Anda di halaman 1dari 20

PENGELOLAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI TIAP JENJANG


PENDIDIKAN
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Bimbingan Konseling

Disusun Oleh:
Refiana Ayu Nurul Hidayah (NIM: 2220202198)
Nur Afriza (NIM: 2220202200)
Fikri Hindratno (NIM: 2220202206)

Dosen Pengampu :
Ani Marlia, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia
yang tidak henti-hentinya penulis terima di sepanjang hidup. Dia-lah Dzat yang
memampukan penulis dari segala kemustahilan dalam menyelesaikan penyusunan
makalah Bimbingan Konseling ini dengan tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, penulis mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan untuk belajar dan
bermanfaat bagi pembacanya. Akhir kata penulis berterima kasih kepada pihak
yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Palembang, Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya sekolah di era modern ini membutuhkan pelayanan dalam hal
bimbingan konseling untuk peserta didik. Ini di maksudkan untuk bisa
mengendalikan laju pengaruh globalisasi yang kian marak kita saksikan di seluruh
lini terkecil dalam masyarakat. Di berbagai media kita akan banyak disuguhkan
beberapa bentuk kenakalan remaja, sungguh ironis memang. Lalu apakah kita akan
menyalahkan pemerintah saja tanpa ada perbaikan dari tingkat dasar? Pemerintah
hanya mampu memberikan kurikulum yang terbaik untuk kita, dan satu-satunya
pemegang wewenang untuk mengolah peserta didik sedemikian rupa adalah di
tangan kita para calon pendidik.
Pengelolaan pelayanan bimbingan di dukung oleh adanya organisasi, personal
pelaksana, sarana dan prasarana, dan pengawasan pelaksanaan pelayanan
bimbingan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dari
tingkat satuan pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi dewasa ini
semakin dibutuhkan. Seiring dengan pesatnya ilmu pengrtahuan dan teknologi,
berbagai persoalan pun muncul dengan segala kompleksnya. Dunia pendidikan
tampaknya belum sepenuhnya mampu menjawab berbagai persoalan akibat
perkembangan IPTEK, indikasinya adalah muculnya berbagai penyimpangan
perilaku dikalangan peserta didik yang sepantasnya tidak dilakukan oleh seorang
atau orang-orang yang disebut terdidik. Selain itu potensi bakat minat siswa sebagai
individu belum tersalurkan secara optimal melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di dalam kelas.
Untuk berusaha memecahkan persoalan di atas maka sekolah harus
memberikan pelayanan bimbingan konseling untuk para siswanya guna
meminimalisir berbagai penyimpangan dari peserta didik. Optimalisasi pelayanan
bimbingan dan konseling, di sekolah dan madrasah perlu dilakukan sehingga
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah maupun madrasah benar-benar
memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi dan tujuan sekaolah madrasah
yang bersangkutan. Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah perlu didukung oleah sumber daya manusia ( Guru BK ) yang
memadai dalam arti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang bimbingan dan
koseling.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di tiap jenjang pendidikan?
2. Bagaimana evalusi pelaksanaan program bimbingan dan konseling?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di tiap Jenjang pendidikan

1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Jenjang Pendidikan Anak


Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), menurut Undang-undang Sistem


Pendidikan Nasional, diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal, non formal
maupun in formal. Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, dibatasi
pada PAUD pada jalur formal. Bimbingan dan konseling pada PAUD merupakan
proses menfasilitasi perkembangan peserta didik konseli pada jenjang PAUD, agar
mencapai kemandirian dan berkembang secara optimal, sesuai dengan tingkat
perkembangannya Peserta didik di satuan jenjang PAUD formal yang
diselenggarakan di TK/RA/BA berada pada kisaran usia antara 4-6 tahun. Hal ini
berarti mereka berada pada tahap perkembangan kanak-kanak awal. Pada jenjang
PAUD, sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik usia PAUD,
layanan bimbingan lebih bersifat preventif developmental, yaitu mencegah
timbulnya masalah atau kendala dalam proses perkembangannya dan membantu
berkembangnya seluruh aspek individu konseli secara optimal. 1
Di dalam
Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD disebutkan
bahwa perkembangan 30 anak di PAUD merupakan integrasi dari perkembangan
aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosial- emosional,
serta seni.

Perkembangan tersebut merupakan perubahan perilaku yang


berkesinambungan dan terintegrasi dari faktor genetik dan lingkungan serta
meningkat secara individual baik kuantitatif maupun kualitatif. Seiring dengan
program pendidikan di PAUD sebagaimana dalam Permendikbud 137 tersebut,
maka program bimbingan dan konseling juga difokuskan pada perkembangan aspek

1
Switri Endang. Bimbingan konseling anak usia dini. Penerbit Qiara Media, 2022.
nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional, serta
seni. Dalam upaya memfasilitasi berkembangnya seluruh aspek perkembangan
peserta didik PAUD, program bimbingan pada komponen layanan dasar sebagai
upaya preventif developmental mempunyai porsi yang lebih dibandingkan dengan
komponen layanan yang lain. Kegiatan layanan responsif dilaksanakan terutama
untuk memberikan layanan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi
perilaku mengganggu peserta didik PAUD (Depdikbud 2008). Dalam konteks
pendidikan di Indonesia, pada jenjang PAUD, tidak ditemukan posisi konselor
secara struktural. Pendidik di PAUD merupakan tenaga profesional terdiri atas guru
PAUD, guru pendamping, dan guni pendamping muda. Mereka bertugas
merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta
melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan
(Permendikbud 137 tahun 2014). Dengan demikian, penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling di satuan jenjang PAUD merupakan bagian dari tugas dan
tanggung jawab guru.

Meskipun demikian, konselor profesional dapat berperan aktif dalam


penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di jenjang PAUD sebagai
konselor kunjung. Dalam suatu gugus yang terdiri dari beberapa PAUD dapat
mengangkat seorang konselor.

Konselor dapat berperan dalam mendampingi guru PAUD dalam menyusun


program bimbingan yang diintegrasikan dengan program pembelajaran. Konselor
juga dapat memberikan pelayanan konsultasi kepada guru maupun orang tua
peserta didik atas perkembangan anak mereka. Dalam hal peserta didik yang
bermasalah, konselor dapat berkolaborasi dengan guru, orang tua atau pihak lain
yang relevan dalam mengatasi masalah peserta didik. 31 Tujuan bimbingan dan
konseling secara umum yaitu membantu konseli peserta didik dalam mencapai
kemandirian dan perkembangan yang optimal, juga berlaku di satuan jenjang
PAUD. Secara khusus, tujuan bimbingan dan konseling di jenjang PAUD dapat
diidentifikasi berdasarkan pada karakteristik dan tujuan pendidikan di jenjang
PAUD yang telah dirumuskan dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak. Perumusan tujuan secara khusus dapat diidentifikasi berdasarkan pada
bidang bimbingan, yang meliputi bidang bimbingan pribadi- sosial, belajar dan
karir. Tujuan bimbingan pada bidang pribadi- sosial, antara lain membantu konseli
agar mampu:2

1. mengenal agama yang dianut

2. memiliki pola perilaku hidup sehat:

3. mengenal perasaan diri dan perasaan orang lain

4. mengenal aturan atau nilai-nilai dalam berteman

5. mengenal nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, gotong royong

6. mengenali diri sebagai laki-laki atau perempuan

7. mengenal lingkungan sosial pada level keluarga dan sekitar rumah

8. mengembangkan hubungan sosial dengan teman sebaya

9. menolong diri sendiri untuk kebutuhan sederhana (mandiri)

2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ada Jenjang Pendidikan Dasar

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan, yang dimaksad Pendidikan


Dasar adalah satuan Pendidikan Sekolah Dasar (SD/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
yang sederajat, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah
(MTS atau yang sederajat. Pada jenjang pendidikan SD/MI, peserta didik berada
pada rentang usia antara 6-12 tahun. Mereka berada pada masa kanak-kanak akhir.
Karakteristik yang menonjol pada tahap ini. mereka senang bermain, senang
beraktivitas fisik, bekerja di dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara
langsung. Peserta didik pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar, seiring
dengan tingkat perkembangannya dengan ciri khas dan tugas perkembangannya,
juga memiliki kebutuhan atas layanan bimbingan. Mereka membutuhkan layanan
bimbingan untuk mengembangkan potensi diri sehingga dapat mencapai

2
Hidayat, Arifin. “Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial.” Jurnal Al-Irsyad:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam 1.2 (2019): 235.
kemandirian dan dapat melaksanakan tugas perkembangan sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

Bimbingan dan konseling pada satuan SD/MI dapat didefinisikan sebagai


upaya menfasilitasi peserta didik pada satuan SD/MI agar mencapai kemandirian
dan berkembang secara optimal, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Tujuan
bimbingan dan konseling di SD secara khusus telah dirumuskan dalam Standart
Kompetensi Kemandirian Peserta Didik, sebagaimana dicantumkan dalam
Penataan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal (Depdiknas. 2008). Di dalam SKKPD tersebut dirinci
kompetensi perserta didik berdasarkan pada aspek perkembangannya, yang
meliputi:3

1. Hidup religius

2.Landasan Perilaku Etis

3.Kematangan Emosi;

4.Kematangan Intelektual;

5.Kesadaran Tanggung jawab sosial

6.Kesadaran Gender

7.Pengembangan Pribadi

8.Perilaku Kewirausahaan

9.Wawasan dan Kesiapan Karir

10.Kematangan Hubungan dengan Teman sebaya

3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada Jenjang Pendidikan


Menengah

3
Octavia, Shilphy A. Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling Di
Sekolah/Madrasah. Deepublish, 2019.
Pada bagian jenjang pendidikan menengah, di bahas satuan Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/ MTs dan yang sederajat dan satuan Sekolah Menengah
Atas (SMA)/MA/SMK/MAK. Meskipun sebenamya di dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional satuan SMP/MTs masuk pada jenjang Pendidikan
Dasar. Di tingkat sekolah menengah yang meliputi Sekolah Menengah Pertama
(SMP atau yang sederajat) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA.MA SMK
atau yang sederajat), para peserta didiknya berada pada rentang usia antara 12-18
tahun. Mereka berada pada tahap perkembangan masa remaja, masa peralihan dari
kanak-kanak ke dewasa, dengan sejumlah karakteristik yang khas masa remaja. Ciri
yang menonjol antara lain merupakan masa pencarian identitas diri, banyak
masalah, masa memilih dan merencanaka karier. Menurut Gibson dan Mitchell
(2011) konselor sekolah menengah diharapkan berperan dalam kegiatan: (a)
orientasi sekolah; (b) asesment untuk memahami peserta didik, (e) konseling; (d)
konsultasi; (e) penempatan; (f) fasilitasi perkembangan peserta didik. Di Indonesia,
konselor di sekolah menengah memiliki kedudukan yang jelas dalam struktur
organisasi sekolah. Posisi konselor di sekolah sudah memiliki dasar hukum sejak
tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling.
Peran konselor di sekolah menengah sebagai salah satu komponen student support
service, yaitu memberi support atas perkembangan aspek-aspek pribadi – sosial,
karier dan akademik peserta didik layanan Bimbingan yang diprogramkan meliputi
fungsi pencegahan,pengembamgan maupun penyembuhan.

4. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada Jenjang Perguruan Tinggi

Peserta didik di perguruan tinggi dengan sebutan mahasiswa. Pada


umumnya usia mereka yang di jenjang S1, sekitar 18-24 tahun. Mereka berada pada
akhir masa remaja dan memasuki awal dewasa. Di perguruan tinggi, mahasiswa
telah mendapat fasilitasi dalam mengembangkan karakter serta penguasaan hard
skills maupun soft skill, melalui kegiatan akademik maupun non akademik.
Menurut Gibson dan Mitchell (2011), para konseli di perguruan tinggi adalah
individu yang sudah dewasa dan mandiri. Mereka memilikiti tugas perkembangan
pada masa dewasa awal Program bimbingan dan konseling, lebih difokuskan pada
pemilihan karier, sebisa mungkin yang paling cocok baik dengan rekam jejak
pendidikannya maupun kebutuhan untuk meng-akualisasikan dirinya sebagai
pribadi yang produktif, sejahtera serta berguna bagi diri dan manusia lain. Meski
demikian, aspek perkembangan yang lain, yaitu pribadi sosial dan belajar/
akademik juga mendapatkan porsi layanan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan
bimbingan dan konseling di Pendidikan tinggi, secara umum membantu konseli
agar mengenal diri dan lingkungan, membuat pilihan serta keputusan dalam
perencanaan karier maupun perencanaan kehidupan pribadi secara bijaksana,
memecahkan sendiri masalah yang dialami secara realistis, serta
mengakutalisasikan dan mengembangkan potensi din termasuk bakat dan minta
yang dimiliki. Dengan demikian dapat dicapai kebahagiaan dan kesejahteraan
hidupnya. Di dalam Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdikbud 2008) juga
telah dirumuskan tujuan BK di Pendidikan Tinggi dalam 36 bentuk rumusan
SKKPD, bersama-sama dengan rumusan SKKPB pada jalur pendidikan formal.

B. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Evaluasi
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah/madrasah adalah segala upaya,
tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah/madrasah dengan mengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan. Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengetahui daya guna dan hasil guna pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.4

Selain itu ada juga yang mendefenisikan evaluasi sebagai proses pengumpulan
informasi (data) untuk mengetahui efektifitas kegiatan-kegiatan yang telah

4
Hibana S. Rahman, Bimbingan & Konseling Pola 17, (Yogyakarta: UCY
Press, 2003), hlm. 8
dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini
adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan
sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program
kegiatan yang telah dilaksanakan.5

Berdasarkan pada rumusan defenisi evaluasi di atas dapat dipahami bahwa


evaluasi program bimbingan dan konseling sekolah suatu proses sistematis dalam
mengumpulkan data dan kegiatan analisis untuk menentukan nilai dari suatu
program dalam membantu pengelolaan, perencanaan program, latihan staf dan
peningkatannya, agar memperoleh pertimbangan yang sebaik-baiknya tentang
usaha, efektivitas dan efesiensi tidaknya suatu program. Selanjutnya evaluasi
program bimbingan dan konseling suatu proses pengumpulan informasi untuk
mengetahui dan menentukan efektivitas dan efesiensi program bimbingan dan
konseling dalam membantu para siswanya agar mereka dapat mengetahui dan
memahami kebutuhan-kebutuhan kemampuan dan kelemahannya, serta
kemungkinan-kemungkinan pengembangannya.6

Pada akhirnya, dalam kegiatan evaluasi program bimbingan dan konseling


pengambilan keputusan merupakan aspek yang sangat penting. Sebab suatu
penilaian dianggap perlu dilakukan, justru untuk melayani pengambilan
keputusan. Sehingga kemudian yang terpenting di pahami dalam mengevaluasi
program bimbingan dan konseling tidak boleh terlepas dari tujuan evaluasi itu
sendiri dilaksanakan.Setelah diadakan evaluasi hendaknya bisa diambil
keputusan yang tepat guna pengembangan program selanjutnya, maka untuk
mendapatkan keputusan yang tepat, dalam melaksanakan evaluasi program
bimbingan dan konseling perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Evaluasi program bimbingan dan konseling dalam pengembangannya adalah

Syamsu Yusuf, Program Bimbingan & Konseling di Sekolah, (Bandung:


5

Rizqi Press, 2009), hlm. 105.


6
Aip Badrujaman, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlaksanaan
Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling, Jurnal Perspektif Pendidikan, Vol.
26 No.17 Tahun 2012
untuk dapat membuat keputusan melalui informasi yang cukup.
b. Evaluasi program bimbingan dan konseling adalah suatu lingkaran yang
berkesinambungan dan melengkapi dalam susunan program.
c. Evaluasi program bimbingan dan konseling adalah suatu proses yang di
dalamnya terdapat langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, dan
pengembangannya.
d. Perencanaan dan pengembangan merupakan proses yang banyak berkenaan
dengan evaluator dan pembuat keputusan serta pelaksanaannya tidak hanya
bersifat teknis.7
2. Tujuan Evaluasi

Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan


konseling bertujuan untuk:

a. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
b. Mengetahui tingkat efesiensi dan etektivitas strategi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.8

Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program


bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
a. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b. Mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas dari layanan bimbingan dan
konseling.
c. Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan/ atau perlu
diadakan perbaikan dan pengembangan.
d. Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha

7
Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling, hlm. 92-93.
8
Wahyu Nanda Eka Saputra, Evaluasi Program Konseling Individu Di SMP
Laboratorium Universitas Negeri Malang Dengan Model Discrepancy, Jurnal
Fokus Konseling, Von. 2 No. 1 Tahun 2016
menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
e. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat terhadap
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
f. Mengetahui sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap
percapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khusunya.
g. Mendapatkan informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan langkah-
langkah pengembangan program bimbingan dan konseling.

h. Membantu mengembanmgkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dengan


kebutuhan.9
3. Fungsi Evaluasi

Pada umumnya para ahli mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses


mendapatkan/ memperoleh data atau informassi yang berguna untuk membuat
sebuah keputusan. Atas dasar itulah kegiatan evaluasi program memliki fungsi
sebagai berikut:
a). Memberikan informasi atau data para pembuat keputusan.

b). Mengukur pelaksanaan program bimbingan dan konseling dengan jalan


membandingkan atau membuktikan tingkat kemajuan yang telah dicapai.
c). Menyetujui atau menolak pelaksanaan program bimbingan dan konseling
dengan memberikan bukti tentang apa yang telah dicapai dan belum dicapai dalam
pelaksanaan program.
d). Meningkatkan kualitas pelaksanaan program bimbingan dan konseling dengan
memberikan acuan/ dasar agar pelaksanaannya lebih efektif danefesien.
e). Meningkatkan kepercayaan dalam melaksanakan dan mempertimbangkan
kegiatan dengan cara yang lebih baik.
f). Meningkatkan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

9
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 185-186.
pelaksanaan program dan akibatnya.
g). Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi daam pembuatan keputusan.

bersama.

h). Memeberikan umpan balik atau tanggapan terhadap peran dan tanggung jawab
personil dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
i). Meningkatkan pemahaman setiap personil dalam mengembangkan kemampuan
profesionalnya.10

4. Prosedur Evaluasi

Kegiatan evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan


yang berkesinambungan atau lebih tepat dikatakan siklus sbab tidak berhenti
sampai terkumpulnya data atau informasi, tetapi data atau informasi itu digunakan
sebagai dasar kebijakan atau keputusan dalam pengembangan program bimbingan
dan konseling selanjutnya, karena itu kegitan evaluasi program bimbingan dan
konseling hendaknya mmperhatikan prosedur dan langkah-langkah serta metoda
atau strategi yang harus digunakan. 11 Adapun langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan-tujuan secara jelas terinci dan terukur atau kompetensidasar
dan indikator kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
b. Mempertimbangkan petugas atau personil bimbingan yang ada di sekolah dan
madrasah yang bersangkutan.
c. Mempertimbangkan fasilitas fisik dan teknis yang mendukung program atau
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan.

10
Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling, hlm. 94-95.

11
Irvan Budhi Handaka, Studi Deskriptif Tentang Model Evaluasi
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMA, Jurnal Konseling
Gusjigang, Vol. 1 No. 2 Tahun 2015
d. Meneliti data-data-data tentang siswa yang dapat digunakan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.

Meneliti catatatan atau records tentang siswa. Mempertimbangkan hal-hal:

➢ Sampai sejauh manakah telah dilakukan kerja sama dengan personil-


personil sekolah yang lain.
➢ Kesempatan-kesempatan manakah yang telah diguunakan oleh siswa
untuk mengadakan pembicaraan-pembicaraan pribadi dengan para
personil bimbingan tersebut untuk memperoleh bantuan atau pelayanan
bimbingan.

e. Membuat pertimbangan terhadap pencapaian tujuan-tujuan program bimbingan


yang telah dilaksanakan dengan indikator-indikator seperti: semakin berkurang atau
menurunnya kasus-kasus yang berhubungan dengan disiplin dan ketertiban di
sekolah, berkurangnya kegagalan yang dialami siswa secara perorangan, dan
penyesuaian sosial yang baik, keberhasilan di jenjang pendidikan lanjutan,
keberhasilan dalam lapangan karir, kepuasan dalam pekerjaan.12

5. Aspek-aspek yang di Evaluasi

Ada dua macam aspek kagiatan penilaian program, yaitu penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana keefektifan pelayanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian
hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan pelayanan bimbingan
dilihat dari hasilnya.13 Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:

12
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah: Berbasis
Integrasi, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2009), hlm. 353-354.

13
Gendon Barus, Pengembangan Instrumen Asesmen Kebutuhan
Perkembangan Untuk Penyusunan Kurikulum Dan Evaluasi Program BK, Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 15 No 1, Tahun 2011
a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
b. Keterlaksanaan program
c. Hambatan-hambatan yang dijumpai
d. Dampak pelayanan bimbingan terhadap kgitan belajar mengajar

e. Respon peserta didik, personil sekolah/ madrasah, orangtua, dan masyarakat


terhadap pelayanan bimbingan.
f. Perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, dan
keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan
ataupun pada kehidupan di masyrakat.

Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan koseling lebih
bersifat penilaian dalam proses yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a). Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pelayanan
bimbingan.
b). Mengungkapkan pemahaman peserta didik atas bahan-bahan yang disajikan
atau pemahaman/ pendalaman peserta didik atas masalah yang dialaminya.

c). Mengungkapkan kegunaan pelayanan bagi peserta didik dan perolehan peseta
didik sebagai hasil dari partisipasi/ aktivitasnya dalam kegiatan pelayanan
bimbingan.
d). Mengungkapkan minat peserta diidik tentang pelunya pelayanan bimbingan
lebih lanjut.
e). Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (butir ini terutama
dilakukan dalam kegiatan playanan bimbingan yang berkesinambungan).
f). Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
pelayanan.14

14
ABKIN, Rambu-raambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Koseling
dalam Jalur Pendidikan Formal, (Jakarta: Ditjen Mandikdasmen, 2008), hlm. 231-
232.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk
angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi
tentang aspel-aspek yang dievalausi. Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana
proses peyelenggaraan pelayanan/pendukung mmberikan sesuatu yangberharga
bagi kemajuan dan perkembangan atau memberikan bahan atau kemudahan untuk
kegiatan pelayanan terhadap peseta didik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahsan diatas Pelaksana pelayanan BK pada dasarnya adalah Guru


BK atau Konselor, sebagai pelaksana utama. Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB
pada umumnya belum bertugas Guru BK atau Konselor dengan demikian
penyelenggara pelayanan BK di SD/MI/SDLB adalah Guru Kelas, dan penguasaan
konten dengan cara menginfusikan materi layanan BK tersebut ke dalam
pembelajaran mata pelajaran. Untuk siswa Kelas IV, V, dan VI dapat
diselenggarakan layanan BK perorangan, bimbingan kelompok dan konseling.

Dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa


mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk masa depannya lebih baik Pokok-
pokok materi dalam bidang bimbingan adalah sebagai berikut Pengenalan awal
terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup Pengenalan, orientasi dan informasi karir pada umumnya, secara
sederhana. Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan
kecenderungan karir yang hendak di kembangkan.

Evaluasi adalah proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah


sesuatu melalui penilaian yang dilakukan dengan seksama. Maka tujuan dari
dilakukannya evalusi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling
adalah untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian program layanan bimingan
terebut. Ada beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan untuk menjaga tujuan dan
fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling yaitu:
1. Evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan atas tujuan-tujuan program.
2. Evaluasi yang efektif membtuhan kriteria pengukuran yang valid.
3. Evaluasi yang efektif tergantung pada pelaksanaan pengukuran yang valid
terhadap kriteria.
4. Program evaluasi harus melibatkan semua yang berpengaruh
5. Evaluasi yang bermakna membutuhkan umpan balik
6. Evaluasi harus direncanakan, dan terus menerus sebagai sebuah proses
7. Evaluasi menekankan pada kepositifan

Sedangkan Prosedurnya meliputi fase persiapan, fase persiapan


alat/instrument evaluasi, fase pelaksanaan kegiatan evaluasi, fase menganalisis
hasil evaluasi, fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi. Pada
dasarnya aspek-aspek yang dievaluasi dalam program bimbingan dan konseling ada
dua yaitu: evaluasi proses dan evaluasi hasil program bimbingan dan konseling.
Sehingga setelah kita melakukan hal itu, baru bisa ditentukan apakah program yang
telah dilaksanakan efektif dan efesien, kemudian apakah program bimbingan perlu
diubah, diperbaiki semua itu merupakan hal yang ingin dicapai setelah dilakukan
evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling.
REFERENSI

Aip Badrujaman, 2012 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlaksanaan


Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling, Jurnal Perspektif Pendidikan,
26 (17)

ABKIN, 2008. Rambu-raambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Koseling dalam


Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Ditjen Mandikdasmen.

Dewa Ketut Sukardi, 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Gendon Barus, 2011 Pengembangan Instrumen Asesmen Kebutuhan


Perkembangan Untuk Penyusunan Kurikulum Dan Evaluasi Program BK,
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 15 (1)

Hidayat, Arifin. 2019. “Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial.”


Jurnal Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam.
Hibana S. Rahman, 2003. Bimbingan & Konseling Pola 17, Yogyakarta: UCY
Press.

Irvan Budhi Handaka, 2015 Studi Deskriptif Tentang Model Evaluasi Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling di SMA, Jurnal Konseling Gusjigang, 1
(2)

Octavia, Shilphy A. 2019. Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling Di


Sekolah/Madrasah. Deepublish.
Switri Endang. 2022. Bimbingan konseling anak usia dini. Penerbit Qiara Media.
Jurnal Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam.
Syamsu Yusuf, 2009 Program Bimbingan & Konseling di Sekolah, Bandung:Rizqi

Press.

Tohirin, 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah: Berbasis

Integrasi, Jakarta: Raja Grapindo Persada.


Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling.

Wahyu Nanda Eka Saputra, 2016 Evaluasi Program Konseling Individu Di


SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang Dengan Model Discrepancy, Jurnal
Fokus Konseling, 2 (1)

Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling.

Anda mungkin juga menyukai