Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TES HASIL BELAJAR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

BK REGULER C 2019

 Nurul Lisya (1191151011)


 Sapira Amalia Al Awanis (1193151019)
 Tengku Muhammad Fajar (1193351027)
 Dinul Akbar Pinem (1193351035)
 Reviya Perbina Bangun (1193351036)

Mata kuliah : Asesment BK Teknik Tes

Dosen Pengampu : Shofia Mawaddah, S.Psi.,M.Sc

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa . Atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Asesment BK Teknik Tes.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Kami mengakui bahwa dalam makalah ini
masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami miliki masih sangat
kurang.Oleh karena itu, kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, hanya kepada Tuhan kami bersyukur atas selesainya makalah ini,
semoga Tuhan memberikan petunjuk kepada kita semuanya . Aamiin

Penyusun

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Tes Hasil Belajar ..............................................................................................3
2.2 Sejarah Pengukuran Tes Hasil Belajar ............................................................................4
2.3 Pengertian Tes Hasil Belajar ...........................................................................................6
2.4 Aspek-Aspek yang Diukur ..............................................................................................7
2.5 Bentuk Tes Hasil Belajar................................................................................................10
2.6 Klasifikasi dari Tes Hasil Belajar..................................................................................12
2.7 Kelebihan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar ................................................................14
2.8 Administrasi Tes : Alat, Waktu, Cara Pengerjaan .........................................................16
2.9 Faktor dari Testee dan Tester yang mempengaruhi Tes Hasil Belajar............................17
2.10 Kode Etik Penggunaan Tes Hasil Belajar ....................................................................20
2.11 Pemaknaan dan Penggunaan data Hasil Tes dalam layanan BK...................................21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................23
3.2 Saran .............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
......Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa
berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya.Setiap kegiatan belajar
harus diketahui sejauh mana proses belajar telah memberikan nilai tambah bagi
kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut
adalah dengan melakukan tes.Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan
yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk
lisan (tes lisan ) dalam bentuk tulisan ( tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan tes
tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil
belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata
pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta
didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Pertama , tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah
ditetapkan sesuai dengantujuan instruksional. Kedua , butir-butir tes hasil belajar
harusmerupakan sampel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah
diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performance yang telah
diperoleh selama pesrta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga , bentuk soal
yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat , tes hasil
belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Kelima , tes hasil belajar harus memiliki realibitas yang dapat diandalkan.
Keenam , tes hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan
belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana Hakikat Tes Hasil Belajar ?
2. Bagaimana Sejarah Tes Hasil Belajar ?

1
3. Apa Pengertian Tes Hasil Belajar ?
4. Apa saja Aspek-Aspek yang diukur dalam Tes Hasil Belajar ?
5. Bagaimana Bentuk Tes Hasil Belajar ?
6. Bagaimana Klasifikasi Hasil dari Tes Hasil Belajar ?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan Tes Hasil Belajar ?
8. Bagaimana Administrasi dalam melakukan Tes Hasil Belajar ?
9. Apa saja faktor dari testee dan tester yang mempengaruhi hasil Tes Hasil
Belajar?
10. Bagaimana Kode Etik Penggunaan Tes Hasil Belajar ?
11. Bagaimana Pemaknaan dan Penggunaan Data Hasil dari Tes Hasil Belajar ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :

a. Bagi Pembaca
Bagi pembaca manfaat yang didapat bagi Pembaca adalah makalah ini dapat
memberi semangat dalam mempelajari Tes Hasil Belajar serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan pembaca.
b. Bagi Calon Pendidik
Manfaat yang didapat bagi Calon Pendidik adalah makalah ini dapat
memudahkan calon pendidik dalam menambah wawasan dan memahami tentang
Tes Hasil Belajar.
c. Bagi Penulis
Manfaat yang diperoleh bagi penulis yaitu lebih memahami tentang Tes Hasil
Belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Tes Hasil Belajar


Tes hasil belajar disebut dengan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi
mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Tes
diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian
dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi tersebut. Karenanya,
tes hasil belajar yang baik harus mampu mengukur kemampuan peserta didik dalam
memahami materi-materi yang diajarkan. Tes hasil belajar merupakan sumber data dan
sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah. Dengan tes tersebut, peserta didik
dapat mengetahui kemampuannya dalam penerimaan materi dibanding dengan teman-
temannya.
Purwanto mengemukakan bahwa “tes hasil belajar merupakan tes penguasaan,
karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru
atau dipelajari oleh siswa”.Sedangkan menurut Sudijono, ia mengemukakan bahwa “tes
hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan
atau kemajuan belajar peserta didik”. Dari definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur perkembangan kemajuan
belajar peserta didik.
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan
telah dapat tercapai.

3
2.2 Sejarah Pengukuran Tes Hasil Belajar
Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan
logam-logam mulia yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat berupa
piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi. Dalam
perkembangannya dan seiiring kemajuan zaman tes berate ujian atau percobaan. Ada
beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu
test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda
namun erat kaitannya dengan tes.

1. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian,
2. Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat
pengambilan tes
3. Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk
melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden
4. Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne
Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud
dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat
digunakan secara meluas, serta dapat digunakan sebagai cara untuk mengukur dan
membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach
dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu
perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.
Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk
membandingkan kecakapan satu sama lain.
Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat
disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang
ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang

4
memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik.

Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan A test will be
defined as a systematic procedure for measuring a sample of an individual’s behaviour
(Brown,1970:2). Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan
dalam memahami makna tes, yaitu
1. Kata systematic procedure yang artinya bahwa suatu tes harus disusun, dilaksanakan
(diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah
ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a) sistematis dalam isi,
artinya butir-butir soal (item) suatu tes hendaknya disusun dan dipilih berdasarkan
kawasan dan ruang lingkup tingkah laku yang akan dan harus diukur atau dites,
sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi) artinya tes
itu hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi yang telah
ditentukan ; dan (c) sistematis di dalam pengolahannya, artinya data yang dihasilkan
dari suatu tes diolah dan ditafsirkan berdasarkan aturan-aturan dan tolak ukur
(norma) tertentu.
2. Measuring of an individual’s is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya
mengukur suatu sampel dari suatu tingkah laku individu yang dites. Tes tidak dapat
mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan terbatas pada isi (butir soal)
tes yang bersangkutan.
. . .Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan atau soal-soal yang harus
dijawab dan atau dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka disebut tes hasil
belajar (achievement test). Hal ini sependapat dengan seorang ahli yang menyatakan
bahwa The type of ability test that describes what a person has learned to do is called an
achievement test (Thordike & Hagen, !975:5). Berdasarkan pendapat itu, tes hasil
belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh
siswa dalam waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan

5
power test. Maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan atau permasalahan.

2.3 Pengertian Tes Hasil Belajar

Tes merupakan alat ukur untuk proses pengumpulan data di mana dalam
memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk
menunjukkan kemampuan maksimalnya. Peserta diharuskan mengeluarkan kemampuan
semaksimal mungkin agar data yang diperoleh dari hasil jawaban peserta didik benar-
benar menunjukkan kemampuannya.

Tes hasil belajar juga merupakan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi
mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari oleh peserta didik. Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah
materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik
atas materi tersebut. Karenanya, tes hasil belajar yang baik harus Mampu mengukur
kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Terkait
dengan evaluasi tes hasil belajar tersebut akan mengukur nilai dan efektifitas dari bagian
tertentu dalam pendidikan.Dalam dunia pendidikan, tes hasil belajar adalah kegiatan
yang sering dilakukan.

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta
didik dalam memahami materi-materi pembelajaran. Tes hasil belajar merupakan
sumber data bagi guru untuk mengetahui berapakah nilai peserta didik. Tes hasil belajar
juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah. Dengan tes
tersebut peserta didik dapat mengetahui dimana posisinya jika dibandingkan dengan
teman-temannya. Ujian madrasah merupakan salah satu bentuk tes hasil belajar. Ujian
madrasah dilaksanakan ketika peserta didik telah menyelesaikan materi-materi
pembelajaran di sekolah/madrasah. Ujian ini dilaksanakan sebelum peserta didik
meninggalkan sekolah.

6
2.4 Aspek - Aspek yang diukur dalam Tes Hasil Belajar

A. Ranah Kognitif

Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).secara hirarkhis tingkat


hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang tinggi
dan rumit. Domain/ Ranah kognitif ini dibagi menjadi 6 diantaranya :

1. Pengetahuan (Knowledge), yaitu merupakan kemampuan yang menuntut peserta


didik untuk dapat mengenali, mengingat, memanggil kembali tentang adanya konsep ,
prinsip, fakta, ide, rumus-rumus, istilah, nama. Pengetahuan atau ingatan ini adalah
merupakan proses berpikir yang paling rendah. Contoh hasil belajar kognitif pada tahap
pengetahuan misalnya adalah peserta didik menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan
dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran
kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan agama islam di sekolah.

2. Pemahaman (Comprehension), yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik


untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan
dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Seorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila dia dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal dengan menggunakan kata-kata
sendiri.

3. Penerapan / aplikasi (application), yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik


untuk mennggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori
dalam situasi baru dan konkret.Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses
berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Contoh hasil belajar penerapan
atau aplikasi adalah: peserta didik mampu memikir keluarkan tentang penerapan konsep

7
kedisiplinan yang diajarkan islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

4. Analisis (analysis), yaitu kemempuan yang menuntut peserta didik untuk


menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen
pembentuknya.Contoh: peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik
tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang di rumah, di sekolah dan dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah mayarakat, sebagai bagian dari ajaran islam.

5. Sintesis (synthensis), yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk


menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil
yang didapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.Contoh hasil belajar dalam
sintesis: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagaimana telah diajarkan oleh islam. Dalam karanganya itu peserta didik juga dapat
mengemukan secara jelas, amanat bapak Presiden Soeharto dalam Upacara Peringkatan
Hari Kebangkitan Nnasional tanggal 20 Mei 1995 yang telah mencanangkan
kedisiplinan nasional, baik kedisiplinan kerja, dsb.

6. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan criteria
tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedimikian rupa
sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk
mengevaluasi sesuatu.Contoh hasil belajar evaluasi: peserta didik mampu menimbang-
nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang.

B. Ranah afektif

Ranah afektif adalah internalisasi sikap yang menunjukan kearah pertumbuhan


batiniyah dan terjadi bila peserta didik sadar tentang nilai yang diterima kemudian
mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menetukan tingkah laku.Taksonomi hasil belajr afektif dikemukakan oleh Krathwohl,
(Winkel, 1996: 247; sudjana, 1990:29-30:subino, 1987: 23-26; Gronlund dan linn,
1990: 508; suciati, 2001: 19). Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima
tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internaslisasi. Hasil

8
belajar disusun secara hirarkhis dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga
yang paling tinggi dan kompleks.

1. Penerimaan (Receiving) atau menaruh perhatian (at-tending) adalah kepekaan


seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain sebagainya. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah kesadaran unutk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi
gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.Contoh hasil belajar afektif jejang
receiving misalnya: peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakan, sifat malas
dan tidka berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.

2. Responding (menanggapi) mengandung arti adanya parstisipasi aktif. Jadi


kemapuan menaggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.Contoh peseerta didik tumbuh hasratnya untuk
mempelajari lebih jauh menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran islam tentang
kedisiplinan.

3. Valuing (menilai, menghargai) artinya memberikan nilai atau memberikan


penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.Contoh
tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di
sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

4. Orgsnization ( mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan


perbedaan nilai-nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan
umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam
satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimlikinya. Contoh peserta didik mendukung
penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh sekolahan.

5. Characterization bya a Value or Value Complek (karakteristisasi dengan suatu


nilai) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.contoh sisiwa telah memiliki

9
kebulatan sikap, wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera
dalam Al-Quran surat al Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyagkut
kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
masyarakat.

C. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)


atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar ranah psikomotorik dikemukakan oleh simpons (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif, afektif hal ini bisa dilihat apabila peserta didik telah menunjukan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kkognitif dan ranah afektifnya. Jika hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif
dengan materi tentang kedisiplinan menurut ajaran islam sebagaimana telah
dikemukakan pada pembicaraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil belajar
psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif itu adalah :

a) Peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama islam tentag contoh-contoh
kedisiplinan yang telah ditunjukan oleh Rosululloh SAW dan lainya
b) Peserta didik mencari dan membaca buku-buku , majalah-majalah atau brosur-
brosur, surat kabar da lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan.
c) Peserta didik dapat memberikan penjelasan kepada teman-teman sekelasnya
disekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat
lainya. Tentang pentingnya kedisiplinan diterapkan, baik disekolah, di rumah,
maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat dan seterusnya-seterusnya.

2.5 Bentuk - bentuk Tes Hasil Belajar

A. Soal Bentuk Uraian (Esai)

10
Bentuk soal ini disebut bentuk uraian, karena peserta tes harus menjawab
soalsoalnya dengan uraian yang mempergunakan bahasa sendiri secara lugas. Di
samping itu tes uraian merupakan salah satu jenis tes tertulis yang umumnya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung permasalahan dan memerlukan pembahasan,
uraian, atau penjelasan sebagai jawaban. Tes uraian memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan tes objektif, yaitu :

1. memungkinkan para testi menjawab soal secara bebas sepenuhnya,


2. merupakan tes yang terbaik dalam mengukur kemampuan menjelaskan,
membandingkanmerangkum, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi
3. merupakan tes yang terbaik untuk mengukur keterampilan mengemukakan
pendapat dengan tulisan;

Tes uraian dapat dijadikan sebagai suatu alternatif untuk mengatasi dampak
yang negatif yang dapat terjadi dalam penggunaan tes objektif. Selain itu, tes uraian
mampu mengungkapkan aspek pengetahuan yang kompleks secara mendalam ; mampu
melihat jalan pikiran siswa, menuntut siswa SMP untuk mengkreasikan dan
mengorganisasikan jalan pikiran mereka dalam jawaban soal.

B. Tes Bentuk Objektif

Soal bentuk ini bermacam-macam diantaranya adalah

- bentuk benar salah (true false);


- bentuk menjodohkan ( matching );
- bentuk isian ( completion ); dan
- bentuk pilihan ganda ( multiple choice ) .

Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan


kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang
telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang
sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit.

Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa
Indonesia bagi siswa adalah tes bentuk objektif (1) tepat untuk mengungkapkan hasil

11
belajar yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis, (2) mempunyai
dampak belajar yang mendorong siswa SMP untuk mengingat, menafsirkan, dan
menganalisis pendapat, dan (3) jawaban yang diberikan dapat menggambarkan ranah
tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive domain. Sedangkan
kelemahannya bahwa tes objektif (1) siswa SMP tidak dituntut untuk
mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan, (2) siswa SMP ada
kemungkinan dapat menebak jawaban yang telah tersedia (3) tidak dapat mengungkap
proses berpikir dan bernalar, (4) hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah
tidak mengungkap kemampuan yang lebih kompleks.

2.6 Klasifikasi dari Tes Hasil Belajar


Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau
golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu
dilakukan.
a. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan/kemajuan belajar peserta didik. Ditinjau dari segi fungsi yang
dimiliki oleh tessebagai alat pengukur perkembangan peserta didik, tes dapat
dibedakan menjadi enam golongan:
1) Tes seleksi. Sering dikenal dengan istilah “ujian saringan”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, hasil digunakan
untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian
banyak calon yang mengikuti tes.
2) Tes awal. Dikenal dengan istilah pre-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang diajarkan
telah dapat dikuasai oleh peserta didik.
3) Tes akhir. Sering disebut dengan post-test. Dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik
oleh peserta didik.
4) Tes diagnostik. Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara
tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu.

12
5) Tes formatif (ulangan harian).Tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
6) Tes sumatif (ulangan umum/akhir).Tes hasil belajar yang dilaksanakan
setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.
b. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap.Dilihat dari
segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan
menjadi lima golongan:
1) Tes intelegensi. Yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes kemampuan. Yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar yang dimiliki oleh teste.
3) Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap
dunia sekitarnya.
4) Tes kepribadian. Yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap
ciri khas dari seseorang, seperti gaya bicara, cara berpakaian, dan lain-lain.
5) Tes hasil belajar. Sering dikenal dengan istilah tes pencapaian. Yakni tes
yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkatpencapaianatau prestasi
belajar.
c. Penggolongan Lain-lain
1) Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu:
a) Tes individual, yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu
orang testee saja.
b) Tes kelompok, yaknites dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu
orang testee.
2) Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes,
tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Power test,yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.

13
b) Speed test,yaitu tes dimana waktu yang disediakan testee untuk
menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
3) Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu:
a) Verbal test,yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang
tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan
maupun tertulis.
b) Nonverbal test, yakni tes yang mneghendaki respon (jawaban) dari testee
bukan berupa ungkapan kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan
atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee
adalah berupa perbuatan atau gerakan tertentu.
4) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yaitu:
a) Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir
pertanyaan dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya
juga secara tertulis.
b) Tes lisan, yakni tes dimana tester didalam mengajukan pertanyaan
dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawaban secara lisan pula.

2.7 Kelebihan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar

A. Keunggulan Tes Objektif

1. Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai
dengan sedang ( ingatan, pemahaman, dan penerapan ).
2. Dengan menggunakan tes objektif, maka semua atau sebagian besar materi yang
telah diajarkan dapat ditanyakan saat diuji.
3. Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat
dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk
setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat menggunakan fasilitas

14
komputer untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan
kekonsistenannya dapat lebih terjamin.
4. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk
dilakukan analisis butir soal.
5. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.
6. Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Sehingga dapat
mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa.

B. Kelemahan Tes Objektif

1. Butir soal yang diujikan kepada siswa atau mahasiswa kebanyakan hanya
mengukur proses berfikir rendah, walaupun tujuan pembelajaran yang akan
diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat
pertanyaan tes uraian.
3. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan
menerka.
4. Anak tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya
sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan
oleh penulis soal.

A. Keunggulan Tes Uraian

1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir tinggi.


2. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat
diukur dengan tes objektif, seperti keterampilan menulis, kemampuan dalam
menghasilkan, mengorganisasi dan mengekspresi-kan ide atau gagasan serta
kemampuan dalam membuat rancangan penelitian.
3. Waktu yang digunakan untuk menulis satu tes uraian (untuk satu waktu ujian)
lebih cepat daripada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif.
4. Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah daripada menulis tes objektif
(pilihan ganda) yang baik.

B. Kelemahan Tes Uraian

15
1. Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
2. Sukar memeriksa jawab siswa Kesukaran utama dalam memeriksa jawaban
siswa terletak pada sulitnya memberikan skor yang objektif dan konsisten.
Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan
karena beberapa hal, antara lain :
a) Adanya Hallo Efect Anggapan bahwa siswa yang pandai dalam mata
pelajaran tertentu dianggap pandai pula pada mata pelajaran yang lain.
Weldan Firnando Smith.
b) Adanya efek bawaan (Carry Over Ef ect) Jawaban siswa cenderung diberi
skor rendah kalau jawaban tersebut diperiksa setelah memeriksa jawaban
siswa yang lebih bagus. Sebaliknya jawaban siswa cenderung diberi skor
tinggi kalau jawaban tersebut diperiksa setelah memeriksa jawaban siswa
yang jelek.
c) Efek urutan pemeriksaan (Order Ef ect) Hasil tes siswa yang diperiksa
diawal cenderung diberi skor lebih tinggi dari hasil tes sisea yang diperiksa
mendekati akhir.
d) Pengaruh penggunaan bahasa Skor yang diberikan tidak hanya diberikan
berdasarkan kualitas isi jawaban siswa, tetapi juga dipengaruhi oleh
penggunaan bahasa, kesalahan ejaan, pembentukan kalimat, kesalahan tanda
baca, dan kesalahan struktur kalimat.
e) Pengaruh tulisan tangan Kualitas tulisan yang bagus cenderung diberi skor
lebih tinggi daripada kualitas tulisan tangan yang jelek.

2.8 Administrasi Tes : Alat, Waktu, Cara Pengerjaan

Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang
baik,yaitu:

1)  Pengembangan spesifikasi tes

16
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-
ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan
adalah :

 Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi


kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat
dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat
diamati dan dapat di ukur.
 Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan
tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
 Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara
tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi,
penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
 Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui
melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban
penyeleaian soal tersebut.
 Merencanakan banyak soal
 Merencanakan jadwal penerbitan soal

2)      Penulisan soal

3)     Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati
apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran
yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.

4)      Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal
yang dibuat akan dibakukan.

5)      Penganalisisan hasil uji coba.

6)      Pengadministrasian soal

17
2.9 . Faktor dari Testee dan Tester yang mempengaruhi Tes hasil belajar

 Individu

Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk obyektif yang disusun oleh
tester telah memiliki keajegan mengukur ataukah belum, dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga teknik yang dapat digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas butir
tes, yaitu:

a) Menggunakan pendekatan single test-single trial (single test-single trial method).


Dalam menentukan reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan
menggunakan pendekatan single test-single trial, maka penentuan reliabilitas tes
tersebut dilakukan dengan jalan melakukan pengukuran terhadap satu kelompok
subyek, di mana pengukuran itu dilakukan dengan hanya menggunakan satu
jenis alat pengukur dan bahwa pelaksanaan pengukuran itu hanya dilakukan
sebanyak satu kali saja. Dengan kata lain, pendekatan single test-single trial
adalah merupakan pendekatan “serba single” atau pendekatan “serba satu” yaitu:
satu kelompok subyek, satu jenis alat pengukur, dan satu kali pengukuran atau
satu kelompok testee, satu jenis tes, dan satu kali testing. Dengan menggunakan
pendekatan single testsingle trial, maka tinggi rendahnya reliabilitas tes 45 hasil
belajar bentuk obyektif dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya koefisien
tes, yang dilambangkan dengan r11 atau rtt (koefisien reliabilitas tes secara
total). Adapun untuk mencari atau menghitung r11 atau rtt dapat digunakan lima
jenis formula, yaitu: (1) formula spearman-brown, (2) formula flanagan, (3)
formula rulon, (4) formula kuder-richard-son, dan (5) formula C. Hoyt.
Menggunakan formula spearman brown, formula flanagan dan formula rulon,
maka penentuan reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dilakukan dengan
jalan “membelah dua” tes, karena itu sering dikatakan bahwa ketiga jenis
formula itu menggunakan teknik belah dua (split-half technique). Sedangkan
dengan menggunakan formula kuderrichardson dan formula C. Hoyt maka
penentuan reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif tersebut tidak
menggunakan teknik belah dua.

18
b) Menggunakan pendekatan test-retest (single testdouble trial method). Pada
pendekatan single test-single triad - dalam rangka penentuan reliabilitas tes hasil
belajar bentuk obyektif didasarkan pada konsistensi dari “batang tubuh” tes hasil
belajar yang bersangkutan, yang terbangun dari kumpulan butir-butir item.
Adapun pada pendekatan single test-double trial atau pendekatan test-retest,
yang juga sering dikenal dengan istilah pendekatan bentuk ulangan, maka
penentuan reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan teknik ulangan, di
mana tester hanya menggunakan satu seri tes, tetapi percobaannya dilakukan
sebanyak dua kali. Dalam pelaksanaan pengujian reliabilitas tes dengan
menggunakan pendekatan test retest, skorskor hasil tes pertama dikorelasikan
dengan skor-skor hasil tes kedua. Jika terdapat korelasi positif yang signifikan
antara skor-skor hasil tes pertama dengan skor-skor hasil tes kedua, maka tes
hasil belajar itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang reliabel, sebab
antara skor-skor hasil tes pertama dengan skor-skor hasil tes kedua
memperlihatkan adanya keajegan atau kestabilan. Untuk mencari korelasi antara
skor-skor hasil tes pertama dengan skor-skor hasil tes kedua, dapat dipergunakan
teknik korelasi rank-order (teknik korelasi tata jenjang) dari spearman.
c) Menggunakan pendekatan alternate form (double testdouble trial method).
Untuk mengetahui apakah tes hasil belajar telah memiliki reliabilitas yang tinggi
ataukah belum, dipergunakan dua buah tes yang diberikan kepada sekelompok
subyek tanpa adanya tenggang waktu (dilakukan secara berbareng), dengan
ketentuan bahwa kedua tes tersebut harus sejenis, dalam arti sekalipun butir-
butir itemnya tidak sama, namun hendaknya butir-butir item itu mengukur hal
yang sama, baik dari segi isinya, proses mental yang diukur, derajat kesukaran
maupun jumlah butir itemnya. Penentuan reliabilitas tes dengan menggunakan
pendekatan alternate form ini sering dikenal dengan istilah pendekatan bentuk
paralel. Dalam pelaksanaan pengujian reliabilitas tes dengan menggunakan
pendekatan alternate form atau bentuk paralel ini, skor-skor yang diperoleh dari
kedua seri tes tadi dicari korelasinya. Apabila terdapat korelasi positif yang
signifikan maka dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dikatakan
reliabel. Teknik korelasi yang dipergunakan bisa dipilih antara teknik korelasi

19
product moment dari 48 Pearson atau teknik korelasi rank order dari spearman
(khusus untuk N kurang dari 30)

 Sosial

Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan


masyarakat. Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi,
bertemu dan berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi
penting dari lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber
motivasi sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat
penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan
akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan
pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman
kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa memposisikan diri sebagai
seorang pelajar. 
Hasil belajar sangat penting untuk dibuatkan laporan serta disampaikan, baik
kepada siswa dan wali murid. Salah satu tujuannya adalah agar ke depannya siswa dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan pencapaian kegiatan belajarnya di sekolah, baik
dengan kemandirian maupun dengan bimbingan orang tua

2.10. Kode Etik Penggunaan Tes


a. Klien hendaknya terlibat dalam proses pemilihan tes, supaya tidak ada unsur
pemaksaan dalam pemberian tes oleh koselor.
b. Alasan para klien untuk menginginkan tes, maupun pengalaman masa lalu dengan
tes, hendaknya dieksplorasi.
c. Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada klien dan orang tua
mengenai alasan digunakannya tes disamping arti dan kegunaannya. Seorang klien
harus disadarkan bahwa tes hanya alat dan alat yang tidak sempurna. Sebagai cara
untuk mencapai tujuan, tes tidak dapat memberi “jawaban”, tes hanya memberi

20
informasi tambahan yang dapat digali dalam konseling dan digunakan dalam
menghadapi keputusan tertentu.
d. Konselor seharusnya menjelaskan tujuan tes dan menunjukkan keterbatasan tes.
Peranan ini berarti bahwa konselor mempunyai pemahaman yang baik mengenai apa
tes itu dan mengapa dia mengambilnya. Hal lain yang perlu dipahami konselor
adalah faktor kultural, gender, etnik, ekonomi yang dapat mempengaruhi skor tes.
e. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat atau ciri
kepribadian subyek untuk kepentingan layanan.
f. Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau petunjuk
yang berlaku bagi tes tersebut.

Wewenang Pemberian Tes


Testing hanya bisa diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya. Konselor yang berwenang adalah konselor yang telah menempuh
pendidikan sertifikasi tes dalam bimbingan dan konseling. Dalam memberikan tes,
konselor harus sadar bahwa hasil tes bukan hanya skor yang seharusnya diberikan
kepada klien, tetapi dan terlebih maknanya yang harus digali dalam menafsirkan hasil.
Konselor seharusnya bersifat netral, menahan diri dari memberi penilaian sebanyak
mungkin dan membiarkan klien merumuskan makna dan kesimpulan mereka sendiri.

Penggunaan Hasil Tes


a) Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh
dari klien sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib
diperlakukan setara dengan data dan informasi lain tentang klien.
b) Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya
dengan usaha bantuan kepada klien.

2.11. Pemaknaan dan penggunaan data hasil tes hasil belajar dalam layanan Bk
Perencanaan dan penempatan dilakukan untuk membina perkembangan siswa
dengan cara membantu memilih dan menggunakan kesempatan di dalam pendidikan
dan pasar kerja agar siswa lebih siap dalam menghadapi masa depan. Layanan

21
penempatan adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu
atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha
pengembangan), dan penempatan individu pada lingkungan yang sesuai bagi dirinya
serta pemberian kesempatan kepada individu untuk berkembang secara optimal.
Penempatan ini dilakukan dengan menyesuaikan siswa sesuai kondisi dan
kemampuan seperti kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, penjurusan, pemilihan
karir dan pengambilan keputusan. Data hasil tes berupa intelegensi, bakat dan minat
kemudian diintepretasikan dan dapat digunakan untuk membantu siswa memilih dan
mengambil keputusan tentang masa depannya. Sedangkan data nontes seperti hasil
wawancara dan observasi dapat digabungkan dan dikomplementerkan dalam rangka
mengarahkan siswa dalam mengambil keputusan.
Tujuan kompetensi ini adalah untuk menyediakan suatu uraian pengetahuan dan
ketrampilan konselor sekolah yang dbutuhkan dalam area penilaian dan evaluasi. Sebab
efektivitas penilaian dan evaluasi adalah kritis untuk konseling efektif, kompetensi ini
adalah penting untuk pendidikan dan praktik konselor sekolah. Berikut ini sembilan
kompetensi konselor yang harus dimiliki kaitannya dengan tes adalah :
1. Konselor Sekolah terampil memilih strategi penilaian.
2. Konselor Sekolah dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengevaluasi instrumen
penilaian yang paling umum digunakan.
3. Konselor Sekolah adalah terampil teknik administrasi dan metode instrumen skoring
penilaian.
4. Konselor Sekolah terampil menginterpretasikan dan mengasesmen pelaporan hasil.
5. Konselor Sekolah terampil menggunakan penilaian untuk pengambilan keputusan.
6. Konselor Sekolah terampil memproduksi, menginterpretasikan, dan
mempresentasikan informasi statistik tentang hasil penilaian.
7. Konselor Sekolah adalah terampil melaksanakan dan menginterpretasikan evaluasi
program konseling sekolah dan intervensi terkait dengan konseling.
8. Konselor Sekolah terampil mengadaptasikan dan menggunakan daftar pertanyaan,
survei, dan penilaian lain untuk menemukan kebutuhan lokal.
9. Konselor Sekolah mengetahui bagaimana menggunakan profesionalisme secara
bertanggung jawab dalam asesmen dan praktik evaluasi.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
...........Tes hasil belajar disebut dengan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi
mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Tes hasil
belajar merupakan sumber data bagi guru untuk mengetahui berapakah nilai peserta
didik. Tes hasil belajar juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak
sekolah. Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya
dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi
tersebut..
Adapun aspek-aspek yang diukur dalam tes hasil belajar berupa ranah kognitif,
ranah efektif , dan ranah psikomotorik. Bentuk-bentuk tes hasil belajar yaitu tes bentuk
uraian ( esai ) dan tes bentuk objektif. Ada enam tahap dalam merencanakan dan
menyusun tes agar diperoleh tes yang baik yaitu
1. Pengembangan spesifikasi tes
2. Penulisan soal
3. Penelaahan soal
4. Pengujian butir-butir soal secara empiris
5. Penganalisisan hasil uji coba
6. Pengadministrasian

3.2 Saran
.....Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi isi maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan untuk perbaikan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2007.a. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2007.b. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

[28/2 22:13] eprints.walisongo.ac.id › 093...PDF7 BAB II LANDASAN TEORI A.


Deskripsi Teori 1. Tes Hasil Belajar.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Megajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005.

[28/2 22:37] repo.iain-tulungagung.ac.id › ...PDF 13 BAB II KAJIAN TEORI A.


Tinjauan Tentang Tes Hasil Belajar.

Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Nurkencana, W. 1993. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Jamaluddin, D. Evaluasi Non Tes. (http://deryjamaluddin.page.tl/Evaluasi-


Non_Tes.html).Online, diakses 8 Maret 2013.

Wirasasmita, Sutardi. 1998. Tehnik Penyusunan dan Analisis Tes Prestasi Belajar
dengan Pengembangan Tes Prestasi Belajar Bahasa Indonesia. Bandung: IKIP.

24

Anda mungkin juga menyukai