Anda di halaman 1dari 32

IMPLEMENTASI KURIKULUM DI INDONESIA

MAKALAH
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd.
dan Bapak Hasan Argadinata, S.Pd., M.Pd.

Oleh Kelompok 2:
Layla Nurfitriani NIM 230131604834
Mufassir Kanzul Akhbar NIM 230131607274
Nasya Ayu Sekarsari NIM 230131604560
Philip Erlangga Putra Zain NIM 230131605494

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FEBRUARI 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Manajemen Kurikulum atau Pembelajaran”. Tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Kurikulum
dan Pembelajaran. Dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Dasar Dasar Manajemen Pendidikan
2. Kak Hasan Argadinata, S.Pd., M.Pd. selaku asisten dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dalam
rangka penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah ilmu tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk
para pembaca.

Malang, 10 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kurikulum....................................................3
B. Prinsip-prinsip Implementasi Kurikulum.............................................4
C. Tahap-tahap Implementasi Kurikulum.................................................6
D. Pihak yang Terkait dalam Implementasi Kurikulum............................8
E. Pelaksanaan atau Implementasi Kurikulum..........................................10
F. Implementasi Kurikulum di Indonesia.................................................11
1. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi............................11
2. Implementasi Kurikulum Berbasis Kehidupan..............................13
3. Implementasi Kurikulum Merdeka................................................14
G. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum di Indonesia....14
H. Konsep dan Strategi Pengembangan Peserta Didik..............................17
I. Tantangan Implementasi Kurikulum di Indonesia................................17
J. Strategi dan Solusi untuk Mengatasi Tantangan Implementasi
Kurikulum di Indonesia........................................................................18

BAB III PENUTUP


A. Simpulan...............................................................................................24

DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan itu salah satu faktor tertentu dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia dan kemajuan sebuah bangsa. Proses pendidikan mampu
melahirkan ide-ide yang kreatif, inovatif dalam dinamika perkembangan
zaman. Pengembangan kurikulum merupakan instrumen untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Kebijakan pendidikan yang benar akan tampak melalui
implementasi kurikulum yang diterapkan karena “kurikulum merupakan
jantung pendidikan” yang menentukan berlangsungnya pendidikan (Munandar,
2017). “Di Indonesia pengimplementasian kurikulum telah mengalami
berbagai perubahan dan penyempurnaan yaitu tahun 1947, tahun 1964, tahun
1968, tahun 1973, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 1997 (Revisi
Kurikulum 1994), tahun 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikulum
2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan pada tahun 2013 pemerintah
melalui kementrian pendidikan nasional mengganti kembali menjadi
Kurikulum 2013 (Kurtilas) dan pada tahun 2018 terjadi revisi menjadi Kurtilas
Revisi”(Ulinniam, dkk., 2021).
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan
falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
yang menggambarkan pandangan hidup suatu bangsa. Tujuan dan pola
kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang
digunakannya, mulai dari kurikulum taman kanak-kanak sampai kurikulum
perguruan tinggi. Jika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat
berakibat pada perubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan, bahkan
sistem kurikulum yang berlaku (Arifin, 2017).

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian implementasi kurikulum ?
2. Apa saja prinsip-prinsip implementasi kurikulum ?
3. Bagaimana tahap-tahap implementasi kurikulum ?
4. Siapa saja pihak yang terkait dalam implementasi kurikulum ?
5. Bagaimana pelaksanaan atau implementasi kurikulum ?
6. Bagaimana implementasi kurikulum di Indonesia ?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum di
Indonesia ?
8. Bagaimana konsep dan strategi pengembangan peserta didik ?
9. Apa saja tantangan implementasi kurikulum di Indonesia ?
10. Bagaimana strategi dan solusi untuk mengatasi tantangan implementasi
kurikulum di Indonesia ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan
pembahasan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian implementasi kurikulum.
2. Mengetahui prinsip-prinsip implementasi kurikulum.
3. Mengetahui tahap-tahap implementasi kurikulum.
4. Mengetahui pihak yang terkait dalam implementasi kurikulum.
5. Mengetahui pelaksanaan atau implementasi kurikulum.
6. Mengetahui implementasi kurikulum di Indonesia.
7. Mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum di
Indonesia.
8. Mengetahui konsep dan strategi pengembangan peserta didik.
9. Mengetahui tantangan implementasi kurikulum di Indonesia.
10. Mengetahui strategi dan solusi untuk mengatasi tantangan
implementasi kurikulum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Implementasi Kurikulum


Setiawan (2004) menyatakan bahwa implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif. Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan, bahwa implementasi
merupakan pelaksanaan atau tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci (Salabi, 2020).
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
benar. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa implementasi bermuara pada
aktivitas, aksi/tindakan, mekanisme atau sistem. Kata mekanisme mengandung
arti, bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegitan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yang dalam hal ini
adalah kurikulum (Salabi, 2020).
Implementasi kurikulum adalah pelaksanaan kurikulum yang mencakup
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Implementasi kurikulum merupakan terjemahan kurikulum dokumen
menjadi kurikulum sebagai aktivitas atau kenyataan. Implementasi kurikulum
diwujudkan dalam bentuk pengalaman belajar dengan prinsip-prinsip yang
menjadikannya lebih mudah dan lebih efektif untuk dikomunikasikan ke
berbagai pihak seperti pimpinan sekolah, pendidik, pengawas sekolah, dan staf
pendukung lainnya (Salabi, 2020).
Sedangkan menurut Miller dan Seller dalam Wahyudin (2014)
bahwasannya implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep ide

3
4

program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai


kreativitas baru sehingga akan terjadi perubahan pada sekelompok orang yang
diharapkan tersebut untuk berubah. Dengan demikian, dapat kita pahami
bahwasanya implementasi kurikulum itu sendiri adalah suatu penerapan
ataupun pelaksanaan dari kurikulum yang telah direncanakan sebelumnya,
yang mana dari proses pelaksanaan tersebut diharapkan dapat memberikan
hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Wahyudin,
2014).

B. Prinsip-prinsip Implementasi Kurikulum


Prinsip implementasi kurikulum dalam pelaksanaan di setiap satuan
pendidikan terdapat prinsip-prinsip yang menunjang tercapainya implementasi
kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (2013) berikut:
1. Perolehan Kesempatan Yang Sama.
Prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat yang
memberdayakan semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilan
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2. Adanya Upaya Memandirikan Peserta Didik untuk Belajar, Bekerja
Sama, dan Menilai Diri Sendiri.
Hal ini penting, agar peserta didik mampu membangun kemauan,
pemahaman, dan pengetahuannya. Karenanya harus ada upaya
pembelajaran yang disampaikan secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan serta dengan penilaian yang komprehensif dan
berkelanjutan.
3. Pendekatan dan Kemitraan.
Seluruh pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan,
mulai dari taman kanak-kanak, kelas I hingga XII. Pendekatan yang
digunakan dalam pengalaman belajar difokuskan pada kebutuhan peserta
didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Hal
ini menuntut kemitraan dan menjadi tanggung jawab bersama antara
peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, dunia kerja dan industri serta
orang tua dan masyarakat.
5

4. Kesatuan dalam Kebijakan dan Keberagaman dalam Pelaksanaan.


Standar kompetensi disusun oleh pusat, namun cara
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-
masing daerah atau sekolah.
Dalam proses pengembangan kurikulum, selain harus memiliki landasan
yang kuat juga harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas. Prinsip-prinsip dasar
pengembangan kurikulum berkedudukan sebagai petunjuk langsung dalam
kegiatan dan dalam bidang-bidang lainnya. Prinsip-prinsip tersebut bersumber
pada (Setiyadi, Revyta dan Fadhilah, 2020):
1) Hasil data empirik
2) Hasil dari ide atau gagasan masyarakat dalam sikap dan kepercayaan
3) Berdasarkan akal sehat
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat
menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-
hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin
terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang
digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak
sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum
(Setiyadi, Revyta dan Fadhilah, 2020).
Terdapat jenis-jenis prinsip dasar dalam pengembangan kurikulum,
dimana prinsip dasar dipandang sebagai pandangan dasar yang benar dalam
pengembangan kurikulum. Jenis-jenis prinsip ini dapat dibedakan oleh
keefektifannya yang diketahui melalui tingkat resikonya. Pemahaman akan
perbedaan ini sangat penting sebelum menetapkan prinsip-prinsip dasar untuk
pengembangan kurikulum anatara lain (Setiyadi, Revyta dan Fadhilah, 2020):
1) Kebenaran Keseluruhan
Kebenaran keseluruhan adalah kebenaran yang jelas atau terbukti
lewat eksperimen atau uji coba, dan alasan tersebut diterima tanpa
hambatan. Sebagai contoh, pembahasan yang berarti dalam membantu
peserta didik untuk mengetahui aturan-aturan dan mengalami kemajuan
6

dengan mengerti keterampilan-keterampilan sebagai syarat mutlak dari


pemahaman yang mendasar akan menghadirkan latihan-latihan yang
bermakna.
2) Kebenaran Bagian
Kebenaran bagian ini maksudnya adalah kebenaran berdasarkan
data yang terbatas dan bisa diaplikasikan pada situasi tertentu dan tidak
bersifat umum. Seperti ada sebagian tenaga-tenaga pengajar berpendapat
bahwa pencapaian prestasi peserta didik akan lebih tinggi ketika peserta
didik itu dikelompokkan pada jenjang yang sama dalam proses
pembelajaran.
3) Dugaan Sebagian
Prinsip-prinsip dasar tidak semuanya benar bisa juga merupakan
dugaan atau ujicoba, sementara ide-ide atau dugaan-dugaan tersebut
menjadi dasar keputusan dalam pengembangan kurikulum (Setiyadi,
Revyta dan Fadhilah, 2020).

C. Tahap-tahap Implementasi Kurikulum


Menurut Mulyasa dalam Salabi (2020), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam implementasi kurikulum adalah perencanaan kurikulum,
pelaksanaan kurikulum, dan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum. Hal
ini senada dengan apa yang disampaikan Oemar Hamalik, secara garis besar
tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Hamalik dalam Salabi, 2020).
1. Tahap Perencanaan
Menetapkan tujuan tertulis dalam visi dan misi satuan pendidikan.
Usaha ini guna menetapkan setrategi, kebijakan, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan sebagai usaha menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan dengan berbagai teknik atau alat yang digunakan, waktu
pencapaian, pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dengan berbagai
7

pengarahan dan motivasi agar setiap yang terlibat dapat melaksanakan


kegiatan secara optimal sesuai peran, tugas, dan tanggung jawab masing-
masing.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu yang akan menghasilkan kumpulan data atau informasi yang
dibutuhkan. Dengan hasil dan informasi yang diperoleh, maka akan
memudahkan dalam menentukan nilai yang selanjutnya dapat dijadikan
acuan penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun
pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Implementasi kurikulum dituntut pelaksanaan apa yang telah
direncanakan dalam kurikulum untuk dijalankan dengan segenap hati dan
keinginan kuat. Permasalah besar akan terjadi apabila dilaksanakan bertolak
belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang. Rancangan kurikulum
dan implementasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah
garis lurus dalam hubungannya, dalam artian bahwa implementasi
mencerminkan rancangan. Karenanya, para pendidik serta aktor lapangan lain
yang terlibat dalam proses belajar (Salabi, 2020).
Menurut Wahyudin (2014), secara garis besar tahapan implementasi
kurikulum meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau
mengembangkan tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai.
Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan dalam
proses implementasi kurikulum teradap tahapan proses pembuatan
keputusan yang meliputi (Wahyudin, 2014): 1) Identifikasi masalah yang
dihadapi (tujuan yang ingin dicapai); 2) Pengembangan setiap alternatif
metode, evaluasi, personalia, anggaran dan waktu; 3) Evaluasi setiap
alternatif tersebut; 4) Penentuan alternatif yang paling tepat.
2. Tahap Pelaksanaan Implementasi
Tahap ini betujuan untuk melaksanakan Blue Print yang telah
disusun dalam perencanaan dengan menggunakan sejumlah teknik dan
8

sumber daya yang ada dan telah ditentukan pada tahap perencanaan
sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu, menurut
departemen /divisi/seksi masing-masing atau gabungan, tergantung pada
rencana sebelumnya, hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-
tujuan kegiatan yang tela ditetapkan.
3. Tahap Evaluasi Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal (Wahyudin, 2014): 1)
Melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai tugas kontrol,
apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana dan sebagai
fungsi perbaikan jika selama proses terhadap kekurangan; 2) Melihat
hasil akhir yang dicapai. Hasil akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan
hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase perencanaan. Evaluasi
dilaksanakan dengan menggunakan suatu metode, sarana dan prasarana,
anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan.

D. Pihak yang Terkait dalam Implementasi Kurikulum


Menurut Wahyudin (2014), pihak-pihak yang terlibat atau terkait dengan
implementasi kurikulum adalah sebagai berikut.
1. Pakar Ilmu Pendidikan
Praktik pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum
pakar ilmu pendidikan ini sering kali berada dalam posisi sebagai
konsultan kurikulum dengan tugas yang sesuai dengan kepakarannya.
2. Ahli Kurikulum
Orang-orang yang terlibat dalam membuat konsep, model ataupun
persiapan pengelolaan kurikulum yang dijadikan sebagai dokumen terdiri
dari: pakar pendidikan dan pakar kurikulum dan administrator
pendidikan.
3. Supervisor
Proses pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum
haruslah ada supervisor dalam kerangka tugas sebagai pemimpin
pendidikan, sehingga setiap supervisor berkewajiban melaksanakan
tugasnya mengawasi sebuah kegiatan untuk mendatang dan membimbing
9

yang disupervisi, yaitu tenaga pendidik ke arah pencapaian tujuan


pendidikan sekolah.
4. Sekolah
Pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait
dengan peran dan tanggung jawab pihak lainnya dalam pendidikan di
daerah yang bersangkutan.
5. Kepala Sekolah
Tugas dari kepala sekolah dalam implementasi kurikulum adalah
menjamin tersedianya dokumen kurikulum, membantu dan memberikan
nasihat kepada tenaga pendidik mengatur jadwal pertemuan tenaga
pendidik dan menyusun laporan evaluasi. Adapun kegiatan yang
dilakukan kepala sekolah adalah menciptakan kondisi bagi
pengembangan kurikulum di sekolahnya dan menyusun rencana
anggaran tahunan yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kepemimpinannya, baik untuk jangka panjang maupun
jangka pendek.
6. Tenaga Pendidik
Implementasi kurikulum tenaga pendidik, dapat dikatakan sebagai
ujung tombak keberhasilan implementasi kurikulum. Mengingat
pentingnya kepentingan keterampilan tenaga pendidik dalam
pembelajaran terhadap keberhasilan implementasi kurikulum, wajar
apabila pendidikan tenaga pendidik harus diperhatikan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang dibutuhkan atau perlu dikuasai
oleh seorang tenaga pendidik.
7. Peserta Didik
Peserta didik sampai berperan dalam keberhasilan implementasi
kurikulum karena semua kegiatan pengembangan kurikulum sampai
dengan implementasi kurikulum karena semua kegiatan pengembangan
kurikulum/implementasi kurikulum yang sangat nyata adalah dalam
bentuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sewajarnya. Minat
yang penuh, usaha yang sungguh penyesuain tugas-tugas serta partisipasi
dalam setiap kegiatan sekolah.
10

8. Orang Tua Peserta Didik dan Masyarakat


Kaitannya dengan implementasi kurikulum peran orang tua peserta
didik melalui kerja sama sekolah dengan orang tua peserta didik. Hal ini
disebabkan tidak semua kegiatan belajar yang dituntut oleh kurikulum
dapat dilaksanakan oleh sekolah sehingga sebagian dilakukan di rumah.
Secara berkala orang tua peserta didik menerima laporan kemajuan
anaknya dari sekolah berupa rapor yang merupakan komunikasi tentang
program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.

E. Pelaksanaan atau Implementasi Kurikulum


Pelaksanaan atau implementasi kurikulum adalah proses menerapkan
kurikulum dalam bentuk pembelajaran yang melibatkan interaksi peserta didik
dengan tenaga pendidik dan konteks permasalahan. Implementasi kurikulum
mencakup tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Salabi, 2020). Implementasi kurikulum yang baik membutuhkan
perencanaan yang baik dan jelas mengenai bagaimana organisasi dan
mekanisme implementasi, tahapan-tahapan implementasi, kegiatan apa yang
harus dilakukan dalam setiap tahapan itu, dan penilaian terhadap pelaksanaan
kurikulum (Salabi, 2020).
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang berperan adalah
tenaga pendidik. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas
tenaga pendidik dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan
tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah,
tetapi antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut
senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksanakan
proses administrasi kurikulum (Wahyudin, 2014).
1. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
11

Tanggung jawab kepala sekolah adalah kepala sekolah sebagai


pemimpin, sebagai administrator, penyusunan rencana tahunan,
pembinaan organisasi sekolah, koordinator dalam pelaksanaan
kurikulum, kegiatan memimpin rapat kurikuler, sistem komunikasi dan
pembinaan kurikuler.
2. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas
Pembagian tugas tenaga pendidik harus diatur secara administrasi
untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas.
Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi,
yaitu pembagian tugas mengajar, pembagian tugas-tugas pembinaan
ekstrakurikuler, pembagian tugas bimbingan belajar (Wahyudin, 2014).

F. Implementasi Kurikulum di Indonesia


Kurikulum yang akhir-akhir ini sering disebut di ekosistem pendidikan,
sangat disambut oleh sebagian orang, namun ada juga yang merasakan
kekhawatiran dan keresahan. Perubahan kurikulum menghasilkan dampak
transformasi pendidikan, kurikulum mendukung murid agar mampu menjawab,
menciptakan murid-murid yang kompeten dalam pelajaran, bahkan mampu
berkontribusi kepada masyarakat. Implementasi kurikulum diwujudkan dalam
bentuk pengalaman belajar dengan prinsip-prinsip yang menjadikannya lebih
mudah dan lebih efektif untuk dikomunikasikan ke berbagai pihak seperti
pimpinan sekolah, tenaga pendidik, dan staf pendukung lainnya (Larasati, dkk.,
2023).

1. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
(Mulyasa, 2003). Ashan dalam Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa
kompetensi: “... is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a
person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she
can satisfactorily perform particular cognitive, afective, and Psychomotor
behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
12

keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah


menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapar diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan
minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa, 2003).
Beberapa sumber dapat kita temukan bahwa kurikulum dapat dimaknai
dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan
program belajar (Sanjaya, 2008). Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan (Sanjaya, 2008).
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan
kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi kurikulum adalah
operasionialisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis)
menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini Hasan
dalam Mulyasa (2003) mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum
adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis.
Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut
(Mulyasa, 2003).
a. Karakteristik kurikulum: yang mencangkup ruang lingkup ide baru
suatu kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
13

b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam


implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya,
penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning)
dalam pembelajaran.

2. Implementasi Kurikulum Berbasis Kehidupan


Menurut Hambali dalam Kuswandi (2020), pembelajaran berbasis
kehidupan adalah pembelajaran yang dikembangkan untuk mengakomodasi
pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Pembelajaran berbasis
kehidupan merupakan salah satu pilar dari paradigma yang dikembangkan
oleh UNESCO. Paradigma ini berkaitan dengan pembentukan kemampuan
peserta didik yang tertuang dalam kecakapan hidup (life skill). Jika pesrta
didik memiliki kecakapan hidup yang baik, maka mereka akan siap dan
berguna dalam menghadapi permasalahan hidup.
Tekanan yang ada di lingkungan dapat diatasi secara proaktif dan
kreatif. Di era sekarang ini, ada ketidakpastian dalammenentukan prioritas.
Keberagaman muncul begitu cepat, diikuti dengan persaingan di berbagai
bidang, termasuk pendidikan. Individu yang dibutuhkan di era ini adalah
individu ynag siap menerima tantangan dan mampu menjawab permasalahan
berdasarkan kebutuhan. Begitu juga dengan kemampuan individu untuk
menciptakan ide perlu dikembangkan untuk menciptakan sesuatu secara
berkelanjutan (Kuswandi, 2020).
Kemampuan belajar berbasis kehidupan, diantaranya adalah: (1)
Mampu menyeimbangkan antara pengetahuan, bekerja, dan belajar; (2) Dapat
melakukan penelitian; (3) Dapat segera menangkap kecakapan hidup; (4)
Dapat mengaitkan masalah dengan kecapakan hidup yang dimiliki; (5) Dapat
menyelesaikan masalah dalam konteks yang baru; (6) Dapat
menyeimbangkan antara produktivitas dan kreativitas; dan (7) Dapat
14

melakukan adaptasi antara lingkungan langsung dan lingkungan virtual.


Pembelajaran berbasis kehidupan dalam kurikulum memberikan kesempatan
yang nyaman untuk belajara dalam kehidupan, baik secara langsung maupun
virtual. Pembelajaran ini berguna untuk meningkatkan kapabilitas (Kuswandi,
2020).

3. Implementasi Kurikulum Merdeka


Bagi satuan pendidikan yang akan mengimplementasi Kurikulum
Merdeka dapat memilih salah satu dari tiga tingkatan opsi. Berikut ini adalah
tingkatan opsi dari level pemula hingga level lanjutan (Nasution, dkk., 2023):
1) Mandiri Belajar Satuan Pendidikan, menggunakan struktur Kurikulum
2013 dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan
menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan
pembelajaran dan asesmen.
2) Mandiri Berubah Satuan Pendidikan, menggunakan struktur kurikulum
Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan
menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan
pembelajaran dan asesmen.
3) Kategori Mandiri Berbagi Satuan Pendidikan, menggunakan struktur
Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan
pendidikannya dan menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka
dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen, dengan komitmen
untuk membagikan praktik-praktik baiknya kepada satuan pendidikan
lain.

G. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum di Indonesia


Keberhasilan implementasi kurikulum akan sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya adalah masalah manajemen implementasi
kurikulum. Penelitian (Silver dalam Salabi, 2020) menemukan bahwa inisiatif
dan kebijakan nasional dan terutama scholl policy management berpengaruh
terhadap implementasi kurikulum di sekolah. Sementara dari hasil penelitian
(Newstead dalam Salabi, 2020) ditemukan, bahwa kendala-kendala
15

implementasi kurikulum baru, terutama terkait dengan kekurangjelasan


substansi isi kurikulum yang berimplikasi pada implementasi, kekurangsiapan
tenaga pendidik, kondisi kemampuan santri, dan budaya sekolah.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi implementasi kurikulum
adalah sebagai berikut (Salabi, 2020):
1. Faktor Perencanaan
Implementasi kurikulum harus direncanakan dan dipersiapkan agar
berhasil dengan baik. Perencanaan implementasi penting sebagai
kerangka acuan sehingga terjadi efisiensi dalam pendayagunaan semua
sumber daya, baik sarana prasarana maupun sumber daya manusia.
2. Faktor Substansi (Isi) Kurikulum
Faktor isi kurikulum merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
implementasi kurikulum itu sendiri. Kesalahan pada isi kurikulum dapat
menyebabkan anak menerima materi yang tidak standar dan akan
berimplikasi pada kemampuan anak untuk kompetitif.
3. Faktor Tenaga Pendidik
Peran tenaga pendidik menjadikan kurikulum sebagai sesuatu yang
aktual (actual curriculum) dalam kegiatan pembelajaran. Altirchter
dalam Salabi (2020) menyebutkan tiga faktor penting dari tenaga
pendidik sebagai faktor-faktor yang membatasi implementasi kurikulum,
yaitu (Salabi, 2020): (a) competencies and attitude; (b) decision making
participation; and (c) quality of collegial relationship.
4. Faktor Iklim dan Budaya Sekolah
Setiap kurikulum baru memuat banyak hal yang baru. Inovasi-
inovasi baru dapat mencakup tema-tema yang diusung, tata kelola,
pendekatan dalam proses pembelajaran, muatan dan isi kurikulum, dan
atau sistem penilaian.
5. Faktor Sarana dan Prasarana
Terdapat sarana dan prasarana utama yang sangat diperlukan dalam
implementasi kurikulum baru, yang terdiri atas (Salabi, 2020): (a) buku
pelajaran, (b) laboratorium peralatan dan bahan yang harus tersedia
dalam rasio yang mencukupi dan yang memenuhi standar mutu minimal
16

laboratorium, (c) ketersediaan berbagai media pembelajaran baik jenis,


bentuk maupun model, di mana media-media pembelajaran tersebut
dapat terdiri atas dari media cetak, elektronik, maupun media berbasis
lingkungan sekolah, dan (d) aksesibilitas penggunaan sarana dan
prasarana oleh santri dan tenaga pendidik.
6. Faktor Peran Kepala Sekolah
Fungsi manajerial kepala sekolah mencakup fungsi perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, serta fungsi pengembangan.
Dimba dalam Salabi (2020), melalui hasil penelitiannya mengemukakan
lima aspek penting dari peran kepala sekolah dalam implementasi
kurikulum: (a) Kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisir
kegiatan pengembangan, seperti inservice training programmes,
workshop, staff development meetings and by inviting experts. (b)
Mengembangkan strategi implementasi yang beragam untuk
membimbing tenaga pendidik. (c) Melakukan kolaborasi dengan
pengguna (stakeholders) dalam menata kelola perubahan kurikulum. (d)
Melibatkan stakeholders dalam manajemen implementasi. (e) Melibatkan
orang tua dalam implementasi.
Menurut Suaryo, dkk. (2023), ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi Kurikulum Merdeka. Pertama mengenai kesiapan
tenaga pendidik dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Alasan utama yang
dikemukakan adalah kurangnya pemahaman para tenaga pendidik terhadap
hakikat dari kurikulum baru. Hal ini disebabkan oleh kurangnya desain yang
baik dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan. Kedua,
yaitu dukungan sekolah dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Ketiga,
faktor pendukung dan penghambat implementasi Kurikulum Merdeka.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung implementasi Kurikulum Merdeka
di lapangan. Adanya penganggaran yang jelas dari pemerintah daerah untuk
mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. Kurangnya pengalaman dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan kemerdekaan
belajar merupakan faktor yang menghambat implementasi Kurikulum
Merdeka.
17

H. Konsep dan Strategi Pengembangan Peserta Didik


1. Konsep Pengembangan Peserta Didik
Konsep pengembangan peserta didik melibatkan pemahaman terhadap
tahapan, prinsip-prinsip, dan implementasi terhadap pendidikan. Proses
perkembangan peserta didik pada awalnya bersifat diferensiasi dan pada
akhirnya bersifat integrasi antar bagian dan fungsi organisme. Pendidik
diharapkan dapat membuat program startegi pembelajaran yang sesuai
dengan kematangan aspek perkembangan peserta didik (Yusuf dan
Sugandhi, 2013).
2. Strategi Pengembangan Peserta Didik
a. Strategi Mengajar: Taktik yang digunakan pendidik dalam
melaksanakan proses belajar mengajar untuk mempengaruhi peserta
didik mencapai tujuan pengajaran
b. Strategi Pembelajaran: Pola-pola umum kegiatan pendidik digunakan
untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
c. Tujuan pembelajaran: Membantu peserta didik mengembangkan
potensinya secara optimal dengan memahami kekuatan, kelemahan,
serta potensi yang perlu ditingkatkan (Yusuf dan Sugandhi, 2013).
Dalam pengembangan strategi pembelajaran, penting untuk
memperhatikan karakteristik individual peserta didik seperti kemampuan
intelektual, kemampuan berpikir, dan aspek psikomotor. Strategi
pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik agar proses belajar mengajar yang efektif dan efisien (Yusuf
dan Sugandhi, 2013).

I. Tantangan Implementasi Kurikulum di Indonesia


Menurut Nasution (2023), Implementasi Kurikulum Merdeka saat ini
masih mengalami beberapa hambatan. Antara lain; tenaga pendidik masih
memiliki pengalaman dengan kemerdekaan belajar yang rendah, keterbatasan
referensi, akses yang dimiliki dalam pembelajaran belum merata, manajemen
waktu dan sebagainya. Sedangkan tantangan pada satuan Pendidikan, yaitu; (1)
Kesiapan tenaga pendidik (sumber daya manusia) sebagai pilar utama
pelaksanaan Kurikulum Merdeka; (2) Kemampuan tenaga pendidik untuk
18

mendukung fasilitas teknologi berbasis digital; (3) Peningkatan jaringan


komunikasi dan kolaborasi antara satuan pendidikan dan pemangku
kepentingan; dan (4) Kesulitan untuk menerapkan fungsi evaluasi
pembelajaran sebagai bagian integral dari pembelajaran. Asesmen
pembelajaran adalah komponen penting yang sering diabaikan sekolah dalam
mencapai tujuan kurikulum.
Menurut Rusmawan (2015), Kendala atau tantangan yang dihadapi para
tenaga pendidik dalam implementasi Kurikulum 2013 yang pertama, kendala
yang berasal dari pemerintah dan dinas terkait. Kedua, kendala yang berasal
dari tenaga pendidik. Ketiga, kendala yang berasal dari institusi atau yayasan
terkait. Keempat, kendala yang berasal dari peserta didik dan orang tua. Salah
satu penentu keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah kesiapan
tenaga pendidik. Kesiapan para tenaga pendidik dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013 dapat dilihat dari persepsi tenaga pendidik terhadap hambatan
dan dukungan implementasi tersebut.

J. Strategi dan Solusi untuk Mengatasi Tantangan Implementasi Kurikulum


di Indonesia
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Di Indonesia telah terjadi sepuluh kali perubahan kurikulum, di mulai
dari Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968,
Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK),
Kurikulum 2006 (KTSP), dan Kurikulum 2013. Meskipun selalu ada
perubahan kurikulum akan tetapi tidak semua sekolah langsung menerapkan
kurikulum tersebut. Kurikulum yang paling lama di terapkan di Indonesia
adalah Kurikulum 2006 (KTSP) hingga berubah menjadi Kurikulum 2013
(Sudirman, 2019).
Sebuah kurikulum yang baru diberlakukan menyebabkan kepercayaan
profesional tenaga pendidik berkurang dan kemampuan profesional melemah.
Tenaga pendidik memerlukan berbagai penyesuaian baik penyesuaian tentang
19

konsep maupun implementasinya. Strategi implementasi kurikulum hendaknya


diarahkan kepada peningkatan kemampuan tenaga pendidik sebagai manusia
kunci (key person) di dalam ruang kelas (Sudirman, 2019).
Strategi implementasi kurikulum berorioentasi tenaga pendidik antara
lain (Sudirman, 2019):
a. Mengubah mindset tenaga pendidik dari paradigma konvensional yang
statis ke paradigma modern yang dinamis.
Perubahan mindset tenaga pendidik dilakukan untuk mengimbangi
pengaruh teknologi komunikasi dan informasi yang demikian hebat yang
akhir-akhir ini dikenal dengan era industri 4.0. Hal ini penting untuk
menata langkah meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan
keperluan dan tuntutan zaman modern ini.
b. Membentuk budaya (kultur) baru di lingkungan sekolah
Membangun budaya kaitannya dengan implementasi kurikulum
adalah sejumlah perilaku yang disepakati bersama sebagai identitas
tenaga pendidik pada suatu sekolah. Kesepakatan tersebut kemudian
diiringi dengan menghadirkan komitmen yang konsisten untuk
melaksanakannya. Komitmen tenaga pendidik terhadap sekolah yang
tinggi dan kerja sama yang baik antar tenaga pendidik merupakan ciri
bahwa sekolah tersebut efektif.
c. Tenaga pendidik sebagai pengembang kurikulum
Tugas tenaga pendidik bukan hanya mengajar di dalam kelas,
melainkan juga sebagai pengembang kurikulum. Tenaga pendidik sebagai
pengajar terbatas pada penyampaian bahan pelajaran kepada peserta
didik, sedangkan tenaga pendidik sebagai pengembang kurikulum
bertugas untuk mengembangkan dan memodifikasi bahan pelajaran
dalam rangka menyesuaikannya dengan kondisi peserta didik dan
lingkungannya. Untuk menjaga efektivitas pencapaian kurikulum, tenaga
pendidik hendaklah terlebih dahulu memahami dan menghayati falsafah
dan tujuan kurikulum, struktur dan organisasi kurikulum serta mata
pelajarannya. Dengan demikian, khususnya tenaga pendidik di sekolah
inti harus dapat memainkan berbagai peranan baik sebagai pengajar
20

maupun sebagai pengembang kurikulum. Singkatnya, strategi


implementasi kurikulum pada aspek tenaga pendidik yaitu mengubah
mindset tenaga pendidik, membentuk budaya baru di lingkungan sekolah
dan posisi tenaga pendidik sebagai pengembang kurikulum.
Ada beberapa cara solusi mengatasi permasalahan yang terjadi akibat
Kurikulum 2013, diantaranya yaitu (Alawiyah, 2015):
a. Memberikan Pendidikan dan pelatihan kepada para tenaga pendidik
terkhususnya tenaga pendidik mata pelajaran sehingga mereka dapat
memahami dan mengerti apa yang akan mereka ajarkan.
b. Menyediakan media pembelajaran dan sumber-sumber belajar sehingga
antara isi kurikulum dengan materi pembelajaran dapat
berkesinambungan karna adanya media dan sumber pembelajaran.
c. Memberikan motivasi kepada peserta didik bahwasanya dengan
Kurikulum 2013, peserta didik akan lebih kreatif dan semngat dalam
pembelajaran.
d. Menyediakan media pembelajaran yang berbasis teknologi sesuai denga
isi kurikulum sehingga tidak mengalami ketertinggalan.
Menurut Barlian dan Solekah (2022), strategi untuk mengatasi tantangan
implementasi Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut.
1. Rute Adopsi Kurikulum Merdeka Secara Bertahap
a. Pendekatan strategi ini adalah bagaimana memfasilitasi satuan
pendidikan mengenali kesiapan dari tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, dan lain sebagainya sebagai dasar menentukan pilihan
implementasi Kurikulum Merdeka serta memberikan umpan balik
berkala sekitar 3 (tiga) bulanan untuk memetakan kebutuhan
penyesuaian dukungan implementasi Kurikulum Merdeka dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
b. Dengan kata lain, pelaksanaan implementasi Kurikulum Merdeka ini
dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan kebutuhan.
c. Semakin sesuai dengan kebutuhan maka akan semakin mudah dalam
pengimplementasian Kurikulum Merdeka.
2. Menyediakan Asesmen & Perangkat Ajar (High Tech)
21

a. Pendekatan strategi ini menggunakan teknologi informasi dan


komunikasi (TIK) yang berfungsi dalam menyediakan beragam
pilihan asesmen dan perangkat ajar seperti buku teks, modul ajar,
contohnya yaitu projek dan kurikulum dalam bentuk digital yang
dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan pembelajaran
berdasarkan Kurikulum Merdeka.
b. Satuan pendidikan akan mendapatkan sumber perangkat ajar dalam
bentuk digital yang nantinya memudahkan pengimplementasian
kurikulum.
3. Menyediakan Pelatihan Mandiri & Sumber Belajar Tenaga Pendidik
a. Pendekatan strategi ini juga menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi yang berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri
Kurikulum Merdeka yang dapat diakses secara daring atau online oleh
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk memudahkan adopsi
Kurikulum Merdeka disertai sumber belajar dalam bentuk video,
podcast, atau ebook yang bisa diakses daring dan didistribusikan
melalui media penyimpanan (flashdisk).
4. Menyediakan Narasumber Kurikulum Merdeka (High Touch)
a. Pendekatan ini digunakan dalam menyediakan narasumber Kurikulum
Merdeka dari Sekolah Penggerak (SP) atau Sekolah Menengah
Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK-PK) yang telah
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
b. Bagi sekolah tersebut akan memberikan pengalamnnya melalui
webinar atau pertemuan luring yang diadakan pemerintah daerah atau
satuan pendidikan.
c. Pertemuan luring bisa dilakukan dalam bentuk seminar tatap muka,
workshop dan lainnya yang di lakukan di daerah maupun satuan
pendidikan.
5. Memfasilitasi Pengembangan Komunitas Belajar (High Touch)
a. Komunitas belajar dibentuk oleh lulusan tenaga pendidik penggerak
maupun oleh pengawas sekolah sebagai wadah saling berbagi praktik
22

maupun berbagi konten mengenai Kurikulum Merdeka di internal


satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.
Menurut Barlian dan Solekah (2022), Dalam penerapan Kurikulum
Merdeka para tenaga pendidik merasa kesulitan karena dalam modul ajar, awal
pembelajaran harus ada tes diagnostik, KKM ditiadakan sehingga para tenaga
pendidik merasa kesulitan terhadap patokan keberhasilan peserta didik, dalam
penilaian pembelajaran terdapat dua rapot yaitu rapot penilaian akademik dan
rapot penilaian projek. Hal ini membuat para tenaga pendidik harus menambah
waktu yang Panjang. Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi dalam
implementasi Kurikulum Merdeka di instansi pendidikan, beberapa solusi yang
dapat dilakukan oleh pihak sekolah antara lain:
a. Pelatihan dan pengembangan kompetensi tenaga pendidik dan staf
pendidikan.
b. Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan staf pendidikan dalam
mengaplikasikan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan
membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif
dan mendukung bagi peserta didik.
c. Peningkatan dukungan dari orang tua dan masyarakat.
d. Peran orang tua dan masyarakat sangat penting dalam mendukung
pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah dasar. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi
mereka dalam proses pendidikan.
e. Peningkatan fasilitas dan sarana prasarana.
f. Upaya untuk meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana seperti ruang
kelas, fasilitas laboratorium, perpustakaan, dan buku pelajaran akan
membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif
dan mendukung bagi peserta didik.
g. Peningkatan pengawasan dan monitoring.
h. Diperlukan upaya untuk meningkatkan pengawasan dan monitoring
terhadap pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah dasar. Hal ini dapat
membantu dalam mengidentifikasi kendala dan masalah yang muncul
selama proses implementasi dan mencari solusi yang tepat.
23

i. Pengembangan kerjasama antar stakeholder pendidikan.


j. Diperlukan kerjasama antar stakeholder pendidikan seperti tenaga
pendidik, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan dan potensi mereka.
k. Adanya dorongan untuk para tenaga pendidik mengikuti program tenaga
pendidik penggerak.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Implementasi kurikulum adalah pelaksanaan dari rencana kurikulum
yang telah disusun dengan matang dan terperinci. Proses implementasi ini
melibatkan aktivitas, tindakan, mekanisme, atau sistem yang terencana dan
dilakukan secara sungguh-sungguh dengan mengacu pada norma tertentu untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Implementasi kurikulum mencakup
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu, implementasi kurikulum juga melibatkan penerapan
konsep dan ide program kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau
kreativitas baru untuk menciptakan perubahan yang diharapkan pada
sekelompok orang. Dengan demikian, implementasi kurikulum merupakan
tahap penting dalam menjadikan kurikulum sebagai suatu kenyataan dalam
proses pendidikan.
Implementasi kurikulum di setiap satuan pendidikan didukung oleh
prinsip-prinsip yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan kesempatan, mandiri
dalam belajar, kerjasama, pendekatan yang beragam, dan keseimbangan antara
kebijakan keseluruhan dan variasi dalam pelaksanaan. Tahapan implementasi
kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pihak-pihak yang
terlibat dalam implementasi kurikulum mencakup pakar ilmu pendidikan, ahli
kurikulum, supervisor, sekolah, kepala sekolah, tenaga pendidik, peserta didik,
orang tua peserta didik, dan masyarakat. Setiap pihak memiliki peran dan
tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan implementasi kurikulum
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Implementasi kurikulum di Indonesia melibatkan berbagai faktor seperti
perencanaan, substansi kurikulum, peran tenaga pendidik, iklim dan budaya
sekolah, serta sarana dan prasarana. Tantangan yang dihadapi termasuk
kesiapan tenaga pendidik, akses teknologi, komunikasi antar stakeholder, dan
evaluasi pembelajaran. Strategi untuk mengatasi tantangan tersebut mencakup
perubahan mindset tenaga pendidik, pembentukan budaya baru di sekolah,

24
25

peran tenaga pendidik sebagai pengembang kurikulum, serta penyediaan


pelatihan, sumber belajar, dan kerjasama antar stakeholder. Solusi yang
diajukan mencakup peningkatan kompetensi tenaga pendidik, dukungan orang
tua dan masyarakat, peningkatan fasilitas, pengawasan yang lebih ketat, dan
kerjasama antar stakeholder.
DAFTAR RUJUKAN

Alawiyah, F. 2015. Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Kajian


Singkat, VI(15), 9–11.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-15-I-
P3DI-Agustus-2014-56.pdf, diakses pada Tanggal 19 Februari 2024.
Arifin, Z. 2017. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Barlian, U. C. & Solekah, S. 2022. Implementasi Kurikulum Merdeka dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Journal of Educational and Language
Research, 1(12), 2105-2118.
https://bajangjournal.com/index.php/JOEL/article/view/3015, diakses
pada Tanggal 19 Februari 2024.
Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kuswandi, D. 2020. “Development of Life-Based Curriculum Model Designs in
the Global Era.” Proceeding on International Conference of Science
Management Art Research Technology. Vol. 1. No. 1.
http://proceeding.rsfpress.com/index.php/ic-smart/article/view/23/19,
diakses pada Tanggal 26 Februari 2024.
Larasati, A. K., Asbari, M., Pinandita, P. H., & Putri, A. D. A. 2023. Implementasi
Kurikulum yang Memberdayakan Konteks?. Journal of Information
Systems and Management, 2(5), 23-26.
https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/442, diakses pada Tanggal
19 Februari 2024.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Munandar, A. 2017. Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang
Pendidikan Indonesia dengan Tema "Membangun Generasi Berkarakter
Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram, 130–
143. https://jbasic.org/index.php/basicedu, diakses pada Tanggal 10
Februari 2024.

26
27

Nasution, A. F. 2023. Hambatan dan Tantangan Implementasi Kurikulum


Merdeka di MTs Raudlatul Nabara Labuhanbatu. Journal on
Education, 5(4), 17308-17313.
https://www.jonedu.org/index.php/joe/article/view/4139, diakses pada
Tanggal 19 Februari 2024.
Nasution, A. F., Ningsih, S., Silva, M. F., Suharti, L., & Harahap, J. P. 2023.
Konsep dan Implementasi Kurikulum Merdeka. Competitive: Journal of
Education, 2(3), 201-211.
https://competitive.pdfaii.org/index.php/i/article/view/37, diakses pada
Tanggal 19 Februari 2024.
Novitasari, R. D., Wijayanti, A., & Artharina, F. P. 2019. Analisis Penerapan
Penguatan Pendidikan Karakter sebagai Implementasi Kurikulum
2013. Indonesian Values and Character Education Journal, 2(2), 79-86.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IVCEJ/article/view/19495,
diakses pada Tanggal 19 Februari 2024.
Rusmawan, R. 2015. Kendala Guru Sekolah Dasar dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 34(3).
https://core.ac.uk/download/pdf/191021332.pdf, diakses pada Tanggal 19
Februari 2024.
Salabi, A. S. 2020. Efektivitas dalam Implementasi Kurikulum Sekolah.
Education Achievement: Journal of Science and Research.
https://pusdikra-publishing.com/index.php/jsr/article/view/177, diakses
pada Tanggal 10 Februari 2024.
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Setiawan, G. 2004. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offest.
Setiyadi, B., Revyta, R., & Fadhilah, A. 2020. Prinsip-prinsip Pengembangan
Kurikulum. Khazanah Pendidikan, 14(1).
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/khazanah/article/download/
8473/3386, diakses pada Tanggal 10 Februari 2024.
28

Suaryo, A., Lurina, R. O., & Isnaini, H. 2023. Problematika Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1 Pamanukan,
Kabupaten Subang. Bhinneka: Jurnal Bintang Pendidikan dan
Bahasa, 1(3), 101-110.
https://pbsi-upr.id/index.php/Bhinneka/article/view/187, diakses pada
Tanggal 19 Februari 2024.
Sudirman, H. S. 2019. Strategi Implementasi Kurikulum: Suatu Kajian Perspektif
Teori di Sekolah Dasar. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 9(2), 936-951.
https://www.jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/adara/article/download/
428/353, diakses pada Tanggal 19 Februari 2024.
Ulinniam, H., Barlian, U. C., & Iriantara, Y. 2021. Penerapan Kurikulum Revisi
2013 di Masa Pandem Pada SMK IBS Tathmainul Qullub Indramayu.
Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1), 118-126.
https://japendi.publikasiindonesia.id/index.php/japendi/article/view/
74/776, diakses pada Tanggal 10 Februari 2024.
Wahyudin, D. 2014. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. & Sugandhi, N. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
29

Anda mungkin juga menyukai