Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CONFORMITY,COMPLIANCE DAN OBEDIENCE

Mata Kuliah : PSIKOLOGI SOSIAL

Dosen Pengampu : Utami Nurhafsari Putri, S.Psi, M.Psi.,Psikolog

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
BK Reguler C 2019
Nurul Lisya 1191151011
Sekar Sari 1191151013
Lidya Munawarah Siregar 1193151026
Latifah Janna Arasy 1193351028
Muhammad Luvvi Rangkuti 1193351032
Dinul Akbar Pinem 1193351035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa ta’ala.


Karena atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu . Tak
lupa pula kami panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial
berjudul Conformity, Comliance dan Obedience. Dalam penyelesaian makalah ini, kami
mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Utami Nurhafsari Putri, S.Psi, M.Psi.,Psikolog selaku dosen mata kuliah Psikologi
Sosial.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Pada akhirnya , kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan
makalah ini di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konformitas ( conformity ) ................................................................................. 2

2.2 Pemenuhan ( compliance )................................................................................... 3

2.3 Kepatuhan ( obedience )....................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 11

3.2 Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan individu merupakan makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dari
pengaruh sosial yang mempengaruhi bagaimana individu tersebut berperilaku terhadap
lingkungannya. Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap , kepercayaan, persepsi
ataupun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya.
Contoh pengaruh sosial adalah perkelahian pelajar yang termasuk dalam komformitas.
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan
tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial ( Baron,Byne dan Branscombe, 2008 dalam
Sarwono & Meinarno 2009 ). Selain itu dalam pengaruh sosial juga terdapat compliance yaitu
bagaimana teknik agar orang lain mengikuti permintaan yang kita ajukan serta Obedience
( kepatuhan ) dimana individu berperilaku karena peraturan memiliki kekuatan yang kuat.
Individu melakukan tingkah laku tersebut berdasarkan keputusan antara kebutuhan
dan keinginan dengan tuntutan atau keadaan sosial agar dapar bertahan hidup serta
melakukan penyesuaian diri terhadap peraturan sehingga bisa diterima dalam lingkungan
sosialnya. Berikut dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konformitas
( conformity ) , pemenuhan ( compliance ) dan kepatuhan ( obedience ).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konformitas ( conformity ) ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemenuhan ( compliance ) ?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kepatuhan ( obedience ) ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai konformitas
( conformity ).
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai pemenuhan
( compliance ).
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai kepatuhan ( obedience )

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konformitas ( conformity )

Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap
dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron dkk., 2008). Misal ketika
seseorang berada dalam suatu kelompok, ia akan cenderung mengikuti norma sosial yang
berlaku dalam kelompok tersebut. Norma sosial merupakan aturan yang mengatur bagaimana
individu berperilaku. (Sarwono dan Meinarno, 2009). Norma sosial ada dua yaitu injuctive
norms dan descriptive norms. Injuctive norms dinyatakan secara tegas , tertulis dan memiliki
sanksi apabila tidak dilakukan. Sedangkan Descriptive norms tidak dinyatakan secara tegas
dan tertulis.

Menurut Myers (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) konformitas terdiri dari dua
jenis yaitu :

a. Konformitas Compliance : individu berperilaku berdasarkan tekanan dalam kelompok.


Meski sebenarnya hal itu bertentangan dengan keinginan individu. Hal ini dimaksudkaan agar
individu diterima dalam kelompok serta mennghindari penolakan.

b. Konformitas Acceptance : Ada tingkah laku dan keyakinan individu berdasar pada tekanan
kelompok yang diterimanya. Konformitas terjadi karena kelompok memiliki informasi sangat
penting yang tidak miliki individu.

Alasan seseorang melakukan konformitas yaitu:

1. Ketika keputusan sudah dibuat atau pokok bahasan yang dibicarakan dirasa tidak
kompeten.
2. Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam grup kohesif
(merasa/mengikat), unanimous (suara bulat/kesepakatan) mempunyai status sosial yang
tinggi.

2
Tidak semua individu melakukan konformitas terhadap norma kelompok, ada faktor-
faktor tertentu yang menentukan sejauh mana individu melakukan konformitas atau justru
malah menolaknya ( Baron, Branscombe , dan Byrne, 2008 dalam Saworno & Meinarno,
2009 ) menjelaskan tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya konformitas , yaitu :

1. Kohesivitas kelompok adalah sejauh mana kita tertarik terhadap suatu


kelompok sosial tertentu dan ingin menjadi bagian dari kelompok sosial tersebut.
2. Besar kelompok menunjukkan berapa banyak orang yang berperilaku dengan
norma tertentu yang ada dalam kelompok sehingga semakin banyak yang mau
mengikutinya.
3. Norma yang bersifat injuctive cenderung di abaikan sedangkan norma yang
bersifat descriptive cenderung diikuti.

Menurut David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau (1985) hal yang
mempengaruhi adanya konformitas adalah :

a. Kurangnya Informasi.
b. Kepercayaan terhadap kelompok.
c. Kepercayaan diri yang lemah.
d. Rasa takut terhadap celaan sosial.
e. Rasa takut terhadap penyimpangan.
f. Kekompakan kelompok.
g. Kesepakatan kelompok.
h. Ukuran kelompok.
i. Keterikatan pada penilaian bebas.
j. Keterikatan terhadap Non-Konformitas

2.2 Pemenuhan ( compliance )

Compliance (ketundukan memenuhi permintaan orang lain) didefinisikan sebagi


melakukan apa-apa yang diminta orang lain, walau mungkin kita tidak suka (Taylor, Peplau,

3
Sears, 2009). Hal utama dari compliance adalah kemauan kita untuk merespon permintaan
orang lain, misalnya ketika kita sedang berjalan disebuah mall dan ada seseorang yang
menawarkan anda selebaran promosi suatu produk, biasanya meskipun anda tidak menginkan
membeli produk tersebut anda akan tetap mengambil brosur yang ditawarkan. Atau bisa jadi
ketika orang tersebut menawarkan potongan harga, kita akan tertarik untuk membeli pruduk
itu karena kita berfikir kita akan mendapat keuntungan dari potongan harga tersebut. Dalam
kasus ini terkadang kita memenuhi permintaan begitu saja, tanpa ada sebabnya.

Compliance memiliki berbagai prinsip dasar yang di utarakan oleh beberapa ahli,
seperti French dan Bertman Raven serta Robert C. Cialdini. French dan Raven membagi
prinsip dasar compliance dalam enam dasar kekuasaan yaitu (Frence & Raven, 1959 dalam
Taylor, Peplau, Sears, 2009):

1.   Imbalan,Salah satu basis kemampuan adalah kemampuan untuk memberi hasil positif
bagi orang lain, memberi hasil positif disini dapat berarti membantu orang lain mendapatkan
tujuan yang diinginkan atau menawarkan imbalan yang bermanfaat.Misalnya, orang tua yang
menjanjikan hadiah kepada anaknya jika anak tersebut dapat meraih peringkat pertama di
kelasnya.

2.   Koersi atau pemakasaan , dapat berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau
tanda ketidaksetujuan. Misanya ketika seorang mahasiswa yang seharusnya mengikuti
kegitan perkuliahan dengan serius malah menggunakan telephone genggam di kelas ketika
perkuliahan berlangsung, lalu dosennya mengancam akan mengambil telephone genggam
mahasiswa tersebut.

3.  Keahlian, pengetahuan khusus, training, dan keterampilan juga dapat menjadi sumber
kekuasaan. Hal ini didasari karena kita akan lebih mengikuti saran dari ahli daripada bukan
dari ahlinya,Misalnya, seorang bapak yang lebih menengarkan perkataan dokter daripada
perkataan anaknya untuk sesering mungkin istirahat agar kesehatannya segera pulih.

4. Informasi,Usaha mempengaruhi orang lain dengan memberi mereka informasi atau


argument yang logis tentang tindakan yang seharusnya mereka lakukan. Kekuatan informasi
juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan compliance, meskipun yang
mengutarakan informasi tersebut bukanlah seorang yang ahli.Misalnya, ketika seseorang

4
mengajak temannya untuk mengikuti seminar dan mengatakan bahwa salah satu pembicarnya
adalah penulis buku yang disukai temanannya.

5.Kekuasaan rujukan,Kekuasaan ini eksis ketika kita mengidentifikasi atau ingin menjalin
hubungan dengan kelompok atau orang lain. Dalam sebuah kelompok, kecendrungan
seseorang untuk dapat diterima dalam kelompok tersebut dapat menimbulkan
compliance.Misalnya, anggota-anggota yang ada dalam sebuah kelompok pertemanan akan
mengikuti apa yang diinginkan oleh kelompok tersebut.

6. Otoritas yang sah, norma sosial yang mengizinkan orang yang berkuasa untuk mengajukan
permintaan.Misalnya, ketua kelompok kepanitiaan memiliki kekuasaan untuk membagi tugas
pada anggota-anggotanya. Selain enam dasar kekuasaan yang diatas.

Sedangkan menurut Robert C. Cialdini dalam compliance dipengaruhi oleh prinsip


dasar, yaitu (Cialdini, 1995, 2006 dalam Saworno & Meinarno, 2012):

1.    Pertemanan atau rasa suka, kecenderungan untuk lebih mudah memenuhi  permintaan


teman atau orang yang kita sukai daripada orang yang belum dikenal atau dibenci. Misalnya,
seorang anak yang memuji ibunya agar ibunya menyukainya dan mau menuruti
keinginannya.

2.    Komitmen dan konsisten, akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan akan suatu hal
yang konsisten ketika kita berada dalam suatu posisi atau tindakan.

Misalnya seseorang yang merasa sebagai bangsa Indonesia dan merasa memiliki sifat
nasionalisme yang kuat maka ia akan memasang bendera merah-putih di halaman rumahnya
atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

3.    Kelangkaan, kecendrungan untuk menghargai dan mengamankan objek yang langka atau
berkurang ketersediaannya yang memicu untuk memenuhi permintaan yang menekan
kelangkaan daripada yang tidak.

Misalnya, seorang penjual mengatakan kepada pembeli bahwa barang yang ia jual adalah
barang-barang yang langka dan sulit ditemukan sehingga hanya beberapa orang yang

5
mungkin memilikinya dan membuat pembeli tersebut ingin membeli barang yang dijual oleh
penjual tersebut.

4.    Timbal-balik, akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan dari seseorang yang yang
sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Misalnya, seseorang yang menerima
orang lain sebagai karyawan di perusahaannya karena pernah dibantu oleh orang tersebut dan
merasa harus membalas budi.

5.    Validasi sosial, keinginan untuk bertingkah laku benar dengan cara bertingkah laku dan
berfikir seperti orang lain. Misalnya, dalam suatu kelompok pertemanan ada salah beberapa
anggota yang mengatakan bahwa memakai baju berkerah itu adalah hal yang aneh dan
anggota yang lain ikut untuk berfikir demikian.

6.    Otoritas, akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan orang lain yang memiliki
otoritas atau yang setidaknya tampak memiliki otoritas. Misalnya, seseorang mahasiswa yang
duduk didekat pintu yang terbuka, akan menuruti perintah dari dosennya untuk menutup
pintu daripada perintah yang sama dari temannya sesame mahasiswa.

 Beberapa riset telah meneliti teknik-teknik spesifik dari compliance, seperti (Taylor,
Peplau, Sears, 2009):

1.    Tenik Foot-in-the-Door

   Salah satu cara untuk membuat seseorang tunduk adalah dengan mengajukan
permintaan kecil pada awalnya, lalu mengajukan permintaan besar setelahnya. Studi klasik
yang dilakukan oleh Freedman dan Fraser (1966 dalam Taylor, Peplau, Sears, 2009) telah
menunjukan efek ini. Dalam efektivitas teknik ini, berperan beberapa proses psikologi seperti
persepsi diri dan keinginan untuk dianggap sebagai seorang yang konsisten (Guadano, Asher,
Demaide, & Cialdini, 2001 dalam Taylor, Peplau, Sears, 2009).

Misalnya : Ketika seseorang meminta temannya untuk datang ke rumahnya, dan ketika
temannya tiba di rumahnya ia meminta agar temannya membantunya untuk menyelesaikan
pekerjaan rumah.

2.    Teknik Door-in-the-Face

6
 Dalam teknik ini, seseorang mengajukan permintaan yang besar dan kemudian
mengajukan permintaan yang kecil. Studi yang dilakukan oleh Cialdini et al (1975 dalam
Taylor, Peplau, Sears, 2009) membuktikan keefektivan teknik ini. Tenik ini biasa ditemukan
dalam kegiatan tawar-menawar.

Misalnya, seorang pedagang menjual barang seharga Rp 10.000 dan kemudian pembeli
menawarnya menjadi Rp 8.000, padahal penjual sengaja memberikan harga Rp 10.000
kepada pembeli tersebut agar dia mendapatkan uang Rp 8.000 seperti yang sebenarnya ia
inginkan.

3.    Teknik Low-Ball

Dengan teknik ini awalnya mendapatkan persetujuan dengan permintaan yang tidak
memiliki informasi lengkap, dan kemudian memberikan informasi yang lengkap setelahnya.
Teknik ini tampaknya sukses karena begitu seseorang telah membuat komitmen public untuk
melakukan suatu tindakan, dia akan enggan untuk menarik komitmennya (Burger &
Cornelius, 2003 dalam Taylor, Peplau, Sears, 2009).

Misalnya : ketika seorang mahasiswa meminta kepada temannya sesama mahasiswa untuk
mengadakan rapat angkatan di kampus, tetapi dia tidak diberi tahu bahwa dalam rapat
tersebut mahasiswa yang datang diminta untuk wajib membayar uang kas. Kemungkinan
besar jumlah mahasiswa yang ikut rapat tersebut akan lebih banyak jika tidak diberikan
informasi lengkap mengenai pembayaran wajib uang kas.

4.    Teknik That’s-Not-All

Yang dimaksud dengan teknik ini adalah memberikan kesepakatan dan kemudian
menaikan tawaran. Eksperimen yang dilakukan oleh Burger (1986 dalam Taylor, Peplau,
Sears, 2009) menunjukan efektivitas teknik ini.Misalnya, seorang sales di supermarket
menawarkan pan happy call kepada salah satu pengunjung mall tersebut dan ketika
pengunjung tersebut sedang berfikir apakah ingin membeli atau tidak, sales tersebut
mengatakan bahwa jika pengunjung itu membeli pan happy call tersebut maka ia akan
mendapatkan hadiah berupa buku resep masakan. Padahal buku tersebut sudah termasuk
kedalam pembayaran pembelian pan happy call itu.

7
5.    Teknik Pique Permintaan

Yang tidak lazim dan dapat menarik perhatian adalah inti dari teknik ini, karena
kadang orang akan menolak permintaan tanpa berfikir panjang terlebih dahulu maka untuk
meminimalisir hal tersebut permintaan yang diajukan harus dapat menarik perhatian orang
lain.

Misalnya : seorang pejalan kaki mengabaikan atau menolak langsung permintaan seorang
peminta-minta karena merasa jengkel, tetapi ketika di hari berikutnya peminta-minta tersebut
membuat tulisan “berikan saya 100 perak dan saya akan kenyang” maka tulisan tersebut akan
menarik perhatian pejalan kaki dan memungkinkan ia untuk memenuhi permintaan peminta-
minta itu.

2.3 Kepatuhan ( obedience )

Obdience merupakan salah satu jenis pengaruh social, di mana seseorang menaati dan
mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur
power (Baron, Branscombe, dan Bryrne, 2008) Aspek lain dari pengaruh social adalah
kepatuhan (obedience), keadaan di mana seseorang pada posisi yang berkuasa cukup
mengatakan atau memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu dan mereka
melakukannya. Kepatuhan lebih jarang terjadi dari conformitas ataupun kesepakatan, karena
bahkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dan dapat menggunakannya seringkali lebih
memilih menggunakan pengaruhnya melalui (velvet glove) melalui permintaan dan bukannya
perintah langsung. Seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan
tingkah laku tertentu karena adanya unsur power.

  Empat penyebab obedience menurut Baron, Branscombe, dan Byrne (2008) :

1. Melepas tanggung jawab pribadi,Artinya individu menilai bahwa tanggung jawab ada pada
orang yang memerintahkannya, bukan dirinya pribadi, Misalnya atasannya yang dianggap
menanggung semua tanggung jawab

8
2.  Individu yang memberi perintah menggunakan simbol-simbol, seperti rencana, seragam,
dan yang lainnya untuk mengingatkan orang yang diperintah akan kekuasaan serta peran
yang diemban.

3. Hal-hal yang terjadi secara gradual, yaitu perintah yang dimulai dari hal kecil kemudian
meningkat menjadi lebih besar.

4. Proses yang terjadi sangat cepat sehingga individu tidak bisa merefleksikan dan berpikir
secara mendalam tindakan yang mestinya ia lakukan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Obedience :

1.  Jenis kelamin,dalam hubungannya dengan perintah dan tingkat otoritas orang yang
memerintah. Untuk hal-hal yang mengerikan, wanita lebih tidak patuh karena merasa ngeri
melihat dan mendengarkan korban,maka dalam penelitian Milgram, wanita cenderung lebih
menolak perintah.

2. Tingkat otoritas,Pengaruh terhadap kepatuhan dapat dilihat dalam kehidupan seharihari.


Orang diperintah atasan akan lebih patuh dibandingkan yang memerintah adalah teman yang
setingkat. Perlu ditambahkan bahwa semakin tinggi status dari figure yang mempunyai
otoritas serta adanya keyakinan bahwa yang bertanggung jawab terhadap perilaku
kepatuhannya itu adalah sumber otoritas maka orang akan semakin patuh untuk bertingkah
laku ( misal: dosen - mahasiswa).

3. Seseorang akan menjadi penurut apabila dirasakan meningkatnya situasi yang menuntut
kepatuhan (contoh : dalam ujian ).

4. Terbatasnya peluang untuk tidak patuh. Individu yg mematuhi perintah yg merusak,


menyakiti, dan menghancurkan orang lain ketika berada dlm situasi diperintahkan untuk
melakukannya disebut destructive obedience.

Kepatuhan yang merusak berarti tindakan yang berdasarkan kepatuhan itu


membahayakan orang lain atau dirinya sendiri. Penyebab kepatuhan yang merusak yaitu:

9
1. Orang-orang yang berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari tanggung jawab
atas tindakan mereka. “saya hanya menjalankan perintah”, seringkali dijadikan alasan bila
sesuatu yang buruk terjadi.

2. Orang-orang yang berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang
menunjukkan status mereka. Hal ini menimbulkan norma “Patuhilah orang yang memegang
kendali”. Norma ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan dengannya, sebagian
besar orang merasa sulit untuk tidak mematuhinya.

3. Adanya perintah bertahap dari figure otoritas. Perintah awal mungkin saja meminta
tindakan yang ringan baru selanjutnya perintah untuk melakukan tindakan yang berbahaya.

4.      Situasi yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini
menyebabkan kecenderungan meningkatnya kepatuhan.

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepatuhan yang merusak :

1.Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure otoritas dapat diingatkan bahwa
merekalah yang akan bertanggung jawab atas kerusakan apapun yang dihasilkan— bukan
pihak otoritas.

2. Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik tertentu, maka benar-benar mematuhi
perintah yang merusak adalah tidak layak.

3. Individu dapat lebih mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka mempertanyakan
keahlian dan motif dari figure-figur tersebut.

4. Cukup dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat
memerintahkan kepatuhan buta bisa membantu melawan pengaruh itu sendiri. Hal ini bisa
dicegah dengan diingatkan bahwa ia sendiri mengemban tanggung jawab, individu harus
diberi tahu secara jelas bahwa perintah-perintah yang dekskrutif tidak diperbolehkan, dan
juga individu perlu meninjau ulang motif dari atasannya.

10
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya pengaruh sosial sangat berpengaruh terhadap diri individu dan dapat
membuat individu mengubah suatu sikap, kepercayaan, persepsi atau pun tingkah lakunya
agar dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Masyarakat dapat terbentuk dengan tatanan
sosial yang teratur karena kecendrungan manusia untuk mengikuti norma-norma yang
berlaku di lingkungan sosialnya, hal ini merupakan dampak positif karena adanya pengaruh
sosial dalam masyarakat. Terdapat tiga tipe dalam pengaruh sosial yaitu, konformitas
( conformity ) , pemenuhan ( compliance ) dan kepatuhan ( obedience ).

Konformitas adalah suatu bentuk dari pengaruh sosial diman individu mengubah
sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma norma sosial. Salah satu alasan mengapa
individu mengikuti norma sosial yang ada di masyarakat adalah karena individu tersebut
ingin dapat bertahan hidup dengan cara mendapatkan penerimaan dari lingkungan sosialnya.
Konformitas juga dipengaruhi oleh kultur, karena perbedaan kultur dapat memberikan makna
yang berbeda terhadap konformitas, sehingga kultur seseorang dapat mempengaruhi tindakan
konformitas pada diri individu tersebut.
Compliance ( ketundukan memenuhi permintaan orang lain) didefinisikan sebagi
melakukan apa-apa yang diminta orang lain, walau mungkin kita tidak suka (Taylor, Peplau,
Sears, 2009). Aspek lain dari pengaruh social adalah kepatuhan (obedience), keadaan di mana

11
seseorang pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang lain
untuk melakukan sesuatu dan mereka melakukannya.

3.2 Saran
Dalam kehidupan , seorang individu tidak bisa terlepas dari pengaruh sosial yang
mempengaruhi bagaimana dirinya tersebut berperilaku terhadap lingkungannya. Oleh karena
itu seorang individu perlu melakukan penyesuaian diri terhadap peraturan sosial dalam
bermasyarakat sehingga bisa diterima dalam lingkungan sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, W.Sarlito,Meinamo, A.Eko.2009.Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.

Shelley. Peplau, A., Letitia. dan Sears, O., David. 2009. Psikologi Sosial edisi kedua belas.
Jakarta: Kencana

Suryanto, dkk. Pengantar Psikologi Sosial. 2012. Surabaya : Pusat Penerbitan dan
Percetakan Universitas Airlangga

12

Anda mungkin juga menyukai