Dosen Pengampu :
Asiah, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
BK Reguler A, B dan C 2019
Dengan mengucapkan puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas nikmatnya dan karunianya kami dapat mengerjakan tugas makalah dengan
baik. Laoporan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “BK Karir“
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Kami
menyadari bahwa sepenuhnya tugas makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami
memohon saran dan kritiknya dan mudah-mudahan tugas ini menjadi gambaran.baik. Untuk
itu saya menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Asiah, M.Pd. karena
telah memberi dan mengajarkan kami tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Trait dan Factor........................................................................3
2.2 Konsep Teori Trait dan Factor...........................................................3
2.3 Bagaimana Hakekat Manusia dalam Pendekatan Trait and Factor...6
2.4 Hakekat Konseling............................................................................8
2.5 Pendekatan Perkembangan karir Trait dan Factor.............................8
2.6 Penerapan Teori Trait dan Factor......................................................9
2.7 Tujuan Teori Trait dan Factor.........................................................10
2.8 Peran dan Fungsi Konselor dalam Pendekatan Trait dan Factor.....10
2.9 Implikasi Teori Trait dan Factor...................................................11
2.10. Hubungan Konselor dengan Konseli dalam Pendekatan Trait dan
Factor............................................................................................12
2.11 Tahap Konseling dalam Pendekatan Trait dan factor....................12
2.12 Teknik Konseling dalam Pendekatan Trait dan Factor..................14
2.13 Kelebihan dan Kelemahan.............................................................16
2.14 Aplikasi Teori Trait dan Factor ( Contoh Kasus ).........................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................19
3.2 Saran ................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya.
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan
lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu ada sifat-sifat
yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik.
Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu,
kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti;
kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain-lain
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok
pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling
menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional
menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klient dalam suatu proses konseling.
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut
konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien
mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga
disebut konseling yang “counselor centered” .
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,maka dapat dirumuskan :
1. Apa landasan Teori Trait dan Factor?
2. Konsep Teori Trait dan Factor?
3. Bagaimana Hakekat Manusia dalam Pendekatan Trait dan Factor ?
4. Bagaimana Hakekat Konseling ?
5. Bagaimana pendekatan perkembangan Teori Trait dan Factor ?
6. Bagaimana penerapan Teori Trait dan Factor ?
7. Apa tujuan Teori Trait dan Factor ?
8. Bagaimana Peran dan Fungsi Konselor dalam Pendekatan Trait dan Factor ?
9. Apa implikasi Teori Trait dan Factor ?
10. Bagaimana Hubungan Konselor dengan Konseli dalam Pendekatan Trait dan Factor ?
11. Bagaimana Tahap Konseling dalam Pendekatan Trait dan factor ?
12. Bagaimana Teknik Konseling dalam Pendekatan Trait dan Factor ?
1
13. Apa saja kelebihan dan kelemahan Teori Trait dan Factor ?
14. Bagaimana Aplikasi Teori Trait dan Factor ( Contoh Kasus ) ?
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(achievement), nilai-nilai (values) dan kepribadian (personality) dengan dunia kerja (world of
work).
Tahap 1 : Memperoleh Pemahaman Diri. Berikut penjelasan dari kelima jenis tes
tersebut.
1. Bakat (Aptitudes)
Digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan
individu untuk melaksanakan tugas.
2. Prestasi (Achievements)
Sharf (1992:22) mengemukakan bahwa “ achievements refer to a board range of
events that individuals participate in and accomplish during their lifetime”. Prestasi
dapat dibagi ke dalam tiga tipe, yaitu : pertama, prestasi akademik, biasanya diukur
dengan angka, tetapi dengan skor tes khusus. Kedua, prestasi dalam kerja, seperti
kesempurnaan tugas-tugas. Ketiga, yang sangat cocok dengan teori trait and factor,
yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki dunia kerja. Prestasi
dapat diukur secara kuantitatif melalui tes-tes yang digunakan untuk memasuki salah
satu profesi.
3. Minat (Interests)
Diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa, 1997 : 370). Minat
adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan
sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil
keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu menuju ke
sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock (1986 : 144) mengatakan bahwa minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
4. Nilai-nilai (Values)
Melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk
memperkirakan kemungkinannya. Nilai-nilai yang sangat penting dalam konseling
karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai-nilai dunia keja. Adapun maksud dari
pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu memutuskan arah
karir yang jelas.
5. Kepribadian (Personality)
Pengukuran dari kepribadian telah menjadi area penting dari belajar dan berguna
untuk mengkonseptualisasikan individu dalam pilihan vokasional. Minimal terdapat
tiga jenis instrument untuk mengukur kepribadian individu, yaitu California
4
Psychological Inventory (CPI), The Sixteen Personaity Factor Questionaire (16 PF)
dan the Edwards Personal Preference Schedule (EPPS). Konselor dapat mencocokkan
profil kepribadian konseli dengan karir yang cocok.
Tahap 2 : Memperoleh Pengetahuan tentang Dunia Kerja
Informasi pekerjaan ialah unsur penunjang kedua dari teori tarit and factor. Peran
konselor adalah membantu konseli untuk untuk mengumpulkan informasi pekerjaan. Untuk
mengumpulkan informasi tidak perlu tergantung hanya kepada pengetahuan karir seorang
konselor, tetapi menggunakan banyak sumber untuk menambah pengetahuan ini. Terdapat
tiga aspek penting terkait dengan informasi pekerjaan, yaitu:
Menggambarkan pekerjaan, kondisi pekerjaan atau masalah gaji;
1. Penglompokkan pekerjaan;
Membantu mengetahui karakteristik dan kebutuhan untuk masing-masing pekerjaan.
Jenis-jenis informasi pekerjaan. Informasi pekerjaan dapat di eksplorasi dari berbagai
sumber yang berbeda, contohnya melalui brosur yang dibuat oleh asosiasi pekerjaan
propersional, famflet, yang bias didapatkan melalui penerbit khusus yang mengenai
tentang informasi pekerjaan. Tipe informasi yang paling penting untuk konselor
adalah mengetahui uraian tentang beberapa jenis uraian tentang berbagai jenis
pekerjaan.
2. System klasifikasi
Karena system klasifikasi ini dapat membingungkan dan banyaknya informasi yang
tersedia bagi konselordan konseli, system klasifikasi ini perlu disusun untuk informasi
pekerjaan. System kalsifikasi ini telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Tahap 3 : mengitegrasikan informasi tentang diri dan dunia kerja
Langkah ketiga ini adalah mengintegrasikan informasi tentang diri dan dunia kerja.
Informasi pekerjaan diindikasikan dengan bahan-bahan, penerimaan ketertarikan atau
minat, nilai, dan karakter pribadi yang dibutuhkan setiap pekerjaan.
1. Peran Konselor
Peran konselor adalah memberikan berbagai informasi mengenai jenis-jenis
pekerjaan, syarat-syarat dan tuntutannya serta prospek bagi individu. Kemudian
konselor diharapkan harus mampu membantu konseli memilih pekerjaan atau karir
tertentu yang sesuai dengan kepribadian, minat, bakat serta kemampuannya.
Pada sesi ketiga, klien meninjau pilihan-pilihan karier sesuai data yang dipaparkan dan
dikirimkan oleh konselor untuk mencari informasi lebih jauh lagi mengenai karier yang
spesifik. Williamson, (1972) pada dasarnya menerapkan teori ini untuk membantu klien
5
mempelajari keahlian manajemen diri sendiri. Tetapi seperti yang dicatat oleh Crites (1969,
1981), para konselor karier trait-and-factor terkadang mengabaikan realitas psikologis dari
pengambilan keputusan dan gagal meningkatkan keahlian swabantu dalam diri klien mereka.
Konselor semacam itu kemungkinan terlalu menekankan pada informasi tes, yang akan
dilupakan oleh klien atau bahkan dibengkokkan.
2. Iformasi pekerjaan
Informasi pekerjaan dalam konseling karir trait and factor dikemukakan oleh
Brayfield (1950) yang dibedakan dalam 3 fungsi:
Informasi (informational). Konselor memberikan informasi kepada konseli seputar
pekerjaan untuk memastikan suatu pilihan yang telah dibuat, untuk memutuskan dua
buah pilihan yang sama menarik dan cocok, atau hanya meningkatkan pengetahuan
konseli tentang pilihan yang realistis.
3. penyesuaian kembali (readjustive)
Konselor memperkenalkan informasi pekerjaan agar konseli memiliki suatu dasar
nyata untuk menguji suatu pilihan yang tidak sesuai, prosesnya sebagai berikut.
Konselor pertamakali memberikan pernyataan awal mengenai ciri dari pekerjaan atau
bidang yang telah dipilih oleh klien. Kemudian, konselor memberikan informasi
akurat yang membuat konseli memperoleh pandangan tentang cara pandang ilusinya
yang membuat pikiran atau pekerjaan dan bidang tersebut tidak cocok dengan tujuan
kenyataan. Pada saat ini biasanya konselor dapat mengubah interview menjadi
pertimbangan dari dasar yang realistis dimana pilihan pekerjaan yang cocok dientukan
(Brayfiled, 1950, p. 218).
4. Motivasi (motivational)
Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk melibbatkan konseli secara aktiv
dalam pengambilan keputusan. Untuk mempertahankan kontak dengan konseli yang
bebas hingga mereka bertanggung jawab dengan piihan mereka, dan menjaga
motivasi untuk pilihan apabila kegiatan konseli pada saat ini tidak sesuai dengan
tujuan jangka panjangnya.
6
1. Manusia membawa potensi baik dan buruk. Williamson berbeda dengan Rouseau
yang menganggap manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau
lingkunganlah yang membentuknya menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua
potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu yang
lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak ada individu yang
lahir semata-mata penuh dengan muatan yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh
manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung pada interaksinya
dengan manusia lain atau lingkungannya.
2. Bergantung dan berkembang optimal di masyarakat. Manusia memerlukan orang
lain dalam mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat
dicapai dalam hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.
3. Ingin mencapai kehidupan yang baik (good life). Memperoleh kehidupan yang
baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang.Salah satu dimensi
kebaikan adalah “arête”.Manusia berjuang mencapai arête yang menghasilkan
kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang
dapat diartikan kecemerlangan (axcelent).
4. Berhadapan dengan "pengintroduksi" konsep hidup baik, dihadapkan pilihan-
pilihan. Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari
orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan
anggota masyarakat yang lain.
5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (the
universe).Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan
manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari: (1) manusia menyendiri dalam
ketidakramahan alam semesta atau (2) alam semesta bersahabat dan
menyenangkan atau menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.
6. Manusia merupakan individu yang unik karena terdapat perbedaan antara individu
yang satu dengan yang lainnya.
7. Manusia memiliki sifat – sifat yang umum. Disamping kita dapat menemukan
keunikan individu, dapat pula kita amati adanya sifat – sifat yang umum dan
terdapat pada manusia. Dengan keumuman sifat tersebut, manusia dapat
dikelompokan menjadi tipe – tipe. Dengan demikian tipologi dalam kepribadian
tetap mendapat tempat pada ancangan konseling trait and factor. Vadan bagi
7
perkembangan individu terjadi disebabkan faktor hereditas dan lingkungan yang
berbeda.
8. Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya. Ancangan trait and
factor berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan atau aspek hereditas dan lingkungan. Untuk sebagian besar manusia
mengendalikan dan menguasai pembawaan dan lingkungannya. Selain itu,
manusia mempunyai kemampuan untuk menyeleksi sebagian pengaruh
lingkungan yang mengenainya. Jelaslah bahwa manusia aktif, bukan pasif dalam
menerima pengaruh pembawaan dan lingkungan, meskipun tidak bisa dilepaskan
dari peranan dan bantuan orang lain.
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia tentukan oleh
faktor pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat umum dan sifat
khusus terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena
pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Pendirian ini memandang bahwa
kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan dengan trait and factor seperti
kecakapan, sikap, tempramen dan lain-lain.
2.4.Hakekat Konseling
Hakekat konseling pada pendekatan trait and factor adalah sebagai berikut :
1. Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan hubungan rasional
antara klien dan konselor.
2. Konseling merupakan hubungan yang bersifat pribadi antara konselor dan klien
yang ditujukan untuk membantu klien memahami diri, menerima diri,
mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri.
3. Konseling diupayakan sebagai mana pendidkan membantu klien mengembangkan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai masyarakat.
4. Konsep konseling lebih luas dari pada konsep psikoterapi.
8
Pendekatan trait dan faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah
merupakan terdiri dari faktor yang dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa
diprofilkan berdasarkan kepada banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.
Menurut CH Miller (1974, p. 238) dia memberikan asumsi yang membawahi
pendekatan trait dan faktor terdiri dari:
a. Pilihan dilakukan untuk mencapai yang telah direncanankan.
b. Pilihan okupasi adalah even yang tersendiri.
c. Dimana adnya satu tujuan untuk setiap orang dalam pemilihan.
d. Satu orang bekerja dalam setiap pekerjaan. Ini sama halnya dengan koin bermata dua
e. Adanya pemilihan kerja yang tersedia untuk setiap individu.
Secara unsur sejarah, studi trait dan faktor telah menyediakan pondasi teksnis untuk
menjelaskan tiga proses langkah dari bimbingan yang didasarkan oleh F. Parsons (1909).
Asumsi dari parsons yang mana pendekatan trait dan faktor berorientasikan kepada okupasi
yang secara spesifik atau khusus, atau tugas yang sebagai kriteria kepada variabel seperti
perilaku, kemampuan mental, sosioekonmi, ketertrikan atau gaji, menifestasi dari
kepribadian.
Perkembangan karir sebenarnya tidak hanya mengenai pemilihan okupasi tetapi juga
mengenai proses seperti pemilihan secara tertuju dan terintegrasi dalam bentuk pilihan yang
tertata, yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan mengertinya antara perilaku dalam
pekerjaan.
Menurut Krumboltz (1994), dia berpendapat diantara adanya teori trait dan faktor
bahwasanya “hal itu tidak membantu kita memahami pemerolehan emosional dan skill yang
dibutuhkan dalam pencarian kerja, hal ini pula tidak menginformasikan kita tentang adanya
pekerjaan dan phobia kerja, juga tidak menjelaskan bagaimana menangani keluarga yang
memiliki dual pekerjaan, bagaimana perencanaan pensiun dan hal lainnya da ini berkaitan
dengan konseling karir.
Oleh karena itu trait dan faktor teori, merupakan gambaran dari perkembangan karir
dan pembuatan pemilihan dalam pekerjaan saja yang sesuai dengan aptitudes dan skill yang
dimiliki individu.
9
a. Mengenal klien, dengan data yang akurat dan lengkap sehingga data kien menjadi
modal awal bagi konselor untuk melakukan proses preventif, kuratif dan diploment.
b. Mengadakan peninjauan terhadap berbagai pekerjaan yang ada, dilengkapi dengan
pengenalan sifat pekerjaan, keahlian yang dibutuhkan pekerjaan dan prasyarat
lainnya, sehingga seorang konselor betul memiliki referensi, wawasan luas dan
sempurna tentang pekerjaan dan jabatan yang ada.
c. Mencocokan potensi (bakat, minat, kecendrungan, keahlian dan kondisi objektif
lainnya) yang dimiliki oleh klien dengan pekerjaan dan jabatan yang ada
d. Melakukan konseling dengan klien dan mendiskusikan perihal sehubunggan dengan
data diri dan pekerjaan, untuk melakukan pilihan, keputusan diri dan berbagai solusi
terhadap masalah yang dialami klien.
2.8. Peran dan Fungsi Konselor Dalam Pendekatan Teori Trait dan Factor
Peranan yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh seorang konselor dalam pendekatan trait
and factor adalah sebagai berikut :
10
1. Konselor memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan yang diperoleh
melalui penyelenggaraan testing psikologis, angket dan alat ukur lainnya.
2. Konselor memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai dengan
kemampuan serta karakteristiknya.
3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
4. Konselor membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab kesulitan atau
gangguannya dengan diagnosis eksternal.
5. Secara esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana “memberi
informasi” dan “mengarahkan secara efektif”.
Adapun fungsi konselor dalam pendekatan trait and factor yaitu :
1. Dapat menempatkan diri sebagai guru
2. Menerima sebagian tanggungjawab terhadap masalah klien
3. Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik
4. Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel
11
2.10. Hubungan Konselor Dengan Konseli Dalam Pendekatan Trait and Factor
Hubungan konselor dengan klien merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat
bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka. Hubungan yang bersifat pribadi itu
dimaksudkan agar konselor dapat menempatkan diri secara emosional dan psikologis dalam
kehidupan klien.
Dalam membantu individu mengembangkan diri menjadi menusia yang penuh (full
humanity), dibutuhkan hubungan yang sangat individual (highly individualized) dan pribadi
(Personalized). Hubungan yang bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor dapat
menempatkan diri secara emosional dan psikologis dalam kehidupan diri klien. Dalam
hubungan ini tidak semata-mata problem centered, artinya bantuan tidak langsung atau tidak
segera ditujukan pada pemecahan masalahnya, tetapi mengembangkan kemampuan individu
untuk memecahkan sendiri masalahnya. yaitu memotivasi klien sampai bisa menggunakan
potensinya secara penuh (motivated him into his full potentiality).
12
dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh
konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut)
problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses
pengambilan atau penarikan simpulan yang logis. Dari diagnosis ini dapat
menemukan ketetapan dan pola yang menuju pada ketetapan, permasalahan,
sebab-sebabnya, serta sifat-sifat siswa yang berarti dan relefan yang berpengaruh
kepada kemungkinan penyesuaian atau tidak penyesuaian.
Dalam tahap ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu :
- Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan
dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
- Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan
eksternal). Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa
kini, dan masa depan yang dapat menerangka sebab-sebab gejala /
permasalahan.
4. Prognosis
Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang
dan menentukan terapinya. Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data
sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya
rendah, kemungkinan nanti tdak dapat diterima dalam SNMPTN dan karirnya
tidak sesuai keinginannya.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber
pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu
klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh yang dia bisa. Bantuan dalam
konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
13
- Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam
memahami dan trampil untuk mengaplikasikan pinsip dan teknik-teknik
dalam kehidupan sehari-hari.
- Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang bersifat
menyembuhkan dan efektif.
- Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau
penyaluran.
Yang di maksud konseling ialah usaha untuk membantu siswa sehingga lebih
siap untuk memecahkan masalah situasi pentesuaianya, sebelum begitu jauh
terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya sehingga membutuhkan terapi
yang dalam dan rumit.
6. Follow Up
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka
memperoleh layanan konseling. Teknik yang digunakan konselor harus di
sesuaikan dengan individualitas siswa , mengingat bahwa tiap individu sifatnya
unik, sehingga tidak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua. Tindak
lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.
14
- Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara personal dalam
melaksanakan sesi konseling.
- Menangkap secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan konseling baik dalam
bentuk verbal maupun non verbal.
1. Opening
Opening adalah membuka kegiatan wawancara.
Tujuan Pembukaan wawancara konseling untuk :
a. Menciptakan rasa aman konseling selama mengikuti sesi konseling.
b. Mengurangi kecemasan dalam proses konseling.
c. Menciptakan kondisi fasilitas dalam konseling.
1. Acceptence
Acceptence adalah penerimaan terhadap klien.
Tujuan teknik penerimaan untuk :
a. Mengkomunikasikan sikap dasar konselor terutama ketika membentuk
suasana akrab.
b. Disadarinya oleh konseling bahwa konselor benar-benar mendengarkan
apa yang dikatakannya.
c. Terbentuknya suasana emosional klien.
2. Restatement dan Pharaprasing
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian pernyataan
konseling yang dianggap penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli secara utuh,
apa adanya tanpa merubah makna.
Tujuan yaitu :
a. Diketahui oleh klien , bahwa konselor mendengarkan yang dikatakannya.
b. Diperolehnya informasi penting.
c. Terujinya data yang diverbalissasikan klien.
3. Reflection of Feeling
Reflection of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk
pernyataan / sikap yang terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuan adalah sebagai berikut :
a. Dirasakannya oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh konselor.
b. Terdorongnya konseli lebih mengekprsikan perasaan-perasaannya
terhadap situasi tertentu.
15
4. Clarification
Clarification adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan
menggunakan kata-kata baru dan segar.
Tujuannya adalah :
a. Mengungkap isi pesan utama yang disampaiakn klien.
b. Memperjelas isi pesan yang diungkapkan klien.
5. Structuring
Structuring adalah penegasan tentang batas-batas konseling itu sesungghnya.
Tujuannya yaitu :
6. Diperolehnya kesamaan harapan konselor dan klien.
7. Diperolehnya kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat dalam metode dan
tujuan konseling.
8. Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam
satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling.
Tujuannya adalah :
a. Memadukan unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.
b. Mengidentifikasi pola isi pembicaraan konseli.
c. Menghindari pembicara yang diulang-ulang dan bertele-tele.
d. Merangkum kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling
16
1. Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai
budaya,nilai-nilai kehidupan,dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan anak
dan remaja serta pilihan program/bidang studi dan bidang pekerjaan.
2. Diandalkan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi sekali saja da ini
pun bersifat keputusan terakhir atau definitif, dengan berfikir secara rasional.
3. Kurang diperhatiakn peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangakaian
pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan
pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk tradisi keluarga, tuntutan mengingat
ekonomi keluarga, serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan finansial dan
sebagainya.
4. Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut
memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
5. Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di
suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama bertahun-tahun yang
akan datang.
6. Pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan
yang terbuka bagi seseorang,karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat
mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.
17
yang sesuai, baik dengan kemampuan di bidang kognitif maupun dengan arah minat
(Diagnosis). Implikasi dan hasil diagnosis itu adalah supaya siswa meninjau kecocokan
antara pola kualifikasi yang dituntut dalam ketiga bidang studi tersebut, dengan pola
kemampuan dan minat yang telah diidentifikasikan pada dirinya sendiri (Prognosis).
Peninjauan itu dilaksanakan dalam wawancara dengan konselor, sampai akhirnya siswa
memilih program studi matematika di FIP, S1 (konseling). Siswa menghadap kembali kalau
ternyata timbul kesulitan dalam pelaksanaan keputusannya (Follow-Up)
18
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Teori trait-factor merupakan model layanan bimbingan yang mengutamakan peran
konselor sehingga disebut dengan istilah konseling direktif atau conselor centered. Selain
menganggap bahwa manusia itu adalah berpotensi dan positif, juga kelebihan teori ini
tertelak pada data dan fakta individu yang digunakan untuk melakukan layanan konseling,
dan data atau fakta tersebut dihasilkan dari berbagai testing psiklogis, sehingga layanan
bimbingan konseling bisa berhasil secara maksimal.
Pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai relevansi bagi bimbingan dan
konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan
bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi
pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan
dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data
sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Tujuan konseling Trait adn Factor adalahmembantu individu merasa lebih baik
dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih
dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat
keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara
wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep
diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Dalam prosesnya terdapat dua teknik yang digunakan yaitu teknik tes dan teknik non
tes. Tahapan proses konseling yang dilakukan adalah analisis, sistesis, diagnosis, prognosis,
konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).
1.2 Saran
Dengan Segala keterbatasan dan kekurangan dalam makalah ini. Besar harapan
Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam pemahaman Teori Trait and Factor. Kritik
dan saran diharapkan guna perbaikan atas penyampaian dalam materi dalam makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://gudangilmukita212.blogspot.com/2017/01/teori-trait-and-factor-makalah.html?m=1
Trias Ristian. Dkk. Jurnal Pendekatan Teori Trait dan Factor dalam Pengambilan Keputusan
Karir. Undhiksa
https://khoerulanwarbk.wordpress.com/2017/01/25/trait-and-factor/
Hadiarni dan Irman. 2009. Konseling karir. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.
https://konselingelina.wordpress.com/2016/04/23/74/amp/#aoh=16136250130443&referrer=
https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s
20