Disusun Oleh:
Refiana Ayu Nurul Hidayah (NIM: 2220202198)
Nur Afriza (NIM: 2220202200)
Fikri Hindratno (NIM: 2220202206)
Dosen Pengampu :
Ani Marlia, M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia
yang tidak henti-hentinya penulis terima di sepanjang hidup. Dia-lah Dzat yang
memampukan penulis dari segala kemustahilan dalam menyelesaikan penyusunan
makalah Bimbingan Konseling ini dengan tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, penulis mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan untuk belajar dan
bermanfaat bagi pembacanya. Akhir kata penulis berterima kasih kepada pihak
yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya sekolah di era modern ini membutuhkan pelayanan dalam hal
bimbingan konseling untuk peserta didik. Ini di maksudkan untuk bisa
mengendalikan laju pengaruh globalisasi yang kian marak kita saksikan di seluruh
lini terkecil dalam masyarakat. Di berbagai media kita akan banyak disuguhkan
beberapa bentuk kenakalan remaja, sungguh ironis memang. Lalu apakah kita akan
menyalahkan pemerintah saja tanpa ada perbaikan dari tingkat dasar? Pemerintah
hanya mampu memberikan kurikulum yang terbaik untuk kita, dan satu-satunya
pemegang wewenang untuk mengolah peserta didik sedemikian rupa adalah di
tangan kita para calon pendidik.
Pengelolaan pelayanan bimbingan di dukung oleh adanya organisasi, personal
pelaksana, sarana dan prasarana, dan pengawasan pelaksanaan pelayanan
bimbingan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dari
tingkat satuan pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi dewasa ini
semakin dibutuhkan. Seiring dengan pesatnya ilmu pengrtahuan dan teknologi,
berbagai persoalan pun muncul dengan segala kompleksnya. Dunia pendidikan
tampaknya belum sepenuhnya mampu menjawab berbagai persoalan akibat
perkembangan IPTEK, indikasinya adalah muculnya berbagai penyimpangan
perilaku dikalangan peserta didik yang sepantasnya tidak dilakukan oleh seorang
atau orang-orang yang disebut terdidik. Selain itu potensi bakat minat siswa sebagai
individu belum tersalurkan secara optimal melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di dalam kelas.
Untuk berusaha memecahkan persoalan di atas maka sekolah harus
memberikan pelayanan bimbingan konseling untuk para siswanya guna
meminimalisir berbagai penyimpangan dari peserta didik. Optimalisasi pelayanan
bimbingan dan konseling, di sekolah dan madrasah perlu dilakukan sehingga
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah maupun madrasah benar-benar
memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi dan tujuan sekaolah madrasah
yang bersangkutan. Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah perlu didukung oleah sumber daya manusia ( Guru BK ) yang
memadai dalam arti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang bimbingan dan
koseling.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di tiap jenjang pendidikan?
2. Bagaimana evalusi pelaksanaan program bimbingan dan konseling?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Switri Endang. Bimbingan konseling anak usia dini. Penerbit Qiara Media, 2022.
nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional, serta
seni. Dalam upaya memfasilitasi berkembangnya seluruh aspek perkembangan
peserta didik PAUD, program bimbingan pada komponen layanan dasar sebagai
upaya preventif developmental mempunyai porsi yang lebih dibandingkan dengan
komponen layanan yang lain. Kegiatan layanan responsif dilaksanakan terutama
untuk memberikan layanan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi
perilaku mengganggu peserta didik PAUD (Depdikbud 2008). Dalam konteks
pendidikan di Indonesia, pada jenjang PAUD, tidak ditemukan posisi konselor
secara struktural. Pendidik di PAUD merupakan tenaga profesional terdiri atas guru
PAUD, guru pendamping, dan guni pendamping muda. Mereka bertugas
merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta
melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan
(Permendikbud 137 tahun 2014). Dengan demikian, penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling di satuan jenjang PAUD merupakan bagian dari tugas dan
tanggung jawab guru.
2
Hidayat, Arifin. “Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial.” Jurnal Al-Irsyad:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam 1.2 (2019): 235.
kemandirian dan dapat melaksanakan tugas perkembangan sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
1. Hidup religius
3.Kematangan Emosi;
4.Kematangan Intelektual;
6.Kesadaran Gender
7.Pengembangan Pribadi
8.Perilaku Kewirausahaan
3
Octavia, Shilphy A. Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling Di
Sekolah/Madrasah. Deepublish, 2019.
Pada bagian jenjang pendidikan menengah, di bahas satuan Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/ MTs dan yang sederajat dan satuan Sekolah Menengah
Atas (SMA)/MA/SMK/MAK. Meskipun sebenamya di dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional satuan SMP/MTs masuk pada jenjang Pendidikan
Dasar. Di tingkat sekolah menengah yang meliputi Sekolah Menengah Pertama
(SMP atau yang sederajat) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA.MA SMK
atau yang sederajat), para peserta didiknya berada pada rentang usia antara 12-18
tahun. Mereka berada pada tahap perkembangan masa remaja, masa peralihan dari
kanak-kanak ke dewasa, dengan sejumlah karakteristik yang khas masa remaja. Ciri
yang menonjol antara lain merupakan masa pencarian identitas diri, banyak
masalah, masa memilih dan merencanaka karier. Menurut Gibson dan Mitchell
(2011) konselor sekolah menengah diharapkan berperan dalam kegiatan: (a)
orientasi sekolah; (b) asesment untuk memahami peserta didik, (e) konseling; (d)
konsultasi; (e) penempatan; (f) fasilitasi perkembangan peserta didik. Di Indonesia,
konselor di sekolah menengah memiliki kedudukan yang jelas dalam struktur
organisasi sekolah. Posisi konselor di sekolah sudah memiliki dasar hukum sejak
tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling.
Peran konselor di sekolah menengah sebagai salah satu komponen student support
service, yaitu memberi support atas perkembangan aspek-aspek pribadi – sosial,
karier dan akademik peserta didik layanan Bimbingan yang diprogramkan meliputi
fungsi pencegahan,pengembamgan maupun penyembuhan.
1. Pengertian Evaluasi
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah/madrasah adalah segala upaya,
tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah/madrasah dengan mengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan. Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengetahui daya guna dan hasil guna pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.4
Selain itu ada juga yang mendefenisikan evaluasi sebagai proses pengumpulan
informasi (data) untuk mengetahui efektifitas kegiatan-kegiatan yang telah
4
Hibana S. Rahman, Bimbingan & Konseling Pola 17, (Yogyakarta: UCY
Press, 2003), hlm. 8
dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini
adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan
sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program
kegiatan yang telah dilaksanakan.5
a. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
b. Mengetahui tingkat efesiensi dan etektivitas strategi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.8
7
Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling, hlm. 92-93.
8
Wahyu Nanda Eka Saputra, Evaluasi Program Konseling Individu Di SMP
Laboratorium Universitas Negeri Malang Dengan Model Discrepancy, Jurnal
Fokus Konseling, Von. 2 No. 1 Tahun 2016
menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
e. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat terhadap
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
f. Mengetahui sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap
percapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khusunya.
g. Mendapatkan informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan langkah-
langkah pengembangan program bimbingan dan konseling.
9
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 185-186.
pelaksanaan program dan akibatnya.
g). Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi daam pembuatan keputusan.
bersama.
h). Memeberikan umpan balik atau tanggapan terhadap peran dan tanggung jawab
personil dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
i). Meningkatkan pemahaman setiap personil dalam mengembangkan kemampuan
profesionalnya.10
4. Prosedur Evaluasi
10
Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling, hlm. 94-95.
11
Irvan Budhi Handaka, Studi Deskriptif Tentang Model Evaluasi
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMA, Jurnal Konseling
Gusjigang, Vol. 1 No. 2 Tahun 2015
d. Meneliti data-data-data tentang siswa yang dapat digunakan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
Ada dua macam aspek kagiatan penilaian program, yaitu penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana keefektifan pelayanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian
hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan pelayanan bimbingan
dilihat dari hasilnya.13 Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
12
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah: Berbasis
Integrasi, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2009), hlm. 353-354.
13
Gendon Barus, Pengembangan Instrumen Asesmen Kebutuhan
Perkembangan Untuk Penyusunan Kurikulum Dan Evaluasi Program BK, Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 15 No 1, Tahun 2011
a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
b. Keterlaksanaan program
c. Hambatan-hambatan yang dijumpai
d. Dampak pelayanan bimbingan terhadap kgitan belajar mengajar
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan koseling lebih
bersifat penilaian dalam proses yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a). Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pelayanan
bimbingan.
b). Mengungkapkan pemahaman peserta didik atas bahan-bahan yang disajikan
atau pemahaman/ pendalaman peserta didik atas masalah yang dialaminya.
c). Mengungkapkan kegunaan pelayanan bagi peserta didik dan perolehan peseta
didik sebagai hasil dari partisipasi/ aktivitasnya dalam kegiatan pelayanan
bimbingan.
d). Mengungkapkan minat peserta diidik tentang pelunya pelayanan bimbingan
lebih lanjut.
e). Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (butir ini terutama
dilakukan dalam kegiatan playanan bimbingan yang berkesinambungan).
f). Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
pelayanan.14
14
ABKIN, Rambu-raambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Koseling
dalam Jalur Pendidikan Formal, (Jakarta: Ditjen Mandikdasmen, 2008), hlm. 231-
232.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk
angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi
tentang aspel-aspek yang dievalausi. Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana
proses peyelenggaraan pelayanan/pendukung mmberikan sesuatu yangberharga
bagi kemajuan dan perkembangan atau memberikan bahan atau kemudahan untuk
kegiatan pelayanan terhadap peseta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Irvan Budhi Handaka, 2015 Studi Deskriptif Tentang Model Evaluasi Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling di SMA, Jurnal Konseling Gusjigang, 1
(2)
Press.