Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TEKNIK MENGUTIP”

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


BIMBINGAN SKRIPSI
Dosen Pembimbing : Mahyudin,SE,MM,MPd

Disusun Oleh : Aprianto


Fathuroji
Nayla sahlia
Elva insani khofifah

Kelas : VIA Pendidikan Agama Islam

Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam


STAI Al-Hikmah Jakarta

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
"Kutipan" ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan
kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini merupakan materi yang disajikan sebagai panduan pembuatan


kutipan dan diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk kita semua
mengenai kutipan.
Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam pengetikan maupun isinya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

                                                                                                            Jakarta, 28
Mei 2021

                                                           
Penulis
DAFTAR ISI

        KATA PENGANTAR


        DAFTAR ISI
        BAB I  PENDAHULUAN
                          A.     Latar Belakang
                          B.     Rumusan Masalah
                          C.     Tujuan
        BAB II PEMBAHASAN
                          A.     Definisi dan Jenis Kutipan
              1.      Definisi Kutipan
              2.      Jenis Kutipan
                          B.     Teknik Mengutip dalam Kutipan
              1.      Teknik Mengutip Berdasarkan Bentuknya
              a.       Kutipan Langsung
              b.      Kutipan Tidak Langsung
              2.      Teknik Mengutip Berdasarkan Penulisan Sumbernya
              a.       Catatan dalam Tubuh Karangan (Body Note)
              b.      Catatan Kaki (Foot Note)
                         C.     Kiat-Kiat Mengutip Sebuah Kutipan
            1.      Menerangkan Kutipan
            2.      Memperkuat Gagasan dengan Kutipan
            3.      Menyimpulkan Beberapa Kutipan
            4.      Membandingkan Beberapa Kutipan
     BAB III SIMPULAN
                         A.     Simpulan
                         B.     Saran
     DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita pun
dituntut untuk selalu memngembangkan dan mempublikasikan hasil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut agar dapat dinikmati
oleh masyarakat. Salah   satu bentuk pengembangan tersebut ialah dengan cara
membuat karya tulis ilmiah, buku since, dan lain sebagainya.  Dalam
pembuatan karya ilmiah maupun buku-buku since tentu tidak akan lepas dari 
yang namanya sumber rujukan. Sumber rujukan dalam hal ini adalah teori –
teori dari berbagai sumber baik diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, 
laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya yang mendukung
argumen kita dalam pembuatan karya tulis tersebut.  Dalam pengambilan
informasi tersebut tentu keterangan dari sumber tersebut harus dicantumkan
dalam karya tulis kita. Pencatuman tersebut biasa disebut kutipan.

       Sungguh ironis jika sampai saat ini masih banyak para terpelajar yang 
kadang masih salah dalam melakukan kutipan.   Karena pentingnya mengutip
dengan   cara yang benar, maka atas keprihatinan akan hal inilah yang  
mendorong kami untuk membuat   makalah mengenai kutipan. Dengan adanya
makalah ini diharapkan bahwa nantinya dalam pembuatan karya tulis
mahasiswa dan para terpelajar lainnya dalam mengutip bisa mengutip dengan
cara yang benar berdasarkan sumber rujukan yang  diambil.

B.   Rumusan Masalah
1.         Apa definisi dan jenis dalam kutipan?
2.         Bagaimana teknik mengutip dalam kutipan?
3.         Bagaimana kiat-kiat mengutip sebuah kutipan?

C.   Tujuan
1.         Untuk mengetahui definisi dan jenis kutipan.
2.         Untuk mengetahui teknik mengutip dalam kutipan yang benar.
3.         Untuk mengetahui kiat-kiat mengutip sebuah kitipan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Definisi dan Jenis Kutipan
1.      Definisi Kutipan
                 Kutipan adalah upaya penulis untuk memperkuat gagasannya
dengan mengutip pendapat ahli di bidangnya atau upaya menyampaikan
gagasannya dengan menyampaikan gagasan para ahli. Oleh karena itu, kutipan
didefinisikan sebagai pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang
atau ucapan seorang pengarang yang terkenal baik dalam buku ataupun
majalah (Keraf, 1994: 179).
2.      Jenis Kutipan
Kutipan digolongkan menjadi dua jenis, antara lain:
a.  Kutipan langsung
            Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara
lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli.
b.  Kutipan tidak langsung
            Kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat yang mengambil inti
sarinya saja.
            Dari kedua jenis kutipan tersebut dapat disampaikan bahwa kutipan
langsung dan tidak langsung memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan
cara mengutipnya, kutipan langsung secara utuh mengutip teks yang akan
dijadikan rujukan, sedangkan kutipan tidak langsung hanya mengambil pokok
pikiran atau inti sarinya saja.

B.   Teknik Mengutip dalam Kutipan


Teknik mengutip digolongkan menjadi teknik mengutip berdasarkan
bentuknya dan ternik mengutip berdasarkan penulisan sumbernya.
1.      Teknik Mengutip Berdasarkan Bentuknya
a.       Kutipan Langsung
       Secara mekanisme, kutipan langsung memiliki dua pola penulisan
yang masing-masing pola ditentukan oleh banyaknya teks yang dikutip.
Untuk teks yang tidak lebih dari 4 baris, maka dapat melakukan langkah-
langkah berikut.
1)      Kutipan terintegarasi dengan teks;
2)      Kutipan diawali dan diakhiri oleh tanda kutip;
3)      Jika teks utama ditulis dengan 2 atau 1,5 spasi, maka kutipan pun
ditulis 2 atau 1,5 spasi. Hal ini yang sama terjadi jika teks utama 1
spasi, maka ditulis 1 spasi;
4)      Mencantumkan sumber referensi.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.


Pembelajaran sebagai suatu yang bersifat sistematis tersebut, dinyatakan pula
oleh Dimyati dan Mudjono (1999: 297) yang menyatakan bahwa,
“pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.“
                 Adapun kutipan yang lebih dari empat baris memiliki cara penulisan
sebagai berikut.
1)      Kutipan dipisahkan dari teks utama;
2)      Kutipan tidak diawali dengan tanda kutip;
3)      Kutipan ditulis 1 spasi walaupun teks utama 2 atau 1,5 spasi.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:


Strategi pembelajaran bahasa Indonesia menurut Iskandarwassid dan Sunendar
(2009: 8) memiliki pengertian,
Pola keterampilan pembelajaran yang dipilih pengajar untuk melaksanakan
program belajar keterampilan berbahasa Indonesia. Program tersebut dirancang
dapat diciptakan situasi pembelajar yang memungkinkan peserta didik
melakukan aktivitas mental dan intelektual secara optimal untuk mencapai
tujuan keterampilan berbahasa indonesia yang terdiri atas keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis.
                 Selanjutnya, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengutipan
langsung adalah teknik menghilangkan bagian yang tidak perlu. Dalam kutipan
seringkali justru gagasan yang ingin dikutip terletak di akhir atau bahkan di
tengah. Menulis semua teks tersebut tentu dapat menggangu konsentrasi
pembaca selain juga akan membuat halaman lebih banyak. Untuk menyiasati
hal ini, maka yang harus dilakukan adalah memberikan titik elipsis atau tiga
titik (...) pada bagian yang akan dihilangkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
contoh berikut:
                 Ciri pembelajaran yang efektif dalam proses belajar menurut
Aunurrahman (2009:34) adalah,’’ditandai dengan terjadinya proses belajar
dalam diri sendiri. Seorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di
dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti.”
                 Karena ada bagian yang tidak terlalu penting untuk karangan
tersebut, maka dilakukan penghilangan seperti ini:
             Ciri pembelajaran yang efektif dalam proses belajar belajar menurut
Aunurrahman (2009:34) adalah, “... telah terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.”
b.    Kutipan Tak Langsung
Karakteristik kutipan tak langsung berbeda dengan kutipan langsung. Hal ini
bisa dilihat dari teknis penulisannya berikut.
1)      Terintegarasi dengan teks utama;
2)      Tidak diapit oleh tanda kutip;
3)      Teks kutipan sesuai dengan teks utama. Jika 1 spasi, maka 1 spasi,
begitupun jika 1,5 atau 2 spasi;
4)      Mencantumkan sumber kutipan.
     Jika dibandingkan dengan kutipan langsung, maka terlihat perbedaannya.
Perhatikan contoh berikut.
Nurgiyantoro menyatakan bahwa, “permajasan (figure of thought) merupakan
teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasa  yang maknanya tidak
menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada
makna yang ditambah, makna yang tersirat.”

2.   Teknik Mengutip Berdasarkan Penulisan Sumbernya


a.    Catatan dalam Tubuh Karangan (Body Note)
                  Penggunaan body note dalam menyampaikan sumber rujukan
digunakan pada artikel atau karangan yang dimuat di koran ataupun majalah
yang tidak memungkinkan penulisan rujukan dengan pola catatan kaki. Semua
itu dilakukan karena body note memudahkan dalam proses tata letak baik pada
koran, majalah maupun buku. Hal ini karena body note memiliki pola
pengutipan yang terintegrasi dengan teks.
                  Dalam body note terdiri dari tiga unsur: Unsur tersebut yakni, nama
pengarang, tahun terbit, dan halaman. Untuk nama pengarang cukup ditulis
nama akhirnya saja dan ditulis tanpa gelar. Untuk tahun terbit yang ditulis
adalah tahun terbit yang ada pada katalog buku yang lazim ada pada awal
sebuah buku. Adapun halaman yang ditulis di sini adalah halaman teks yang
kita jadikan rujukan bukan halaman karangan kita sendiri.
                  Selain tiga unsur tadi, cara penulisan body note selalu menggunakan
tanda kurung dan tahun serta halaman serta halaman yang dipisah dengan
dengan titik dua. Adapun, jika nama di dalam, maka didalam tanda kurung
tersebut berisi nama ditambah koma, untuk kemudian ditulis tahun serta
halaman yang dijeda dengan titik dua. Perhatiakan contoh berikut: Haryanto
(2009: 15) dan Ismail (2008; 5).
                  Adapun variasi lain bisa yang bisa digunakan adalah sumber
kutipan bisa diletakkan di awal kutipan maupun di akhir kutipan. Bergantung
pada bagaimana penulis menetapkan sumber kutipan tersebut.

b.   Catatan Kaki (Foot Note)


                 Catatan kaki lebih sering digunakan dalam tugas-tugas perkuliahan
seprti pembuatan makalah, skripsi, tesis, maupun desertasi. Namun, ada juga
beberapa peneitian ilmiah yang menggunakan catatan kaki daam
menyampaikan sumber rujukannya.
                 Pengunaan catatan kaki pada dasarnya memudahkan pembaca untuk
mngetahui secara cepat sumber referensi yang digunakan oleh seorang penulis.
Hal ini dikarenakan, unsur yang ada dicacatan kaki menyerupai unsur dalam
daftar pustaka dan bahkan ditambah dengan nomer petunjuk dan halaman.
Perhatikan unsur catatan kaki dengan penjelasannya sebagai berikut.
1)   Nomer petunjuk
Nomer petunjuk letaknya di awal dengan bentuk angka arab yang
menggantung diatas dan berurutan secara berkesinambungan. Dalam
perurutan ini, ada dua cara yang mengabaikan bab sehingga nomor
petunjuk berurutan dari bab 1 sampai bab terakhir. Ada juga yang nomor
petunjuknya setiap berganti bab dimulai dari nomor satu.
2)   Nama pengarang
Nama pengarang ditulis seperti baiasa, tidak dibalik dan dengan gelar yang
tidak dicantumkan.
3)   Judul karangan
Judul juka besumber dari buku, maka judul tersebut diceak miring dan jika
bersumber dari majalah, koran, atau internet maka diapit dengan tanda
kutip.
4)   Data kepustakaan
Data kepustakaan meliputi kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Ketiga hal
itu berada didalam tanda kurung dengan nama kota diawal yang diikuti
dengan titik dua untuk kemudian ditulis nama penerbitanya. Setelah nema
penerbit, barulah tahun terbit dengan nama penerbit yang dipisah dengan
koma. Hal ini berbeda dengan sumber yang berasal dari jurnal, majalah
atau koran yang dalam catatan kaki ini nama jurnal, majalah, atau koran
tersebut dicetak miring diikuti oleh tanggal penerbitan. Khusus untuk
internet, hal yang disampaikan adalah nama laman ( website) diikuti
tanggal pengaksessan.
5)   Halaman
Halaman ditulis diakhir catatan kaki. Ada yang menyingkat kata halam ini
dengan hlm. Atau hal., yang kemudian diikuti oleh halaman referensi yang
dirujuk. Setelah itu, barulah kemudian diakhiri dengan tanda titik.
1)   Contoh dari buku
1
Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 5.
2)   Contoh non buku
1
Syarif Hidayatullah, “Apa Itu Bahasa: Sepuluh Pengertian Bahasa
Menurut Para Ahli,”Dikutip dari http://Wismasastra. wordpress.com pada
5 januari 2013.
2
 Arifin. “ Bahasa kita Bhasa Indonesia.’’ Republika, 12 Desember 2013.
            Kasus lain yang sering terjadi dalam ketika melakukan pengutipan
dari internet adalah nama pengarang dalam laman yang di kunjungi tidak
ada. Jika tetap ingin dijadikan sebagai sumber rujukan, maka pada nama
pengarang cukup ditulis dengan istilah anonim.
            Dalam penulisan catatan kaki tidak selamanya sumber rujukan
mencantumkan seluruh unsur catatan kaki. Hal ini akan terjadi jika sumber
kutipan yang dikutip lebih dari sekali. Maka, kutipan-kutipan selanjutnya
cukup diwakili dengan istilah ibid.,loc. Cit, dan op. Cit.
            Ibid. Merupakan singkatan dari ibidem yang memiliki arti pada
tempat yang sama. Penulisan ibid. Dilakukan jika kutipan yang telah
dikutip berasal dari sumber rujukan yang sama tanpa dijeda oleh kutipan
lain.

Penulisan Ibid. Di atas menggunakan halaman karena halaman tersebut


berbeda. Jika halamannya sama, maka cukup ditulis dengan Ibid.
Selanjutnya adalah Op. Cit. Yang memiliki arti pada karya yang telah
dikutip. Sedangkan Loc. Cit. Berarti pada tempat yang telah dikutip.
Dengan demikian jelas secara harfiah bahwa Op. Cit. Diunakan jika ada
kutipan yang berasal dari buku dengan sumber yang sama, akan tetapi
akan dijeda oleh kutipan lain. Adapun Loc. Cit. Digunakan jika ada
kutipan yang sama dan berasal dari bukan buku yakni bisa jurnal, majalah,
koran, maupun internet, akan tetapi telah dijeda oleh kutipan lain.
Perhatikan contoh berikut:
1  
Isjoni, Cooperative Learning Ejektifitas Pembelajaran Kelompok,
(Bandung: Alfabeta,2009) hlm. 17.
2
  Kiranawati, “Coopertive Integrated Reading and  (CIRC)”diunduh
dari http://gurupkn.wordpress.com pada tanggal 10 Januari 2013.
3          
Isjoni, Op, Cit, hlm. 19.
4          
Kiranawati, Loc. Cit.

            Dari contoh tersebut, nomor 3 merupakan rujukan yang bersumber dari
buku dan merujuk pada buku Isjoni. Nama dalam Op. Cit. Maupun Loc.
Cit. Harus ada agar tidak tertukar dengan rujukan lain. Sebab bisa saja hal
ini trjadi pada kutipan kedua puluh lima, maka jika dituis hanya Op. Cit.
Atau Loc. Cit. Saja tentu pembaca akan kebingungan. Adapun Loc. Cit.
Mengapa tidak ada halamannya, ini disebabkan karena memangdalam
internet tidak ada jumlah halaman. Hal yang sama bisa saja terjadi pada
Op. Cit. Jika halaman yang dirujuk ternyata sama dengan kutipan
sebelumnya.

C.   Kiat-Kiat Mengutip Sebuah Kutipan


                   Membuat karangan bukan hanya menyampaikan beberapa
pendapat ahli untuk kemudian digabungkan antara satu pendapat dengan
pendapat lain. Hal ini bila dilakukan, maka karya tersebut akan terlihat
dangkal, Sebab, dengan demikian apa bedanya dengan guru yang menugaskan
siswanya untung mengkliping? Hal inilah yang sering terjadi pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsinya atau menulis pemula.
                   Karangan yang baik adalah ketika seorang penulis mengutip suatu
pendapat ahli mengenai suatu hal, yang lalu kemudian kutipan tersebut
diinterpretasi berdasarkan cara pandangnya. Dengan demikian, maka ada
semacam dialog intelektual anatara sumber rujukan dengan penulis. Berikut ini
akan disampaikan beberapa kiat yang akan dijabarkan sebagai berikut.
1.    Menerangkan Kutipan
               Dalam menerangkan kutipan ini, penulis dituntut untuk membahas
kembali kutipan yang telah ia kutip dengan pandangannya atau dengan
mengkaaitkan antara kutipan dengan pembahasan yang dibahasnya. Perhatikan
contoh berikut.
               Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua
pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahwa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat
arbitrer. Dari pendapat ini jelas bahwa bahasa merupakan alat komunikasi
primer yang ditandai dengan bunyi dan itu hanya dihasilkan oleh alat ucap
manusia, bukan hewan. Adapun bunyi itu bersifat arbitrer. Artinya tidak ada
hubungan antara bhasa dengan benda yang disimbolkannya.

2.    Memperkuat Gagasan dengan Kutipan


Jika menerangkan kutipan, letak kutipan berada di awal, maka sebaliknya
dalam memperkuat gagasan ini, kutioan diletakkan setelah pendapat penulis.
Sehingga kutipan tersebut seakan-akan menjadi dall pembenaran atas pendapat
penulis. Sebagai contoh, perhatika paragraf ini:
               Bahasa merupakan alat berkomunikasi. Manusia akan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi tanpa adanya bhasa. Dapat dilihat bagi
mereka yang tunarungu dan wicara. Mereka hanya bisa menggerakkan tangan
untuk memberikan bahasanya. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa bahasa
merupakan alat primer untuk berkomunikasi. Hal ini senada dengan pendapat
Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), yang memberikan pengertian bahasa
menjadi dua. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang perpergunakan simol-
simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

3.    Menyimpulkan Beberapa Kutipan


Dalam menyimpulkan beberapa kutipan, syarat utamanya adalah kutipan-
kutipan tersebut harus satu satu konsep atau sederajat sehigga
memungkinkanpenyampulan. Hal ini terjadi pada penjabaran mengenai definisi
yang biasanya tidak cukup dengan satu kutipan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut:
               Pengertian bahasa menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1),
dibagi menjadi dua. Pengertian pertama menyatakan bahwa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Adapun menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat
dengan menggunakan alat ucap manusia yang dilakukan secara sadar dengan
simbol-simbol yang bersifat arbitrer.

4.    Membandingkan Beberapa Kutipan


Untuk membandingkan beberapa kutipan sebetulnya hampir sama dengan
menyimpulkan yakni konsep sama. Namun dalam membandingkan beberapa
kutipan ini, dari kesamaan  tersebut penulis dituntut untuk mengidentifikasikan
perbedaan yang ada antara satu kutipan dengan kutipan lain. Jadi yang
dibandingkan adalah persamaan dan perbedaan. Perhatikan contoh berikut:
               Pengertian bahasa menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah
rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Hal ini
sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh Wibowo (2001:3), yang
menyampaikan definisi bahasa sebagai sebagai sistem simbol bunyi yang
bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer
dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasa bunyi yang yang dihasilkan oleh perasaan
dan pikiran.
               Pendapat Wibowo senada dengan Keraf dalam Smarapradhipa
(2005:1), yang memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah
sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer.

BAB III
SIMPULAN

A.  Simpulan
       Kutipan adalah upaya penulis untuk memperkuat gagasannya dengan
mengutip pendapat ahli di bidangnya atau upaya menyampaikan gagasannya
dengan menyampaikan gagasan para ahli. Kutipan dibagi menjadi kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Teknik mengutip dalam kutipan
diantaranya teknik mengutip berdasarkan bentuknya dan teknik mengutip
berdasarkan penulisan sunbernya yang didalamnya terdapat body note dan foot
note. Kiat-kiat dalam mengutip diantaranya menerangkan kutipan, memperkuat
gagasan dengan kutipan, menyimpulkan beberapa kutipan, dan
membandingkan beberapa kutipan.

B.   Saran
       Mengutip adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperkuat suatu
gagasan. Tentunya dalam mengutip terdapat aturan-aturan didalamnya
sehingga tidak bisa sembarangan dalam mengutip sebuah pendapat orang lain.
Jadi, perlu pengetahuan dan pemahaman yang khusus dalam membuat kutipan
dan menerapkannya ketika membuat makalah, skripsi dan sebagainya. 
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Nani. 2013. Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa S1 & Pascasarjana,


Guru, Dosen, Praktisi dan Umum). Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai