Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN JUDULTELT

TELAAH KURIKULUM

PERATURAN MENTERI TERKAIT KURIKULUM 2013

Dosen Pengampu : Drs. I Komang Ngurah Wiyasa, M.Kes

DISUSUN OLEH :

I Kadek Prabu Widurata (34/1911031065)

Ni Made Desy Ariani (36/1911031071)

I Made Yogi Diputra (37/1911031072)

I Wayan Yoga Diputra (381911031073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat rahmat-Nya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul ”Peraturan Menteri Terkait
Kurikulum 2013” yang disusun untuk menyelesaikan tugas kuliah mata kuliah Telaah
Kurikulum. Penyelesaian karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. I Komang Ngurah Wiyasa, M.Kes. selaku pembimbing teknis dan materi
selama penyusunan makalah ini.
2. Semua pihak yang memberikan masukan-masukan dan dukungan moral dalam
penyelesaian makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan. Oleh


karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, saran, ataupun kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat khususnya para mahasiswa lainnya.

Denpasar, 12 Mei 2021

 
Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh manusia dalam rangka
meningkatkan kemampuannya, baik itu kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan
juga psikomotor. Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan karena
sangat berpengaruh bagi masa depan. Bidang pendidikan memiliki peranan penting di
dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara, khususnya Indonesia. Dalam
memajukan pendidikan di Indonesia tentunya sudah dilakukan berbagai pengembangan-
yang dilakukan. Berbagai pengembangan tersebut tentunya bertujuan untuk memajukan
pendidikan di Indonesia kearah yang lebih baik lagi.
Berkaitan dengan pengembangan yang terjadi di dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, salah satu pengembangan yang ada ialah dikeluarkannya suatu peratuan
menteri yang dalam hal ini ialah peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud). Tujuan dari dikeluarkannya suatu permendikbud ialah untuk
mengembangkan hal-hal yang perlu dikembangkan dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia sehingga proses pendidikan dapat berjalan secara optimal. Berbagai peraturan
yang dikeluarkan tentunya didasari atas kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tidak terlepas
dari adanya pengaruh kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi sehingga
diperlukan adanya penyesuaian dari berbagai kemajuan tersebut. Kurikulum yang
bersifat dinamis juga menjadi alasan dikeluarkannya berbagai permendikbud yang mana
agar kedepannya kurikulum dapat berkembang serta siswa/peserta didik mampu
memperoleh kompetensi yang relevan dengan tuntutan zaman.
Saat ini, kurikulum yang berlaku di Indonesia ialah Kurikulum 2013. Sejak
ditetapkannya Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang berlaku dalam pendidikan di
Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam isi kurikulum ataupun
hal-hal yang bersifat operasional pelaksanaan Kurikulum 2013

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai
berikut :

1
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa pengertian dari peraturan menteri?
3. Apa saja peraturan menteri yang berkaitan dengan Kurikulum 2013?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil tujuan penulisan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum.
2. Untuk mengetahui pengertian dari peraturan menteri.
3. Untuk mengetahui apa saja peraturan menteri yang berkaitan dengan Kurikulum
2013.

2
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Kurikulum merupakan suatu pedoman atau acuan yang digunakan untuk
melaksanakan proses pendidikan di Indonesia. Kurikulum berisi tentang bagaimana
suatu pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh dan berisi program-program
pelaksanaan pembelajaran secara umum. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dakir
dalam (Wirianto, 2014) yang menyatakan bahwa kurikulum diartikan sebagai suatu
program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma
yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
merupakan inti dari proses pendidikan. Kurikulum merupakan bidang yang paling
langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan sehingga kurikulum dikatakan sebagai
suatu hal yang integral dalam pelaksanaan proses pendidikan (Muhammedi, 2016).
Menurut Machali, (2016) kurikulum dalam UU Sikdiknas No. 20 Tahun 2003
dijelaskan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Jadi, istilah
kurikulum sebenarnya mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari
pengertian secara sempit hingga secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan
sejumlah mata pelajaran yang harus diikuti atau diambil siswa untuk dapat menamatkan
pendidikannya pada lembaga tertentu, sedangkan secara luas kurikulum diartikan
dengan semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama
mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu. Usaha-usaha untuk
memberikan pengalaman belajar kepada siswa dapat berlangsung di dalam kelas
maupun di luar kelas baik yang dirancang secara tertulis maupun tidak tertulis, asalkan
ditujukan untuk membentuk lulusan yang berkualitas. Kurikulum merupakan suatu
komponen yang sangat penting dan menentukan penyelenggaraan pendidikan.
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk pencapaian tujuan pendidikan. Apabila tujuan
pendidikan berubah maka secara otomatis kurikulum juga harus dirubah. Bagi peserta
didik, kurikulum berguna sebagai alat untuk mengembangkan segenap potensi-potensi

3
yang dimilikinya ke arah yang lebih baik di bawah bimbingan guru di sekolah. Dan bagi
guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan
pembelajaran di sekolah.
Berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum menurut pendapat-
pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:
a. Menurut Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat dan
harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program
pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum
sebagai niat dan rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta
didik.
b. Menurut Crow and Crow. Kurikulum adalah suatu rancangan dalam
pengajaran yang tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan program
dalam memperoleh ijazah.
c. Menurut Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang
luas yakni meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
d. Menurut Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi
pedagogis yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses
belajar mengajar.
e. Menurut Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan
suatu gagasan pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian
kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud dengan
kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh
program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.
Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah diungkapkan diatas
dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat bahan pengalaman belajar
siswa dengan segala pedoman pelaksanaannya yang tersusun secara sistematik dan
dipedomani oleh sekolah dalam kegiatan mendidik siswa.
Dalam pelaksanaanya, kurikulum tidak hanya menyangkut mata pelajaran saja
akan tetapi menyangkut seluruh proses pembelajaran. Kurikulum diartikan sebagai
pedoman yang berkaitan tentang aktivitas apa saja yang dilakukan di sekolah dalam
rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk

4
didalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar, cara
mengevaluasi program pengembangan pengajaran (Wahyuni, 2015). Beranjak dari
pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kurikulum menyangkut tentang segala
proses pembelajaran, baik perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan lain sebagainya
sehingga proses pembelajaran di Indonesia dapat selaras dan terarah. Kurikulum yang
digunakan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman serta berbagai kemajuan
yang ada agar siswa mampu menyesuaikan diri dari berbagai perubahan yang ada dan
mampu bersaing dengan masyarakat dunia.
Dari beberapa pengertian kurikulum diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
kurikulum merupakan suatu program atau pedoman yang bersifat integral yang
berisikan tentang proses pembelajaran, baik perencanaan, pelaksanaan, ataupun
penilaian serta bagaimana cara mengaktifkan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

2.2 Pengertian Peraturan Menteri


Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang
menyatakan “Peraturan Menteri” adalah peraturan yang ditetapkan oleh menteri
berdasarkan materi muatan dalam rangka penyelenggaraan urusan tertentu dalam
pemerintahan dan penyelenggaraan urusan tertentu pemerintahan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Dari ketentuan ini dapat dijelaskan bahwa
peraturan menteri lahir karena urusan tertentu dalam pemerintahan yakni urusan
±urusan yang telah menjadi urusan kementerian itu sendiri dan urusan yang telah
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan baik undangundang, peraturan
pemerintah maupun peraturan presiden. Meskipun demikian tidak semua kementerian
mempunyai kewenangan untuk membentuk peraturan menteri, hanya menterimenteri
yang memimpin suatu lembaga saja yang berhak untuk mengeluarkan peraturan
menteri, tidak seperti halnya menteri koordinator karena sifatnya hanya kordinasi saja
antar kementerian. Menurut O.Hood Philips dalam Tesano (2011) menyatakan bahwa
baik menteri, pemerintah daerah dan badan-badan publik lainnya, hanya sah
melaksanakan wewenangnya dalam batas-batas yang diberikan undang-undang kepada
mereka. Keputusan yang dibuat mungkin melebihi wewenang dan menjadi ultra vires
karena badan administrasi melakukan transaksi dengan persoalan diluar wewenangnya

5
ini disebut substantif ultra vires, atau karena gagal mengikuti prosedur yang ditentukan
maka tindakannya disebut prosedural ultra vires.
Peraturan Menteri merupakan salah satu bentuk peraturan yang diakui
keberadaannya sebagai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
cara pembentukan Peraturan Menteri dapat dilakukan dengan dua syarat pembentukan
yaitu melalui perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk atas dasar kewenangan tanpa melalui delegasi atau perintah dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Pemberian kewenangan terhadap
Menteri untuk membentuk Peraturan Menteri tanpa melalui delegasi atau perintah dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya sebagai bagian dari
peraturan perundang-undangan yang sebetulnya identik dengan peristilahan peraturan
kebijakan. Hal tersebut menyebabkan permasalahan dalam peraturan perundang-
undangan, terutama yang berkaitan dengan konsep hirarki serta doktrin para ahli hukum
di bidang peraturan perundang-undangan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui kedudukan Peraturan Menteri berdasarkan ketentuan Pasal
8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dalam perundang-undangan di
Indonesia. Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan
Peraturan Menteri Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ditinjau dalam
perspektif perundang-undangan di Indonesia. Penulisan ini menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif, kareba menggunakan data sekunder sebagai sumber
utama. Sedangkan, Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis, yaitu memberikan
gambaran antara lain tentang peraturan perundang-undangan dan doktrin para ahli
hukum yang terkait dengan objek yang diteliti. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa Peraturan Menteri yang dibentuk hanya atas dasar kewenangan tanpa melalui
perintah atau delegasi dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tidak dapat
dibenarkan secara doktrin maupun asas dalam bidang peraturan perundang-undangan.
Peraturan Menteri yang tidak dibentuk berdasarkan delegasi atau perintah dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tidak seharusnya berkedudukan sebagai
peraturan perundang-undangan. Keberadaan Peraturan Menteri sesuai dengan ketentuan
Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 memberikan dampak terhadap

6
perundang-undangan di Indonesia terutama dengan banyaknya ketentuan-ketentuan
dalam doktrin serta asas yang dilanggar dalam ketentuan Pasal 8 ayat (2) dalam hal
pengakuan terhadap Peraturan Menteri sehingga harus dilakukan perubahan.
Pelaksana Peraturan Menteri adalah Menteri dan jajarannya dalam rangka
menegakkan Peraturan Menteri tersebut. Hal ini terkait pula dengan SDM yang
disediakan Departemen, baik kuantitas maupun kualitasnya. Keinginan menegakkan
Peraturan Menteri terkait dengan prinsip good governance yang pada saat ini selalu
diharapkan oleh masyarakat untuk segera diwujudkan, terutama dalam memberantas
KKN. Dengan demikian, asas organ yang tepat dalam melaksanakan Peraturan Menteri
perlu mendapat perhatian pembentuk Peraturan Menteri (Suhariyono, 2009).

2.3 Peraturan Menteri yang Berkaitan dengan Kurikulum 2013


2.3.1 Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 merupakan peraturan yang ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pemendikbud No. 57 Tahun
2014 menjelaskan tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Dalam Pasal 1 Ayat 1 Permendikbud No. 57 Tahun 2014 dijelaskan bahwa kurikulum
pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran
2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Kurikulum
2013 ialah kurikulum yang terpadu sebagai suatu konsep ata dapat dikatakan sebagai
sebuah sistem atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik. Dalam
Kurikulum 2013 ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang
akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter dalam Kurikulum
2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah
pada budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang
sesuai dengan standar kompetesi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Dalam Pasal 1 Ayat 2 Permendikbud No. 57 Tahun 2014 dijelaskan bahwa
Kurikulum 2013 terdiri dari kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, silabus,
serta pedoman mata pelajaran dan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran yang
dilaksanakan pada Kurikulum 2013 tidak seperti pembelajaran pada KTSP dan KBK,
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan berbasis tematik. Pembelajaran

7
tematik adalah bentuk model pembelajaran terpadu yang menggabungkan suatu konsep
dalam beberapa materi, pelajaran atau bidang studi menjadi satu tema atau topik
pembahasan tertentu sehingga terjadi integrasi antara pengetahuan, keterampilan dan
nilai yang memungkinkan siswa aktif menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan otentik.
Kerangka dasar yang terdapat dalam Kurikulum 2013 berisi landasan filosofis,
sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sebagaimana tertuang dalam Standar Nasional
Pendidikan. Selanjutnya, struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan
pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar. Kompetensi inti pada Kurikulum 2013
di Sekolah Dasar/Madrasah Ibdtidaiyah terdiri dari kompetensi inti sikap spiritual,
kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan, dan kompetensi inti
keterampilan. Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah pada setiap tingkat kelas. Sedangkan, Kompetensi Dasar pada Kurikulum
2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah berisikan kemampuan dan muatan
pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. Sama halnya dengan
kompetensi inti, kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah terdiri atas kompetensi dasar sikap spiritual, kompetensi dasar sikap sosial,
kompetensi dasar pengetahuan, dan kompetensi dasar keterampilan.
Selanjutnya, mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
dikelompokkan atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum
kelompok B. Mata pelajaran umum Kelompok A merupakan program kurikuler yang
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum Kelompok
A terdiri atas Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok
A bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah. Sedangkan, mata pelajaran
umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk

8
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
Mata pelajaran umum Kelompok B terdiri atas Seni Budaya dan Prakarya dan
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Muatan dan acuan pembelajaran mata
pelajaran umum Kelompok B bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah dan
dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan
pendidikan.
Dalam Pasal 7 Permendikbud No. 57 Tahun 2014 dijelaskan bahwa beban belajar
di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas kegiatan tatap muka, kegiatan
terstruktur, dan kegiatan mandiri. Beban belajar merupakan keseluruhan muatan dan
pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester,
dan satu tahun pelajaran. Beban belajar kegiatan tatap muka dinyatakan dalam jumlah
jam pelajaran per minggu, dengan durasi setiap satu jam pelajaran adalah 35 (tiga puluh
lima) menit. Sedangkan, Beban belajar kegiatan terstruktur dan beban belajar kegiatan
mandiri paling banyak 40% (empat puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka tema
pembelajaran yang bersangkutan. Selanjutnya, Pasal 8 Permendikbud No. 57 Tahun
2014 menjelaskan mengenai silabus yang merupakan rencana pembelajaran pada suatu
mata pelajaran atau tema pembelajaran tertentu yang mencakup Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Pendekatan pembelajaran yang berlaku di Sekolah Dasar
yaitu pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu ialah muatan
pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang
diorganisasikan dalam tema-tema.
2.3.2 Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Permendikbud) Nomor 24 Tahun 2016 berisi tentang Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Menurut peraturan ini bahwa kompetensi inti pada Kurikulum
2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang
harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Sementara yang dimaksud
dengan kompetensi dasar adalah kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang

9
harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
Dengan diberlakukannya Permendikbud No. 24 Tahun  2016 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 ini maka ketentuan yang
mengatur tentang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran dalam
Struktur Kurikulum, Silabus, Pedoman Mata Pelajaran, dan Pembelajaran Tematik
Terpadu sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Permendikbud No. 58 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah,
Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah, dan Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Kompetensi inti pada Kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada
setiap tingkat kelas. Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran
minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-
masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Berdasarkan
perkembangan dan kebutuhan pendidikan saat ini diperlukan perbaikan Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar yang mengakomodasikan prinsip-prinsip untuk memperkuat
proses pembelajaran. Karena hal tersebut, dipertimbangkan perlu perlu adanya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah yakni Permendikbud No. 24 Tahun  2016.
2.3.3 Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018
Permendikbud No. 37 Tahun 2018 merupakan salah satu peraturan yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Permendikbud No. 37 Tahun 2018 berisi tentang perubahan atas Permendikbud No. 24
Tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada Kurikulum
2013 pada pendidikan dasar dan juga pendidikan menengah. Di dalam Permendikbud
No. 37 Tahun 2018 terdapat pertimbangan baru terkait kompetensi dasar pada jenjang
pendidikan dasar dan juga pendidikan menengah. Tertulis dalam Permendikbud No. 37

10
Tahun 2018 bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dalam
mengembangkan kemampuannya pada era digital, perlu menambahkan dan
mengintegrasikan muatan informatika pada kompetensi dasar dalam kerangka dasar dan
struktur Kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dari
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa yang menjadi pertimbangan dikeluarkannya
Permendikbud No. 37 Tahun 2018 ialah perlunya peningkatan kemampuan peserta
didik di muatan informatika dalam menghadapi era digital.
Di dalam Pasal 2A Permendikbud No. 37 Tahun 2018 dijelaskan tentang
implementasi dan pengintegrasian muatan informatika dalam pembelajaran pada
pendidikan dasar dan juga menengah. Dijelaskan bahwa muatan informatika pada
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dapat digunakan sebagai alat pembelajaran
dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan/atau muatan lokal, sedangkan Mata
Pelajaran Informatika pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dimuat dalam
Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai acuan pembelajaran. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa adanya perbedaan dalam hal pengintegrasian
muatan informatika pada pendidikan dasar dan juga pendidikan menengah. Dalam
pendidikan dasar, muatan informatika digunakan sebagai alat pembelajaran ataupun
dipelajari dalam ekstrakurikuler/muatan lokal, sedangkan pada pendidikan menengah
langsung termuat dalam Kompetensi Dasar yang artinya langsung dalam muatan
pelajaran.
Pembelajaran informatika tidak lepas dari pemanfaatan TIK yang merupakan satu
kesatuan pengetahuan atau keterampilan yang utuh.  Namun Pemanfaatan TIK sebagai
alat pembelajaran dalam dunia pendidikan tidaklah cukup, karena saat ini dunia global
telah memasuki era revolusi industri generasi keempat atau Revolusi Industri 4.0 yang
tidak dapat dihindari oleh bangsa Indonesia. Revolusi Industri 4.0 menghadirkan sistem
cyber-physical, di mana industri bahkan kehidupan sehari-hari mulai bersentuhan
dengan dunia virtual yang berbentuk komunikasi manusia dengan mesin yang ditandai
dengan kemunculan berbagai piranti-piranti baru yang bersifat digital.  Era ini
menghadirkan teknologi disruptif (disruptive technology) yang menggantikan peran
manusia. Demikian juga manusia dalam bermasyarakat sudah memasuki era Society 5.0
di mana masyarakat hidup di dunia nyata dan sekaligus di dunia digital.

11
Untuk mengikuti perkembangan tersebut di atas, pemerintah dalam hal ini
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud No. 37 Tahun 2018
sebagai langkah memberikan muatan informatika sebagai dasar-dasar pengetahuan dan
kompetensi yang dapat membentuk manusia Indonesia menjadi insan yang cerdas dan
punya daya saing di kawasan regional maupun global.
2.3.4 Permendikbud Nomor 105 Tahun 2014
Permendikbud No. 105 Tahun 2014 merupakan salah satu peraturan yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Permendikbud No. 105 Tahun 2014 berisi tentang pendampingan pelaksanaan
Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Isi dari
permendikbud ini lebih kepada operasional pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
pendidikan dasar dan menengah bukan berkaitan langsung dengan konten pembelajaran
pada Kurikulum 2013. Hal yang menjadi pertimbangan dari dikeluarkannya
Permendikbud No. 105 Tahun 2014 ialah dalam rangka menjamin terlaksananya
Kurikulum 2013 secara efektif dan efisien pada satuan pendidikan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendampingan Pelaksanaan
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendampingan
dilakukan agar pelaksanaan Kurikulum 2013 di setiap instansi pendidikan dasar dan
menengah dapat terlaksana dengan baik, efektif, dan juga efisien. Peran warga sekolah,
khusunya guru sangat penting dalam menunjang keberhasilan Kurikulum 2013. Guru
dituntut melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar siswa mampu memahami
materi yang diajarkan serta mampu mengaplikasikan konsep yang dipelajarinya di
sekolah. Beranjak dari hal tersebut tentunya pelaksanaan pendampingan/monitoring
sangat penting untuk dilaksanakan.
Pada Pasal 2 Permendikbud No. 105 Tahun 2014 dijelaskan tujuan dari
pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013, yaitu memfasilitasi proses adopsi
Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan, memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi
sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan,
memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan, dan memperkuat
pemahaman dan membangun kepercayaan diri dalam pelaksanaan pembelajaran
berbasis Kurikulum 2013. Sasaran pendampingan tersebut ialah kepada para pengawas
satuan pendidikan, kepala satuan pendidikan, dan juga tenaga pendidik. Selanjutnya,

12
pada Pasal 4 Permendikbud No. 105 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pendampingan
pelaksanaan Kurikulum 2013 berisi tentang penguatan substansi bahan ajar untuk setiap
mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran, penguatan sistem pembelajaran pada
Kurikulum 2013, penguatan sistem penilaian hasil belajar oleh pendidik pada
Kurikulum 2013 dan pengisian laporan hasil belajar peserta didik, pengembangan
perangkat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan pengembangan model
penelusuran minat peserta didik melalui bimbingan dan konseling.
Pendampingan dilakukan agar pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan
dengan lancar. Hal-hal penting seperti bahan ajar hingga penilaian hasil belajar menjadi
objek yang diperhatikan dalam pendampingan. Penguatan serta pengembangan setiap
substansi perlu dilakukan agar pembelajaran terlaksana dengan efektif serta bermakna
bagi siswa/peserta didik.

13
3 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Sebagai calon guru hendaknya kita berusaha untuk mempelajari dan memahami
dinamika perubahan kurikulum yang ada di Indonesia. Selain itu, saat ini pendidikan di
Indonesia menggunakan Kurikulum 2013 sehingga guru harus berusaha menyesuaikan
diri dengan kurikulum tersebut agar menghasilkan siswa yang mampu bersaing dengan
berbagai kemajuan yang ada dan bahkan menciptakan kemajuan itu sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Machali. (2016). The Handbook Of Education Management: Teori dan Praktik


Pengelolaan Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Prenadamedia Group
Muhammedi, M. (2016). Perubahan Kurikulum Di Indonesia: Studi Kritis Tentang
Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal. Jurnal
Raudhah, 4(1).
Permendikbud Nomor 24 Tahun  2016.

Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018.

Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014.

Permendikbud Nomor 105 Tahun 2014.

Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Bandung : Sinar.

Suhariyono Ar, SH., M. (2009). Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri.


1(September), 1–2.
Tesano. (2011). Hirarkhisitas Kedudukan Peraturan Menteri Dengan Peraturan
Daerah Dalam Sistem Peraturan Perundang-Undangan Di Tinjau Dari
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. July, 1–7.
Wahyuni, F. (2015). Kurikulum dari masa ke masa. Jurnal, Al-Adabiya, 10(2).

Wirianto, D. (2014). Perspektif historis transformasi kurikulum di Indonesia. Islamic


Studies Journal, 2(1).

15

Anda mungkin juga menyukai