Anda di halaman 1dari 35

A.

IDENTITAS BUKU

Buku Utama
1. Judul Buku : Strategi Belajar Mengajar
2. Pengarang : Drs. Hamdani, M.A.
3. Penerbit : Pustaka Setia
4. Tahun Terbit : 2011
5. Tebal Buku : 344 halaman
6. Ukuran : 16 x 24 cm
7. ISBN : 978-979-076-161-2
8. Bahasa : Indonesia
Buku Pembanding I
1. Judul Buku : Strategi Pembelajaran
2. Pengarang : Abdul Majid,M.Pd
3. Penerbit : Penerbit Rosda
4. Tahun Terbit : 2013
5. Tebal Buku : viii + 392 hlm
6. Ukuran : 15,5 x 24 cm
7. ISBN : 978-979-692-143-0
8. Bahasa : Indonesia
Buku Pembanding II
1. Judul Buku : Colabirative Learning
2. Pengarang : David J. Johnson, dkk
3. Penerbit : Nusa Media
4. Tahun Terbit : 2010
5. Tebal Buku : 196 halaman
6. Ukuran : 16 x 24 cm
7. ISBN : 978-979-076-141-9
8. Bahasa : Inggris/indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
B. RINGKASAN BUKU
1. Ringkasan Isi Buku Utama (Strategi Belajar Mengajar)
BAB I
PENGERTIAN DAN TUJUAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
A. Hakikat Belajar Mengajar
Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan fisik adalah buku, alat peraga dan alam
sekitar. Adapun lingkungan pembelajaran adalah lingkungan yang merangsang
dan menentang siswa untuk belajar.
a. Pengertian Strategi
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan
oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan.strategi belajar mengajar
terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan diguakan
untuk membantu siswa yang mencapai tujuan pengajaran tertentu.
b. Strategi Pengajaran
Peranan strategi pengajaran lebih penting apabila guru mengajar siswa
yang berbeda dari segi kemampuan, pencapain, kecenderungan serta minat.
c. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhansebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
B. Hakikat Pembelajaran
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus.
C. Perbedaan Model Pembelajaran
a. Model Pengembangan Perangkat Menurut Kemp.
b. Model Pengembangan Pembelajaran menurut Dick dan Carey
c. Model Pengembangan 4-D
d. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
D. Pembelajaran Kooperatif

2
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
c. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif
d. Ketrampilan Kooperatif
e. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
f. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
E. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
a. Pendekatan Konsep
b. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
c. Prinsip-prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
d. Prinsip motivasi
e. Prinsip latar atau konteks
f. Prinsip keterarahan
g. Prinsip belajar sambil kerja
h. Prinsip perbedaan perorangan
i. Prinsip menemukan
j. Prinsip pemecahan masalah
F. Ciri-Ciri Pembelajaran
a. Komponen-komponen Pembelajaran
b. Tujuan
c. Subjek belajar
d. Materi pelajaran
e. Strategi pembelajaran
f. Media pembela
g. Jaran
h. penunjang
– Strategi Active Learning
Strategi active learning adalah strategi belajar mengajar yang bertuujuan
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif
dan efesien dalam belajar, dibutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar
mengajar, yaitu dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar mengajar
dan dari sarana belajar.

3
G. Pemilihan Strategi Belajar Mengajar
a. Efisiensi
b. Efektivitas
c. Kriteria Lain
H. Merencanakan Program Belajar Mengajar
a. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
b. Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar
I. Ketuntansan Belajar
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar
b. Langkah-langkah atau Prosedur Pelaksanaan Ketutasan Belajar
c. Efektivitas Sistem Pembelajaran Kooperatif
J. Desain Sistem Pembelajaran Online Learning
a. Behaviorisme dan online learning
b. Kognitivisme dan online learning
c. Konstruktivisme dan online learning
K. Belajar dan Perubahan Perilaku
a. Perubahan yang Didasari dan Disengaja (Intensional)
b. Perubahan yang Berkesinambungan (kontinu)
c. Perubahan yang Fungsional
d. Perubahan yang Bersifat Positif
e. Perubahan yang Bersifat Aktif
f. Perubahan yang Bersifat Permanen
g. Perubahan yang Bertujuan dan Terarah
h. Perubahan Perilaku secara Keseluruhan

BAB II
HAKIKAT SISTEM PENGEMBANGAN BELAJAR MENGAJAR
A. Belajar dan Proses Pembelajaran
a. Media dan Proses Pembelajaran
b. Media Pembelajaran, Media Animasi dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

4
B. Pengertian Metode Pembel
C. ajaran
a. Metode Pembelajaran
b. Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)
D. Model-Model Pembelajaran
a. Metode Role Playing
b. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
c. Cooperative Script
d. Picture and Picture
e. Numbered Heads Together
f. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
g. Metode Jigsaw
h. Metode Team Games Turnament (TGT)
i. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
j. Model Examples Non Examples
k. Model Lesson Study
E. Konsep Pembelajaran Tematik
F. Model Pembelajaran PAKEM
a. Memahami Sifat yang Dinamik Anak
b. Mengenal Anak secara Perorangan
c. Memanfaatkan Perilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
d. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan
Kemampuan Memecahkan Masalah
e. Mengembangkan Ruang Kelas sebagai Lingkungan Belajar yang
Menarik
f. Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
g. Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan
Belajar
h. Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental
G. Pengertian Active Learning (Belajar Aktif)
a. Glasgow 1996 (Doing science)

5
b. Modell and Michael 1993 (Promoting Active Learning in Life Science
Classrooms)
c. UC Davis TAC (Handbook)
H. Penerapan Penggunaan Pendekatan Active Learning
a. Buatlah Pembelajaran Matematika yang Berorientasi Dunia Sekitar
Siswa
b. Berikan Siswa Kebebasan Bergerak
c. Tuntaskan dalam Mengajar
d. Belajar sambil Bermain
e. Harmonisasi Hubungan Guru, Siswa, dan Orangtua
I. Penerapan E-Learning di Indonesia
a. Peran Komputer bagi Pendidikan Anak
b. Pengertian E-Learning
c. Pengertian yang Terkait E-Learning
J. Jenis-Jenis Sumber Belajar
a. Pengertian Bahan Ajar
b. Fungsi Bahan Ajar
c. Klasifikasi Bahan Ajar
d. Tujuan Bahan Ajar
e. Ruang Lingkup Bahan Ajar
K. Bermain Sambil Belajar
L. Supervisi Meningkatkan Proses Pembelajaran
M. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
c. Batas Minimal Prestasi Belajar

BAB III
MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSONAL
A. Model Pengembangan Instruksional
a. Aplikasi Penerapan Model-model Pengembangan Instruksional
B. Strategi Merancang Tujuan Instruksional

6
a. Kawasan Kognitif (Pemahaman)
b. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)
c. Kawasan Psikomotor (Psychomotor Domain)
C. Strategi Memilih Metode Instruksional
a. Tujuan Instruksional
b. Pengetahuan Awal Siswa
c. Bidang Studi atau Pokok Bahasan
d. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
e. Jumlah Siswa
f. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
D. Metode-Metode Instruksional
a. Metode Ceramah (Lecture)
b. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
c. Metode Tanya Jawab
d. Metode Penampilan
e. Metode Diskusi
f. Metode Studi Mandiri
g. Metode Pembelajaran Terpogram
h. Metode Latihan Bersama Teman
i. Metode Simulasi
j. Metode Pemecahan Masalah
k. Metode Studi Kasus
l. Metode Insiden
m. Metode Praktikum
n. Metode Proyek
o. Metode Bermain Peran
p. Metode Seminar
q. Metode Simposium
r. Metode Tutorial
s. Metode Deduktif
t. Metode Induktif

7
E. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pembelajaran Kooperatif
b. Prosedur Instruksional dengan Menggunakan Berbagai Pendekatan
c. Desain Sistem Instruksional
F. ADDIE untuk Membangun Sistem Kesiswaan
G. Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian
Kompetensi (DSI-PK)
H. Pengembangan Desain Pembelajaran
a. Hubungan antara Desain Pembelajaran dan Pendidikan
b. Model-model Pengembangan Desain Instruksional
c. Memilih Model Desain Pembelajaran
d. Pengembangan Desain Pembelajaran
I. Model Belajar Inkuiri
a. Expository dan Discovery atau Inquiry
b. Discovery dan Inquiry
J. Pengembangan Media Pendidikan
a. Media Pendidikan
b. Klasifikasi dan Jenis Media
c. Media yang tidak Diproyeksikan
d. Media Video
e. Media Berbasis Komputer
f. Pemakaian Komputer dalam Proses Belajar Mengajar
g. Tujuan Pemakaian Komputer dalam Proses Belajar Mengajar
K. Multimedia Pembelajaran Interaktif
a. Pengetian
b. Manfaat Multimedia Pembelajaran
c. Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran
d. Format Multimedia Pembelajaran
L. Kualitas Pembelajaran
a. Learning to Know
b. Learning to do
c. Learning to Live Together

8
d. Learning to be
M. Defenisi-Defenisi Istilah
BAB IV
RENCANA PENGEMBANGAN, TUJUAN DAN BAHAN
PEMBELAJARAN
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Fungsi
b. Prinsip Pengembangan
c. Langkah-Langkah Pengembangan
d. Cara Penyusunan RPP
e. Format RPP
B. Strategi Pembelajaran Aktif
C. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul
a. Pengertian Bahan Ajar
b. Ragam Bentuk Bahan Ajar
c. Pengertian Modul
d. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Modul
e. Prinsip-Prinsip Penyusunan Modul Pembelajaran
f. Alur Penyusunan Modul
g. Pengisian Format
D. Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar
a. Pengertian Sumber Belajar
E. Teori Belajar Andragogi
a. Pengertian Teori Belajar Andragogi
b. Perkembangan Teori Belajar Andragogi
c. Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi
d. Andragogi dan Psikologi Perkembangan
e. Pengaruh Penurunan Faktor Fisik dalam Belajar
f. Langkah-langkah Pokok dalam Andragogi
g. Perbandingan Asumsi dan Model Pedagogi dan Andragogi
h. Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Andragogi
i. Penegasan Istilah

9
BAB V
MEDIA DAN METODE PENGAJARAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
B. Fungsi Media Pembelajaran
C. Jenis Peranan Media Pembelajaran
a. Media Visual
b. Media Audio
c. Media Audio Visual
D. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
a. Media Grafis
b. Teks
c. Audio
d. Grafik
e. Animasi
f. Video
E. Ciri Media Pembelajaran
a. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
b. Klasifikasi Media dan Sumber Belajar
c. Kriteria Pemilihan Media dan Sumber Belajar
d. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
F. Pengertian Media Pendidikan
a. Jenis Media Pendidikan
b. Media Pengajaran Geografi
c. Media Gambar Medium (Jamak, Media) adalah sebuah Saluran
Komunikasi
G. Teori dan Motivasi Belajar
a. Teori Belajar Dienes
b. Teori Belajar Brownell dan Van Engen
c. Teori Belajar Gagne

10
2. Buku Pembanding I (Strategi Pembelajaran)
BAB I
KONSEP DAN HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
Upaya reformasi pembelajarn yang sedang berkembang di Indonesia saat
ini,para guru atau calon guru banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaran. Guru dapat secara kreatif untuk mencoba dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas sesuai dengan kondisinya.
Rekayasa proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa.
Idealnya pendekatan pembelajaran untuk siswa pandai harus berbeda dengan
kegiatan siswa berkemampuan sedang atau kurang,karena siswa memiliki
keunikan masing-masing.
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
1. Makna Strategi
Istilah srategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam
bahasa yunani . sebagai kata benda,strategos merupakan gabungan kata stratos
(militer) dengan ago (memimpin). Strategi mempunyai pengertian yaitu suatu pola
yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau
tindakan.
2. Makna Pembelajaran
Secara sederhana,istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “ upaya
untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya
(effort) dan berbagai strategi , metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan
yang direncanakan”.

3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu
sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk
mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabar dari pandangan falsafah atau
teori belajar tertentu.
B. Jenis model pembelajaran
1. Model proses informasi
2. Model personal

11
3. Model interaksi sosial
4. Model sistem perilaku

C. Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Adapun
teknik – teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi, pembelajaran
langsung , teknik menjelaskan, dan demonstrasi.

D. Sasaran Kegiatan Pembelajaran


Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan
itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni
tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajarn umum tujuan kurikuler, dan
tujuan nasional sampai pada tujuan yang bersifat universal.

E. Tahap Kegiatan Pembelajaran


1. Tahap Praintruksional
2. Tahap Intruksional
3. Tahap Evaluasi dan tindak lanjut

BAB II
SETRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI STANDAR PROSES

A. Belajar Sebagai Proses


Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat, dan upaya yang
timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan belajar.
Kegiatan belajar sebagaiproses memiliki unsur-unsur tersendiri yang dapat
membedakan antara kegiatan belajar dan bukan belajar. Unsur yang mencakup
tujuan belajar yang ingin dicapai, motivasi, hambatan, stimulus dari lingkungan,
persepsi, dan respons peserta didik.

12
Kegiatan belajar sebagai proses tersebut memiliki enam unsur, pertama
tujuan belajar. Tujuan belajar dirumuskan oleh institusi pendidikan perlu disusun
sesuai dengan kebutuhan belajar yang dirasakan dan dinyatakan oleh peserta
didik.
Kedua, peserta didik yang termotivasi. Motivasi belajar itu akan lahir
manakala peserta didik merasakan bahwa apa yang disampaikan dalam proses
belajar sesuai dengan kebutuhannya. Dan kebutuhan belajar harus datang dari
peserta didik, bukan “dipaksakan” oleh pihak luar.
Ketiga, tingkat kesulitan belajar. Secara sederhana, tingkat kesulitan
belajar dirancang dan ditetapkan dalam situasi belajar, dan merupakan unsur yang
harus ada dalam setiap kegiatan pembelajaran sebagai proses.
Keempat, stimulus dari lingkungan. Stimulus/ ransangan digunakan untuk
mengatasi hambatan yang ditemukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sehingga peserta didik dapat memilih dan menggunakan sesuai dengan tujuan
belajar yang ingin dicapai.
Kelima, peserta didik yang memahami situasi. Seorang peserta didik yang
termotivasi oleh tujuan belajar dan stimulus dari lingkungannya, akan melakukan
kegiatan belajar dengan dorongan yang kuat. Keadaan demikian disebut situasi
belajar.
Keenam, pola respons peserta didik. Peserta didik merespon setimulus
secra menyeluruh, dan repons itu bertujuan. Artinya peserta didiktidak
melakukannya tanpa arah.

B. Kegiatan Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses


Setandar proses pendidika adalah setar nasional pendidikan yang berkaitan
denganpelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untukmencapai
setandar kompetensi lulusan (PP. No. 19 Tahun 2005 bab 1 Pasal 6).
Implikasi dari perinsip ini adalahpergeseran para digma pembelajaran.
Proses pembelajaran perlu di rencanakan, dinilai, dan di awali agar ter laksana.
Standar proses adalah setandar nasional. Pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai satuan
kompetensi lulusan.

13
1. Prencanaan pembelajaran
a. Silabus
Silablus sebagai acuan pengembangan RPP memuat idenntitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian alokasi waktu, dan
sumber belajar. Dalam pelaksanaanya, pengembangan silabus dapat dilakukan
oleh para guru secara mandiri atau kelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah
atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan dinas pendidikan.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan oleh silabus untukengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif.
Komponen RPP adalah sebagaimana akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Identitas mata pelajaran
b. Standar kopetensi
Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
c. Kompetensi dasar
Kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kopetensi.
d. Indikator pencapai kopetensi
Prilaku yang dapat diukur dan/ diobservasi untuk menunjukan ketercapaian
kompetensi dasar.
e. Tujuan pembelajaran
Menggabarkan proses hasil belajar yang diharapkan bisa dicapai peserta didik
sesuai dengan kopetensi dasar.

14
f. Materi ajar
g. Alokasi waktu
h. Metode pembelajaran
i. Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
b. Inti
c. Penutup
j. Penilaian hasil belajar
k. Sumber belajar
c. Perinsip-perinsip Penyusunan RPP
Dalam penyusunan RPP, hendaknya guru memperhatikan perinsip berikut ini.
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
e. Keterkaitan dan keterpaduan
f. Teknologo informasi dan komunikasi
2. Pelaksanaan proses pembelajran
a. Persyaratan proses pembelajaran
1) Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
1. SD/MI : 28 peserta didik;
2. SMP/MT : 32 peserta didik;
3. SMA/MA : 32 peserta didik;
4. SMK/MAK : 32 peserta didik;
2) Beban kerja minimal guru
1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok.
2. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud poin pertama diatas adalah sekurang-
kurangnya 24 jam tatap muka dalam 1 minggu.
3) Buku teks pelajaran
4) Pengelolaan kelas
b. Pelaksanaan pembelajaran

15
1) Kegiatan pendahuluan
2) Kegiatan inti
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
3) Kegiatan penutup
C. Pengembangan setrategi pembelajaran
Dick dan carey (1985) menggunakan istilah “setrategi pembelajaran”
untuk menjelaskan mengenai langkah urutan proses dan pengaturan konten,
menentukan kegiatan belajar, dan memutuskan bagaimana menyampaikan konten
dan kegiatan.
D. Unsur-unsur setrategi pembelajaran
Pembuatan setrategi pembelajaran meliputi keseluruhan penggunaan
informasi yang telah anda kumpulkan dan menghasilkan suatu rencana yang
efektif untuk menyajikan pengajaran bagi peserta didik.
1. Rangkaian/keurutan dan pengelompokan konten
a. Rangkaian atau keurutan konten
b. Pengelompokan pembelajaran
2. Komponen belajar
a. Mendapat perhatian
b. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada peserta didik
c. Merangsang pengulangan kembali sebagai prasyarat belajar
d. Menyajikan material ajar
e. Menyediakan bimbingan belajar
f. Membangun kinerja (praktik)
g. Memberikan umpan balik
h. Menilai kinerja
i. Meningkatkan retensi dan transfer
3. Pengelompokan peserta didk
4. Pemilihan media dan sistem penyampaian/megajar
E. Menciptakan / menyusun strategi
F. Ikhtisar

16
Kutipan dari gagne (1988:28) yang menyebutkan bahwa strategi pembelajaran
adalah bagian penting dari proses desain pembelajaran

BAB III
KLASIFIKASI DAN PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Raka joni dalam Mappasoro berpendapat bahwa klasifikasi strategi
pembelajaran dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu :
1. Pengaturan guru dan siswa
2. Pengelolaan pesan
3. Struktur peristiwa belajar – mengajar
4. Tujuan belajar

B. Strategi Pembelajaran Langsung


Tahap pelaksanaan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memeberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep
C. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi
siswa dalam melakukan observasi,penyelidikan,penggambaran inferensi
berdasarkan data atau pembentukan hipotesis.
D. Strategi Pembelajaran Interaktif
Strategi pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik
pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, dimana
guru menjadi pemeran utama dalammenciptakan situasi interaktif yang edukatif,
yakni interaksi antara guru dengan siswa

E. Strategi Pembelajaran Empirik

17
Exeriental learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang
Mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan
melalui pengalamannya secara langsung. Model experiential learning memberi
kesempatan kepada murid untuk memutuskan pengalaman apa yang terjadi fokus
mereka. Prosedur experiential learning memiliki 4 prosedur pembelajaran
a. Tahap pengalaman nyata
b. Tahap observasi refleksi
c. Tahap konseptualisasi
d. Tahap implementasi.
Jenis – jenis pembelajaran experiental
1. Metode kasus
2. Pembelajaran berdasarkan masalah
3. Permainan, simulasi, dan bermain peran
F. Strategi Pembelajaran Mandiri
Sistem belajar mandiri adalah pengaturan program belajar yang
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dapat memilih atau
menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Belajar mandiri merupakan
strategi yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian,
peningkatan diri.
G. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dasar pemilihan strategi pembelajaran,beberapa prinsip mesti dilakukan oleh
pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat
pertimbangan tersebut harus berdasarkan pade penetapan. Adapun dasar yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu :
1. Tujuan pembelajaran
2. Aktivitas dan pengetahuan awal siswa
3. Integritas bidang studi / pokok bahasan
4. Alokasi waktu dan sarana penunjang
5. Jumlah siswa
6. Pengalaman dan kewajiban pengajar
Dalam pengelolaan pembelajaran , terdapat beberapa prinsip yang harus
diketahui.

18
- Interaktif
- Inspiratif
- Menyenangkan
- Menantang
- Motivasi.

BAB IV PEMBELAJAR TEMATIK (AKTUALISASI MODEL


PEMBELAJARAN TERPADU)
Pada dasarnya , pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan
pembelajaran yang didalam siswa sendiri aktif secara mental membangun
pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya.
1. Prinsip dan model pembelajaran terpadu
a. Pembelajaran terpadu memiliki satu tema yang aktual
b. Pembelajaran perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang saling
terkait
c. Pembelajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum
yang berlaku
d. Materi pembelajaran yang dapat dipadulan dalam satu tema salalu
mempertim bangkan karakteristik siswa
e. Materi pelajaran yang diapadukan tidak terlalu dipaksakan
2. Model – model pembelajaran terpadu
Pada program pendidikan guru sekolah, terdapat tiga pembelajaran terpadu
yang dipilih dan dikembangangkan, yaitu
a. Model keterhubungan, model yang sengaja digunakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep lain.
b. Model jaring laba – laba
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekataMtematik.
c. Model keterpaduan, model ini menggunakan pendekatan antar bidang
studi
3. Tahap perencanaan pembelajaran model webbed
4. Peran guru dalam pembelajaran terpadu model webbed

19
Beberapa sifat yang harus dimiliki guru dalam menjalankan tugas secara
profesional yang mendukung diterapkannya penerapan pembelajaran terpadu.
a. Fleksibel f. Tekun
b. Bersikap terbuka g. Realistik
c. Berdiri sendiri h. Melihat kedepan
d. Peka i. Rasa ingin tahu
e. Ekspresif j. Menerima diri

BAB V
PEMBELAJARAN TUNTAS ( MASTERY LEARNING)
A. Asumsi dasar belajar tuntas
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah anak didik
mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan
metode ) mengajar maupun siswa (dalam memilih strategi belajar). Pembelajaran
tuntas merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa
menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar
mata pelajaran tertentu.
B. Sistem belajar tunta
1. Konsep belajar tuntas
Agar pola pengajaran berstrktur ini efesien dan efektif diperlukan hal – hal
berikut:
a. Tujuan – tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegar
b. Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu.
c. Motivasi belajar dan efektivitas usaha belajar siswa harus ditingkatkan
dengan memonitor proses belajar siswa.
d. Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami
kesulitan pada saat – saat yang tepat.
2. Prinsip belajar tuntas.
a. Sebagian besar siswa daalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat
menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan.
b. Dalam menyusun strategi pengajaran tuntas , guru memulai dengan
merumuskan tujuan – tujuan khusus.

20
c. Sejalan dengan tujuan – tujuan khusus tersebut
d. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norms, tspi menggunakan
acuan patokan.
e. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan - perbedaan
individual.
f. Konsep belajar tuntas dapat dilaksanakan dengan beberapa model
pengajaran.
C. Perbedaan pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran tuntas yang dimaksud dalam pelaksanaan KBK adalah pola
pembelajaran yang menggunakan prinsip “ ketuntasan secara individual”.
Sementara pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebgai
pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan yang sifatnya
berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan
keseluaruhan situasi belajar
( non belajar tuntas).
D. Indikator guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas
1. Metode pengajaran
2. Peran guru
3. Peran siswa
4. Evaluasi

E. Pelaksanaan program remidial, pengayaan, dan percepatan


1. Pelaksanaan program remidial
Ada 2 (dua) cara yang dapat ditempuh dalam hal ini, yaitu :
a. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang
belum tuntas atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu.
b. Pemberian tugas – tugas atau perlakuan ( treatment ) secara khusus yang
sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.
2. Pelaksanaan program pengayaan
Adapun cara yang dapat ditempuh diantaranya, yaitu .
a. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang tujuan nya memperluas
wawasan bagi KD tertentu

21
b. Pembeian tugas untuk melakukan analisis.
c. Memberikan soal – soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan
d. Membantu guru membimbing teman – teman yang belum mencapai
ketuntasan.
3. Pelaksanaan program percepatan
Bentuk layanan terbaik yang seharusnya diberikan adalah berupa program
percepatan (akselerasi) secara alami, bukan dalam bentuk kelas akselerasi. Siswa
– siswa yang dapat menguasai KD tertentu atau mencapai ketuntasan secara cepat
dengan nilai > 85 sebaiknya tidak perlu diberikan pengayaan tetapi langsung
dipelajari untuk mempelajari KD berikutnya.

3. Buku pembanding II (Calobarative Elairning “ Strategi


Pembelajaran”)

CHAPTER I
COOPERATIVE LEARNING

In the school environment teachers have the option to structure the


learning so that students can work individually or working together in large or
small groups to master the subject matter.

competition:When students berkometisi they are required to compete with one


another and to mecapai a goal that can only be achieved œLah several people or
just one person. It could even just in the competition students strive to be the best
of friends sekalasnya others. Even they could also work to his classmates and
celebrate if his classmates fail.

individualism: When students are required to work in an individualisticThey


work on their own to achieve the learning objectives that are not seen as nothing
to do with the students.

22
cooperation: Cooperation means working together to achieve a common goal. In
cooperative activities any child trying to achieve a favorable outcome for yourself
and all members of the group.

Cooperative Learning is a learning process that involves the use of small


groups that allow students to work together on it in order to maximize their own
learning and learning from each other. The idea, After receiving lessons from
teachers, class members are divided into small groups and then given the same
task for each group. With this kind of cooperative tasks learners strive to complete
tasks together den trying to know and benefit to each other.

In the ideal classroom, all students will learn about baigaimana how to
work together collaboratively (working together) with others, compete for fun and
merry, as well as their own work autonomously. Which he said there are more
things to do in cooperative rather than the seating arrangement.

Formal Cooperative Learning : Cooperative learning is a form of cooperative


learning in which students work together, at a certain school hours for several
weeks to achieve the learning objectives together with ensuring that they and a
friend of the group successfully completed the task of studying the given well.

Informal cooperative learning : Help teachers ensure that students perform


intellectual tasks such as organizing, explain, summarize and integrate the
material into the conceptual structures that existed during the teaching takes place.

Group-group Cooperative Nucleus: (Colaborative Base Group) is long-term. It is


a cooperative learning groups that hetrogen with permanent membership that lasts
until all its members pass.

Cooperative structure : In order to use cooperative learning in most hours of


lessons, Teachers must identify and develop cooperative secaraa general lessons
and activities that are routine eye pelajarn repetitive (recurrent). When teachers

23
use formal cooperative groups, informal, core and common cooperative structures
such as learning the script will be honed their skills and it will automatically start
using cooperative learning as needed.

Cooperative School: As an alternative context is based organizational structure


and high-performing group (team base and high performance organizational
structures) each individual work cooperatively in a team that has responsibility
for the entire process and product. This new organizational Struktir known as
"Cooperative School" (Cooperative School).
The second level of the cooperative school is the faculty who work in groups of
mutual support kelegial aimed enhance the success of their teaching process
Knowing how to do something is not a skill, but being able to do something with
the new breed can be said skil. Development skills takes time and effort that is
hard to develop. Implementation of cooperative learning in the classroom requires
custom dalampenerapannya. Not only that but how teachers use cooperatif
learning so that students more easily absorb learning to achieve the learning
objectives.

CHAPTER II
RESEARCH ON LEARNING COOPERATIF

Two are better than one, Because the two will earn greater rewards for his
efforts. Because if they were to fall then the others will help, but if it works alone
if something goes wrong there is nothing menolog .... (Ecclesiastes 4: 9-12). That
berengkali views about work teams, one and the other members of the group
support each other and help each other to understand the learning material. In
Chapter II, there are three theoretical perspectives, namely the growing public-
Intedependence Social Theory, CognitiveDevelopmental Theory and Behavioral
Learning Theory which guides the research on cooperative learning.

24
The effectiveness of cooperative learning has been confirmed by both
theoretical research and demonstration, and the literature includes literature
"scientific" literature and "professional".

Interpersonal Relations and Social Support: In each class of students if the


peacock's heart teacher wants the students were able to show a tremendous effort
in learning, and relationships with classmates or peer is the key to win over the
students. Each individual will be more concerned about each other and more
committed to the success of each other when they work together cooperatively
than if they have to compete on their own.

CHAPTER III
ESSENTIAL COMPONENTS OF COOPERATIVE LEARNING

Cooperation is better than sitting pengaturantempat. Cooperative learning


involves more than simply placing students in one seating a few people and told
them to help each other to one another. Many things can hurt the disadvantaged
group activities just surrender completely to the more capable or can be any
member of a group that trails only just. Positive Interpendensi the necessity for
each member of a group of "all for one, one for all". It takes the cooperation
which is compact in the group and takes responsibility to one another between the
Members of the group. Positive Interpendensi built in four ways. Interpendensi
positive purpose, Interpendensi Rewards / Positive celebration, Interpendensi
resources Positive and Positive Resource Interpendensi.

But the higher the positive interpendensi in the study group, the greater the
likelihood of an intellectual disagreement and conflict among the group when they
share information, perception, opinions and conclusions.

25
CHAPTER IV
COOPERATIVE LEARNING FORMAL

In formal cooperative learning students work together that time ranged


from one class period to several weeks to achieve the goal of mutual learning and
completing tasks and specific job. Preformance cooperative learning situations,
Teachers form learning groups, teaching concepts and strategies basis, monitor
bagimana each group learning function intervenes to teach skills-skills small
groups, providing assistance to complete the task if needed, to evaluate student
learning by using a system with reference to the criteria, and to ensure that these
groups to process how effectively every member cooperating. The students tried
to get help, feedback, reinforcement, and support from her friends. A teacher has a
six-part role in the formal cooperative pembelajran (Johnson and Johnson 1994;
Johnson, Johnson, Holubec 1993):
1. Determining the specific purpose of an pembelajran;
2. Making decisions relating to a group of pre teaching learning, setting room,
teaching materials, and the role of students in the group.
3. Describes the arrangement of tasks and objectives to students;
4. Organize cooperative lessons that will be implemented;
5. Oversee the effectiveness of cooperative learning groups and provide input if
necessary;
6. Evaluating student achievement and help them discuss how well they have
been collaborating with each other.

CHAPTER V
INFORMAL LEARNING KOOPERTAIF

Informal cooperative learning consists of activities that make students


work together to achieve a goal of learning together in groups of special
temporary and last about a few minutes in one class period. Groups such as these

26
can be used to focus student attention on the material to be studied, Creating an
atmosphere that is conducive to learning, ensuring that students cognitively
process the material that has been taught and provide cover for a teaching session.

Some examples of procedures for informal cooperative learning to help teachers


implement it 1. Focused Discussion (Organizing the Home), 2. Segment
Submission Lesson (1. Delivering the first segment of the lesson), 3. Discussion
Pair, 4. Submission of Study Segment (conveying the second segment of
subjects), 4. Discussion Couples (memebrikan discussion tasks), 5. Repeat section
delivery of all lesson segments, 6. Discussion Focused (Cover).

CHAPTER VI
THE CORE GROUP COOPERATIVE

Cooperative core groups are long-term cooperative learning team with


stable membership whose primary responsibility is to help the students to provide
support, Encouragement, and assistance to each other in completing the task and
responsibility for each other each in their efforts to learn.

The core group of classes and the core group of the school, where the core
group of cooperative helps students to build relationships long permane jangaka.
Cooperative core groups can be used at any level to provide a network of support
to the students. When used together with formal and informal cooperative
learning, the core group will reinforce learning in the classroom, checking again
pembelajadarn their understanding of the content and tasks, and build meaningful
relationships with his friends.

27
CHAPTER VII
USE OF INTEGRATED COOPERATIVE LEARNING IN THE CLASSROOM

In any class and any classes can be arranged with cooperative learning. All
classes can have a mix between formal groups, Informal, nucleus and can use
texts cooperatively with different levels. A typical class session consists of a core
group meeting, or delivery of short lessons and group projects, and ending with
the core group meeting. The combination of formal and informal learning and
cooperative core group coupled with a cooperative structure is an effective way to
structure a lesson or class on every level.

CHAPTER VIII
TEACHING COOPERATIVE SKIL-SKILLS TO STUDENTS

Not all students have the ability on how to interact with others. Ability to
interact and interpersonal a child does not necessarily magically appear just when
he was needed. Many primary and secondary school students who do not have
basic social skills-skills such as being able to understand others or discuss
properly the tasks assigned. So many teachers find it difficult to collaborate with
students other colleagues. Therefore in this cooperative situation there is a task to
be completed by skil-social skills that are relevant and must be taught.

Teach cooperative skills-skills, there are four general rules that support
teaching, The first is the context of the cooperation must be built first before
teaching skill cooperative. Both cooperative skills-skills should be taught directly.
Third, while the teacher structuring cooperation in classrooms and initially
determine the skills-the skills needed to work together, other group members
largely determine whether the skills-the skills learned and internalized. Fourth, the
sooner students learn cooperative skills-skills, the better.

28
There are very many interpersonal skills that influence the success of a
collaborative effort. There are four levels of cooperative skills: 1. Formative
(forming) 2. fuctioning (memungsikan), 3. formulating (formulate), 4. fermenting
(develop).

CHAPTER IX
COOPERATION AND CONFLICT

Cooperation and conflict always go hand in hand. Cooperation or


collaboration that occurs in cooperative learning is sometimes accompanied by
conflicts between members. The absence of conflicts within the group may be a
sign of indifference or not caring. Rice growing concern for members of the group
with the purpose of the group the greater the likelihood of conflict. When
managed constructively or guided, the conflict will be a source of creativity,
Pleasure, and reasoning. Meanwhile, if managed destructively, the conflict would
be disastrous, anger, and failure.

Therefore all to ensure that conflicts konstruktif- the teacher must create a
cooperative context in the classroom and at school, teaches students how to
manage intellectual conflicts inherent in group learning through academic
controversy, as well as teach students to own the resolution menegosisasikan
constructive resolution constructive and help resolve conflicts through mediation
of their classmates.

CHAPTER X
EDUCATIONAL COOPERATIVE

The organizational structure of each school reflect school system in which


the structure applied and basic assumptions about how students learn and how

29
they should learn. Team-based structure known as a cooperative school, Which
involves the use of cooperative learning in the classroom, support groups of the
College faculty in the school, school-based decision-making structures or
formulated together, as well as the teachers' board meeting conducted by means of
a cooperative. The core of the cooperative school is a collegial teaching team
which focuses sustainable development of teacher expertise in using cooperative
learning.

Contribute to any team effort is paramount at every level of the modern


organization. No exception to the school, each teacher and student share their
emotion and desire semimiliki berkonstribuso as a team. They must take a
position and defend their views creatively. The first level of the structure of a
cooperative school is starting from classrooms where cooperative learning is used
in most jampelajaran. The second level is creating a cooperative school
cooperative structure by forming teams collegial experience, task forces and ad-
Hok group decision-making in schools.

CHAPTER XI
LEARNING PARADIGM SHIFT

Learning kollaboratif a broader paradigm shift that occurred in the areas of


learning. Long learning paradigm menganngap teacher is the only source of
information that can transfer knowledge to students, Learning where students
compete individually using the monotony of learning resources, teachers are the
experts who can surely teach. While the new learning paradigm is not just a
teacher who becomes a source of learning but can collaborate between teachers
and students. Students have been using a variety of learning resources both peers
and the environment belajaranya, not just teachers become experts who can teach
but students can also become experts in the learning process in the classroom.

30
So on cooperative learning is emphasized to build cooperation among the
students not only the seating arrangement, but also setting sistemati teacher
learning process. With the change of the old paradigm to a new learning paradigm
particularly cooperative learning. Classmates and teachers should be seen as a
collaborator and opened it a barrier to academic and personal success of students.
So should teachers prepare learning situations so that students are able to work
together to maximize the achievement of one another.

31
C. KRITIKAN BUKU

a. Kelebihan Buku
1. Strategi Belajar Mengajar (Drs. Hamdani, M.A.)
1. Tampilan cover nya buku ini memiliki cover yang lumayan bagus dan
menarik
2. Kualitas kertas dan kekuatan buku lumayan untuk di simpan dan digunakan
3. Isi dari buku sangat bagus terdapat starategi – strategi yang dapat di
terapkan bagi calon guru
4. Sub bab dan kata yang di tampilan lumayan baku untuk di gunakan dan
cocok untuk para mahasiswa dan dosen-dosen.

2. Strategi Pembelajaran (Abdul Majid,M.Pd)


1. Tampilan cover bukunya bagus dan dapat menarik peminat pembaca nya
2. Kualitas kertas dan kekuatan buku lumayan kuat untuk di gunakan bertahun
– tahun
3. Isi dari materi buku sangat cocok bagi kalangan calon guru yang terdapat
macam – macam strategi pembelajaran yang lengkap.
4. Sub bab dan katanya yang baca lumayan baku dan cocok di gunakan para
kalangan doseb dan mahasiswa

3. Colabirative Learning (David J. Johnson, dkk)


1. Tampilan cover nya menarik dan menarik minat pembaca
2. Isi dari materi lumayan bagus bauat mengkabolarasikan strategi
pembelajaran untuk bagi calon guru.
3. Kata kata per subbabnya lumayan dapat di mengerti.
4. Memiliki 2 bahasa yang dapat di gunakan semua kalangan

32
b. Kekurangan Buku
1. Strategi Belajar Mengajar (Drs. Hamdani, M.A.)
1. Buku ini hanya cocok untuk kalangan pendidik sehingga sedikit sulit
untu para kalangan non pendidik yang ingin membacanya.
2. Terdapat kata-kata yang salah dalam pengetikan dan pengaturan dalam
spasi kertas ada berbeda jarak
3. Terlalu tebal sehingga orang bosan untuk membacanya

2. Strategi Pembelajaran (Abdul Majid,M.Pd)


1. Buku ini hanya untuk sasaran kalangan pendidikan keguruan jadi bagis
orang yg ingin membacanya pasti akan kesulitan.
2. Terdapat pengulangan kata dari setiap bab
3. Terlalu tebal sehingga banyak orang yang membacanya setengahnya
sajah

3. Colabirative Learning (David J. Johnson, dkk)


1. Buku ini hanya mengenai tentang strategi pembelajaran bagian kalobari
pembelajaran
2. Sepertinya di tujukan kepada yang udah paham strategi baru membaca
buku ini
3. Kata kata dari pengitikan sedikit kekurangan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, Dr., M.A. ( 2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Majid,Abdul,M.Pd.2013 Strategi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rosda
David J. Johnson, dkk, 2010 Colabirative Learning. Bandung. Nusamedia

34
LAMPIRAN

35

Anda mungkin juga menyukai