Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN OBSERVASI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


BIMBINGAN KONSELING DI SD

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ririanti Rachmayanie Jamain, S.Psi M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 7 (5E PGSD)

6 Putri Aprilia Cahyani 2110125120026


16. Siti Ma’rifah 2110125220026
17 Rezqia Maulida 2110125220032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Laporan Observasi ini dengan baik. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih pada Ibu Dr. Ririanti Rachmayanie Jamain, S.Psi M.Pd selaku dosen
mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah memberikan tugas serta
membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami sangat berharap Laporan Observasi ini dapat berguna bagi pembaca
untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai Bimbingan Konseling di
SD sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat ini. Semoga
Laporan Observasi ini dapat dipahami oleh para pembaca. Sebelumnya kami juga
mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Banjarmasin, 05 Desember 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak bagi semua manusia untuk meninggikan derajat
dan martabat manusia. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan
dibutuhkan oleh setiap manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pemdidikan Nasional pasal 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (Fadliya, 2022).
Tujuan utama dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara
optimal dari setiap anak didik sebagai pribadi. Dalam prakteknya, pendidikan
tidak hanya cukup melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak
terfokus kepada mambantu peserta didik menguasai pengetahuan secra
intelektual, melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain
seperti ketrampilan sosial, kecerdasan emosioanl, disiplin diri, pemahaman
nilai, sikap dan kebiasaan belajar. Dengan demikian setiap kegiatan diarahkan
kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan
potensi masing-masing (Khusumadewi, 2018).
Maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan tidak hanya
melaksanakan kegiatan yang menyangkut aspek kemampuan intelektual saja,
akan tetapi meliputi kegiatankegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik
sebagai pribadi dapat memperoleh layanan bimbingan yang membantu
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya secara optimal.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Tercapainya tujuan pendidikan tidak terlepas
dari beberapa kegiatannya, beberapa kegiatan dalam bimbingan dan konseling
sangat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan siswa.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian integral dalam proses
pelaksanaan pendidikan disekolah dimana bimbingan dan konseling berperan
mambantu siswa mencapai tujuan pendidikan disekolah diantaranya adalah
sekolah dasar (SD).Prasetia (2022) menyatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang
memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang
individu dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-
kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya
sendiri. Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen yang paling
penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Dengan demikian
bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dapat
membantu para peserta didikmencapai tujuan yang diinginkan, membantu
peserta didik meningkatkan pencapaian akademik dan mengembangkan
potensi yang ada pada diri mereka, agar mereka dapat menghasilkan
perubahan positif dalam dirinya sendiri (Nurlaili, 2022). Dengan adanya
pelayanan bimbingan dan konseling, para peserta didik di sekolah juga
berpeluang untuk menyatakan perasaan dan berbagai masalah yang mereka
hadapi dengan gurunya.
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah pasal 1 ayat 1 menyebutkan
bahwa “bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya”. Tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah yaitu untuk membantu peserta didik agar
dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya.
Selain itu, menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling
dibutuhkan pada pendidikan dasar dan menengah. Tidak hanya mengandalkan
layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi, tetapi juga perlunya
layanan khusus yang bersifat psiko-edukatif. Melalui layanan bimbingan dan
konseling peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kompetensi
dirinya, serta memfasilitasi mereka untuk mencapai kompetensi
perkembangan atau perilaku yang optimal.
Oleh Karena itu kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
sangat penting dan merupakan bagian dalam sistem pendidikan di sekolah,
seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1; Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan akhir dari bimbingan dan konseling
adalah memandirikan peserta didik. Bimbingan dan konseling merupakan
bagian dari pendidikan yang membantu tercapainya tujuan pendidikan. Ranah
garapan bidang Bimbingan dan Konseling meliputi 4 bidang bimbingan yaitu
bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Pada sekolah dasar, kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling tidak diberikan oleh guru pembimbing
secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Tetapi
dilaksanakan oleh guru kelas yang tidak hanya berperan sebagai penyampai
materi juga memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta
didiknya tanpa terkecuali. Tetapi pada kenyataannya dalam proses
pembelajarannya guru kelas masih menekanan pada pengembangan aspek
kognitif saja, sehingga tidak adanya keseimbangan antara aspek afektif dan
psikomotor bagi peserta didik.
Prasetia (2022) menjelaskan bahwa guru kelas sekolah dasar adalah
seseorang yang mencurahkan sebagian waktunya untuk melakukan kegiatan
mengajar dan mendidik peserta didik. Kegiatan mendidik adalah membantu
dan membimbing peserta didik dalam mengembangkan segala kemampuan
yang ada pada dirinya secara optimal. Slamet dalam Sagala (2020)
menyatakan bahwa salah satu sub-kompetensi dari kompetensi pedagogik
adalah “membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, seperti kepribadian,
bakat dan minat, pelajaran dan karir. Dengan demikian guru kelas sebagai
pendidik memiliki tugas untuk membimbing seluruh peserta didik tanpa
membedabedakannya terutama guru kelas VI. Guru kelas VI diharapkan dapat
memberikan bimbingan akademik maupun nonakademik serta konseling
kepada peserta didik, walaupun guru kelas bukan seseorang yang ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling.
Guru kelas merupakan sosok idola bagi anak didik. Keberadaan guru kelas
sebagai jantung pendidikan tidak bisa di pungkiri. Adapun fungsi guru yaitu
tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pengajar, pembimbing,
penasihat, pembaru, model, dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong
kreativitas dan pembangkit pandangan. Guru dan anak didik adalah dua sosok
manusia yang tidak dapat di pisahkan dari dunia pendidikan. Dimana guru di
situ ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya, di mana ada anak
didik di situ ada guru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada
anak didiknya. Dalam pengertian sederhananya guru kelas merupakan orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Dalam hal ini peran
guru kelas terutama guru kelas juga dapat berperan sebagai guru bimbingan
konseling yang dimana guru kelas sekaligus guru bimbingan konseling dapat
diberikan tugas khusus disamping mengajar untuk mengelola status kelas
siswa tertentu dan bertanggung jawab dalam membantu kegiatan bimbingan
dan konseling dikelasnya untuk membantu peserta didik yang mengalami
masalahmasalah tertentu. Karena siswa khususnya kelas dalam
perkembanganya merupakan masa transisimenjadi remaja awal, dimana siswa
pada masa ini keadaan emosi belum stabil dengan kata lain labil. Sehingga
peran guru kelas sebagai pelaksana bimbingan dan konseling dalam hal ini
guru kelas VI, perannya sebagai pelaksana bimbingan dan konseling sangat
penting bagi perkembangan siswa kedepannya.
Oleh karena itu guru kelas sekolah dasar harus melaksanakan ketujuh
layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan setiap siswa
dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu jalannya proses
pembelajaran. Meskipun guru kelas bukan lulusan BK melainkan lulusan
PGSD, para guru kelas tersebut haruslah tetap melaksanakan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling semampunya berdasarkan POP BK di sekolah dasar.
Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa
mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Selain itu dilihat dari peran guru kelas sebagai guru bimbingan konseling yang
bertugas untuk membimbing siswa dan juga melakukan konseling harus
menghadapi siswa yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, maka guru kelas
sekaligus sebagai guru bimbingan konseling harus memiliki sifat ramah yang
nantinya dengan sifat tersebut guru dapat merangkul semua peserta didiknya.
Menurut Nurdin (2016) mengatakan bahwa peranan guru kelas ada 6
sebagai pengajar, pembimbing, konselor, evaluator, model dan kreativitas.
Secara spesifik, guru di sekolah dasar sering disebut juga dengan guru kelas.
Guru kelas dapat mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus juga menjadi
wali kelas. Guru kelas adalah orang yang paling cocok menjadi konselor di
sekolah dasar. Guru kelas penentu program bimbingan yang harus
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan menciptakan iklim
sekolah yang kondusif, sehingga mampu memfasilitasi sikap dan perilaku
peserta didik ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Parkay
& Stanford (2010) yang mengatakan bahwa guru sekolah dasar biasanya
mengajar beberapa mata pelajaran di satu kelas, memperkenalkan anak pada
permainan, buku, karya seni untuk mengajar serta menulis rencana
pelaksanaan pembelajaran secara harian juga mengatur jadwal untuk bertemu
dengan orangtua siswa dalam rangka membahas kemajuan siswa di kelas dan
hal-hal lainnya.
Menurut Suradi (1996) dan Salwa (2004) dalam Tohirin (2015), pelayanan
bimbingan dan konseling telah menjadi salah satu pelayanan yang dibutuhkan
di setiap sekolah dasar. Ada sepuluh alasan mengapa pelayanan bimbingan
dan konseling perlu diadakan khususnya di sekolah dasar yaitu: (1) membantu
peserta didik berkembang; (2) membantu peserta didik membuat pilihan yang
sesuai pada semua tingkatan sekolah; (3) membantu peserta didik membuat
perencanaan dan pemilihan karier di masa depan; (4) membantu peserta didik
membuat penyesuaian yang baik di sekolah dan juga di luar sekolah; (5)
membantu dan melengkapi upaya yang dilakukan orang tua di rumah; (6)
membantu mengurangi atau mengawasi kelambanan dalam sistem pendidikan;
(7) membantu peserta didik yang memerlukan bantuan khusus; (8) menambah
daya tarik sekolah terhadap masyarakat; (9) membantu sekolah dalam
mencapai sukses pendidikan (akademik) baik pada tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi; dan (10) membantu mengatasi masalah disiplin pada
peserta didik.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa faktor penting yang membedakan
bimbingan di sekolah dasar dengan sekolah menengah menurut Dinkmeyer
dan Caldwell (1970) dalam Ngalimun (2014), yaitu; (1) Bimbingan di sekolah
dasar menekankan pentingnya peranan guru dalam fungsi bimbingan. Guru
kelas memiliki intesitas pertemuan yang lebih banyak dibandingkan dengan
guru bidang studi lainnya seperti guru olahraga atau kesenian, sehingga guru
kelas mampu menjalin hubungan yang lebih efektif dengan peserta didik yang
menjadi tanggung jawabnya. (2) Fokus bimbingan di sekolah dasar lebih
menekankan pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan
kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain. (3) Bimbingan di
sekolah dasar lebih banyak melibatkan orangtua, karena pengaruh orangtua
sangat penting dalam kehidupan peserta didik selama mengenyam pendidikan
sekolah dasar. (4) Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami
kehidupan peserta didik secara unik. (5) Program bimbingan dan konseling di
sekolah dasar hendaknya peduli terhadap kebutuhan dasar peserta didik seperti
kebutuhan untuk matang dalam penerimaan dan pemahaman diri serta
memahami keunggulan dan kelemahan dirinya. (6) Program bimbingan di
sekolah dasar hendaknya meyakini bahwa usia sekolah dasar merupakan
tahapan yang amat penting dalam perkembangan peserta didik. Pada tahap
perkembangan peserta didik, hendaknya pelayanan bimbingan dan konseling
dapat membantu peserta didik dalam memilih kehidupan yang baik, agar
peserta didik tidak salah dalam mengambil keputusan dan dapat
memaksimalkan perkembangannya. Barus dan Hastuti (2011) berpendapat
bahwa Faktor utama yang melandasi pentingnya kebutuhan akan layanan
bimbingan di SD ialah faktor karakteristik perkembangan anak usia SD,
dimana perbedaan-perbedaan individual, penyesuaian diri dan masalah-
masalah yang berkaitan dengan manajemen dan efektivitas belajar masih
memerlukan bimbingan, serta optimalisasi perkembangan peserta didik sejak
usia dini.
Berdasarkan hasil survey dan observasi, dalam pelaksanaannya dilapangan
tidak semua sekolah dasar (SD) memiliki guru BK atau konselor sekolah,
sehingga pelayanan BK di SD pada umumnya dilaksanakan oleh guru kelas.
Dalam pelaksanaan BK di SD yang dilaksanakan oleh guru kelas, tentu
layanan bimbingan konseling yang diberikan tidak boleh lepas dari beberpa
komponen. Komponen dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
sendiri meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi
dan tindak lanjut.
Sekolah dasar Semaangat Dalam 2 di Banjarmasin merupakan salah satu
sekolah dasar yang telah tidak memiliki guru bimbingan dan konseling dan
hanya guru kelas yang menjadi guru bimbingan konseling. Oleh karena itu,
kami tertarik meobservasi pada SDN Semangat Dalam 2 dengan berbagai Fase
yaitu kelas 1 , 3, dan 5.
B. Tujuan
mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan objek yang diteliti secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena
yang diselidiki. Penelitian bertujuan menggali ataumembangun suatu proporsi
atau menjelaskan makna dibalik realita. Peneliti berpijak dari realita atau
peristiwa yang berlangsung dilapangan. Selanjutnya, peneliti akan mendalami
lebih jauh mengapa fenomena ini terjadi.
1. Untuk mengetahui Perencanaan guru Bimbingan dan Konseling dalam
pelaksanaan layanan bimbingan belajar peserta didik di SDN Semangat
Dalam 2
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan layanan bimbingan belajar peserta
didik di SDN Semangat Dalam 2
3. Untuk mengetahui evaluasi dan hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan
belajar peserta didik di SDN Semangat Dalam 2
C. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
baru bagi guru sebagai guru BK, Kepala Sekolah, Guru Penjas, Guru
agama dan siswa sebagai objek dalam penelitian ini dalam mengetahui
bagaiamana proses Bimbingan Konseling di SDN Semangat Dalam 2.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan mempunyai nilai praktis untuk guru
dan calon guru Sekolah Dasar (SD), siswa, orang tua siswa, sekolah,
universitas, peneliti, dan masyarakat. Manfaat praktis hasil penelitian ini
meliputi:
a) bagi guru dan calon guru SD, hasil penelitian dapat memberikan
informasi tentang Bagaimana layanan Bimbingan Konseling di SD
b) bagi siswa, hasil penelitian dapat mengetahui Bimbingan konseling
c) bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
layanan bimbingan konseling
d) Tentunya untuk orang tua yang menjadi peran utama dalam sebuah
keluarga mendidik anakanaknya untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal.

D. Fokus dan Subfokus


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah
“Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Layanan
Bimbingan Belajar Peserta Didik di SDN Semangat Dalam Banjarmasin”
Dengan sub-Fokus penelitian sebagai berikut:
1. Perencanaan guru Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan
layanan bimbingan belajar peserta didikdi SDN Semangat Dalam 2
Banjarmasin
2. Proses pelaksanaan layanan bimbingan belajar peserta didik di SDN
Semangat Dalam 2 Banjarmasin
3. Evaluasi dan hasil dari proses pelaksanaan layanan bimbingan belajar
peserta didik di SDN Semangat Dalam 2 Banjarmasin
E. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Adapun penelitian dilaksanakan di SDN Semangat Dalam 2 : Jl. Melati
Raya 1 Komp. Griya Permata Rt.16, Semangat Dalam, Kec. Alalak,
Kab.Barito Kuala, Kalimantan Selatan, 70582. Dilaksanakan pada hari Kamis,
16 November 2023 Pukul 09.00 WITA – Selesai.
BAB II

METODE PELAKSANAAN
A. Rancangan Pelaksanaan
Kami merencanakan menggunakan pola deskriptif yakni suatu bentuk
pendekatan dalam penelitian dimana penulis dalam melaksanakan aktifitasnya
dengan cara menumpulkan informasi terhadap objeknya secara sistematis,
aktual dan factual serta akurat mengenai sifat-sifat layanan bimbingan
konseling. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk mengungkapkan gejala secara
holistik-kontekstual secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks atau apa
adanya melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber langsung
dengan instrument penelitian itu sendiri. metode kualitatif lebih menekankan
pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari
fenomena tersebut.
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh.34 Dalam penelitian ini menggunakan sumber data, yaitu:
a. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara, dalam hal ini dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
1) guru bimbingan konseling (BK).
2) Person sekunder: kepala sekolah, waka sekolah, guru, siswa, staf
pegawai lainnya.
b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam atau bergerak. Dalam hal ini:
1) Diam: denah sekolah, tatanan ruang, bangunan sekolah.
2) Bergerak: kegiatan siswa, kinerja guru BK, dll.
c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini peneliti
ingin memperoleh data berupa sejarah berdirinya sekolah, keadaan
guru, keadaan siswa, keadaan sarana prasarana, struktur organisasi,
dan tingkat ketidak disiplinannya siswa.
C. Instrument Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah:
a. Observasi
Metode Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mengadakan pencatatan terhadap obyek yang diteliti,
peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan pengamatan
langsungkepada objek yang diteliti. Sehingga penulis banyak mengetahui
aktifitas belajar mengajar yang terjadi di lembaga tersebut. Pada setiap
akhir pengamatan, penulis mengadakan rekap terhadap catatan yang telah
dibuat ke dalam ringkasan data untuk keperluan analisis data dilaksanakan.
b. Dokumentasi
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data-data yang berkaitan dengan latar belakang obyek
penelitian. Pelaksanaan teknik dokumentasi ini dilakukan dengan
pengumpulan dokumen yang diantaranya meliputi syarat berdirinya
sekolah, letak geografis, kondisi guru, kondisi siswa, keadaan sarana dan
prasarana belajar yang semua dapat mendukung penyusun.
c. Wawancara
Wawancara adalah “metode pengumpulan data dengan
mengadakan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian”.Tata cara pelaksanaan metode ini
peneliti melaksanakan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang
telah ditentukan untuk mendapatkan data-data dalam penelitian yang
dilaksanakan dan terlebih dahulu kami menyusun instrumen wawancara.
D. Teknik Analisis Data
Analisis merupakan proses pemecahan data menjadi komponen yang lebih
kecil berdasarkan dengan elemendan struktur tertentu. Proses analisis data
adalah upaya yang dilakukan peneliti untuk mengungkapkan makna dari data
penelitian dengan cara mengumpulkan data sesuai dengan klasifikasi tertentu.
Menurut Moleong, proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, dokumen,
gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah
reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi dan penafsiran data. Menurut
Sandu Siyoto dan Ali Sodik proses tersebut sangat rumit dan terjadi tumpang
tindih sehingga tahapan reduksi data sampai tahapan kategorisasi merupakan
satu kesatuan yang bisa dihimpun dalam reduksi data.
Oleh karena itu, Proses dalam analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah merangkum, menentukan hal pokok,
memfokuskan hal penting, dan menemukan pola. Proses reduksi data
dilakukan untuk menghasilkan catatan-catatan inti data yang diperoleh
dari hasil penggalian data. Data yang diperoleh dari penggalian data
sering dijumpai dengan data yang tidak ada kaitannya dengan tema
penelitian dan tercampur baur dengan data yang ada kaitannya, oleh
karena itu peneliti akan menyederhanakan dan membuang data yang
tidak ada kaitannya dengan penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah proses menyajikan susunan sekumpulan data
yang memungkinkan memberi penarikan kesimpulan. Pada tahap ini
peneliti akan berupaya untuk mengklasifikasikan dan menyajikan data
sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan kode pada
setiap sub pokok masalah.
3. Kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah proses mengutarakan
kesimpulan data yang telah diperoleh. Tujuan proses ini yaitu untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan hubungan, perbedaan
atau persamaan. Penarikan kesimpulan ini dapat dilakukan dengan
membandingakan kesesuaian pernyataan subyek dengan makan yang
terkandung dalam konsep dasar penelitian tersebut.
Berdasakan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan tahapan
proses tersebut untuk mendapatkan keabsaan data yang didapat dari
lapangan yaitu dengan melakukan reduksi data yang didapat dari metode
yang sudah disebutkan di atas, menyajikan data yang berkaitan dengan
tema penelitian, dan yang terakhir menyimpulkan data atau menjawab
rumusan penelitian dengan layanan informasi bimbingan konseling di
SDN Semangat Dalam 2 Banjarmasin.
E. Jadwal Pelaksanaan
Pada Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara dilaksanakan pada hari
Kamis, 16 November 2023 Pukul 09.00 WITA – Selesai. Bertempat di SDN
Semangat Dalam 2 : Jl. Melati Raya 1 Komp. Griya Permata Rt.16, Semangat
Dalam, Kec. Alalak, Kab.Barito Kuala, Kalimantan Selatan, 70582.
BAB III
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan pengertian konseling
adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan Konseling mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaanya yaitu terletak pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-
sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-sama diterapkan dalam
program persekolahan dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku
di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan.
Sedangkan perbedaannya terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang
menyelenggarakan. Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut
dengan usaha pemberian informasi dan kegiatan pengumpilan data tentang
siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan. Sedangkan konseling
merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara
konselor dan klien. Dilihat dari segi tenaga yang menyelenggarakan,
bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah,
dan orang-orang dewasa lainnya kepada individu yang memerlukannya.
Sedangkan konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang telah terdidik
dan terlatih. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konseling itu
merupakan bentuk khusus dari bimbingan.
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
1) Latar Belakang Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik,
merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya.
Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya
dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan
individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hal tersebut
merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber
dari siswa sebagai subjek didik dan dapat menimbulkan berbagai
masalah. Timbulnya masalah-masalah psikologis menuntut adanya upaya
pemecahan melalui layanan bimbingan dan konseling.
2) Latar Belakang Sosial
Derasnya perubahan sosial dan makin kompleksnya keadaan
masyarakat akan meningkatkan derajat rasa tidak aman bagi remaja dan
pemuda. Kehidupan yang terlalu berorientasi pada kemajuan dalam
bidang material telah menelantarkan supra empiris manusia sehingga
terjadi pemiskinan ruhaniyah dalam dirinya. Kondisi ini sangat kondusif
bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi yang terekspresikan dalam
suasana psikologis yang kurang nyaman seperti perasaan cemas, stress,
perasaan terasing serta sering terjadi penyimpangan moral dalam sistem
nilai. Atas dasar keadaan tersebut sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan harus bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan
siswa agar berhasil menyesuaikan diri. Oleh karena itu, sangatlah
diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
3) Latar Belakang Pedagogis
Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di
luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tujuan inti dari pendidikan
adalah perkembangan kepribadian secara optimal sesuai dengan potensi
masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang,
maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak
hanya berupa kegiatan pengajaran, akan tetapi juga diberikan layanan-
layanan untuk mengembangkan kepribadian mereka, yaitu melalui
adanya layanan bimbinga dan konseling.
C. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam menyelenggarakan layanan BK di sekolah hendaknya mengacu
pada asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas BK merupakan
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan
pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik
dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang
diharapkan, sebaliknya apabila asas-asa itu diabaikan sangat dikhawatirkan
kegiatan yang terlaksana itu akan berlawanan dengan tujuan bimbingan dan
konseling. Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tutwuri handayani.
D. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1) Fungsi Pemahaman
Dengan fungsi ini memungkinkan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan peningkatan perkembangan dari kehidupan
konseli memahami berbagai hal yang essensial berkenaan dengan
perkembangan dan kehidupan klien. Pemahaman yang paling perlu
dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman
tentang diri konseli beserta permasalahannya oleh konseli sendiri dan
oleh pihak-pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman
tentang lingkungan diri klien.
2) Fungsi Pencegahan
Layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi pencegahan
artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bagi
konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan
untuk menyingkirkan berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangan individu, pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang
bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis. Oleh karena itu
fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas yang
sangat penting.
3) Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilakukan,
namun mungkin saja konseli masih menghadapi masalah-masalah
tertentu. Individu yang mengalami masalah akan merasa ada sesuatu yang
tidak nyaman pada dirinya dan akan datang pada konselor dengan tujuan
untuk dientaskannya masalah tersebut. Disinilah fungsi pengentasan itu
berperan.
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat membantu para konseli dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang positif dijaga
agar tetap baik dan mantap.
E. Bidang Bimbingan
1) Bidang Kehidupan Pribadi
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat
dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik.
2) Bidang Kehidupan Sosial
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang
sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
3) Bidang Kegiatan Belajar
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan
belajar secara mandiri.
4) Bidang Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemantapan Karir
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
5) Bidang Kehidupan Berkeluarga
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
merencanakan kehidupan keluarga dan keragaman persoalan persiapan
membentuk keluarga.
6) Bidang Kehidupan Keberagaman
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk
memantapkan diri dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan pribadi dan sosial.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan Konseling bertujuan untuk membantu mengentaskan
permasalahan yang dialami oleh peserta didik, memandirikan peserta didik
dan mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki agar berkembang
secara optimal.
Seiring perkembangan zaman, dalam hal ini yaitu perkembangan
IPTEK, berdampak pula pada perkembangan psikologi anak termasuk pada
peserta didik di SDN Semangat Dalam 2 yang memicu timbulnya berbagai
masalah. Penyelesaian masalah inilah yang membutuhkan penanganan
khusus melalui pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling /konselor/wali kelas.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan di SDN
Semangat Dalam 2 dimaksudkan agar siswa dan segenap potensi yang
mereka miliki dapat berkembang secara optimal.
Layanan bimbingan dan konseling di SDN Semangat Dalam 2 telah
dilaksanakan dengan baik. upaya yang dilakukan sekolah juga cukup
bervariatif seperti bekerjasama dengan instansi lain, bekerjasama dengan
konselor, orang tua siswa, serta memaksimalkan peran guru kelas dalam
pelayanan BK, yaitu sebagai fasilitator, informator, direktor, inisiator,
organisator, motivator, transmitter, mediator, dan evaluator.
B. Saran
Program layanan Bimbingan dan Konseling harus terus
dikembangkan dan harus dilakukan evaluasi program dan implementasi
pelaksanaan program agar dapat memperbaiki atau menambah program baru
yang lebih baik dan bermanfaat untuk siswa. Konselor dari tenaga
professional masih diidam-idamkan untuk dapat memberikan layanan agar
layanan dapat lebih terfokus dan maksimal.
Mewujudkan peran guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK di SD
bukanlah hal yang mudah. Guru kelas memiliki tanggung jawab ganda, di
samping mengajar juga membimbing. Oleh karena itu, guru kelas hendaknya
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan
BK sehingga memiliki wawasan yang mendalam terhadap kegiatan-kegiatan
BK di Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Kholilah, N., & Khusumadewi, A. (2018). Implementasi Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar Islam Terpadu At-Taqwa Surabaya.
Jurnal BK Unesa, 8(3), 36-44.

Prasetia, E., & Heiriyah, A. (2022). Guru Kelas Sebagai Pelaksana Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Bulletin of Counseling
and Psychotherapy, 4(2), 373-380

Fadliya, I., & Muamar, M. A. R. (2022). Strategi Guru Dalam Mengatasi Siswa
Slow Learner Di Sekolah Dasar. Journal of Primary
Education, 1, 10.
Nurlaili, N., Jaenullah, J., Zaini, M., & Setiawan, D. (2022). Problematik
Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Siswa Sekolah
Dasar. Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 4(1), 70-75.
https://doi.org/10.51214/bocp.v4i1.150
Nurdin, S, & Adriantoni. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Ngalimun. 2014. Bimbingan Konseling di SD/MI Suatu Pendekatan Proses.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Tohirin. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah berbasis
integrasi. Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada.
Barus, G., & Hastuti, S. (2011). Kumpulan Modul Pengembangan Diri.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai