Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

PATOLOGI SOSIAL MUHAMMAD HAFIDZ RIDHO M.A

SEJARAH PATOLOGI SOSIAL

Oleh
Kelompok 1
Herlinda 180104020213
Muhammad Ajrun Karim 180104020211
Nur Annisa Tafwida 180104020308

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang sejarah
patologi sosial meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah Patologi Sosial yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri dan maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Banjarmasin, 07 Oktober 2000

PENYUSUN
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Sejarah Patologi Sosial.........................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Patologi berasal dari kata  pathos, yaitu penderitaan atau penyakit,
sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, patologi berarti ilmu tentang penyakit.
Oleh karena itu, pengertian patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala
sosial yang dianggap “sakit”, disebabkan oleh faktor sosial atau ilmu tentang
asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakikat
adanya manusia dalam hidup masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Kartini Kartono bahwa patologi sosial adalah semua
tingkah laku yang bertentangan dengan  norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas keluarga, hidup rukun
bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.
Masalah sosial ini merupakan salah satu masalah yang mengganggu
keharmonisan serta keutuhan di berbagai nilai dan kebutuhan dasar kehidupan
sosial. Dalam realitasnya, masalah sosial sekarang ini sudah merusak
nilainilai moral (etik), susila, dan luhur religius, serta beberapa aspek dasar
yang terkandung di dalamnya; juga norma-norma hukum yang hidup dan
tumbuh di dalamnya, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis. Di samping
nilai-nilai dasar kehidupan sosial, kebutuhan dasar kehidupan sosial juga
tidak luput dari gangguan masalah sosial.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Sejarah Patologi Sosial ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Patologi Sosial


Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah dan menyembah kepadaNya.
Dalam pandangan Islam patologi sosial bukan barang baru, tapi patologi
sosial ada semenjak nabi Adam kaluar dari surga dan hidup di muka bumi ini,
kemudian penyimpangan sosial berikutnya diikuti oleh anak-anaknya nabi
Adam yaitu Habil dan Qobil yang saling bunuh karena masalah perempuan.

Oleh karna itu, Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang
berkembang sangat pesat sehingga melahirkan masyarakat modern yang serba
kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi,
industrialisasi, urbanisasi, dan lain-lain.1 Hal ini di samping mampu
memberikan berbagai alternatif kemudahan bagi kehidupan manusia, juga
dapat menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada manusia dan
kemanusiaan itu sendiri yang biasa disebut masalah sosial.

Adanya revolusi industri menunjukkan betapa cepatnya perkembangan


ilmu-ilmu alam dan eksakta, namun tidak seimbang dengan berkembangnya
ilmu-ilmu sosial sehingga menimbulkan berbagai kesulitan yang nyaris dapat
menghancurkan umat manusia. Misalnya, pemakaian mesin-mesin industri di
pabrik-pabrik mengubah cara bekerja manusia yang dahulu memakai banyak
tenaga manusia. Karena pemakaian tenaga kerja manusia diperkecil, terjadi
pemecatan buruh sehingga pengangguran meningkat (terutama tenaga kerja
yang tidak terampil). Penduduk desa yang tidak terampil di bidang industri
mengalir ke kota-kota industri. Jumlah pengangguran di kota semakin besar
karena ada kecenderungan pengusaha lebih menyukai tenaga kerja wanita dan
anak-anak (karena upah yang lebih murah).

1
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. v.

3
Pada akhirnya, keadaan ini semakin menambah banyaknya masalah
kemasyarakatan (social problem). Masalah tersebut umumnya berkaitan
dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kesulitan beradaptasi dengan
perubahan ini menyebabkan kebingungan dan kecemasan, dan dapat memicu
konflik, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hal tersebut membuat
manusia melakukan pola tingkah laku yang menyimpang dari pola yang
umum, melakukan apa pun demi kepentingannya sendiri, bahkan cenderung
dapat merugikan orang lain.

Sejarah telah mencatat bahwa orang menyebut suatu peristiwa sebagai


penyakit sosial murni dengan ukuran moralistis sehingga segala hal yang
merupakan penyakit sosial, seperti kemiskinan, pelacuran, alkoholisme,
perjudian, dan sebagainya harus segera dihilangkan di muka bumi. Kemudian
pada awal abad 19-an sampai awal abad 20-an, para sosiolog mendefinisikan
patologi sosial dan masalah sosial dengan sedikit berbeda2.

Masalahnya adalah kapan kita berhak menyebutkan peristiwa itu sebagai


gejala patologis atau sebagai masalah sosial?

Menurut Kartini Kartono, orang yang dianggap kompeten dalam menilai


tingkah laku orang lain adalah pejabat, politisi, pengacara, hakim, polisi,
dokter, rohaniawan, serta kaum ilmuwan.

Sekalipun adakalanya mereka membuat kekeliruan dalam membuat


analisis dan penilaian tehadap gejala social, tetapi pada umumnya mereka
dianggap mempunyai peranan menentukan dalam memastikan baik buruknya
pola tingkah laku masyarakat. Mereka juga berhak menunjuk aspek-aspek
kehidupan social yang harus atau perlu diubah dan diperbaiki.

Ada orang yang berpendapat bahwa pertmbangan nilai (value, judgement,


mengenai baik dan buruk) sebenarnya bertentangan dengan ilmu pengetahuan
yang objektif sebab penilaian itu sifatnya sangat subjektif. Karena itu, ilmu
pengetahuan murni harus meninggalkan generalisasi-generalisasi etis dan

2
Ibid, hlm. 2

4
penilaian etis (susila, baik dan buruk). Sebaliknya kelompok lain berpendapat
bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan kaum ilmuan tidak
mungkin tidak menggunakan pertimbnagan nilai sebab opini mereka selalu
saja merupakan keputusan yang dimuati dengan penilaian-penilaian tertentu.

Untuk menjawab dua pendirian yang kontroversial tersebut, kita dapat


meninjau kembali masalah ini secara mendalam dari beberapa point yang
disebutkan oleh Kartini Kartono dalam bukunya yang berjuduk Patologi
social, sebagai berikut:

1. ilmu pongetahuan itu sendiri selalu mengandung nilai-nilai


tertentu. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan menyangkut
masalah mempertanyakan dan memecahkan lesulitan hidup secara
sistematis selalu dengan jalan menggunakan metode dan teknik-
teknik yang berguna dan bernilai. Disebut bernilai karena dapat
memenuhi kebutuhan manusiawi yang universal ini, baik yang
individual maupun social sifatnya, selalu diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang bernilai.
2. ada keyakinan etis pada diri manusia bahwa penggunaan teknologi
dan ilmu pengetahuan modern untuk menguasai alam
(kosmos,jagad) sangatlah diperlukan demi kesejahteraan dan
pemuasan kebutuhan hidup pada umumnya. Jadi ilmu pengetahuan
dengan sendirinya memiliki system nilai. Lagi pula kaum ilmuan
selalu saja memilih dan mengembangkan usaha/aktivitas yang
menyangkut kepentingan orang banyak. jadi memilih masalah dan
usaha yang mempunyai nilai praktis.
3. falsafah yuang demokratis sebagaimana tercantum dalam pancasila
menyatakan bahwa baik individu maupun kelompok dalam
masyarakat Indonesia, pasti mampu memformulasikan serta
menentukan system nilai masing-masing dan sanggup menentukan
tujuan serta sasaran yang bernilai bagi hidupnya.

5
Seperti apa yang dikatakan george lundberg salah seoreang tokoh sosiolog
yang dianggap dominan terhadap aliran neo-positivisme dalam sosiologi
menyatakan bahwa ilmu peneteahuan itu bersifat otoriter, karena itu ilmu
pengetahuan mengandung dan harus memilki moralitas ilmiah atau hukum
moral yang conform dan seimbang dengan hokum alam. Dan diperkuat oleh
C.C. North, seorang sosiolog lain dalam bukunya Soial Problems and Social
Planning, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran
hidup yang bernilai bagi satu kebudayaan atau satu masyarakat, harus
disertakan etik social guna menentukan cara pencapaian sasaran tadi. Jadi,
cara atau metode pencapaian itu secara etis-susila harus bisa
dipertanggungjawabkan. Sebab manusia normal dibekali alam dengan
budidaya dan hati nurani sehingga ia dianggap mampu menilai baik dan
buruknya setiap peristiwa.

Menurut St. Yembiarto (1981) bahwa studi patologi social memilki fase-
fase tersendiri. Adapun perkembangan patologi sosial ada melalui tiga fase,

1. Fase masalah sosial (social problem)


Pada fase ini menjadi penyelidikan patisos action masalah-masalah
sosial seperti pengangguran, pelacuran, kejahatan, masalah
penduduk, dst
2. Fase disorganisasi sosial
Pada fase ini menjadi objek penyelidikan peksos adalah
disorganisasi sosial, fase ini merupakan koreksi dan perkembangan
dan fase masalah sosial
3. Fase sistematik
Fase ini merupakan perkembangan dari dua fase sebelumnya. Pada
fase ini patsos berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang
memiliki sistem yang bulat.
Adapun latar belakang penyebab-penyebab Terjadinya Patologi Sosial di
masyarakat. sebagai berikut:

a. Keadaan Keluarga yang Berantakkan (Broken Home)

6
Keluarga merupakan tempat dimana anak atau orang
pertam kali melakukan interaksi dengan orang lain. Keluarga
memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukkan watak
(perangai) seseorang. Oleh karena itulah keadaan keluarga sangat
mempengaruhi perilaku orang yang menjadi anggota keluarga
tersebut. Dalam keluarga yang broken home biasanya hubungan
antar angota keluarga menjadi tidak harmonis. Keadaan keluarga
tidak memberikan ketentraman dan kebahagiaan pada anggota
keluarga. Akibatnya setiap anggota keluarga cenderung berperilaku
semauya, dan mencari kebahagiaan di luar keluarga. Sehingga
normanorma sudah tidak lagi menjadi pijakkan dalam setiap
perbuatannya.
b. Persoalan Ekonomi
Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi dapat mendorong
orang melakukan kegiatan apa saja, asal bisa memperoleh sesuatu
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
maka Tidak jarang orang menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan uang atau sesuatu yang dianggap data memenuhi
keinginan nafsunya.
c. Pelampiasaan Rasa Kekecewaan
Sering kali orang yang kecewa dapat menimbulkan perilaku
di luar kendali orang yang bersangkutan tersebut, bahkan tidak lagi
menghiraukan norma-norma-norma maupun aturan
kemasyarakatan. Misalnya: orang putus cinta, seorang anak yang
ingin memiliki sepeda motor tetapi terpenuhi karena keadaan
ekonomi yang tidak menjamin dan lain sebagainya.
d. Pengaruh Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan factor yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Misalnya orang hidup
dilingkungan penjudi akan cenderung ikut berjudi, peminum dan
seterusnya.

7
e. Ketidak Sanggupan Menyerap Nilai dan Norma yang Berlaku
Hal ini umumnya terjadi pada para pendatang baru
(penduduk baru) di lingkungan yang baru. Karena ketidap
sanggupannya menyerap dan memahami nilai dan norma yang
berlaku di lingkungan barunya, sehingga akibat cenderung untuk
melakukan sesuatu yang tidak diharapkan oleh masyarakat
setempat.
f. Pengaruh Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi selain membawa efek yang positif juga
banyak menimbulkan dampak yang negative terutama bagi anak-
anak yang masih labil yang belum bisa memanfaatkan Teknologi
secara bijak. Televisi misalnya sering kali menayangkan film-film
yang tidak pantas di tonton oleh anak-anak misalnya: Porno, film
kekerasan dan lain sebagainya, belum lagi internet yang di era ini
sudah sangat terbuka dan tidak ada dinding pemisah antara
tayangan yang positif dan tayangan yang negative.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah dan menyembah
kepadaNya. Dalam pandangan Islam patologi sosial bukan barang baru, tapi
patologi sosial ada semenjak nabi Adam kaluar dari surga dan hidup di muka
bumi ini, kemudian penyimpangan sosial berikutnya diikuti oleh anak-
anaknya nabi Adam yaitu Habil dan Qobil yang saling bunuh karena masalah
perempuan.

Oleh karna itu, Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang
berkembang sangat pesat sehingga melahirkan masyarakat modern yang serba
kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi,
industrialisasi, urbanisasi, dan lain-lain.3 Hal ini di samping mampu
memberikan berbagai alternatif kemudahan bagi kehidupan manusia, juga
dapat menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada manusia dan
kemanusiaan itu sendiri yang biasa disebut masalah sosial.

Latar belakang penyebab terjadinya patologi sosiala:


a.Keadaan Keluarga yang Berantakkan (Broken Home)
b.Persoalan Ekonomi
c.Pelampiasaan Rasa Kekecewaan
d.Pengaruh Lingkungan Masyarakat
e.Ketidak Sanggupan Menyerap Nilai dan Norma yang Berlaku
f.Pengaruh Kemajuan Teknologi

3
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. v.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Burlian, Paisol.2016. Patologi sosial: perspektif sosiologis yuridis, dan filosofis.
Jakarta: Bumi Aksara. Cet.1.

10

Anda mungkin juga menyukai