pendidikan
pada khususnya.10

3. Tujuan Pengembangan Kurikulum


Pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai,
sehingga pendidikan dilakukan dengan suatu perencanaan yang matang. Aktivitas yang
menyimpang dari pencapaian tujuan tersebut sedapat mungkin dicegah karena akan kontra
produktif dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu sendiri memiliki dua fungsi,
memberi arah dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Dalam bahasa Inggris, istilah tujuan terdapat dalam beberapa kata, yaitu: aims,
purposes, goals, dan objectives. The Oxford English Dictionary mengartikan aims sebagai
perbuatan yang menentukan cara berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Goals adalah
tujuan yang ditargetkan dengan pengerahan upaya yang sungguh-sungguh. Objectives adalah
tujuan pengantar ke tujuan umum. Jelasnya, aims adalah tujuan umum, sedangkan objectives
merupakan tujuan khusus. Purposes adalah sinonim bagi ketiga istilah di atas. The Oxford

10
Syamsul.Bahri, ”PENGEMBANGAN KURIKULUM DASAR DNA TUJUANNYA”. Jurnal Ilmiah
ISLAM FUTURA. Vol XI No. 1, Agustus 2011, hal 26-27
16

English Dictionary mendefinisikan purposes dengan “salah satu ketentuan berkenaan dengan
hal-hal yang akan dilakukan atau yang akan dicapai”. Tujuan dalam perspektif pendidikan
adalah. segala sesuatu target-target yang ditetapkan untuk dicapai melalui aktivitas
pendidikan.
Tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan spesifik
(objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, evaluasi untuk medapatkan balikan
(feedback). Sebagai contoh, menurut Komite Pengembangan kurikulum Amerika Serikat,
terdapat sepuluh tujuan umum (goals), yaitu keterampilan dasar (Basic skills), konseptualisasi
diri, pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan yang telah terkumpul untuk
menginterpretasikan dunia (lingkungan kehidupan), belajar berkelanjutan, kesehatan mental
dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi, produksi, dan konsumsi, warga masyarakat yang
bertanggungjawab, kreativitas, dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).
Tujuan pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan tujuan institusional
(tujuan lembaga/satuan pendidikan), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi), dan tujuan
instruksional (tujuan pembelajaran). Semuanya perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan kurikulum. Di sisi lain dapat ditegaskan bahwa tujuan pengembangan
kurikulum tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan itu sendiri, sebab kurikulum merupakan
ujung tombak ideal dari visi, misi dan tujuan pendidikan sebuah bangsa. Secara makro, jika
di lihat dari beberapa landasan pengembangan kurikulum pada dasarnya tujuan
pengembangan kurikulum mengacu kepada paradigma pergeseran filsafat pendidikan,
perubahan dan pergeseran sosial dan pengembangan pengetahuan seperti pengembangan
sains dan teknologi.

4. Proses Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum diartikan sebagai suatu proses, maka dalam
pelaksanaannya terdiri beberapa langkah yang harus dilakukan sebagaimana yang
digambarkan oleh Hasan (2002) yang dikutip oleh Muhaimin dalam chart berikut ini,
17

Chart di atas menggambarkan proses pengembangan kurikulum mulai dari


perencanaan kurikulum hingga evaluasi. Dalam perencaan kurikulum dimulai dengan
merumuskan ide yang akan dikembangkan menjadi program. Ide dalam perencenaan
kurikulum berasal dari:

a. Visi yang dicanangkan


b. Kebutuhan stakeholders dan kebutuhan untuk studi jenjang berikutnya
c. Hasil evaluasi kurikulum yang telah digunakan dan tuntutan perkembangan ipteks dan zaman
d. Pandangan berbagai pakar keilmuan
e. perkembangan era globalisasi, di mana seseorang dituntut untuk memiliki etos belajar
sepanjang hayat, memperhatikan bidang sosial, ekonomi. Politik, budaya dan teknologi.

Dari ide di atas kemudian dikembangkan rancangan program dalam bentuk dokumen
seperti format silabus. Rancangan tersebut dikembangkan lagi dalam bentuk rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan seperti RPP atau SAP. Rencana tersebut berisi tentang
langkah pembelajaran untuk siswa. Setelah rencana tersebut diterapkan kemudian dievaluasi
sehingga dapat diketahui tingkat efektivitasnya. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh bekal
untuk menyempurnakan kurikulum berikutnya.11

5. Pengembangan Kurikulum Menurut Para Ahli


Ada beberapa para Ahli yang merumuskan tahapan-tahapan pengembangan
kurikulum, sebagai berikut:
a. Model administratif
Model administratif adalah model tertua yang pernah digunakan. Pengembangan dengan
model adminisratif dilakukan oleh administrator pendidikan yang membentuk suatu tim
11
Karima Nabila Fajri, “PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM”. Islamika: Jurnal Keislaman dan
Ilmu Pendidikan. Vol. 1 No.2, Juli 2019, hal 37.
18

pengarahan pengembangan kurikulum. Model administratif sering pula disebut sebagai model
garis. Sehingga pengembangan kurikulum diarahkan dari penjabat pendidikan yang berada di
atas. Kemudian membentuk tim pengarahan yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah dan
pengajar. Tim pengarahan memiliki ugas untuk merencanakan, memberikan pengarahan,
merumuskan falsafah dan tujuan umum pendidikan.

b. Menurut Arich Lewy


Menurut Arich Lewy (1977) proses pengembangan kurikulum dilaksanakan melalui
beberapa tahapan sebagaimana yang dikutip dalam buku dasar-dasar pengembangan
kurikulum karya Burhan Nurgiyanto terdiri dari penentuan tujuan umum, perencanaan, uji
coba dan revisi, uji lapangan, pelaksanaan kurikulum dan pengawasan mutu kurikulum.
Penjelasan dari enam tahap pengembangan menurut Arich Lewy, tahap pertama yang
dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum adalah merumuskan tujuan kurikulum
secara umum. Tujuan kurikulum tersebut meliputi nilai dan kompetensi yang harus dimiliki
oleh peserta didik setelah mengikuti pelaksanaan kurikulum. Dalam merumuskan tujuan ini,
para pengembang kurikulum bekerja sama dengan para ahli disiplin ilmu termasuk psikolog,
sosiolog, antropolog, dan pakar-pakar ilmu lainnya yang relevan. Pakar-pakar ini dianggap
mampu memberikan kontribusi pemikirannya untuk merumuskan tujuan umum kurikulum.

c. Model Rogers
Terdapat tahap pengembangan kurikulum dengan model Rogers. tahap pertama yang
dilakukan yaitu memilih target yang akan ikut serta dalam kelompok intensif dari sistem
pendidikan, selanjutnya guru berpartisipasi dalam pengalaman guru. Pengalaman yang ada
dikembangkan pada masingmasing kelas. Dibutuhkan pula partisipasi orang tua dalam
kegiatan kelompok. Akan tetapi dalam tahapan model ini tidak semua orang tua ikut serta
dalam menyusun kurikulum. Orang tua memiliki peran lebih besar pada saat pelaksanaan
kurikulum.

d. Menurut Tyler
Menurut Tyler, tahapan pengembangan kurikulum terdiri dari empat tahapan mulai dari
menentukan tujuan hingga penilaian.
a) Pertama, menentukan tujuan pengembangan kurikulum, tahapan yang harus dilakukan
pertama yaitu menentukan tujuan dari pengembangan kurikulum. Sehingga dapat diketahui
arah dan sasaran pencapaian pendidikan.
19

b) Kedua, menentukan pengalaman belajar siswa. Setelah menentukan tujuan kemudian pada
tahap selanjutnya dilakukan penentuan pengalaman belajar (learning experiences).
Pengalaman belajar merupakan kegiatan interaksi siswa dengan lingkungan. Pengalaman
belajar siswa dapat ditemui dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip dalam
menentukan pengalaman belajar yaitu pengalaman disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai, setiap pengalaman harus memuaskan siswa, siswa terlibat dalam perencanaan
pengalaman belajar, dan dalam pengalaman belajar siswa memiliki tujuan yang berbeda-
beda.
c) Ketiga, pengorganisasian pengalaman belajar. Pengorganisasian ini dibagi menjadi 2 jenis
yaitu secara vertikal dan horizontal. Untuk pengorganisasian secara vertikal menghubungkan
pengalaman belajar suatu kajian ilmu yang sama pada tingkatan yang berbeda. Sedangkan
secara horizontal menghubungkan pengalaman belajar beberapa bidang pada tingkat yang
sama.
d) Keempat, penilaian tujuan belajar sebagai komponen yang dijadikan perhatian utama.

e. Menurut Beauchamp
Ada lima tahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum yang pertama menetapkan
lingkup wilayah yang akan di cakup oleh kurikulum tersebut (sekolah, kecamatan, kabupaten,
propinsi, Negara). Tahapan lingkup wilayah ini ditentukan oleh pihak yang memiliki
wewenang untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum. Setelah
menetapkan lingkup wilayah kemudian menetapkan personalia yaitu pihak yang ikut dalam
proses pengembangan kurikulum. Menurut Beauchamp pihak tersebut antara lain, para ahli
pendidikan ataupun ahli kurikulum yang berada di tingkat pusat, perguruan tinggi dan
sekolah. Selain itu juga para profesional dalam sistem pendidikan serta tokoh-tokoh
masyarakat yang berpengaruh dalam pendidikan.

f. Menurut Taba
Proses pengembangan kurikulum menurut taba dapat dilakukan dengan lima langkah.
Dimulai dengan Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru Didalam unit ini
diadakan studi yang seksama tetang hubungan antara teori dan praktik. Perencanaan
didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen didalam kelas menghasilkan
data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan. Ada 8 langkah dalam kegiatan
unit eksperimen menurut Taba yaitu ,Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan
20

khusus, memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi


pengalaman belajar, mengevaluasi, melihat sekuens dan keseimbangan.12

12
Ibid. hal 40-45
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman


belajar yang membutuhkan pengembangan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
pengembangan kurikulum harus berpedoman terhadap prinsip prinsip tertentu yang berperan
sebagai kaidah yang akan menjiwai kurikulum yang dihasilkan. Sebenarnya ada banyak
prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip tersebut
digolongkan menjadi prinsip umum dan prinsip khusus.

Dengan demikian kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang terdiri


dari isi dan materi-materi pelajaran yang terstruktur, terprogram dan terencana dengan baik
berkaitan dengan berbagai kegiatan dan interaksi sosial di lingkungan dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar- mengajar dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan keritikan
dan sarannya dari pembaca demi terlancarnya penulisan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan kita khususnya pada mata kuliah telaah kurikulum
pada materi pengembangan kurikulum.
22

DAFTAR PUSTAKA

Karina Nabila Fajri, PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM, Islamika: Jurnal Keislaman


dan Ilmu Pendidikan. Vol 1, No.2, Juli 2019.

Maskyur, 2019, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Lampung: CV. Anugrah
Utama Raharja

Nurdin, Syafruddin, 2005, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum
Teaching

Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,

Sukmadinata, Nana Syaodih, 1997, Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek, Bandung:
Remaja Rosda Karya

Sukmadinata, N. S, 2010, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Syamsul Bahri, PENGEMBANGAN KURIKULUM DASAR DAN TUJUANNYA, Jurnal


Ilmiah ISLAM FUTURA. Vol XI, No.1, Agustus 2011.

Yulianti dan Nuri Yuliasih, 2016, Telaah Kurikulum dan Aplikasinya dalm Proses Belajar
Mengajar, Malang: CV Media Sutra Atiga.

Anda mungkin juga menyukai