Anda di halaman 1dari 13

Sesi 3: PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

MIKRO

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang prinsip-


prinsip pembelajaran mikro:
1. Menjelaskan peran dan keterampilan guru dalam kegiatan
pembelajaran mikro
2. Menjelaskan posisi guru sebagai pembelajar
3. Menjelaskan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran
4. Menjelaskan teori pembelajaran dan implikasinya

URAIAN MATERI

A. Peran dan Keterampilan Guru dalam Kegiatan


Pembelajaran Mikro

Keterampilan dalam pembelajaran sangat mengutamakan


langkah-langkah yang diperlukan guru agar peserta didik dapat
belajar, baik bahan ajar yang dirancang maupun yang belum
dirancang. Terapan teknologi pembelajaran merupakan sub-
sistem dari teknologi pendidikan, dengan menempatkan bahwa
teknologi pembelajaran sebagai bahan ajar yang memuat isi;
fakta, konsep, prinsip, prosedur. Isi bahan ajar merupakan suatu
proses yang komplek dan terpadu untuk disajikan dalam kegiatan
pembelajaran. Setiap isi bahan ajar melibatkan; orang, prosedur,
ide, alat, dan organisasi. Ini digunakan untuk menganalisis,
memecahkan masalah, melaksanakan, mengevaluasi dan
mengelola pemecahan masalah dalam situasi kegiatan
pembelajaran secara terkendali untuk mencapai tujuan
pembelajaran (AECT, 1999).
Pemecahan masalah sebagai salah satu komponen sistem
pembelajaran, disusun sebagai fungsi desain, diseleksi,
dimanfaatkan, sehingga menjadi suatu sistem pembelajaran yang
dapat membelajarkan peserta didik kapan dan dimana kegiatan

1
belajar dapat berlangsung sebagai hasil analisis. Proses analisis
dan pemecahan masalah, diidentifikasi sebagai fungsi
pengembangan pembelajaran, sedangkan proses pengarahan
mengacu pada fungsi pengelolaan pembelajaran yang harus
diketahui pendidik sebagai dasar pengutan kompetensi,
khususnya bidang vokasi.
Pendidik sebagai salah satu komponen sistem
pembelajaran berperan sebagai penyimpan dan penyalur isi bahan
ajar yang berlangsung secara tatap muka dengan menggunakan
berbagai media atau sumber belajar dengan memiliki
kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dalam
kegiatan pembelajaran mikro merupakan efek dari teknologi
pembelajaran yang mensyaratkan urutan atau sintaks dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Pertanyaan yang mendasar bagaimana hubungan sistem
pembelajaran dengan peran guru? Jawaban dari pertanyaan ini
terletak pada salah satu komponen sistem pembelajaran
pemecahan masalah yang harus diperoleh peserta didik jika
mengalami masalah belajar dalam isi bahan ajar. Oleh karena itu,
kemampuan berkomunikasi guru dalam pembelajaran merupakan
akibat pengaruh aplikasi tekonologi pembelajaran yang telah
mengalami perubahan, karena dalam pembelajaran menampilkan
atau menggunakan teknologi pembelajaran dalam menyajikan isi
bahan ajar (media, sumber belajar by design).
Miarso (2000) mengemukakan bahwa bila semua
guru/dosen berfungsi sebagai penyaji isi bahan ajar, maka peran
itu akan digantikan oleh media dan alat. Dengan demikian, guru
akan lebih banyak berperan sebagai pembimbing peserta didik
yang berati mengutamakan ajakan dan sentuhan pendidikan yang
manusiawi sehingga tercipta: Ing ngarso sung tulodho, ing madio
mangun karso, tut wuri handayani.
Sentuhan manusiawi dalam pendidikan dapat dilakukan
dengan meningkatkan komunikasi antar manusia/personal atau
antar pendidik dan peserta didik. Sentuhan manusiawi dapat
ditunjukkan dengan memberi keteladanan dalam dimensi
kompetensi pendidik yang sesuai dengan domain pendidikan di
Indonesia, seperti ” Memberi contoh disaat pendidik berada di
depan, mendorong dan memotivasi disaat di tengah, dan
mengikuti dari belakang dengan kearifan dan kebijaksanaan agar
meningkatkan manfaat dan daya guna yang optimal pada diri
peserta didik. Domain pendidikan ada sejak proses pembelajaran

2
diterima sebagai suatu kebutuhan untuk membentuk watak dan
karakteristik peserta didik menjadi pilar utama pendidikan di
Indonesia. Oleh karena itu, perubahan peran dari penyaji isi
bahan ajar menjadi pembimbing, maka tidaklah elok seorang
pendidik tidak memiliki keterampilan berkomunikasi dalam
kegiatan pembelajaran, baik dalam setting kelas maupun luar
kelas.

B. Posisi Guru Sebagai Pembelajar

Pembelajaran sebagai sistem mempunyai beberapa


komponen, seperti Karakteristik peserta didik, Tujuan
pembelajaran, Strategi pembelajaran, Pendidik, media
pembelajaran, Alat evaluasi. Tanpa memperhatikan karakteristik
peserta didik. Posisi pendidik pada kegiatan pembelajaran
sebagai komponen sistem dapat digambarkan sebagai berikut.

Tujuan Isi Bahan Ajar & Pendidik Peserta


Pembelajaran Strategi Didik

Balikan

Gambar 2.1. Pola Pembelajaran A

Pola pembelajaran A merupakan pola pembelajaran yang


sangat tua. Pendidik merupakan satu-satunya sumber belajar dan
pendidik sangat dominan terjadinya belajar peserta didik. Jika
dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik tidak hadir dalam
ruang kelas, maka pembelajaran tidak berlangsung. Pola ini
merupakan pola yang sangat banyak digunakan dan dianggap
pola tertua dalam pembelajaran. Pola merupakan pola
pembelajaran yang sangat sedehana karena proses pemilihan
strategi pembelajaran ditentukan oleh guru/pendidik sehingga
peran peserta didik hanya berfungsi sebagai penerima informasi
dan membuat peserta didik tidak mempunyai peran aktif untuk

3
menyampaikan ide atau gagsan yang dimiliki untuk dijadikan
sebagai isi bahan ajar yang tumbuh selama interaksi di luar kelas.
Pola ini juga, sangat menyederhanakan fungsi profesi pendidik
yang hanya menyajikan isi bahan ajar tanpa memperhatikan
karakteristik peserta didik.

Tujuan
Pembelajaran
Pendidik
Isi Bahan Ajar & Pesert
dan
Strategi a Didik
Media
Karkteristik
Peserta Didik

Balikan

Gambar 2.2. Pola Pembelajaran B

Pola pembelajaran B telah memperhatikan komponen


sistem karakteristik peserta didik, seperti gaya belajar, motivasi
belajar, cita-cita belajar sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran,
sedangkan kedudukan media pembelajaran bersatu dengan
Pendidik. Jadi karakteristik peserta didik dan media pembelajaran
merupakan komponen yang terintegrasi, khususnya media
pembelajaran menjadi kesatuan utuh berlangsungnya
pembelajaran, artinya belajar tidak akan berlangsung jika media
dan pendidik tidak hadir di kelas secara bersama.

Tujuan
Pembelajaran Pendidik
Isi Bahan Ajar Peserta
& Strategi Didik
Karkteristik
Media
Peserta Didik

4
Balikan

Gambar 2.3. Pola Pembelajaran C

Pola pembelajaran C menggambarkan adanya pembagian


tanggungjawab dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik
menggunakan media. Pola pembelajaran C mempunyai
perbedaan yang mendasar dengan pola pembelajaran sebelumnya,
khususnya penggunaan media dalam pembelajaran. Media
pembelajaran pola ini tidak menempatkan secara terintegrasi
media dalam pembelajaran, media boleh ada atau sebaliknya
tetap pembelajaran dapat berlangsung. Media pembelajaran pada
pola ini lebih banyak menggunakan media yang dirancang khusus
untuk sub-pokok bahasan tertentu, sehingga peran pendidik tidak
utama. Artinya pendidik bukan satu-satunya sumber belajar agar
belajar dapat berlangsung. Namun, ada sumber belajar lain bukan
sekedar alat bantu. Akan tetapi media pembelajaran mempunyai
kedudukan yang sama dalam batas-batas tertenu, seperti
penyampaian pesan isi bahan ajar. Perlu diketahui bahwa batas-
batas tertentu yang dimaksud, karena adanya suatu prinsip yang
menyatakan bahwa betapapun sempurnanya media pembelajaran
tidak akan dapat mengganti kedudukan dan peran pendidik secara
sempurna (100%).
Tiga pola pembelajaran yang dikemukakan dapat
dinyatakan bahwa posisi pendidik sangat stategis perannya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. sehubungan dengan itu,
posisi pendidik dalam proses pembelajaran dapat dikemukakan
beberapa kajian yang menjadi pijakan dalam penulisan buku ini.
UURI 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 dan
Permen-RI No.17/2010 pasal 1 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan mendefinisikan bahwa proses
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar. Sunarto (1999) menyatakan bahwa pendidik dan peserta
didik adalah komponen yang berperan aktif dalam sistem
pembelajaran dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

5
Berdasarkan uraian di atas, kegiatan interaksi dalam
pembelajaran merupakan proses kualitas respon yang
dilakukan pendidik kepada peserta didiknya, seperti: (1) respon
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat
mandiri, percaya diri, berkesempatan untuk berhasil dalam
belajar. Pendidik dapat memberik dorongan peserta didik untuk
mengembangkan gagasannya, memberi penilaian secara
obyektif dengan beberapa pengalaman belajar, (2) respon untuk
membantu peserta didik untuk membantu berinteraksi sacara
positif dengan lingkungan belajar sesuai dengan tahapan belajar
yang dimiliki, (3) respon untuk membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan komunikasi dengan cara
mengemukakan pendapat dan pengalaman melalui penggunaan
media, memberikan kesempatan untuk membandingkan antara
pengalaman dan penarikan kesimpulan. Ketiga kegiatan
interaksi tersebut merupakan salah satu kualitas proses
pembelajaran, baik pada respon yang diberikan pendidik yang
diberikan pendidikan.

C. Keterampilan Berkomunikasi Dalam Pembelajaran

Dalam Pembelajaran komunikasi diartikan sebagai upaya


pemberitahuan materi ajar kepada peserta didik berdasarkan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Komunikasi dalam
pembelajaran dipandang sebagai penyampaian gagasan, ide,
pikiran, perasaan yang harus disampaian kepada peserta didik,
dengan tujuan agar peserta didik berpartisipasi aktif untuk
mencapai tujuan pembelajaran menjadi milik bersama antara
komunikator (pemberi pesan/pendidik) dan komunikan (penerima
pesan/peserta didik).
Uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses interaksi harus
didukung oleh komponen utama; pendidik, peserta didik, sumber
belajar yang saling berhubungan secara fungsional. Aristoteles
memandang secara sederhana proses komunikasi berada pada tiga
unsur utama; S-M-R (Source, Message, Reciver) ketiga unsur
tersebut menjadi model komunikasi yang berpengaruh dalam
bidang retorika pembelajaran. Setiap kegiatan ceramah yang
dilakukan Aristoteles setiap pembicara dipandang sebagai
(source), sedangkan pembicaraan yang berhubungan dengan
sesuatu (materi ajar) terkandung unsur pesan (message) yang

6
sampaikan kepada pendengar/peserta didik sebagai penerima
(reciever).
Sebagai penyempurrna model yang telah dikemukakan di
atas, selanjutnya Wilbur Schramm menyebutkan bahwa model
yang dikemukakan Aritoteles dapat ditambahkan yang
berlangsung di dalam kelas atau di luar kelas tanpa mengurangi
substansi yang telah dikemukakan aritoteles, unsur yang maksud
Wilbur adalah S-E-S-D-D (source, encoder, signal, dekoder,
destination). Source dipandang sebagai sumber baik tulis maupun
lisan. Encoder adalah proses pemilihan dan seleksi sistem simbol
atau lambang yang digunakan dalam komunikasi. Signal
dipandang lambang atau simbol yang mampu membawa pesan
dalam bentuk analog atau digital. Destination dipandang sebagai
tempat atau alamat yang dituju dalam proses pembelajaran.
Model lain yang dipandang sengat dekat dengan terapan
tekonologi pembelajaran adalah model S-P-S-P (sumber, pesan,
saluran-penerima).
Model lain yang sangat diperlukan dalam pembelajaran
bidang vokasi Pendidikan Teknik Elektronika adalah S-M-C-R-
E (source/sumber, message/pesan, channel/saluran, receiver
/penerima) dampak atau pengaruh yang dihasilkan. Model ini
menunjukan bahwa suatu sumber pembelajar berasal dari mana
saja dan kapan dapat dihadirkan dalam pembelajaran,
penyampaian pesan berupa materi ajar dengan berbagai tipe isi
(fakta, konsep, prinsip, prosedur). Chanell dipandang sebagai
saluran untuk menyampaikan dan menyimpan materi ajar yang
akan disalurkan melalui berbagai media. Reciver atau penerima
pesan pembelajaran pada daung dan waktu yang telah ditetapkan.
Efek merupakan pengaruh atau akibat dari pengguna semua insur
komunikasi yang dapat dinilai sebagai hasi pembelajaran.

D. Teori Pembelajaran dan Implikasinya

Manusia agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan


baik perlu belajar. Sedangkan untuk dapat belajar secara efektif
dan efesien perlu memanfaatkan aneka sumber belajar. Teknologi
pembelajaran berupaya untuk merancang, mengembangkan, dan
memanfaat aneka sumber belajar sehingga dapat memudahkan
dan memfasilitasi seseorang untuk belajar. Pada gilirannya

7
terbuka kesempatan seseorang untuk belajar sepanjang hayat,
dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, degan cara dan
sumber belajar apa saja yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya. Oleh karena itu, teknologi pendidikan diperlukan
untuk dapat menjangkau peserta didik di mana pun mereka
berada. Selain itu, untuk melayani sejumlah besar dari mereka
yang belum memperoleh kesempatan untuk belajar, memenuhi
kebutuhan belajar untuk dapat mengikuti perkembangan, dan
meningkatkan efesiensi, evektifitas dalam belajar.
Teknologi pendidikan secara konseptual dapat berperan
untuk membelajarkan manusia dengan mengembangkan dan atau
menggunakan aneka sumber belajar, meliputi; sumber daya
manusia, sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya
peluang dan kesempatan, serta dengan meningkatkan efektivitas
dan efesiensi sumber daya pendidikan (Miarso, 2004:701).
Dengan demikian, teknologi pembelajaran berperan dalam upaya
pemecahan masalah pembelajaran dengan cara: 1) memadukan
berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen,
psikologi, rekayasa dan lain-lain secara bersistem; 2)
memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh
dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua
kondisi dan saling berkaitan diantaranya; 3) menggunakan
teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu
memecahkan masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat atau efek
sinergi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur
mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan (Miarso. 2004:
78). Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak
akan mempunyai lebih daripada memecahkan masalah secara
terpisah.
Peranan teknologi pendidikan dalam memecahkan
masalah pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam
perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan, melalui a)
penerapan prosedur pengembangan pembelajaran dalam
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
struktur dan muatan kurikulum , kalender pendidikan, silabus dan
perangkat pembelajaran lain, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP); b) penerapan prosedur pengembangan
pembelajaran dalam menyusun bahan belajar, modul, buku teks,
atau buku elektronik (e-book); c) penerapan metode pembelajaran
yang lebih menekankan kepada penerapan teori-teori belajar
mutakhir , seperti teori belajar konstruktivis dan paradigma baru

8
pendidikan lainnnya; d) mengembangkan dan memanfaatkan
berbagai jenis media yang sesuai dengan kebutuhan dan dengan
mengindahkan prinsip-prinsip pemanfaatannya secara efektif dan
efesien (Purwanto, 2005: 18); dan (e) mengembangkan strategi
pembelajaran untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM).

E. Prinsip Pembelajaran Mikro

Prinsip pembelajaran mikro merupakan ketentuan, kaidah


atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan
pembelajaran mikro. Sesuatu yang telah disepakati sebagai
ketentuan, hukum, atau prinsip, maka ketika aturan itu ditaati
maka akan berdampak positif terhadap proses dan hasil
pembelajaran mikro. Sebaliknya apabila ketentuan, aturan itu
diabaikan atau tidak ditaati, maka pembelajaran mikro sebagai
salah satu pendekatan pembelajaran untuk membina dan
meningkatkan kemampuan mengajar, tidak akan membawa
dampak yang positif.
Adapun prinsip yang menjadi aturan atau ketentuan
dalam penerapan pembelajaran mikro antara adalah sebagai
berikut:
1. Fokus pada penampilan; yaitu yang menjadi sasaran utama
dalam pembelajaran mikro adalah penampilan setiap peserta
yang berlatih. Penampilan dimaksud adalah perilaku atau
tingkah laku peserta (calon guru/ guru) dalam melatihkan
setiap jenis keterampilan mengajarnya. Penampilan biasanya
menunjukkan pada performance seseorang yang secara
konkrit bisa dilihat atau diamati. Misalnya Bu Elly dengan
kesadaran sendiri akan berlatih bagaimana cara membuka
pembelajaran yang dapat menumbuhkan perhatian dan
motivasi belajar siswa. Maka fokus penampilan Bu Elly
hanya pada keterampilan membuka saja, tidak pada aspek-
aspek lainnya.
Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran
mikro yang sudah Anda pelajari di atas, yaitu sebagai
pendekatan untuk melatih kemampuan mengajar dalam skala
yang disederhanakan, misalnya pada penampilan membuka
saja, menutup, memberikan balikan dan penguatan,
penggunaan media dan metoda atau fokus pada jenis-jenis

9
keterampilan yang lain. Dengan demikian fokus perhatian
setiap yang terlibat dalam pembelajaran mikro sepenuhnya
hanya pada penampilan peserta dalam melaksanakan
keterampilan-keterampilan yang dilatihkan, dan bukan pada
unsur kepribadiannya (focus on presentation behavior, not
on personality charactersitics and judgments).
2. Spesifik dan konkrit; seperti dijelaskan di atas, jenis
keterampilan yang dilatihkan harus terpusat pada setiap jenis
keterampilan mengajar yang dilakukan secara bagian demi
bagian. Misalnya berlatih membuka dan menutup
pembelajaran, dilakukan secara tersendiri dan tidak
digabungkan dengan jenis keterampilan mengajar lainnya
dalam waktu yang bersamaan. Selain itu penampilan dalam
membuka atau menutup pembelajaran tersebut bisa
ditekankan pada aspek-aspek yang lebih khusus lagi.
Misalnya bagaimana dalam menyampaikan tujuan ketika
membuka pembelajarannya, bagaimana ketika
mengkondisikan lingkungan belajar, bagaimana cara atau
gayanya, bagaimana vokalnya, dan lain sebagainya.
Penekanan pada hal-hal yang lebih khusus dari setiap
keterampilan yang dilatihkan, itulah makna dari prinsip
”spesifik dan konkrit”.
Cara yang dilakukan seperti itu dalam pembelajaran
mikro, dimaksudkan agar pihak yang berlatih secara optimal
memfokuskan pada jenis keterampilan tersebut. Demikian
pula pihak observer atau supervisor dalam melakukan
pengamatannya secara cermat dan akurat hanya mengamati
perilaku calon guru atau para guru dalam kemampuan
membuka dengan aspek-aspek khusus tadi. Dengan
demikian akan diperoleh gambaran yang konkrit tingkat
kemampuan peserta dalam membuka pembelajarannya.
3. Umpan balik; prinsip berikutnya dari pembelajaran mikro
yaitu umpan balik, yaitu proses memberikan balikan
(komentar, saran, solusi pemecahan, dll) yang didasarkan
pada hasil pengamatan dari penampilan yang telah dilakukan
seorang yang berlatih. Setelah selesai setiap peserta
melakukan proses latihan melalui pembelajaran mikro, pada
saat itu pula dengan segera dilakukan proses umpan balik.
Misalnya melihat hasil rekaman (kalau pada saat latihan
direkam/video) atau penyajian dari pihak observer atau
supervisor memberikan komentar terhadap penampilan yang

10
telah dilakukan oleh peserta. Setelah melihat rekaman atau
memperhatikan beberapa komentar, kemudian
ditindaklanjuti dengan kegiatan diskusi dan refleksi untuk
memberikan saran atau pemecahan yang harus dilakukan
untuk diperbaiki dalam penampilan berikutnya.
Salah satu tip yang harus menjadi konsensus bersama
(peserta yang berlatih, observer, supervisor) yaitu ketika
memberikan umpan balik (komentar, saran, solusi
pemecahan yang diajukan) harus didasarkan pada niat baik
untuk saling melengkapi. Observer atau supervisor ketika
memberikan komentar bukan untuk ”menjelekkan” peserta,
tetapi saling melengkapi untuk kebaikan bersama. Demikian
pula sebaliknya bagi pihak yang berlatih (calon guru / guru)
ketika komentar disampaikan (positif atau negatif) sebaiknya
berlapang dada untuk menerima demi kebaikan dan
peningkatan profesionalitas.
4. Keseimbangan; prinsip ini terkait dengan prisnisp
sebelumnya yaitu ”umpan balik”, maksudnya ketika
observer atau supervisor menyampaikan komentar, saran,
atau kritik terhadap penampilan peserta yang berlatih (calon
guru / guru) tidak hanya menyoroti kekurangan atau
kelemahannya saja dari peserta yang berlatih tersebut. Akan
tetapi harus dikemukakan pula kelebihan-kelebihan dari
penampilan yang telah dimilikinya. Dengan demikian pihak
yang berlatih dapat memperoleh masukan yang berharga
baik dari sisi kelebihan maupun kekurangannya. Informasi
melalui umpan balik yang disampaikan dengan jujur,
transparan dan akuntabel dan seimbang, diharapkan akan
menjadi motivasi untuk memelihara dan meningkatkan
kelebihannya dan memperbaiki terhadap kekurangannya.
5. Ketuntasan; adalah kemampuan yang maksimal terhadap
keterampilan yang dipelajarinya. Apabila dari satu atau dua
kali latihan ternyata berdasarkan kesepakatan bersama masih
ada yang harus diperbaiki dal menerapkan jenis
keterampilan tertentu, maka semua pihak harus membantu
(memfasilitasi) latihan ulang sehingga diperoleh kemampuan
yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan (tuntas).
Tidak ada batasan yang menentukan harus berapa kali
latihan untuk setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Ini
artinya jika dengan satu kali latihan sudah dianggap cukup
baik atau terampil dan profesional (tuntas), maka tidak perlu

11
mengulang lagi melatih jenis keterampilan yang sama,
tinggal beralih pada jenis keterampilan lainnya. Akan tetapi
sebaliknya jika dengan dua kali kesempatan berlatih masih
dianggap belum cukup menguasai, lakukan berlatih ulang
sampai mencapai hasil yang memuaskan (tuntas). Kalau
menurut konsep ”mastery learning”, seseorang telah
dianggap menguasai secara tuntas, apabila telah memperoleh
kemampuan dia atas 75 %.
6. Maju berkelanjutan; yaitu siapapun yang berlatih dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro, ia harus mau
belajar secara terus menerus, tanpa ada batasnya (life long of
education). Ilmu pengetahuan dan teknologi terus
berkembang, demikian pula pengetahuan tentang keguruan
dan pembelajaran, setiap saat mengalami perkembangan
baik kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu ketika
seseorang telah terampil menguasai satu model atau jenis
keterampilan yang dilatihkan, tidak berarti segalanya
dianggap sudah selesai, akan tetapi masih banyak tantangan
lain yang harus dipelajari, dilatihkan dan dikuasai. Inilah
makna dari prinsip maju berkelanjutan, yaitu keinginan
untuk terus memperbaiki dan meningkatkan diri.
Keinginan untuk maju harus tumbuh dari setiap yang
memegang profesi, dengan keinginan untuk maju maka
selalu terdorong (motivasi) untuk belajar berlatih, bertanya,
mencari berbagai sumber informasi. Menurut Mohamad
Surya yang harus ditanamkan dalam pendidikan keguruan
antara yaitu ”apresiasi yang berkesinambungan terhadap
jabatan guru dan guru-guru serta pihak lainnya yang diakui
sebagai sumber pembelajaran” (2008).
Ungkapan yang disampaikan oleh Mohamad Surya
sejalan dengan prinsip ”maju berkelanjutan” Dengan prinsip
tersebut, setiap peserta yang akan berlatih tidak akan
dihinggapi kebosanan, tetapi selalu berupaya, belajar dan
belajar untuk meningkatkan profesionalitasnya.

RANGKUMAN

12
1. Pembelajaran sebagai bahan ajar yang memuat isi; fakta, konsep,
prinsip, prosedur.
2. Pembelajaran sebagai sistem mempunyai beberapa komponen,
seperti karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, strategi
pembelajaran, pendidik, media pembelajaran, alat evaluasi.
3. Teknologi pendidikan secara konseptual dapat berperan untuk
membelajarkan manusia dengan mengembangkan dan atau
menggunakan aneka sumber belajar, meliputi; sumber daya
manusia, sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya
peluang dan kesempatan, serta dengan meningkatkan efektivitas
dan efesiensi sumber daya pendidikan.

TUGAS

Bentuklah kelompok maksimal 5 orang, kemudian buatlah video


pembelajaran mikro!

TES FORMATIF

1. Bagaimanah hubungan sistem pembelajaran dengan peran guru?


2. Jelaskan dan gambarkan posisi peserta didik pada kegiatan
pembelajaran ?

13

Anda mungkin juga menyukai