DISUSUN :
KELOMPOK 3
BK REGULAR A, B, C 2019
B. BK REGULAR B:
1. Sevi Cahyani br. Tarigan (1192451006)
2. Ebi Alonta Br. Tarigan (1193151016)
3. Rosihandani Turnip (1193351019)
4. Widia Aprianjelicha Br. Tarigan (1193151018)
5. M. Ikhwanul Arfan Nasution (1193151011)
6. Stefany Putri Agatha (1193351015)
7. Johana Rirista Tondang (1193351020)
8. Hestu Ayudia Pangesti (1193351017)
C. BK REGULAR C:
1. Alvina Zahra (1192451007)
2. Sekar Sari (1191151013)
3. Muhammad Luvvi Rangkuti (1193351032)
4. Julianti Tarihoran (1191151012)
5. Trisna Febrina (1191151015)
6. Reviya Perbina Bangun (1193351036)
7. Jhon Erikson Damanik (1193351074)
8. Indah Ramayanti Berutu (1191151014)
1
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan YME,
karena atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Terima kasih
kepada ibu Asiah S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu yang telah membimbing penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini secara maksimal. Terima kasih juga kepada orang tua dan
teman teman yang telah mendukung penulis mengerjakan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pembaca untuk menambah wawasan tentang
Bimbingan Konseling Karir. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi para teman-teman
yang ingin mendapatkan pengetahuan tentang mengenai karir dan persiapan karir, serta kiranya
makalah ini dapat diberikan kritik atau masukan agar lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…………… 4
A. Latar Belakang……………………………………………………………………... 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………... 6
A. Kesimpulan………………………………………………………………………… 16
B. Saran……………………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan karier merupakan salah satu aspek bimbingan perkembangan, sehingga sangat
diperlukan sepanjang perkembangan anak, lebih baik jika bimbingan itu diberikan ke anak
sejak rnasa kanak-kanak bahkan sebelun masuk sekolah, yang diteruskan di masa sekolah
dasar, di sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi, bahkan mungkin masih diperlukan sewaktu
seseorang sudah memasuki dunia kerja, dengan harapan bahwa dengan bimbingan yang
diberikan akan membantu dalam penyesuaian diri dengan sifat dan situasi kerja (Haolah,
Rohaeti, & Rosita, 2020; Rahmawati, Yusmansyah, & Mayasari, 2020). Dengan demikian
melalui teori ini dapat menambah wawasan konselor dalam membantu klien memutuskan
pilihan karier.
Aplikasi Teori Holland di Sekolah sangat relevan bagi bimbingan karier dan konseling
karier di institusi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan masa awal pendidikan
tinggi (Winkel & Hastuti, 2005). Tekanan yang diberikan pada pemahaman diri sehubungan
dengan beberapa kualitas vokasional yang dimiliki seseorang dan pada informasi yang akurat
mengenai berbagai lingkungan okupasi, menyadarkan lembaga bimbingan akan tugasnya
untuk membantu orang muda mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan, k edua
hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan okupasi secara matang.
dalam memikirkan pilihan okupasi secara matang (Tama, 2019; Winkel & Hastuti, 2005).
Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan
okupasi adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya,
sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri
dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan
banyak kesukaan yang lain (Bonitz, Armstrong, & Larson, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi konsep dasar Teori J. Holland?
2. Bagaimana karakteristik Teori J. Holland?
3. Seperti apa model lingkungan tiap kepribadian menurut Teori J. Holland?
4
4. Apa saja kekuatan dan kelemahan Teori J. Holland?
5. Seperti apakah riset-riset yang berkenaan dengan Teori J. Holland?
6. Bagaimana aplikasi Teori J. Holland dalam bimbingan karir?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar Teori J. Holland.
2. Mengetahui karakteristik Teori Holland.
3. Mengetahui model lingkungan kepribadian Holland.
4. Mengetahui kekuatan dan kelemahan Teori J. Holland.
5. Mengetahui riset-riset yang berkenaan dengan Teori Holland.
6. Mengetahui aplikasi Teori Holland dalam bimbingan karir.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Karakteristik Teori J. Holland
1. Realistik
Deskripsi bidang Beberapa Beberapa pekerjaan Mata pelajaran yang
minat keterampilan kunci dengan komponen bisa dipelajari untuk
Realistis memberi kan
keterampilan
2. Investigative
Suka menemukan dan Berpikir analitis dan Ilmu pengetahuan, Bahasa Inggris,
meneliti ide, logis, menghitung, penelitian, pekerjaan Matematika, Sains,
mengamati, berkomunikasi dengan medis dan kesehatan, Komputer, Teknologi
menyelidiki, dan menulis dan berbicara, ahli kimia, ilmuwan
bereksperimen, merancang, kelautan, teknisi
mengajukan merumuskan, kehutanan, teknisi
pertanyaan, dan menghitung, laboratorium medis
menyelesaikan mendiagnosis, atau pertanian, ahli
masalah bereksperimen, zoologi, dokter gigi,
menyelidiki dokter.
7
3. Artistik
4. Sosial
Suka mengajar, Berkomunikasi secara Guru, perawat, asisten Bahasa Inggris, Ilmu
melatih dan memberi lisan atau tertulis, perawat, penasihat, Sosial, Matematika,
informasi, membantu, peduli dan petugas polisi, pekerja Sains, Kesehatan,
mengobati, mendukung, melatih, sosial, tenaga Pendidikan Jasmani,
menyembuhkan dan bertemu, menyapa, penjualan, petugas Seni, Komputer, Studi
melayani dan membantu, mengajar, layanan pelanggan, Bisnis, Bahasa.
menyapa, peduli memberi informasi, pelayan, sekretaris.
dengan kesejahteraan mewawancarai,
diri dan kesejahteraan melatih.
orang lain.
8
5. Enterpresing
6. Conventional
9
C. Model Lingkungan Kepribadian Teori J. Holland
1. Realistik
Model lingkungan biasanya ditandai oleh tugas- tugas yang konkrit, fisik, ekplisit,
yang memberikan tantangan bagi pelakunya. Untuk mendapatkan pemecahan yang efektif
seringkali memerlukan kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisik untuk berpindah
tempat dan abahkan selalu di luar gedung. Lingkungan realistis hanya menuntut secara
minimal kecakapan hubungan antar pribadi. Sebab kebanyakan dari tugas-tugas dapat
diselesaikan dengan hubungan yang hanya sekali-sekali dan tidak mendalam dan bahkan
sering menuntut tindakan-tindakan yang sederhana sehingga sifat dan karakter yang nyata
dari model lingkungan membuat keberhasilan dan kegagalan nampak secara jelas dan
langsung.
2. Investigative
Lingkungan intelektual ditandai dengan tugas-tugas yang memerlukan kemamapuan
yang abstrak dan kreatif, bukan tergantung pada kemamapuan dan pengamatan pribadinya.
Pemecahan masalah memerlukan imajinasi, intelegensi dan kepekaan terhadap masalah-
masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Biasanya keberhasilan dicapai secara bertahap
yang terjadi didalam suatu priode waktu yang relative lama meskipun kriteria keberhasilan
dapat bersifat objektif dan dapat diukur. Masalah-masalah yang terdapat dalam lingkungan
ini berbeda dalam tingkat kesukarannya. Pemecahan masalah yang rumit memerlukan
kemampuan imajinasi. Alat-alat dan perlengkapan memerlukan kecakapan intelektual
daripada kecakapan manual. Begitu juga kemampuan menulis adalah mutlak diperlukan
dalam lingkungan tipe ini.
3. Artistik
Lingkuangan artistik ditandai dengan tugas-tugas dan masalah-masalah yang
memerlukan interpretasi atau kreasi, bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa perasaan dan
imajinasi. Lingkungan artistik memerlukan kemampuan untuk mengarahkan semua
pengatahuan individu, intuisi dan kondisi emosinya dalam pemecahan masalah. Hal ini
berbeda dengan lingkungan realistis, intelektual dan konvensional yang seringkali kurang
menuntut penggunaan semua smber potensi pribadi seseorang.
4. Sosial
Lingkungan sosial ditandai dengan masalah-masalah yang memerlukan kemampuan
menginterpretasi dan merubah prilaku manusia dan minat untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Pada umumnya situasi bekerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan
menganagkat kedudukan.
10
5. Enterpresing
Model tipe ini mempunyai kecakapan lisan untuk berjualan, menguasai dan
menggiring ke suatu tujuan, arah, menganggap dirinya sendiri sebagai orang kuat, jantan,
menghindari dari penggunaan bahasa yang terumus dengan baik, atau situasi pekerjaan
yang memerlukan kegiatan intelektuasl dalam jangka waktu yang lama, mudah
menyesuaikan diri, berbeda dengan tipe konvensional.
Lingkungan tipe usaha ini ditandai dengan tugas-tugas yang mengutamakan
kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan atau mempengaruhi orang lain.
6. Conventional
Lingkungan konvensional ditandai dengan tugas-tugas dan masalah-masalah yanag
memerlukan pemrosesan informasi verbal dan matematis, rutin, konkrit dan sistematis.
Keberhasilan pemecahan masalah relatif jelas dan terjadi dalam satu priode waktu yang
relatif singkat pula.
Kelemahan:
1. Kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian
dan tidak menunjukkan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta
akumulasi rentang umur.
11
2. Mengenai tahap-tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam
bidang okupasi tertentu, Holland menunjuk pada taraf intelegensi yang memungkinkan
tingkat pendidikan sekolah tertent, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-
faktor lainnya (Winkel & Hastuti, 2005).
3. Bukti validitas teori Holland agak lemah. Ini mungkin karena model Holland
menyederhanakan gagasan kecocokan; tidak cukup memperhitungkan kecocokan
antara kemampuan dan tuntutan pekerjaan; dan tidak memberi perhatian yang cukup
terhadap pengaruh khas antara individu dan lingkungan kerja (bagaimana cara kerja
mempengaruhi individu dan bagaimana individu mempengaruhi pekerjaan) (Michalos,
2010).
12
Sosial, dan Konvensional. Secara khusus, keparahan kecacatan memiliki dampak negatif
yang kuat pada kemanjuran diri bagi orang-orang yang menjadi cacat fisik di kemudian
hari. Sebaliknya, hubungan antara keparahan kecacatan dan efikasi diri tidak signifikan
bagi orang-orang yang menjadi cacat pada anak usia dini. Temuan-temuan ini diadakan di
Holland ranah Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising dan Conventional,
ketika mengendalikan berbagai masukan orang lain dan pengalaman pembelajaran
domain- khusus (Tenenbaum, Byrne, & Dahling, 2014).
3. Assessing the congruence of worker and workplace using the proximities of their
RIASEC types.
Inventarisasi minat kejuruan sering dirancang, dinilai dan ditafsirkan sesuai dengan
enam jenis tipe Holland (R, I, A, S, E dan C) dan pengaturan heksagonal. Kode tiga huruf
kemudian mengidentifikasi tiga jenis yang dinilai paling tinggi oleh orang tersebut.
Kesesuaian antara seseorang dan lingkungannya (misalnya, tempat kerja atau bidang studi)
dapat memengaruhi kepuasan dan kinerja mereka, dan bagaimana cara mendefinisikan
kesesuaian adalah pertanyaan yang sudah lama ada. Metode yang diusulkan di sini
didasarkan pada (a) keberadaan dan posisi masing-masing dari enam jenis tipe Holland
dalam dua kode tiga huruf yang dibandingkan (atau tidak adanya mereka dari kode) dan
(b) perkiraan semua pasangan jenis, yang mencerminkan susunan heksagonal dari jenis.
Ada pembahasan tentang apakah pengaturan heksagonal harus digunakan dalam
menghitung kongruensi, tetapi jawaban yang pasti belum jelas (Hutchinson, 2014).
13
penelitian tidak menjelaskan tipologi kepribadian tiap siswa, namun jurusan ini
mencerminkan tipologi suatu kelompok, dan hasilnya sebagai berikut. Orientasi minat
kejuruan pada jurusan IPS tipologi sosial lebih dominan pada jurusan ini dan bersifat
universal yaitu dari dimensi aktivitas, kemampuan dan pekerjaan. Ini artinya orientasi
minat kejuruan pada siswa jurusan IPS di SMA Negeri 2 Blora terdapat pada tipologi
sosial, sedangkan orientasi minat kejuruan pada jurusan IPA tipologi Investigatif lebih
dominan pada jurusan ini dan bersifat universal yaitu dari dimensi aktivitas, kemampuan
dan pekerjaan. Ini artinya orientasi minat kejuruan pada siswa jurusan IPA di SMA Negeri
2 Blora terdapat pada tipologi investigatif. Walaupun hasil penelitian ini sudah dapat
memilah minat dari 2 jurusan SMA namun belum memilah semua jurusan yang ada terlebih
di SMK (Rahmantyo, 2015).
14
Salah satu implikasi nyata teori Holland untuk konseling karir adalah bahwa praktisi dapat
membantu klien menilai kepentingan dan lingkungan kerja mereka dan memahami hubungan
di antara mereka. Cukup mengembangkan struktur kognitif atau kerangka kerja untuk melihat
diri mereka dan pekerjaan sangat membantu banyak orang. Beberapa konselor karir mengatur
dan mereferensi karir dan informasi pekerjaan mereka sesuai dengan jenis Holland,
menggunakan kode tiga poin yang sesuai dengan jenis yang paling menonjol. Ini memudahkan
proses matc hing interest dan environment (Suryani, 2020).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari barbagi penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Holland mengemukakan individu
terbagi menjadi 6 tipe kepribadian diantaranya realistik, intelektual, konvensional,
enterprising, artistik, dan sosial. Perkembangan tipe kepribadian tersebut akibat dari interaksi
dengan lingkungan dan yang menentukan dari tipe kepribadian adalah faktor bawaan diri
sendri dan lingkungan. Individu dapat menetukan karir secara gemilang apabila tipe
kepribadian yang khas diterima didalam suatu lingkungan kerja, selanjutnya minat yang
dimiliki individu yang besar dan sosial yang mendukung utuk bekerja.
Karir dalam perspektif Holland yang paling sesuai adalah perpaduan antara tipe
kepribadian tertentu dengan model lingkungan yang sesuai akan menghasilkan keselarasan dan
kecocokan okupasional sehingga siswa/individu dapat mengembangkan diri dalam lingkungan
karir atau jabatan tertentu dan merasakan kepuasan. Perpaduan dan pencocokan anrata tiap tipe
kepribadian dan model suatu lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan jabatan serta
keberhasilan dan stabilitas individu dalam jabatan yang diampu.
B. Saran
Penulisan ini cocok bagi siswa, mahasiswa, atau bahkan pribadi yang masih bingung
dalam pemilihan karirnya. Karena, penulisan ini berisikan teori Holland yang membantu
pembaca mencari pekerjaan atau karir yang cocok dengan diri pembaca. Penulis menyadari
bahwa penulisan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan penulisan ini. Penulis juga berharap
dengan adanya penulisan mengenai karir teori J. Holland ini dapat menjadi referensi bagi
pembaca dalam menemukan suatu pekerjaan dan karir pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amalianita, Berru, Yola Eka Putri. 2019. Perspektif Holland Theory serta Aplikasinya dalam
Bimbingan dan Konseling Karir. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 4(2), 63 – 70.
Afandi, Muslim. 2011. Tipe Kepribadian dan Model Lingkungan Dalam Perspektif Bimbingan
Karir John Holland. Jurnal Sosial Budaya, 8(1), 86 – 96.
Hapsari, Iriani Indri, dan Herdiyan Maulana. 2013. Pengukuran Minat Mahasiswa Berdasarkan
Teori Holland. Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan. 27(2), 152 – 159.
http://jurusanku.com/id/mengenal-hollands-personality-test/
https://www.truity.com/test/holland-code-career-test
17