MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Bimbingan dan Konseling Islam
Dosen Pengampu: Hasan Bastomi, M.Pd.I.
Disusun oleh:
1
Sutirna, Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2013), Hal. 94-95
1. Tujuan layanan bimbingan dan konseling
Tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP terkait
dengan tujuan pendiidkan SMP, oleh karena itu secara umum tujuan
layanan bimbingan dan konseling di SMP adalah mengembangkan
dasar-dasar pembentukan warga Negara yang beriman, bertaqwa,
berkarakter, bermartabat, meningkatkan kemmapuan membaca,
menulis dan menghitung, sebagai belajar yang mandiri, kreatif dan
produktif. Memberikan kecakapan hidup untuk bekerja dan berusaha
mandiri, membrikan bekal pengetahuan, kemampuan dan sikap dasar
yang memungkinkan peserta didik mengikuti pendidikan lanjutan di
SMA.
Sedangkan tujuan secara khusus layanan bimbingan dan
konseling di SMP adalah mambantu peserta didik/warga belajar utnuk
mencapai tujuan perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi,
social, belajar dan karir sebagai landasanuntuk mencapai bimbingan
dan konseling secara umum.
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan tersebut,
maka peserta didik perlu menguasai serangkaian tugas-tugas berkaitan
dengan perkembangannya atau yang lazim disebut tugas-tugas
perkembangan. Pencapaian atau penguasaan tugas-tugas
perkembangan tidak selalu berhasil, karena terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari
diri sendiri dan bisa datang dari luar atau lingkungan. Apa yang
dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP,
lingkungan dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
penguasaan tugas-tugas perkembangan tersebut diuraikan di bawah ini:
a. Konsep tugas perkembangan
Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurs (1953:
2) adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu
dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang
dapat memeberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-
tugas berikutnya.
Dengan demikian, topik tentang perkembangan merupakan
suatu kajian tentang perkembangan individu. Istilah perkembangan
mengandung oengertian serangkaian perubahan progresif yang
terjadi akibat dari suatu proses kematangan dan pengalaman. Oleh
karena itu, penguasaan tugas-tugas perkembangan dapat dikatakan
suatu proses.
Secara kronologis peseta didik SMP usia sekolah pada
umumnya berusia antara 13 tahun sampai 15 tahun, mereka
dikategorikan termasuk dalam kategori remaja awal atau pubertas,
yang merupakan bagian dari masa adolesensi. Eifert & Hoffnung
(1987: 591) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
adolesensi, yakni “Adolesensi itu merupakan tahapan
perkembangan anatara masa anak-anak dan masa dewasa, tahapan
perkembangan itu mulai dari dua belas tahun sampai dengan dua
puluh tahun yang ditandai pada perubahan-perubahan fisik,
kognitif, dan social.
Dengan demikian jelas pubertas merupakan bagian dari
adolesensi dan menitik beratkan pada kemasakan seksual anak,
sedangkan adolesensi meliputi semua perubahan fisik maupun
psikis yang menuju kearah kedewasaan. Pubertas meliputi sebagian
dari masa anak-anak dan sebagian lagi dari masa adolesensi. Masa
pubertas berlangsung kurang lebih pada usia11-15 tahun untuk
wanita, dan 12-16 sampai tahun pada laki-laki. (Siti Rahayu
Haditono, 1982: 24).
Pada masa inilah, anak mulai merasakan berbagai
perubahan dalam dirinya baik aspek fisik, social, mental dan
intelektual. Selanjutnya, dalam hal-hal tersebut terdapat sejumlah
tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak dalam hidup
dan kehidupannya yang mencakup aspek pribadi-sosial, pendidikan
dan karir.
Tugas perkembangan tersebut seebagai berikut:
1) Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dari
yang sebaya dari dua jenis kelamin
2) Memperoleh peranan social dengan jenis kelamin individu
3) Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif
4) Memperoleh kebebasan diri melepas ketergantungan diri dari
orang tua dan orang dewasa lainnya
5) Melakukan pemeliharaan dan oersiapan untuk jabatan
6) Memeperoleh kebebasan ekonomi
7) Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep
yang diperlukan sebagai warga Negara yang baik
9) Memupuk dan mempeoleh perilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan secara sosial
10) Memeperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagi
pedoman berperilaku.
Senagn mendasarkan kepada tugas-tugas perkembangan yang
diuraikan tersebut hasil kajian terhadap tugas-tugas perkembangan
peserta didik setara SMP dilapangan, penulis merupaka tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasai olrh peserta didik setara SMP
meliputi aspek pribadi, soaial, belajar dan karir.
Sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai
peserta didik di SMP, selayaknya dikuasai dengan sebaik-naiknya.
Meskipun demikian, ada kemungkinan tugas-tugas perkembangan
tersebut tidak terkuasai oleh peserta didik yang dikarenakan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
2
Ngalimun, Bimbingan Konseling di SD/MI Suatu Pendekatan Proses, (Banjarmasin: CV.
ASWAJA PRESSINDO, 2014)40-42
b. Pemahaman dan kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui
kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kegiatan sehari-
hari, di masyarakat maupun untuk peranannya di masa depan.
c. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan
pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.
d. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya.
e. Pengembangan kemampuan mengambil keputusan yang lebih
kompleks dan pengarahan diri.
f. Pemahaman dengan pengamalan hidup sehat.
2. Bimbingan Sosial, meliputi:
a. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan.
b. Pengembangan kemampuan bertingkahlaku dan berhubungan sosial,
baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung
tinggi tatakrama, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat istiadat,
dan kebiasaan yang berlaku.
c. Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di
dalam dan di luar sekolah serta di masyarakat pada umumnya.
d. Pemahaman dan pengalaman disiplin dan peraturan sekolah.
3. Bimbingan Belajar, meliputi:
a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam
mencari informasi dari berbagai sumber dalam bersikap terhadap
guru dan staf yang terkait, mengerjakan tugas, dan perkembangan
ketrampilan, serta dalam menjalani program penilaian, perbaikan
dan pengayaan.
b. Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri
maupun kelompok.
c. Mengembangkan penguasaan materi program belajar di SLTP.
d. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik,
sosial, dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan.
e. Orientasi belajar di sekolah menengah, baik umum maupun
kejuruan.
4. Bimbingan Karir, meliputi:
a. Pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dengan
kecendrungan pilihan jabatan serta arah perkembangan karier.
b. Pengenalan bimbingan kerja karier khususnya berkenaan dengan
pilihan pekerjaan.
c. Orientasi dan informasi jabatan dan usaha memperoleh
penghasilan.
d. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki.
e. Orientasi dan informasi pendidikan menengah baik umum maupun
kejuruan sesuai dengan cita-cita dan pengembangan karirer.3
Karakteristik peserta didik/konseli SMP yang perlu dipahami
meliputi aspek fisik, kognisi, sosial, emosi, moral, dan spiritual.
1. Aspek Religius
Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan
individu terhadap kekuatan di luar dirinya yang mengatur kehidupan
manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan-
keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan
kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan religiusitas
yang sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya, banyak
remaja mempersoalkan kembali keyakinan keagamaan mereka, mengalami
penurunan ibadah akibat keraguan atas keyakinan sebelumnya. Di sisi lain,
keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP mendorong mereka lebih
giat mencari informasi dan menguji kembali kebenaran yang mereka
yakini.
3
Muhammad Sibaril Majdi. Pengaruh Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Motivasi
Belajar Peserta Didik di SMP Islam Hidayatullah Semarang. 2011. Hlm 11 – 17.
http://eprints.walisongo.ac.id/1981/3/53311315_Bab2.pdf diakses pada 17 November 2019 pukul
19.30 WIB
2. Aspek Moral
Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan
tentang baik-buruk, benar-salah, boleh atau tidak boleh dalam melakukan
sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif. Karena
aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja
juga mengalami perubahan cukup mendasar dibandingkan pada masa
kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli SMP sering
mempersoalkan halhal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya
telah dihayati dan diyakini benar.
3. Aspek Emosi
Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas
yang labil. Transisi pada aspek fisik, kognitif, dan sosial menyebabkan
emosionalitas remaja mudah berubahubah. Perasaan remaja terhadap suatu
obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian jika tidak
dipahami dengan baik sangat potensial menimbulkan konflik.
4. Aspek Kognitif
Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental
dibandingkan dengan masa kanak-kanak yang menyebabkan remaja
mampu berfikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga
dipersepsi oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak dapat
memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak
mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan orang dewasa.
5. Aspek Sosial
Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak,
namun belum juga diakui sebagai individu dewasa. Keadaan ini membuat
peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak konsisten.
Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak,
namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh
sebagaimana orang dewasa pada umumnya.
6. Aspek Fisik
Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai
akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh terutama terkait dengan
hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa
ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspekaspek lainnya
seperti seksualitas, emosionalitas, dan aspek-aspek psikososialnya.4
C. Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling
Guru dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik dengan melakukan strategi sebagai berikut:
1. Program Layanan
Dari segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan,
ada lima jenis program layanan yang disusun dan diselenggarakan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut :
a. Program Tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun ajaran untuk
masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan.
b. Program Semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang
merupakan jabaran program tahunan.
c. Program Bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang
merupakan jabaran program semesteran.
d. Program Mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang
merupakan jabaran program bulanan.
e. Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu.
Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam
bentuk Satuan Layanan atau Rencana Program Layanan dan/atau
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama
(SMP). 2016.
Satuan Kegiatan Pendukung atau Rencana Kegiatan Pendukung
pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Penyelenggaraan Layanan Sebagai pelaksana pelayanan bimbingan
dan konseling, Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor bertugas
dan berkewajiban menyelenggarakan layanan yang mengarah pada:
a. Pelayanan Dasar, yaitu pelayanan mengarah kepada terpenuhinya
kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan
minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan
sosioemosional. Orang tua, guru dan orangorang yang dekat
(significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru Bimbingan
dan Konseling atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak
langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal
dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b. Pelayanan Pengembangan, yaitu pelayanan untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas
perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup
baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan
dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh
penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara
optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan
pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengembangan
bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik
dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam
penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini,
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh Guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor selalu diarahkan dan
mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
c. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/Pendalaman Minat Studi
Siswa, yaitu pelayanan yang secara khusus tertuju kepada
peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai
dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas
minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap
perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling. Pelayanan peminatan/lintas
minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-
aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.
d. Pelayanan Teraputik, yaitu pelayanan untuk menangani
pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan
dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan.
Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir.
Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor memiliki peran dominan.
Peran pelayanan teraputik oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dapat menjangkau aspekaspek pelayanan dasar, pelayanan
pengembangan, dan pelayanan peminatan.
e. Pelayanan Diperluas, yaitu pelayanan dengan sasaran di luar diri
siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan,
orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait
dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok
terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan,
proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi peserta
didik. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun
tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan
peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.
3. Waktu dan Posisi Pelaksanaan Layanan
Semua kegiatan mingguan (kegitan layanan dan/atau pendukung
bimbingan dan konseling) diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu
jam pembelajaran berlangsung) dan/atau di luar kelas (di luar jam
pembelajaran).
a. Di dalam jam pembelajaran:
1) Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan rombongan
belajar siswa dalam tiap kelas untuk menyelenggarakan layanan
informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan
instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di
dalam kelas.
2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas
(rombongan belajar per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal).
3) Kegiatan tatap muka nonklasikal diselenggarakan dalam bentuk
layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data,
kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
b. Di luar jam pembelajaran:
1) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan siswa dilaksanakan untuk
layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, mediasi, dan advokasi serta kegiatan lainnya
yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung bimbingan dan konseling di luar
kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 1 jam pembelajaran
tatap muka dalam kelas.
3) Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam pembelajaran
satuan pendidikan maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan
satuan pendidikan.
4) Program pelayanan bimbingan dan konseling pada masing-masing
satuan pendidikan dikelola oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan
program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan
program pelayanan bimbingan dan konseling dengan kegiatan
pembelajaran dan mata pelajaran kegiatan ekstra kurikuler dengan
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas satuan
pendidikan.5
5
Jarkawi. “Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMP 25 Banjarmasin”. Jurnal
Konseling GUSJIGANG Vol. 1 No. 1. 2015, hlm. 5 – 7.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/viewFile/290/308 diakses pada 19 November
2019 pukul 10.30 WIB.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP
adalah mengembangkan dasar-dasar pemebentukan warga Negara yang
beriman, bertaqwa, berkarakter, bermartabat, meningkatkan kemmapuan
membaca, menulis dan menghitung, sebagai belajar yang mandiri, kreatif
dan produktif. Sedangkan tujuan secara khusus layanan bimbingan dan
konseling di SMP adalah mambantu peserta didik/warga belajar utnuk
mencapai tujuan perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi, social,
belajar dan karir sebagai landasanuntuk mencapai bimbingan dan
konseling secara umum.
Bidang Layanan Bimbingan Konseling Bimbingan dan konseling
di SMP meliputi berbagai bidang, yaitu: bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir.
Guru dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik dengan melakukan strategi program layanan, Penyelenggaraan
Layanan Sebagai pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling, serta
strategi Waktu dan Posisi Pelaksanaan Layanan
B. Saran
Kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan lebih baik bagi penulis maupun pembaca. Namun dalam
penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami harap penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA