Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian integral
dari pendidikan yang secara sadar memposisikan kemampuan peserta didik untuk
mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier itu ditumbuhkan
secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dan
oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal,
dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan sendirian oleh Konselor, atau
yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN: 2007).
Pada tahun 2013 ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Khusus Lampiran IV
tentang Pedoman Umum Pembelajaran Bagian VIII mengenai Konsep dan Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling. Peraturan ini paling lengkap memuat substansi tentang Bimbingan
dan Konseling dan secara jelas menyebutkan hal-hal pokok yang menjadi kelengkapan
substansi pelayanan Bimbingan dan Konseling baik dalam implementasinya Peraturan Meteri
Pendidikan dan Kebudayaan ini di satuan-satuan pendidikan maupun sebagai suatu profesi.
Substansi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan konsep tentang
arah layanan dan pengembangan BK, komponen dan strategi layanan, arah pelaksanaan, dan
pelaksana layanan yaitu Guru BK atau Konselor dan pihak-pihak yang terkait demi suksesnya
pelayanan BK dalam rangka keseluruhan proses pembelajaran di satuan-satuan pendidikan.
Ini berarti bahwa proses peminatan, yang difasilitasi oleh layanan bimbingan dan konseling,
tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan yang
dipilih peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi dasar bagi
perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan pembelajaran
yang
mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, dan penyiapan
lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung. Dalam konteks ini bimbingan dan
konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal- hal berikut:
a) Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh,
kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara
pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi
perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran
dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi
perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya memerlukan penerapan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke
dalam kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan potensi peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan
belajar dimaksud, guru hendaknya:
1. memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan
konseling dalam pembelajaran,
2. melakukan asesmen potensi peserta didik,
3. melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik,
4. mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.
Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui
kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.