Anda di halaman 1dari 21

CAPAIAN LAYANAN BIMBINGAN

KONSELING
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
SMK NEGERI 2 PEKALONGAN

Di Susun Oleh :
TIM BK
SMK NEGERI 2 PEKALONGAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2022 / 2023

1
Capaian Layanan Bimbingan dan Konseling
Diambil dari :

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN


PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
NOMOR. 008/H/KR/2022:

1. CAPAIAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


A. Rasional Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan komponen integral sistem pendidikan pada
setiap satuan pendidikan, yang berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik
agar mencapai perkembangan yang utuh dan optimal. Sebagai komponen integral, wilayah
bimbingan dan konseling yang memandirikan secara terpadu bersinergi dengan wilayah
layanan administrasi dan manajemen, serta wilayah kurikulum dan pembelajaran yang
mendidik. Pribadi mandiri yang dimaksud adalah pribadi yang mampu mengendalikan diri
dengan baik serta merespon kebutuhan lingkungan dengan tepat. Peserta didik pada
akhirnya diharapkan mampu mencapai kesejahteraan dalam hidupnya (wellbeing).

Peran bimbingan dan konseling saat ini dipandang semakin penting manakala dikaitkan
dengan tantangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Pengaruh teknologi dan
informasi yang semakin canggih, perubahan orientasi kehidupan yang begitu cepat akan
berdampak pada perilaku peserta didik. Tidak dipungkiri juga saat ini berkembang trans-
ideology yang bisa berseberangan dengan ideologi Pancasila sehingga perlu adanya
upaya-upaya untuk mengantisipasi hal tersebut. Dalam konteks perubahan yang terjadi
saat ini peran bimbingan dan konseling perlahan semakin eksis dan diakui, baik secara
keilmuan maupun praksis dan praktiknya. Bimbingan dan konseling dalam setting
pendidikan semakin penting dan sinergis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan
yang holistik.

Eksistensi bimbingan dan konseling dapat dilihat dari capaian layanan bimbingan dan
konseling (CLBK) dengan upaya mewujudkan kesejahteraan hidup (wellbeing), profil
pelajar Pancasila dan penguatan pendidikan karakter peserta didik. Dimensi wellbeing

2
mencakup penerimaan diri (self acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive
relationship with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental
mastery), tujuan hidup (purpose in life), serta pertumbuhan pribadi (personal growth),
(Ryff, 1989; 1995; 2014). Elemen Profil Pelajar Pancasila mencakup Beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME dan berakhak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif. Selanjutnya nilai utama penguatan pendidikan karakter (PPK)
mencakup religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas.

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada setiap jenjang memiliki arah dan
tujuan sesuai tugas perkembangan konseli yang dirumuskan dalam bentuk standar
kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD). Dalam SKKPD terdapat 11 aspek
perkembangan yaitu (1) landasan hidup religius, (2) landasan perilaku etis, (3) kematangan
emosi, (4) kematangan intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab sosial,
(6) kesadaran gender, (7) pengembangan diri, (8) perilaku kewirausahaan (kemandirian
perilaku ekonomis), (9) wawasan dan kesiapan karier, (10) kematangan hubungan dengan
teman sebaya, dan (11) kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007). Merujuk pada rumusan SKKPD maka tujuan dan arah
layanan bimbingan dan konseling di SMA adalah memfasilitasi tercapainya sebelas aspek
perkembangan secara utuh dan optimal.

Masa bersekolah di SMK merupakan waktu yang terbaik bagi peserta didik untuk
mengembangkan jatidiri (identitas) sebagai pribadi yang unik dan efektif, pembelajar
sepanjang hayat, insan yang produktif, dan manusia yang hidup harmonis dalam
keragaman. Pengembangan jatidiri tersebut dapat diupayakan dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling secara terencana dan sistematis melalui layanan bimbingan dan
konseling pribadi, belajar, sosial, dan karir.

Program bimbingan dan konseling memberikan layanan yang terintegrasi dengan program
pengembangan semua aspek hidup peserta didik di sekolah. Bimbingan dan konseling di
SMK diupayakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan
karir yang merupakan aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai
prestasi sesuai potensi masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan pribadi, sosial, belajar, dan karir merupakan kunci keberhasilan bagi
keberhasilan hidup peserta didik selanjutnya.

3
Kebutuhan kehidupan saat ini menghendaki adanya peranan layanan bimbingan dan konseling
yang inspiratif di SMK, mengingat kompleksitas dan keragaman program pendidikannya.
Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik SMA, kebutuhan akan layanan
bimbingan dan konseling semakin mendesak sehingga penyiapan panduan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMA merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Dengan demikian, sejak awal satuan pendidikan memiliki arah yang jelas yang
akan diikuti oleh setiap penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di SMA. Oleh
karena itu perlu dikembangkan sebuah model layanan yang akan menjadi referensi bagi
sekolah untuk diadaptasi atau diadopsi oleh sekolah penggerak.

Model layanan bimbingan dan konseling yang sepenuhnya menstimulasi perkembangan


kompetensi dan karakter secara holistik, yang dapat dilaksanakan melalui proses pelayanan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
dalam berdinamika berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab. Program
bimbingan dan konseling yang disusun harus mewadahi seluruh kegiatan layanan untuk
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menyelesaikan tahap capaian layanan dalam
rangka menyelesaikan tugas perkembangan sesuai jenjang usianya.

Oleh karena itu layanan bimbingan dan konseling harus dirancang agar sejalan dengan standar
kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD) yang dijabarkan dalam capaian layanan
bimbingan dan konseling pada fase E dan F, serta terintegrasi dalam struktur kurikulum
untuk mendukung terwujudnya profil pelajar Pancasila.

B. Tujuan Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling


Model Bimbingan dan Konseling ini bertujuan untuk memberi acuan penyelenggaraan
layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas. Secara khusus, panduan
ini bertujuan untuk:
1. memudahkan guru bimbingan dan konseling dalam menyusun desain pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah;

4
2. dapat menggambarkan berbagai layanan yang akan diselenggarakan di sekolah;
3. memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam upaya memahami
kebutuhan dan karakteristik perkembangan peserta didik atau konseli dasar
dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling;
4. memfasilitasi guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam pengelolaan
program bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan program bimbingan dan konseling;
5. memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam penyelenggaraan
berbagai layanan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta
didik mencapai perkembangan secara optimal dalam berbagai aspek
kehidupannya; dan
6. menginspirasi pimpinan satuan pendidikan, dinas pendidikan, pengawas
sekolah, lembaga pendidikan calon guru bimbingan dan konseling atau
konselor, organisasi profesi bimbingan dan konseling, dan komite sekolah
dalam monitoring, evaluasi, dan supervisi penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di Sekolah Menengah Atas.

C.KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Perkembangan individu pada setiap masa memiliki ciri khas pada setiap generasinya,
peserta didik merupakan individu yang terus menerus berkembang. Perubahan ini pun berdampak
pada perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. Pandangan terkini tentang generasi
masa depan didasari oleh perubahan teknologi yang sangat pesat yang mempengaruhi karakteristik
peserta didik.
Guru BK sudah selayaknya memahami karakteristisk peserta didik yang menjadi sasaran
layanan bimbingan dan konseling. Peserta didik yang akan menjadi subjek layanan bimbingan dan
konseling masa depan adalah generasi Z (lahir pada tahun 1995–2010) dan Alpha (lahir tahun 2010--
2024). Kedua generasi ini memiliki karakteristik khas yang belum dibahas pada teori perkembangan
yang ada. Generasi Z biasanya disebut dengan generasi internet atau i-generation. Mereka lahir pada
masa transisi perkembangan teknologi.

5
Gambar 1. Lima elemen/domain landasan pembelajaran bimbingan dan
konseling

6
Landasan Pembelajaran Seni Rupa memiliki lima elemen/domain yang mandiri
dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling mempengaruhi dan
mendukung. Setiap elemen bukan sebuah urutan atau prasyarat dari elemen
lainnya. Masing-masing mampu berdiri sendiri secara mandiri namun memiliki
hubungan dalam peran antar elemen:

Elemen Deskripsi
Mengalami Mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan
(Experiencing) pengalaman secara langsung dengan; mengamati,
mengumpulkan, dan merekam informasi visual dari
kehidupan sehari-hari sebagai sumber gagasan dalam
berkarya.
Peserta didik mengeksplorasi dan bereksperimen dengan
berbagai bahan, alat, dan prosedur dalam menciptakan
sebuah karya seni rupa.
Menciptakan Memotivasi peserta didik untuk menciptakan
(Making/Creating) sebuah karya seni rupa.
Merefleksikan Peserta didik mengevaluasi perkembangan diri, mampu
(Reflecting) menjelaskan, memberi komentar, dan umpan balik secara
kritis atas karya pribadi maupun karya orang lain dengan
mempresentasikannya secara runut, terperinci dan
menggunakan kosa kata yang tepat.

Berpikir dan Bekerja Peserta didik menggunakan berbagai sudut pandang,


Artistik (Thinking and pengetahuan dan keterampilan artistik dalam
Working Artistically) menciptakan sebuah peluang, menjawab tantangan dan
menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi
dan bereksperimen dengan alat, bahan dan prosedur
sehingga menemukan cara mereka sendiri dalam
mengembangkan gagasannya.

Berdampak (Impacting) Pembelajaran dan karya seni rupa peserta didik


diharapkan memiliki dampak positif pada dirinya,
lingkungan dan masyarakat serta dapat
dipertanggungjawabkan.

C. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling

7. Peserta didik kelas 11 memilih mata pelajaran yang diminati dari minimal 2
kelompok pilihan, hingga syarat minimal jam pelajaran terpenuhi, yaitu total
JP : 40/ minggu; JP mapel pilihan: 22 JP/Minggu
7
Fase A Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian Pembelajaran


Mengalami Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengamati
(Experiencing) elemen-elemen rupa di lingkungan kesehariannya
dan menuangkan pengalaman kesehariannya secara
visual dengan menggunakan bentuk-bentuk dasar
geometris. Peserta didik mengeksplorasi alat dan
bahan dasar dalam berkarya seperti kertas, alat
menggambar, mewarnai, membentuk,
memotong, dan merekat.

Menciptakan Pada akhir fase A, peserta didik mampu menciptakan


(Making/Creating) karya dengan mengeksplorasi dan menggunakan
elemen seni rupa berupa garis, bentuk dan warna.

Merefleksikan Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali


(Reflecting) dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan
atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni dari
orang lain) serta pengalaman dan perasaannya
mengenai karya tersebut.

Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali
Artistik (Thinking and dan membiasakan diri dengan berbagai prosedur
Working Artistically) dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka
pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik
mengetahui dan memahami keutamaan faktor
keselamatan dalam bekerja.

Berdampak (Impacting) Pada akhir fase A, peserta didik mampu menciptakan


karya sendiri yang sesuai dengan perasaan atau
minatnya.

a. Guru BK memberikan alternatif pilihan mata pelajaran berdasarkan hasil


analisis potensi diri, harapan orangtua, peluang dan arah karir peserta didik dan
rekomendasi guru mata pelajaran.
b. Kolaborasi guru BK, wali kelas dan guru mata pelajaran akan membantu peserta
didik dalam mengambil keputusan memilih mata pelajaran.
Ada 5 kelompok mata pelajaran.
• Kelompok mata pelajaran umum: semua peserta didik harus mengukuti
seluruh mata pelajaran pada kelompok ini.
• Kelompok mata pelajaran MIPA: Fisika, Kimia, Biologi, Informatika, dan
8
Matematika tingkat lanjut. Satuan Pendidikan wajib menyediakan minimal 3
(tiga) mata pelajaran.
• Kelompok mata pelajaran IPS: Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan
Antropologi. Satuan Pendidikan wajib menyediakan minimal 3 (tiga) mata
pelajaran
• Kelompok mata pelajaran Bahasa dan Budaya: Bahasa dan sastra Indonesia,
bahasa dan sastra Inggris, dan Bahasa asing lainnya. Kelompok mata pelajaran ini
dibuka sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di satuan Pendidikan.
• Kelompok mata pelajaran Vokasi dan Prakarya: Membatik, servis elektronik, desain
grafis, dsb disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia. Satuan Pendidikan bekerja
sama dengan pemangku kepentingan dan disesuaikan dengan potensi dan
kebutuhan sumberdaya yang ada. Sedangkan capaian pembelajaran mata
pelajaran Prakarya dikembangkan oleh pemerintah pusat dan dapat
dikembangkan sesuai potensi dan sumber daya atuan Pendidikan.
Khusus untuk sekolah yang ditetapkan pemerinrah, terdapat kelompok mata
pelajaran Seni dan Olahraga yang dibuka sesuai dengan sumber daya yang
tersedia di SMA.
c. Sekolah membuka minimal 2 kelompok mata pelajaran. Apabila sumberdaya
memungkinkan, sekolah dapat membuka lebih dari dua kelompok mata
pelajaran.

Elemen Capaian Pembelajaran


Mengalami Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengamati,
(Experiencing) mengenal, merekam dan menuangkan
pengalaman kesehariannya
secara visual dengan menggunakan garis pijak

9
Elemen Capaian Pembelajaran
dan proporsi walaupun masih berdasarkan
penglihatan sendiri.
Peserta didik mengenali dan dapat menggunakan
alat, bahan dan prosedur dasar dalam menggambar,
mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat.

Menciptakan Pada akhir fase B, peserta didik mampu menciptakan


(Making/Creating) karya 2 atau 3 dimensi dengan mengeksplorasi dan
menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk,
tekstur, ruang dan warna.

Merefleksikan Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengenali


(Reflecting) dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan
atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni dari
orang lain atau era atau budaya tertentu) serta
pengalaman dan perasaannya mengenai karya
tersebut.
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase B, peserta didik mulai mulai terbiasa
Artistik (Thinking and secara mandiri menggunakan berbagai prosedur
Working Artistically) dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan
media yang tersedia di sekitar. Peserta didik
mengetahui, memahami dan mulai konsisten
mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja.

Berdampak (Impacting) Pada akhir fase B, peserta didik mampu menciptakan


karya sendiri yang sesuai dengan perasaan, minat
atau konteks lingkungannya.

Capaian layanan pada setiap fase perkembangan peserta didik diwujudkan melalui berbagai
kegiatan kolaborasi dengan pihak lain. Guru bimbingan dan konseling tak dapat menjalankan
peran itu seorang diri. Pelayanan bimbingan dan konseling secara terpadu menjadi upaya
kolaborasi dan terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dan melibatkan
personel sekolah yang terkait. Kolaborasi yang sinergi dapat dilakukan mulai dari tahap awal
perencanaan hingga evaluasi akhir seluruh kegiatan.

A. KOLABORASI DALAM LAYANAN BK


1. Perencanaan Program BK
a. Kolaborasi dengan wali kelas dalam menentukan waktu yang tepat untuk
melakukan pengumpulan data pribadi peserta didik di kelas tersebut (terutama
sekolah yang tidak memiliki jam tatap muka di kelas, maka kolaborasi dengan

10
wali kelas menjadi solusi terbaik)
b. Kolaborasi dalam melengkapi prestasi akademik peserta didik di kelas tersebut
c. Kolaborasi dengan bagian/bidang kesiswaan dalam menggali data prestasi non
akademik seperti lomba-lomba dan kegiatan lainnya

d. Merencanakan program kegiatan berdasarkan hasil analisis kebutuhan (analisis


konteks) seluruh peserta didik
e. Program layanan BK disusun untuk memenuhi Capaian Layanan
Bimbingan dan Konseling.
f. Program layanan bimbingan dan konseling yang disusun dengan merujuk
pada Visi dan Misi Sekolah
2. Pengorganisasian Layanan BK
Tujuan utama dalam pengorganisasian layanan bimbingan dan konseling agar
program dapat berjalan dengan baik, lancar, efisien dan efektif. Beberapa aspek
yang memerlukan keterlibatan dan kolaborasi dalam pengorganisasian program
bimbingan dan konseling adalah:
a. sumber daya manusia di sekolah;
b. prasarana dan sarana pelayanan bimbingan dan konseling; dan
c. kerjasama pelayanan bimbingan dan konseling dengan keluarga dan
masyarakat.
3. Evaluasi
Evaluasi program perlu direncanakan untuk menilai sejauh mana pelaksanaan
program bimbingan itu mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam perencanaan
evaluasi perlu adanya rancangan pada tahapan-tahapan pelayanan bimbingan dan
konseling. Kolaborasi dalam melibatkan sumber data dan informasi untuk
pelaksanaan evaluasi akan menjadikan sebuah hasil evaluasi yang objektif dan
menjadi bahan masukan untuk tindak lanjut pada program mendatang.
4. Pelaksana
Personil pelaksana pelayanan BK adalah segenap unsur yang terkait di dalam
organigram pelayanan bimbingan dan konseling, dimana guru BK/konselor sebagai
pelaksana:
a. Kepala sekolah;
b. Wakil kepala sekolah;
11
c. Guru BK/Konselor;
d. Guru Mata Pelajaran;
e. Wali kelas;
f. Tenaga Kependidikan; dan
g. Stakeholder yang relevan.
5. Implementasi
Program layanan bimbingan dan konseling yang telah disusun akan
diimplementasikan secara sistematis oleh guru BK kepada peserta didik secara terarah
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pemetaan komponen program, bagaimana
cara layanan diberikan, serta strategi kegiatan dapat selenggarakan dijabarkan pada
tabel dibawah ini
Tabel 3.1 Tabel Komponen, Program dan Strategi Layanan
Komponen Program Bentuk Layanan Strategi Kegiatan/ Kegiatan Layanan

Layanan dasar Langsung Bimbingan Klasikal


Bimbingan Kelas Besar /Lintas Kelas
Bimbingan Kelompok
Melalui media Pengembangan media bimbingan dan
konseling
Papan bimbingan
Kotak masalah
Leaflet
Live instagram
Live Youtube
Website BK
Layanan Langsung Bimbingan Klasikal
Perencanaan Konseling Individual
Individual dan Konseling kelompok
Peminatan Bimbingan kelas besar/
lintas kelas
Bimbingan kelompok
Konsultasi
Kolaborasi
Layanan Responsif Langsung Konseling individual
Konseling kelompok
Konsultasi
Konferensi kasus
Advokasi
Melalui media Konseling melalui elektronik seperti email,
whatsApp, videocall, google meet/zoom
Kotak Masalah
Dukungan Sistem Administrasi Pelaksanaan dan tindak lanjut asesmenn
Kunjungan rumah
Penyusunan dan pelaporan program BK
Evaluasi
12
Komponen Program Bentuk Layanan Strategi Kegiatan/ Kegiatan Layanan

Pelaksanaan administrasi dan mekanisme


konseling
Kegiatan tambahan dan Kegiatan tambahan guru Bimbingan dan
pengembangan profesi konseling/konselor
Pengembangan keprofesian guru
bimbingan konseling/ konselor

Setiap komponen program memiliki kekhasan dalam penyelenggaraannya, baik itu waktu,
topik layanan, tim pelaksana, metode maupun strategi layanannya. Berikut ini adalah
uraian dari setiap komponen layanan.
a. Komponen layanan dasar
Layanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik
melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan
kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan.
1) Bimbingan klasikal (class room group guidance)
a) Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama yang dilakukan peserta didik baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
b) Umumnya dilakukan secara terjadwal di kelas minimal 1 JP (45 menit) untuk
memberikan informasi kepada peserta didik
c) Tema/topik yang diberikan dalam bimbingan klasikal merujuk pada capaian
layanan BK yang terkait dengan tugas perkembangan peserta didik yang
seyogianya telah didokumentasikan pada fase E dan F capaian layanan BK.
Tema/topik dapat disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling atau
narasumber yang relevan sesuai dengan perkembangan remaja.
d) Bimbingan klasikal diberikan pada peserta didik dalam rangka membentuk
softskill yang dibutuhkan sesuai dengan SKKPD.
2) Bimbingan dalam skala besar (large group guidance)
a) Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk memberikan materi/informasi kepada
peserta didik dalam jumlah besar dengan melibatkan manajemen sekolah.
b) Umumnya dilakukan secara tentatif di ruang besar/terbuka untuk memberikan
materi/informasi kepada peserta didik

13
c) Tema/topik yang diberikan dalam bimbingan skala besar merujuk pada capaian
layanan BK yang terkait dengan tugas perkembangan peserta didik yang
seyogianya telah didokumentasikan pada fase E dan F capaian layanan BK.
Tema/topik dapat disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling atau
narasumber yang relevan sesuai dengan perkembangan remaja.
d) Bimbingan dalam skala besar diberikan pada peserta didik dalam rangka
membentuk softskill yang dibutuhkan sesuai dengan SKKPD.
e) Tema/topik yang dapat diangkat dalam pelaksanaan bimbingan dalam skala
besar misalnya pemberian informasi layanan bimbingan konseling pada peserta didik
kelas 10 yang sedang mengikuti masa orientasi sekolah, kegiatan ekstrakurikuler,
pengenalan kurikulum sekolah mencakup struktur kurikulum sekolah, profil mata
pelajaran dan penilaian dalam proses pembelajaran, dan pengenalan personil sekolah,
sarana dan prasarana sekolah.

3) Bimbingan kelompok

a) Kegiatan ini dilakukan oleh peserta didik secara berkelompok yang terdiri atas
4-8 orang, dengan guru BK sebagai pemimpin kelompok.
b) Tujuan kegiatan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan
sosialisasi peserta didik melalui dinamika kelompok untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif dan bertanggung
jawab,.

c) Bimbingan kelompok membahas topik-topik tertentu yang mengandung


permasalahan actual (hangat) yang sedang dibicarakan di media massa,
elektronik, sosial media dsb dan menjadi perhatian peserta didik.
d) Berbagai tema/topik yang bisa diangkat diantaranya konsep diri positif, tips
belajar efektif secara daring, komunikasi efektif melalui sosial media, Prostitusi
online, cyber bullying, manajemen waktu, demo yang dilakukan oleh peserta
didik.

b. Komponen perencanaan individual dan peminatan


Layanan perencanaan individual dan peminatan merupakan proses pemberian

14
bantuan kepada semua peserta didik dalam membuat dan mengimplementasikan
rencana pribadi, sosial, belajar, dan karir. Tujuan utama layanan ini ialah membantu
peserta didik belajar memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya
sendiri dan mengambil tindakan secara proaktif terhadap informasi tersebut. Strategi
yang dapat dilaksanakan dalam layanan perencanaan individual dan peminatan
diantaranya adalah :

1) kolaborasi Guru BK dengan tim kurikulum


a) Membuat pemetaan minat peserta didik terhadap arah pilihan mata
pelajaran
b) Menyusun panduan pemilihan mata pelajaran dan pemindahan pilihan
mata pelajaran

c) Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat


memberikan informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja
(tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja);
2) kolaborasi dengan wali kelas
a) Kolaborasi dengan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang
peserta didik seperti prestasi belajar, kehadiran, dan aspek pribadi
b) Menciptakan lingkungan sekolah agar tercapai keadaan wellbeing bagi
peserta didik
c) Mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling

3) kolaborasi dengan guru mata pelajaran

a) Membantu memecahkan masalah peserta didik yang terkait dengan mata


pelajaran
b) Membantu peserta didik menentukan pilihan mata pelajaran yang diminati
dan linear dengan program studi atau jurusan yang akan dipilih di perguruan
tinggi
c) Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui program
remedial teaching;
d) Memberikan informasi tentang profile mata pelajaran yang diampu dengan
bidang kerja/karir yang diminati peserta didik;
15
c. Komponen layanan responsif

Layanan responsif adalah pemberian bantuan terhadap peserta didik yang memiliki
kebutuhan dan masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Isi layanan
responsif ini antara lain berkaitan dengan penanganan masalah- masalah belajar,
pribadi, sosial, dan karir

Tujuan layanan ini ialah memberikan;

1) Intervensi terhadap peserta didik yang mengalami krisis. Peserta didik yang telah
membuat pilihan yang tidak bijaksana atau peserta didik yang membutuhkan
bantuan penanganan dalam bidang kelemahan yang spesifik dan

2) Pencegahan bagi beserta didik yang berada di ambang pembuatan pilihan yang
tidak bijaksana.

Bentuk kegiatan layanan responsif diantaranya adalah :


a. Konseling individual

1) Konseling individual dilakukan antara guru BK atau konselor dan peserta


didik/ konseli bertujuan untuk terentaskannya masalah yang dialami konseli
2) Konseling individual dilakukan secara tatap muka. Namun dengan
berkembangnya teknologi, konseling ini dapat juga dilakukan secara virtual
dengan media zoom meeting, gmeet, video call ataupun internet.

b. Konseling kelompok

1) Konseling kelompok adalah salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan
konseling yang beranggotakan 4-8 orang dengan guru BK atau konselor
sebagai pemimpin kelompok dengan mengaktifkan dinamika kelompok agar
terentaskannya permasalahan individu dalam kelompok.
2) Konseling kelompok bertujuan (1) terkembangkannya perasaan, pikiran,
wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku yang bertanggung jawab,
khususnya dalam bersosialisasi/ berkomunikasi (2) terpecahkannya masalah
individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah
tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan konseling kelompok
16
3) Tata cara pelaksanaan konseling kelompok adalah masing-masing anggota
kelompok secara bergantian mengungkap kan permasalahan yang akan
dientaskan dalam kelompok, kemudian disepakati permasalahan anggota
kelompok siapa yang akan dientaskan terlebih dahulu, kemudian anggota
kelompok yang lain secara bergantian pula memberikan pendapat dari
permasalahan anggota kelompok yang dibahas dengan memegang azas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan dan kenormatifan.

c. Kolaborasi dengan Orangtua


Kolaborasi dengan orang tua yang memungkinkan terjadinya saling memberi
informasi, pengertian dan tukar pikiran antara konselor dengan orang tua, dalam
upaya memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui kolaborasi yang efektif dapat
menciptakan kerja sama yang harmonis dengan orang tua dalam membantu
peserta didik dan membangun komitmen bersama dalam menangani permasalahan
konseli.

d. Konferensi kasus

1) Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dipayakan oleh guru BK


atau konselor untuk membahas suatu kasus dan arah-arah
penanggulangannya
2) Pihak yang dilibatkan biasanya yang terkait dengan penanggulangan kasus
tersebut seperti guru mata pelajaran, orang tua, kepala sekolah, dsb. Tentunya
pihak tersebut diharapkan memiliki komitmen yang cukup tinggi demi
tertanganinya kasus dengan baik dan tuntas.

e. Kunjungan Rumah

1) Kunjungan rumah merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi keluarga


dalam kaitannya dengan permasalahan peserta didik yang menjadi
tanggungjawab konselor dalam pelayanan konseling.
2) Tujuan : (1) diperoleh berbagai informasi atau data yang dapat digunakan
untuk lebih mengefektifkan layanan konseling (2) mendorong partisipasi
orangtua (dan anggota keluarga lainnya) untuk sebesar- besarnya memenuhi

17
kebutuhan anak atau individu yang dimaksudkan
3) Pihak yang dilibatkan : Wali kelas dan guru BK

f. Alih Tangan Kasus

1) Tujuan alih tangan kasus adalah agar peserta didik yang mengalami masalah
yang tidak dapat ditangani oleh guru BK (diluar kewenangan guru BK)
dapat dialihtangakasuskan kepada ahli dan profesioanl.

2) Beberapa masalah yang dapat dialihtangankasuskan diantaranya : (1)


penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan); (2) kriminalitas,
dalam segala bentuknya, yang menuntut siapapun yang mengetahuinya
(apalagi melakukannya) harus lapor kepada pihak berwajib; (3)
psikotropika, yang di dalamnya terkait masalah kriminalitas dan penyakit;

g. Bimbingan Teman Sebaya


1) Bimbingan teman sebaya adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang
diberikan oleh koneli tertentu terhadap konseli lainnya dalam merealisasikan
tugas-tugas perkembangan serta mengentaskan masalah-masalah yang
dihadapi baik bidang pribadi, sosial,belajar,maupun karir.
2) Tujuan dari bimbingan teman sebaya adalah mengembang-kan potensi
peserta didik secara optimal, mengembangkan hubungan sosial, keakraban,
kepedulian, dan kebersamaan teman sebaya, memotivasi konseli dalam
mengentaskan permasalahan yang dihadapi, dan mengoptimalkan pelayanan
bimbingan konseling di sekolah.

4. Komponen dukungan sistem

Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata


kerja infrastruktur dan pengembangan keprofesionalan guru bimbingan dan
konseling atau konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan peserta didik. Aktivitas yang dilakukan dalam dukungan sistem
antara laian (1) administrasi yang di dalamnya termasuk melaksanakan dan

18
menindaklanjuti kegiatan asesmen, kunjungan rumah, menyusun dan melaporkan
program bimbingan dan konseling, membuat evaluasi, dan melaksanakan
administrasi dan mekanisme bimbingan dan konseling, serta (2) kegiatan
tambahan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan pengembangan
profesi bimbingan dan konseling.
ALUR CAPAIAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING JENJANG
SMK

Fase E Fase F
Aspek
No. (SMA Kelas (SMA Kelas XI-XII)
Perkembangan
X) Pada fase ini peserta didik dapat:
Pada fase ini peserta didik dapat:
1 Landasan Hidup Melaksanakan berbagai bentuk dan tata Melaksanakan berbagai bentuk dan tata
Religius cara ibadah sehari-hari atas dasar keyakinan cara ibadah sehari-hari atas dasar
yang dimiliki secara konsisten. keyakinan yang dimiliki secara konsisten
disertai sikap toleransi.
2. Landasan Berperilaku berdasarkan keragaman Berperilaku atas dasar keputusan yang
Perilaku Etis sumber norma dan aspek etis dalam mengintegrasikan keragaman norma dan
kehidupan sehari-hari. aspek etis dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kematangan Mengembangkan ragam ekspresi Menyesuaikan ekspresi perasaan diri dan


Emosi perasaan diri sendiri secara bebas dan orang lain secara tepat untuk menyelesaikan
konflik
terbuka tanpa menimbulkan konflik

4. Kematangan Mengembangkan ragam alternatif Mengembangkan ragam alternatif


Intelektual pengambilan keputusan dan pengentasan pengambilan keputusan dan pengentasan
masalah secara objektif menggunakan konsep masalah secara objektif menggunakan
ilmu pengetahuan dan perilaku belajar konsep ilmu pengetahuan dan perilaku
belajar beserta konsekuensinya.

5. Kesadaran Berinteraksi secara harmonis dengan orang Menunjukan kesamaan (equality) dan/atau
Tanggung jawab lain sesuai hak dan kewajiban kesetaraan (equity) dalam berinteraksi
dengan orang lain sesuai hak dan kewajiban

6. Kesadaran Menunjukkan kolaborasi secara harmonis Mendesain bentuk kolaborasi secara


Gender dengan lain jenis sesuai peran sosial. harmonis dengan lain jenis dalam
keberagaman peran sosial.
7. Pengembangan Berperilaku secara tepat sesuai dengan Mengelola dan Mengembangkan
Pribadi kemampuan dan keunikan diri dalam kemampuan dan keunikan diri yang
lingkungan sosial yang lebih luas. dimiliki dalam lingkungan sosial yang
lebih luas.

8. Perilaku Mempraktekkan nilai-nilai hidup hemat, Berperilaku hemat, ulet, kompetitif,


Kewirausahaan/ ulet, kompetitif, dan kolaboratif untuk kompetitif, dan kolaboratif sesuai dengan
Kemandirian mencapai hidup mandiri. karakteristik wirausaha, atas dasar
Perilaku kesadaran diri.
Ekonomis

19
9. Wawasan Mengembangkan alternatif perencanaan Menentukan alternatif perencanaan karir
Kesiapan Karir karir dengan mempertimbangkan dengan mempertimbangkan kemampuan,
kemampuan, nilai-nilai, persyaratan, nilai-nilai, persyaratan, peluang dan ragam
peluang dan ragam pendidikan lanjutan. pendidikan lanjutan.

20
10. Kematangan Menunjukkan jalinan persahabatan dengan Mengembangkan kemampuan kerja sama
Hubungan teman sebaya antar budaya dengan yang harmonis dengan teman sebaya antar
dengan Teman memperhatikan norma-norma dan nilai- nilai budaya tanpa stereotip dan prasangka
Sebaya yang dijunjung tinggi bersama

11. Mencapai Mengeksplorasi norma-norma dan persiapan Menunjukkan perilaku kesiapan


kematangan dan yang dibutuhkan dalam pernikahan dan pernikahan dan hidup berkeluarga
kesiapan diri berkeluarga (agama, fisik, psikologis, sosio- berdasarkan norma-norma (agama, fisik,
untuk menikah ekonomi, ilmu pengetahuan) psikologis, sosio-ekonomi, ilmu
dan berkeluarga pengetahuan).
(bidang Pribadi)

21

Anda mungkin juga menyukai