Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BK DALAM KURIKULUM 2013

Nama Mahasiswa :
Chronika Febrianti ( 1213113009 )

Eka Santi Sinamo (1213313046 )

Elsa Meriska Br. Siboro ( 1213313007)

Dosen Pengampu : Dra. Rahmulyani. M.Pd. Kons

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan rahmat – Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul BK
DALAM KURIKULUM 2013 ini dengan baik dan tepat waktu .

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu Dra. Rahmulyani M.Pd. Kons , pada mata kuliah BIMBINGAN DAN KONSELING .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi kita semua .

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritikdan
saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan
makalah ini . Akhir kata kami mengucapkan trima kasih kepda semua pihak yang
telah membantu memberikan arahan dan motivasi kepada kami untuk menyusun
makalah ini . Semoga makalah ini dapat memberikan dan menambah wawasan
pengetahuan untuk para pembaca .

Medan, Oktober 2021

Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
A. Implementasi Program Bimbingan dan Konseling Pada Kurikulum 2013
B. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Kurikulum 2013
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang terpadu
dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, upaya guru
membimbing maupun berbagai aspek yang terlingkup dalam program
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan yang
diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan di lembaga yang
bersangkutan. Bimbingan dan Konseling diposisikan oleh negara sebagai
profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan, yaitu
dengan menegaskan dalam Undang -undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa
konselor adalah pendidik profesional, sebagaimana juga guru, dosen, dan
pendidik lainya.
Dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini sedang ramai-ramainya
membicarakan tentang kurikulum 2013. Sosialisasi kurikulum 2013 sedang
dilaksanakan disetiap daerah sampai pelosok. Melihat maraknya pembicaraan
tentang kurikulum 2013, membuat suatu motivasi bagi konselor untuk
mengetahui, bagaimana posisi bimbingan dan konseling dalam kurikulum
2013, dan ternyata hal ini telah ramai juga dibicarakan oleh masyarakat
bimbingan dan konseling dalam mebahas fungsi dan peran bimbingan dan
konseling dalam impelemntasi kurikulum 2013.
Berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 khusus untuk kegiatan
bimbingan dan konseling menegaskan adanya daerah garapan yang disebut
peminatan siswa. Bidang peminatan ini menjadi substansi pokok pekerjaan
para konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah. Program
Bimbingan dan Konseling diarahkan kepada upaya yang memfasilitasi siswa
untuk mengenal dan menerima dirinya sendiri serta lingkungannya secara
positif dan dinamis, dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung
jawab, mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan produktif,
sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan, serta menyangkut
upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program Bimbingan dan Konseling pada


Kurikulum 2013

2. Bagaimana pelaksanaan layanan peminatan di Lembaga Satuan Pendidikan.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan laporan
observasi ini alah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi Bimbingan dan Konseling pada Kurikulum


2013
2. Untuk mengetahui pelaksanaan layanan peminatan di Lembaga Satuan
Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai


tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.Kurikulum 2013 diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 yang
merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya
yaitu kurikulum KTSP. Dalam bidang kerja guru BK, kurikulum 2013 memiliki
karakteristik tersendiri. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah, kurikulum 2013 ini memiliki perbedaan yang khas dengan kurikulum
sebelumnya, yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 dalam sudut
pandang BK. Dalam perubahan kurikulum 2013 dapat menimbulkan
permasalahan bagi siswa jika tidak mampu menetapkan pilihan
peminatannya. Salah satu karakteristik kurikulum 2013 dalam sudut pandang
BK adalah adanya pembagian tiga arah peminatan, yaitu peminatan kelompok
mata pelajaran, lintas minat, dan pendalaman minat (Kemendikbud, 2013).
Untuk itulah perlu adanya pelayanan peminatan akademik yang diberikan
guru BK kepada siswa dalam memilih dan menetukan. kelompok peminatan
yang akan dijalaninya di sekolah. Karakteristik kurikulum 2013 ialah
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa belajar berdasarkan
minat mereka.

Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia, perlu diketahui


bahwa

bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam


implementasi kurikulum

2013, karena bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi, secara


kolaboratif, dalam hal hal berikut:

1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik


Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No.
20 tahun 2003 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013
sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses
pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi peserta
didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya
adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik
yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip prinsip
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam
kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan potensi peserta didik. Untuk mewujudkan
lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya: (1) memahami kesiapan
belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan

dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta


didik, (3) melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta
didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi
peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat
dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan
konseling.

2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas

Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya


layanan peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi,
aksesibilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan
pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik.
Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru
mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk:

(1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik

(2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan


kebutuhan peserta didik

(3) membimbing berkembangan nribadi, sosial, belajar dan karir


3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach

Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan,


sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013
menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan.
Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup
menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi
outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru
bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya
terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara lain:

(1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga,

(2) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan,

(3) "intervensi" terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu


perkembangan peserta didik.

Paradigma Baru Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan tuntutan kurikulum 2013 dan kesadaran penuh bahwa kiprah


bimbingan dan konseling selama ini belum optimal, maka perlu dipikirkan
orientasi baru atas peran dan fungsi bimbingan dan konseling dalam konteks
kurikulum 2013.

Proses membantu perkembangan peserta didik secara utuh dan optimal


sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru
mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling, dan tenaga pendidik
lainnya sebagai mitra kerja, namun masing masing pihak tetap memiliki
wilayah tugas atau pelayanan spesifik dalam mendukung realisasi diri dan
pencapaian perkembangan peserta didik secara optimal (Faiver, Eisengart,
&Colonna, 2004). Dalam praktik sejak pendidikan prajabatan (seperti kita saat
ini), persoalan kolaborasi antar pendidik menjadi pekerjaan yang selalu
terhambat. Sementara kebutuhan akan kolaborasi tim kerja menjadi bagaian
yang tidak bisa ditinggalkan.
Peminatan pada dasarnya merupakan misi yang harus diemban bersama
oleh seluruh jajaran pendidik dan tenaga kependidikan di tiap satuan
pendidikan. Proses penelusuran, penyemaian, dan pemeliharaan peminatan
peserta didik menjadi tugas guru sebagai pendidik profesional sebagaimana
termuat dalam pasal 1 ayat (1) UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang menyatakan bahwa tugas utama guru adalah "... mendidik,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik..." itu mengkomunikasikan bahwa guru, termasuk guru BK, memiliki
tanggung jawab dalam peminatan siswa secara terpadu di dalam proses
pembelajaran dan bimbingannya.

Fungsi BK di Sekolah

Bimbingan dan penyuluhan di sekolah ini sudah memenuhi fungsi


sebagaimana mestinya, karena BP di sekolah ini sudah menerapkan kelima
fungsi BK. Yaitu, fungsi pemahaman adalah mencoba mendekati siswa dan
mengidentifikasi permasalaha pada siswa atau untuk membantu peserta didik
dalam memahami diri dan lingkungan. Fungsi pencegahan adalah memberikan
pengertian pada guru mata pelajaran untuk memahami kondisi siswa atau
untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri
dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
Fungsi pengentasan, membantu serta didik dalam memecahkan masalah yang
dialami siswa. Fungsi pemeliharaan, emberikan perhatian kepada semua siswa
secara merata atau membantu peserta didik memelihara dan menumbuh
kembangkan berbagai potensi dan kondisi yang dimiliki fungsi
pengembangan, dengan menanamkan nilai-nilai yang baik kepada siswa dan
mengapresiasi siswa yang tidak melangar peraturan sekolah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Dalam pengembangan rangkaian kegiatan pendidikan, selalu didasarkan


pada kekuatan sekolah. Terkait dengan hal di atas, Guru BK ambil peran
kepemimpinan yang dalam kinerjanya dan dalam pengambilan keputusan
dipandu oleh data. Oleh karena tujuan reformasi agar semua siswa mencapai
standar tinggi maka perlu dukungan yang kuat dari berbagai pihak yang
berkepentingan. Guru BK berperan dalam konteks keberhasilan semua siswa.
Dalam hal ini, Guru BK tidak hanya di pinggir-pinggir proses peningkatan
prestasi siswa. Mereka harus mengambil peran memimpin perubahan,
menjadi pemimpin bagi peningkatan kualitas pendidikan sekolah. Guru BK
harus menggunakan banyak waktu untuk bekerja dengan semua staf sekolah
dengan anggota masyarakat untuk membantu siswa berhasil di sekolah.

Dalam konteks peminatan, sebagaimana diamanahkan dalam kurikulum,


Guru BK perlu memerankan diri menjadi pengases, pendamping, pengawal
peminatan sejak penerimaan siswa baru sampai siswa lulus dan melakukan
rekomendasi ke jenjang pendidikan lebih lanjut atau ke dunia kerja. Kerja tim
dalam mengembangkan hard skills dan soft skills siswa harus menjadi hal
pokok dalam kerja bersama guru BK dan guru mata pelajaran secara simultan.
Ujung kerja bersama pendidik di sekolah berupa berkembangnya karakter
yang kuat dari semua siswa yang dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
tertentu secara produktif dan menggembirakan sesuai dengan visi dan misi
pendidikan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan tertentu secara produktif
dan menggembirakan sesuai dengan visi dan misi pendidikan.

B. Saran
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan di atas, bahwa guru BK harus
mengembangkan rangkaian pendidikan yang berdsarkan kekuatan pada
sekolah . Tujuannya agar semua siswamampu mencapai standar tinggi yang
perlu dukungan yang kuat dari berbagai pihak yang berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Salahudin.2010. Bimbingan Konseling Bandung: Pustaka Setia. Hasyim Farid.


2010. Bimbingan dan Konseling Religius. Jakarta: ar-ruzz media. Prayitno dan
Erma Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jogjakarta: Pelajar-pelajar.

Anda mungkin juga menyukai