Anda di halaman 1dari 7

A.

SUMBER HUKUM ISLAM Sumber hukum Islam artinya sesuatu yang darinya di gali berbagai hukum,
baik perbuatan manusia maupun benda-benda yang akan di pakai manusia dalam kehidupannya.
sumber hukum dalam islam adalah Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’
sahabat dan Qiyas. sebagian Ulama’ ada yang menambah dengan yang lain seperti, Istihsan, al-
Maslahah al mursalah, Uruf. tapi yang menjadi jumhur ulama’ adalah hanya empat tadi. dan kita akan
membahas yang telah di sepakati oleh sebagian besar
Ulama’ yaitu;
1. AL-QUR’AN
a. Pengertian Al-Qur’an secara bahasa kata Al-Qur’an berasal dari bahasa arab dari kata ُ ‫أ‬ ‫ق ر أ يْ ق ر‬
‫ق ُ ْ ر آن ًا‬yang berarti bacaan1. sedangkan secara Istilah Al-Qur’an adalah Firman Allah yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril dalam bahasa arab, sebagai
Mu’jizat baginya dan membacanya merupakan Ibadah. Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan
jumlah ayatnya menurut jumhur ulama’ adalah 6666 ayat. Dari pengertian di atas dapat kita fahami; 1.
Al-Qur’an adalah Firman Allah, bukan yang lain, bukan perkataan Muhammad SAW, Bukan perkataan
Orang arab walaupun ia berbahasa arab karena di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat yang
menantang orang arab untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an. Jikalau buatan orang arab
pastilah tidak terdapat ayat seperti itu. 2. Al-Qur’an adalah Firman Allah yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, jika Firman Allah itu di turunkan kepada selain Nabi Muhammad maka itu bukan Al-
Qur’an, tetapi Kitab Lain. 3. Al-Qur’an adalah Firman Allah dalam Bahasa Arab, atau Kitab berbahasa
arab, bahasa Al-Qur’an seluruhnya berbahasa arab arab, tidak ada satu katapun yang bukan bahasa
arab2. Bahasa arab memiliki keistimewaan di bandingkan dengan bahasa lain di dunia, bahasa yang
paling beragam dan paling banyak perbendaharaan katanya. dan Tidak ada satu katapun dalam Al-
Qur’an yang tidak bisa di pahami orang. 4. Al-Qur’an merupakan Mu’jizat yang paling besar bagi Nabi
Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad dalam menghadapi para penantangnya yaitu orang-orang kafir
dengan menggunakan Al-Qur’an, tidak dengan Mu’jizat yang lain, walaupun banyak mu’jizat yang lain
yang di berikan Allah. dengan Al-Qur’an maka lemahlah para musuhnya, baik di masa beliau hingga hari
kiamat.
1
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 2002
2
Demikian pendapat Jumhur Ulama’, Lihat Kitab Ar-Risalah, Karya Imam Syafi’i ( terjemah ) penerbit
Pustaka Firdaus, Jakarta, Cetakan ke lima, hal 60, dan Kitab Syahsiyah islamiyah karya Syeh
Taqiyuddin An-Nabhani, edisi terjemah, Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, cetakan I, Hal 234
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 48 5. Membaca Al-Qur’an bernilai Ibadah. tidak ada kitab yang apabila
membacanya bernilai Ibadah, kecuali Al-Qur’an. membaca satu huruf dalam Al-Qur’an mendapat
kebaikan sepuluh kali lipatnya.
b. Kedudukan Al-Qur’an Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam yang pertama dan Utama. artinya
segala sesuatu ( perbuatan hamba, dan benda-benda yang di pakai manusia ) harus di gali dari Al-
Qur’an. jika seorang hamba akan melakukan suatu perbuatan maka ia harus mengetahui apakah
perbuatan itu di perintah, di bolehkan atau di larang oleh Allah dalam Al-Qur’an, kalau tidak di temukan
maka ia harus mencarinya dalam hadits, jika tidak ditemukan dalam hadits
melihat Ijma’ sahabat, dan qiyas. tidak di benarkan perbuatan hamba menyalahi dari Al-Qur’an.
c. Fungsi Al-Qur’an (1) Al-Qur’an berfungsi sebagai Petunjuk bagi manusia dan menjelaskan petunjuk
itu. Allah SWT berfirman ;

‫ش ْ ه ُ ر ر م ضا ن ال َّ ِ ذي أ ُن ْ ِ ز ل ف ِي ِ ه ال ْ ُ ق ْ ر آ ُ ن ُ ه ً دى ل ِلن َّا ِ س و ب‬
‫ي ِّ ن ا ٍ ت ِ م ن ال ْ ُ ه دى و ال ْ ُ ف ْ ر ق ا ِ ن‬
)٥٨١(...
Artinya; (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil).( QS Al-Baqarah ; 185) Demikian juga di dalam QS ke 2 ayat 2, QS ke
17 ayat 9, Manusia hidup di dunia memerlukan petunjuk, tentang bagaimana ia menjalani hidupnya.
Petunjuk itu tentu tidak boleh datang dari manusia sendiri, karena manusia memiliki sifat lemah,
terbatas dan tidak mampu menjangkau hal-hal yang akan datang, dan cendrung bersifat subyektif. maka
pasti ketika ia membuat aturan hidupnya, pasti banyak kekurangan, menimbulkan keresahan, bahkan
pertumpahan darah. oleh karena itu aturan itu harus datang dari pencipta manusia yaitu Allah SWT, Dia
sebagai pencipta pasti mengetahui keperluan ciptaanya, oleh karena itu menurunkan aturan hidup bagi
ciptaannya. dialah Al-Qur’an. Allah menjamin bagi hambanya yang hidup dengan mengikuti petunjuk Al-
Qur’an pasti selamat dan bahagia dunia dan akhirat. Dengan Al-Qur’an kehidupan ini akan tenteram,
bumi, air, hutan, dan udara akan selamat. (2) Al-Qur’an berfungsi sebagai Pembeda Maksudnya Al-
Qur’an membedakan antara yang haq dan yang bathil, dengan Al-Qur’an akan menjadi jelas antara
kebenaran dan kesalahan, kesesatan. Kadang manusia dalam mengarungi hidup berhadapan dengan
permaslahan yang ia tidak mampu mengetahui apakah benar atau salah. Untuk itu maka Al-Qur’an
datang berfungsi menjelaskan mana yang benar
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 49 dan mana yang salah. Islam adalah kebenaran dan kekafiran
adalah kesesatan (3) Al-Qur’an berfungsi sebagai penguji terhadap Kitab Sebelumnya Maksudnya,
untuk mengukur kebenaran isi kitab sebelumnya maka menggunakan ukuran Al-Qur’an, jika isi kitab
sebelumnya sesuai dengan Al-Qur’an maka berarti benar, tapi jika idak sesuai dengan Al-Qur’an berarti
kitab itu telah tercemar oleh sesuatu yang lain selain Wahyu Allah. hal ini karena kitab sebelum Al-
Qur’an itu adalah firman Allah juga, dan Allah mengatakan bahwa Al-Qur’an Pengujinya, atau
penjaganya; Allah berfirman;

‫و أ ن ْ ز ل ْن ا إ ِل ْ ي ك ال ْ ِ كت ا ب ب ِال ْ ح ِّ ق ُ م ص ِّ دق ًا ل ِ ما ب ْ ي ن‬
‫ي دي ْ ِ ه ِ م ن ال ْ ِ كت ا ِ ب ُو م ه ْ ي ِ من ًا‬
٨٨)(... ‫عل ْ ي ِ ه‬
Artinya; dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain
itu... ( QS Al-Maidah ; 48 ) (4) Sebagai Syifa’ (obat) Al-Qur’an berfungsi sebagai obat bagi manusia, yaitu
obat dari segala macam penyakit, baik penyakit hati,
seperti ‘ujub, hasad, sum’ah, ghibah, fitnah dan sebaginya. Serta juga obat bagi penyakit fisik. Pernah
suatu rombongan kaum muslimin dalam suatu perjalanan berkemah di suatu kampung, dan
terdengarlah seorang penduduk kampung berteriak kesakitan karena di sengat binatang, lalu salah
seorang dari kaum muslimin membantunya dengan membacakan Ayat alQur’an dan alhamdulillah
sembuh.
(5) Garis-garis besar kandungan Al-Qur’an (a) berisi tentang Aqidah, berisi pokok-pokok keimanan,
Iman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari
kiamat, Qodho’ dan Qadar, Yaumul ba’ats, Mahsyar, Hisab, Mizan,
yaumul jaza’, surga dan neraka (b) berisi tentang Tatacara beribadah, seperti perintah Sholat, Zakat,
Puasa, haji, Infaq, jihad, dan lain-lain (c) berisi tentang Syariah, hukum-hukum, seperti sistem
pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sanksi, sistem keuangan, sistem pergaulan dsb (d) berisi tentang
Mu’amalah, sistem Politik, Ekonomi (pengelolaan Sumber Daya Alam, Sosial, Budaya,
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 50
2. AL-HADITS
a. PENGERTIAN Secara bahasa kata hadits berasa dari kata haditsa artinya adalah baru.
maksudnya yang datang kemudian di bandingkan Al-Qur’an. secara Istilah
Hadits artinya segala sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik perkataan,
perbuatan atau ketetapan. Istilah Lain yang sama dengan Hadits adalah As-Sunnah. secara Bahasa As-
Sunnah artinya jalan, metode atau arah. secara istilah terdapat dua pengertian yaitu Menurut Ulama
ahli hadits As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan, Taqrir, Sifat Akhlaq, sifat anggota badan yang di
sandarkan kepada Rasulullah SAW. Menurut Ulama Ushul Fiqih As-sunnah adalah perkataan, perbuatan
dan taqrir terhadap suatu perkataan atau perbuatan yang datang dari Rasulullah SAW. 3
b. KEDUDUKAN HADITS Hadits atau as-Sunnah merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah
AlQur’an. Kehujjahan hadits sebagai sumber hukum islam di Akui Oleh AlQur’an (Allah ). Allah SWT
berfirman ;

َ ٤)( ‫ى و إِال َ و ْ حٌ ي يُ َو حى‬ ِ ََْ ْ


َ ُ ‫إ ْ ن‬٣) ( ‫َو ما ي َن ِ ط ُ ق َ ع ِ ن اْ َْل وى‬
Artinya; dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).( QS An-Najm; 3-4 )

َ ‫ف ُ خ ُ ذوهَُ َو ما ن َ ها ُ ك ْ م َْع ُنو فَا ْن‬


...َ ٧)(... ‫ت ُ هوا‬ َ ‫سو ل‬ َّ
ُ ‫َو ما آتَا ُ ك ُ م ال ُر‬
Artinya; ....apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah....( QS Al-Hasyr [59]; 7 )
c. FUNGSI Sebagai sumber hukum islam yang kedua, maka Fungsi hadits terhadap AlQur’an adalah; 1.
memberikan rincian terhadap Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat
umum, Contoh, Keumuman perintah sholat, seperti

َ ٤٣)( ‫وأَقِي ُ موا ال َّ صال َة َ وآتُوا الََّز كا َة َ واَْر كعُوا َ م َ ع الَّراكِ ِع َ ين‬
Artinya; dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku' ( QS Al-
Baqarah [2]; 43 ) maka hadits datang memberikan rincian tatacara sholat Rasulullah SAW bersabda;

ْ
ِّ َُ‫ت ْم ِو ْ ِن أ‬
َ ‫صل ْ ي‬ ْ ‫ صلُّوا َ ك َ ما َرأ‬... Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku Sholat
ُُ ‫َي‬
3
Atha’ bin khalil, Ushul Fiqih ( edisi terjemah ), Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, hal 98, demikian juga
dalam Kitab Syahsiyah Islamiyah ( edisi Terjemah ), Syeh Taqiyuddin An-Nabhani, Pustaka Thoriqul
Izzah, Bogor, Halaman 456
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 51
2. Memberikan pengkhususan kepada ayat yang berlaku umum Contoh, ayat yang berkenaan
dengan hukuman bagi Pezina adalah dera seratus kali, Allah berfirman;
ٍ َ ‫جِل دوا ُ ك َّ ل َ وا ِ ح ٍ د ِمن ُ ه َ ما ِمائَةَ َ جل‬
‫دة َ وال تَأْ ُ خ ْ ذُ ك ْ م‬ ُِ ْ ‫ا‬َ‫ف‬ ِ ِ‫الَّزانِيةَُ والَّزا‬
‫ن‬
ْ ْ ُ َ
ِ
ََِ ِ
ٌ‫ِِب ما َرأْفَة‬
ِ
َِ ‫ع‬ َ ْ َ ‫الل و َ وايْل َ ْ ِوم اآل ِ ِخ ر َ ويْل‬
َ ‫ش هْ د‬ ُ ‫ت ْ م ت ُْ ِؤ‬
َِّ ِ‫من َو ن ب‬ ُ ‫الل و إِ ْ ن ُ كْن‬
َِّ ‫ف ِ دي ِ ن‬
ََِ َ‫ذاب َُ ه َ ما ط‬
ٌ‫اِئ فة‬
٢ِ )( ‫م َ ن ْال ُ ْم ِؤم ِن َ ين‬
Artinya; perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman. ( QS An-Nuur [ 24]; 2 ) maka datang Hadits memberikan pengkhususan kepada perempuan
dan laki-laki telah bersuami dan beristri melakukan perbuatan Zina maka hukumannya adalah di bunuh
yaitu di Rajam. Rasulullah bersabda
Tidaklah halal membunuh seorang muslim kecuali ia adalah salah satu
diantara ketiga kelompok ini; laki-laki atau perempuan yang beristri atau
bersuami yang berzina, jiwa dengan jiwa, dan orang yang meninggalkan
agamanya serta memecah belah kesatuan Jamaah
3. Memberi batasan kemuthlakan Al-Qur’an, contoh ayat tentang
hukuman bagi pencuri, QS An-Nisa’ ayat 38
ِ ‫قط ُ عىا أَ ٌٌْْ ِ ٌَدهُ َ ما َ ج َ صا ً ء‬
‫ب َ ما َ ك َ س َبا َو‬ َ ْ ‫َق ُة َفا‬
ِ‫ز‬
ُ ‫ق َ وال َّ سا‬
ِ‫ز‬
َ ‫( وال َّ سا ٌ ٌ ص َ ح ِ كٍ ٌ م‬
ِ‫ص‬
َ ٨٨) ‫كاال ِ م َ ه َّ ال ِ َّل َ و َّ ال َُّل َ ع‬
Artinya; laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. ayat di atas berlaku umum yaitu setiap laki-laki dan perempuan yang mencuri harus
mendapat hukuman Potong tangan. maka hadits datang memberikan batasan bahwa yang mendapat
hukuman potong tangan adalah Pencuri yang mencuri senilai seperempat Dinar,
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 52
d. MACAM-MACAM HADITS Hadits di lihat dari sanadnya ( jalur periwayatannya ) dapat di bagi
menjadi tiga yaitu Hadits Mutawatir, Hadits Masyhur dan Hadits Ahad 4 (1) Hadits Mutawatir
artinya Hadits yang di riwayatkan pada tiga masa dalam jumlah yang banyak, sehingga mustahil
secara adat mereka bersepakat untuk berdusta. Yang di maksud dengan tiga masa disini adalah
masa
Sahabat, tabi’in, tabi’ut Tabi’in. berdasarkan ini maka Hadits Mutawatir merupakan Hadits yang paling
kuat, secara pasti berasal dari Rasulullah SAW. Wajib mengamalkan Hadits Mutawatir baik dalam
masalah Hukum atau Aqidah. Syarat-syarat Hadits Mutawatir ada tiga 1. Jumlah Periwayatannya harus
dalam jumlah yang bisa mencegah mereka untuk bersepakat dalam kedustaan. 2. pengetahuan perawi
terhadap hadits harus melalui jalan pendengaran, atau penyaksian, bukan pengambilan konklusi. 3.
Harus Mutawatir pada tiga masa, yakni pada masa Sahabat, tabi’in,
tabiut Tabi’in. Hadits Mutawatir terbagi dua, yaitu; a. Mutawatir Lafdhi, yaitu Hadits Mutawatir yang
secara lafad para
Sahabat, Tabi’in, Tabiut tabi’in meriwayatkan dengan lafad yang sama Contoh hadits Mutawatir adalah;

َ ‫ب َّ وأَْ ْم َق ع َ دهُ ِم َ ن النَّاِ ر‬


َ َ‫ف ْليَت‬
َ ‫مت َ ع ِّ م ً دا‬
َ ُ ‫عل َّ ي‬
َ َ ‫م ْ ن َ ك َّ ذ َ ب‬
Artinya; Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka
bersiaplah-siaplah ia menempati tempat duduknya di Neraka b. Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits
Mutawatir yang para sahabat, tabi’in
dan tabi’ut tabi’in sepakat atas maknanya walaupun lafadnya berbeda. Contohnya Hadits tentang sholat
sunnat dua rakaat subuh (2) Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah sahabat
akan tetapi tidak mencapai batas jumlah mutawatir, kemudian mutawatir
pada masa tabi’in dan tabiut tabi’in. Hadits Masyhur tetap menjadi Hujjah
dalam masalah hukum syara’. Contoh hadits Masyhur adalah adalah;

ِّ ‫ِاََِّّنََّا اْالَ ْ ع َ ماُ ل بِا‬...


‫الن يَات‬
Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya...(HR Muslim)
4
Muhammad Husain Abdullah, Dirasat fi al fikri al Islami ( terjemah-Studi Dasar-dasar Pemikiran
Islam), Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, 2002, hal 50
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 53 (3) Hadits Ahad yaitu Hadits yang di riwayatkan oleh sejumlah
orang yang tidak mencapai batas mutawatir pada tiga masa. Hadits ahad wajib di amalkan jika telah
memenuhi syarat-syarat di terimanya sebuah hadits. Hadits ahad terbagi menjadi tiga bagian yaitu;
(a) Hadits Shohih adalah Hadits yang tidak di perselisihkan keshohihannya oleh para ahli hadits.
Hadits shohih yang paling tinggi derajatnya adalah yang di sepakati keshohihannya oleh bukhoriy
dan Msulim, yang sering di sebut Muttafaq ‘alayh ( yang di sepakati oleh keduanya )
(b) Hadits Hasan Hadits hasan adalah hadits yang di ketahui tempat periwayatannya dan terkenal para
perawinya serta kebanyakan hadits bertumpu kepadanya. Hadits hasan di terima (diambil) oleh
kebanyakan ulama dan di gunakan
oleh kebanyakan fuqoha’
(c) Hadits Dho’if
Hadits Do’if adalah hadits yang tidak terkumpul di dalamnya sifat-sifat hadits shohih dan sifat-sifat
hadits hasan. Hadits dhoif sama sekali tidak bisa di jadikan sebagai Hujjah. 5
3. IJMA’ SAHABAT a. PENGERTIAN
Ijma’ secara bahasa berarti bertekad bulat (ber’azam) untuk melaksanakan sesuatu, bersepakat atas
sesuatu. Berdasarkan pengertian bahasa ini, bisa di katakan bahwa apabila seseorang bertekad bulat
untuk melaksanakan sesuatu,
maka ia dapat di katakana berijma’, atau suatu kelompok orang bersepakat terhadap suatu perkara
maka bisa di katakana Ijma’.
Ijma’ menurut ahli ushul Fiqih kesepakatan atas hukum suatu peristiwa dan bahwa hukum tersebut
merupakan hukum syara’. 6 Ijma’ merupakan dalil syara’ jika di gali dari Dalil-dalil syara’, artinya orang-
orang yang melakukan kesepakatan telah mengetahui dalilnya miskipun tidak mengucapakannya.
b. KEDUDUKAN
Sebelum menjelaskan kedudukan Ijma’ sebagai dalil syara’ kita harus faham
dulu Ijma’ siapa yang boleh di jadikan sebagai dalil syara’. Ada yang berpendapat Ijma’ Ummat nabi
Muhammad SAW, adapula yang mengatakan
Ijma’ Ulama’ saja, ada pula yang mengatakan Ijma’ penduduk Madinah, dan ada pula yang mengatakan
Ijma’ Shahabat Nabi Muhammad SAW.
5
Taqiyuddin an-Nabhani, Syahshiyah islamiyah Jilid 1, (terjemah), Pustaka Thariqul Izzah,Bogor, 2003,
hal 472-473
6
Atha’ bin Khalil, Ushul Fiqih, Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, 2003 M, hal 111
Drs. Mohammad Rizi, MSI Page 54
Pendapat yang terkuat adalah bahwa Ijma’ yang boleh di jadikan sebagai dasar hokum ( dalil Nash)
adalah Ijma’ Shahabat, dengan alas an bahwa Ijma’ yang para sahabat adalah orang yang paling tahu
dan dekat dengan Rasulullah, mereka senantiasa menyertai dan melihat Rasul dalam kehidupan sehari-
hari. Alasan kedua bahwa Ijma’ sahabat adalah yang benar dan harus di jadikan sebagai sumber hukum
Islam adalah bahwa mereka telah mendapat pujian dari Allah SWT, Seperti dalam ayat …
َ َ ‫ب ُ عى ُه ْم ِبإِ ْ ح َ سا ٍ ن َ ز ِ ض َ ً َّ ال َُّل َ ع ْى ُه ْم َ و‬ َ ‫سابقُى َ ن األ َّ ولُى َ ن ِ م َ ه ا ْل ُ م َها ِ ج ِ سٌ َ ه َ واأل ْو َ صا ِ ز َ وا َّل ِ ٌر َ ه ا َّت‬
ِ َّ ‫وال‬
َ
‫ى َ وأ َ ع َّ د‬ُ ُ ْ ‫ز ُ ضىا َ ع‬
‫ْلف ْ ى ُ ش ا ْل َ ع ِ ظٍ ُ م‬ َ ‫ذل َ ك ا‬ِ َ ‫ب ً دا‬َ َ‫خال ِ ٌد َ ه ِفٍٍِ َها أ‬ِ َ ‫( ي تَ ْ ح َت َها األ ْو َها ُ ز‬
ِ‫س‬
‫تَ ْ ج‬
ٍ‫ت‬
٥١١) ‫ لَ ُه ْم َ جىَّا‬Artinya : orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka
dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (
QS At-Taubah ; 100)
Kedudukhan Ijma’ Shahabat dalam hukum Islam adalah sebagai sumber hukum islam yang ke Tiga
setelah Al-Qur’an dan Hadits. Ijma’ Shahabat memiliki kekuatan hukum yang sama dengan sumber
hokum Islam lainnya. Artinya jika
suatu perkara telah di tetapkan status hukumnya melalui Ijma’ sahabat maka hukum perkara itu sama
dengan hukum yang berasal dari Al-Qur’an atau Hadits. c. Contoh Ijma’ shahabat
Adapun contoh Ijma’ Shahabat adalah Wajib memilih Khalifah dalam tenggat waktu 3 hari sejak
berakhirnya Kekhilafahan sebelumnya. Para pemuka masyarakat tidak menyibukkan diri mengurus
janazah rasulullah, bahkan mereka menyibukkan diri untuk hadir di tsaqifah bani sa’idah hingga terpilih
Abu Bakar sebagai khalifah
d. FUNGSI
Ijma’ Shahabat memiliki Fungsi yang sangat penting dalam hokum Islam, ia menetapkan hokum yang
belum terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits.
Ijma’ shahabat sebagai hujjah atau dalil yang tidak diperselisihkan.
Adapaun dalil nash kewajiban menggunakan Ijma’ shahabat adalah hadits Nabi Muhammad SAW;
ٌٌْ َ ‫ه‬
ِ‫د‬
ِ‫ش‬
ُ ‫ت ْ ى َ و ُ سىَّ ِ ة ا ْل ُ خلَ َفا ُ ء ال َّ سا‬
ِ ‫س َّى‬
ِ‫ب‬
َ ‫ ع َلْ ٍٍْ ُ ك ْم‬Artinya: “Hendakhal kalian berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah
Khulafaurrasyidiin. “ ( HR Abu Dawud dan lain-lain)
Imam syafi’i mengakui bahwa Ijma’ yang Mu’tabar adalah Ijma’ Shahabat, karena ia tak mungkin
bersepakat untuk melakukan suatu kesalahan, serta

Anda mungkin juga menyukai