Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PSIKOLOGI KLINIS

(INTERVENSI HUMANISTIK)

Dosen Pengampu :

Ervina M.R. Siahaan, M.Psi.

Disusun Oleh:

Shabina Aulia Teressa 19900006

Rachel Putri Serenita 19900010

Evinia Uli Christina 19900014

Oktaviani Purba 19900045

Gurprit Kaur 19900049

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
T.A 2021/2022
A. PENDAHULUAN

A.1 Latar belakang

Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok


ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham
Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran
intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme.
Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).

Pada awal karirnya, Maslow melakukan observasi terhadap monyet.Ia melakukan


pengamatan intensif terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan
kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang
lain. Berdasarkan pengalaman tersebut Maslow membuat ide mengenai hierarki kebutuhan yang
sangat terkenal. Menurutnya, terdapat lima lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan
penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri..Awal Perkembangan

Perkembangan teori psikologi humanistik berkembang sekitar tahun 1950-an sebagai


suatu teori yang menentang teori lain yang lebih dulu ada seperti teori-teori psikoanalisis
klasik dan behavioristik. Teori humanistik menyatakan bahwa kedua teori tersebut bersifat
melecehkan nilai -nilai manusia atau berlawanan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Teori
humanistik mengkritik teori psikososial freud karena dalam teorinya, Freud menyatakan bahwa
tingkah laku manusia didominasi oleh dorongan yang bersifat primitif dan bersifat hewani.

Sedangkan teori belajar behavioristikmendapat kritikan karena terlalu fokus dengan


penelitian terhadap binatang dan menganalisis kepribadian secara terpisah. Kesamaan kedua
teori ini yang membuat munculnya teori humanistik adalah bahwa keduanya memandang
manusia hanya sebagai budak yang tidak berdaya yang dikontrol oleh lingkungan serta masa
lalu, dan memiliki sangat sedikit kemampuan untuk mengatur diri sendiri.

A.2 Teori

Tokoh-tokoh Penting dalam Aliran Humanistik dan Teorinya


Konsep Dasar Teori Humanistik
Abraham Maslow

Pada awal karirnya, Maslow melakukan observasi terhadap monyet.Ia melakukan


pengamatan intensif terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan
kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang
lain. Contohnya, jika Anda lapar dan haus, maka Anda akan cenderung untuk mencoba
memuaskan dahaga. Anda dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, tetapi tanpa
air Anda hanya dapat hidup selama beberapa hari saja, karena kebutuhan akan air lebih kuat
daripada kebutuhan akan makan. Tetapi, jika Anda sangat haus, tapi kemudian tersedak dan
Anda tidak dapat bernapas, maka kebutuhan untuk bernapas lebih penting dibandingkan dengan
kebutuhan akan air untuk minum.
Berdasarkan pengalaman tersebut Maslow membuat ide mengenai hierarki kebutuhan
yang sangat terkenal. Menurutnya, terdapat lima lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan
penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini menyangkut
kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, mineral, dan vitamin, termasuk juga
kebutuhan untuk menjaga keseimbangan pH ( menjadi terlalu asam atau basa akan dapat
membunuh ) dan temperature ( 98,6 atau dekat dengan itu ) selain itu, terdapat juga kebutuhan
untuk aktif, istirahat, tidur, untuk mengeluarkan limbah ( CO2, keringat, urin, dan kotoran ),
kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk berhubungan seks. Maslow
percaya dengan penelitian yang menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenrnya bersifat individual.
Misalnya, kekurangan vitamin C akan menyebabkan kelaparan yang sangat sfesifik terhadap
vitamin C, seperti jus jeruk.
b. Keselamatan dan Kebutuhan Keamanan
Ketika sebagian besar kebutuhan fiiologis sudah dipenuhi, maka lapisan kedua akan
datang. Anda akan menjadi makin tertarik untuk menjadi keadaan aman, stabil, serta terlindungi.
Anda mungkin perlu untuk mengembangkan struktur, ketertiban, dan keteraturan. Kebutuhan
sekarang bukan lagi lapar dan haus tetapi kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari
ketakutan dan kecemasan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan tersebut di manifestasikan
dalam bentuk keinginan untuk memiliki sebuah rumah di lingkungan aman, keamanan di
lingkungan kerja, rencana pensiun, asuransi, dan sebaginya.
c. Kebutuhan Memiliki Cinta
Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan sebagian besar sudah terpenuhi,
maka lapisan ketiga kebutuhan mulaai muncul. Anda mulai merasa perlu memiliki teman,
kekasih, anak-anak, hubungan kasih saying secara mendalam dan ikatan sosial. Anda mulai
merasa rentan terhadap kesepian dan kegelisahan sosial. Dalam kehiduan sehari-hari, kita
menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi
bagian dari sebuah komunitas, bagian dari keluarga besar, daan anggota suatu klub, termasuk
juga bagian dari apa yang kita cari dalam sebuah karir.
d. Kebutuhan Penghargaan
Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit harga diri. Maslow mencatat dua versi
mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status,
ketenaran, kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.
Kebutuhan yang “tinggi” adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, seperti
keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan
penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain.
Misalnya, apabila menyangkut harga diri, maka akan sulit untuk merasa kalah (perasaan lebih
rendah). Versi negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas (inferiority
complexs). Dalam hal ini, Maslow mengakui konsep Adler mengenai kompleks inferioritas yang
merupakan akar dari sebagian besar masalah-masalah psikologis kita.
Keempat tigkatan yang awal hierarki di atas disebut deficit kebutuhan, atau D-need. Jika
anda tidak memenuhi satu kebutuhan, berarti anda memiliki satu deficit, anda merasa perlu untuk
memenuhinya. Namun, jika anda memenuhi semua yang anda butuhkan, anda tidak merasa
defisit sama sekali. Dengan kata lain, kebuuhan tersebut berhenti memotivasi diri.
Maslow juga membahas tingkatan tersebut dalam prinsip homeostatis. Homeostatis adalah
prinsip yang di gunakan untuk tungku thermostat anda ketika beroperasi : apabila terlalu dingin,
akan berganti menjadi panas, tetapi ketika hari terlalu panas, panas switch off (mati) kemudian
kembali kepada suhu yang sesuai. Dengan cara yang sama, tubuh anda saat ini berkerja
seperti ini, pada suatu saat anda lapar, maka anda akan berusaha memenuhi kebutuhan ini dengan
makan, maka kebutuhan pun hilang dan rasa lapar berhenti. Maslow kemudian memperluas
prisip homeostatis untuk berbagi kebutuhan, seperti keselamatan, perasaan mmiliki, dan
penghargaan.
Maslow melihat semua kebutuhan ini sebagai kebutuhan dasar hidup. Demikian juga
dengan cinta dan harga diri yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan. Menurutnya, kita
semua memiliki kebutuhan ini dan semuanya berasal dari genetis, seperti halnya naluri. Bahkan,
dia menyebut naluriah sebagai kehidupan.
e. Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit berbeda adalah aktualisasi diri.
Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini. Maslow menyebutnya
pertumbuhan motivasi (berbeda dengan definisi motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri
adalah B-needs (B-being), berbeda dengan D-needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan
yang tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-
menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai aktualisasi diri, Maslow menggunakan
metode kualitatif yang disebut analisis biografi untuk mengetahui aktualisasi diri seseorang.
Orang-orang yang mencapai aktualisasi diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan
dengan orang lain. Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya,
mereka juga menikmati hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota keluarga
secara mendalam.

Hakekat Pandangan Tentang Manusia Maslow memandang manusia dengan optimis,


memiliki kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki
kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan.
Meskipun memiliki kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan
merupakan esensi dasar dari manusia. Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustasi terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, ketika kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi, maka ia
akan mencuri supaya dapat makan. Maslow percaya bahwa kesempurnaan manusia tidak akan
tercapai, tetapi ia menyakini bahwa manusia mampu untuk terus tumbuh dan berkembang.
Manusia mempunyai potensi untuk menjadi aktual, karena kebanyakan manusia akan berjuang
dalam hidupnya untuk memperoleh makanan, rasa aman, ataupun cinta.
Teori maslow didasarkan kepada pandangan mengenai sejarah manusia sebagai hewan
evolusioner yang terus berproses untuk tumbuh menjadi manusia yang sesungguhnya. Selama
proses tersebut, secara berangsur-angsur manusia lebih termotivasi oleh metamotivasi dan B-
values. Pada umumnya, perilaku manusia termotivasi oleh kebutuhan fisiologis dan rasa aman
yang ditentukan oleh kekuatan dari luar, yang memposisikan perilaku aktualisasi diri manusia
memiliki porsi yang lebih kecil. Individu dibentuk secara biologis (genetis) dan dipengaruhi
lingkungan sosial. Ketika manusia mencapai aktualisasi diri, mereka mengalami sinergi yang
baik antara kebutuhan biologis, sosial, dan aspek spiritual dalam dirinya.

Teknik yang digunakan oleh Abraham Maslow yaitu terapi. Menurut Maslow, tujuan
terapi adalah agar klien memeroleh B-values, atau nilai kebenaran, keadilan, kesederhanaan, dan
sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien harus bebas dari kebergantungan pada orang
lain, supaya dorongan alami menuju pertumbuhan dan aktualisasi diri menjadi aktif. Meskipun
Maslow bukan psikoterapis, dia menganggap bahwa teori kepribadiannya dapat diterapkan
dalam psikoterapi.
Dalam konsep hierarki kebutuhan dinyatakan bahwa jika seseorang masih dapat bergerak
pada level kebutuhan dasar (fisiologis) dan rasa aman melebihi yang lainnya, biasanya mereka
tidak termotivasi untuk mencari psikoterapis. Sebaliknya, mereka akan berusaha keras untuk
memenuhi kebutuhan akan perawatan dan kesamaan. Kebanyakan manusia yang membutuhkan
terapi adalah mereka yang memiliki kebutuhan tingkat ketiga. Tingkat kebutuhan ini biasanya
dipenuhi dengan baik, tetapi masih kesulitan untuk mendapatkan kasih sayang. Karena itu,
psikoterapi diarahkan kepada proses interpersonal yang hangat dan penuh kasih sayang. Dengan
demikian, klien memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan akan rasa cinta, memperoleh
rasa percaya diri, dan penghargaan diri sendiri. Hubungan yang baik antara klien dan terapis
merupakan pengobatan psikologis terbaik. Hubungan yang saling menerima akan memberikan
perasaan patut dicintai dan memvasilitasi kemampuan mereka untuk mengembangkan hubungan
nasihat diluar terapi. Teknik Terapi Humanistik. Terapi eksistensial humanistik adalah terapi
yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat
dia bertanggung jawab atas dirinya. Teknik yang digunakan dalam terapi ini diantaranya :

a. Person Centered-terapy
Person centered therapy merupakan terapi yang di kembangkan oleh Carl R. Rogers pada
tahun 1942. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia
itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki
potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan
datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya
sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Morse dan Watson (1977) mengungkapkan terapis client-
centered juga harus memegang sikap menerima dan menganggap positif terhadap kliennya.
Terapis juga harus memiliki keinginan yang terus menerus untuk
memahami dunia pribadi kliennya, dan dia harus berkomunikasi memahami dengan empati.
Ada sejumlah teknik tertentu yang membantu terapis dalam interaksi dengan klien. Salah satu
teknik adalah dengan clarification of the client's feelings, dimana akan mencerminkan perasaan
klien. Teknik lain adalah simple acceptance, restatement of content, dan nondirective leads.
Simple acceptance: dimana terapis memngusahakan klien dapat menerima keterangan dari
terapis, menambah komunikasi sebagai pemahaman secara empati dan hal positif tanpa syarat.
Hal ini dapat dilakukan baik secara verbal dan nonverbal.
Restatement of content: untuk membantu pemahaman klien dari masalah yang mungkin
membingungkan.
Nondirective leads: intinya jelas dalam awal terapi. Terapi membantu klien untuk
mengembangkan topik dan untuk mengarahkan diskusi dalam situasi terapi.

b. Gesalt terapy
Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang
berpijak pada premis bahwa individu–individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan
menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama
di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa“ dan “bagaimana” tingkahlaku dan
pengalaman disini-dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian
kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui. Terapis Gestalt secara aktif menunjukkan
bagaimana klien bisa dengan mudah lari dari saat sekarang dan memasuki masa lampau atau
masa depan. Sasaran Perls adalah membantu orang-orang membuat hubungan dengan
pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara
tentang pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jika klien mulai bicara tentang kesedihan, kesakitan,
atau kebingungan, terapis membuat usaha-usaha agar klien mengalami kesedihan, kesakitan, atau
kebingungan itu sekarang. Pembicaraan tentang masalah hanya akan menjadi suatu permainan
kata tak berakhir yang menjurus pada diskusi dan eksplorasi yang tidak produktif atas makna-
makna yang tersembunyi. Itu adalah salah satu cara menolak pertumbuhan, juga suatu cara untuk
menipu diri sendiri. Untuk mengurangi bahaya penipuan diri itu, terapis berusaha
mengintensifkan dan memperkuat perasaan-perasaan tertentu. Tidaklah tepat mengatakan bahwa
para terapis Gestalt tidak menaruh perhatian pada masa lampau individu. Masa lampau itu
penting apabila dengan cara tertentu berkaitan dengan tema-tema yang signifikan yang terdapat
pada fungsi individu saat sekarang. Apabila masa lampau memiliki kaitan yang signifikan
dengan sikap-sikap atau tingkah laku individu sekarang, maka masa lampau itu ditangani dengan
membawanya ke saat sekarang sebanyak mungkin. Jadi, apabila klien bicara tentang masa
lampaunya, maka terapis meminta klien agar membawa masa lampaunya itu ke saat sekarang
dengan menjalaninya kembali seakan-akan masa lampau itu hadir pada saat sekarang.
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-
perasaan yang tak terungkapkan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu
diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di
dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada
kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya
sendiri dan dengan orang lain.

2. Carl R. Rogers
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya
berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pendidikan,
dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang
prinsip-prinsip belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti,
belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan (Rumini,dkk.
1993).
Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan
tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan.
Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam
kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan
ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti
tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang Berarti
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari
mempunyai arti baginya.
c. Belajar Tanpa Ancaman
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung
dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid
dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat
kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas Inisiatif Sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan
melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah
memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana
caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan
pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk
mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar
atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar.
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan percaya
pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk
menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian.
Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada penilaian pihak
lain. Di samping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi,
kognitif maupun afektif.
B. PENGGUNAAN INTERVENSI HUMANISTIK DI BEBERAPA KASUS

B.1 Intervensi Humanistik dapat digunakan pada contoh kasus berikut ini:

Kasus 1

Contoh:

Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali
sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak
memberikan tips sama sekali saat di restauran. Ketika teman makan malamnya memberikan
komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu
sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku
pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, aka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap
menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.

Dampak dari Inkongruensi

Rogers berpikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam.
Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatanny
sehingga mereka masih akan tetap mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan
tingkat inkongruensi yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu
mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.

Kasus 2

Fiona adalah mahasiswi baru di sebuah Universitas. Dia bertemu dengan teman-teman
barunya. Fiona cenderung menghindari mereka karena merasa takut dengan orang-orang baru.
Temannya mencoba untuk mendekatinya dengan meminta no. Hp, mengajak makan bersama di
kantin tetapi Fiona selalu menolaknya. Bahkan ketika Fiona bersama- teman baru, dan hendak
pergi ke toilet,salah satu temannya menawarkan diri untuk membawakan dan menjaga tasnya
namun tetap ia tolak.Semasa ospek, Fiona dikenal sebagai orang yang kaku dan anti sosial.

Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan
kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada
seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat
diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika
hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang
merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras
menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan

Kasus 3:

Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi
nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara
dengan apa Leon melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep
diri) dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan
pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Leon harus
melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon pesimis untuk menghadapai
penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi perubahan dirinya. Konseling berlangsung, klien
dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat
mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan
lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam
diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan
integrasi perasaan yang saling bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan
aspek dalam diri mereka yang telah disimpan tersembunyi.

Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan
menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih aman dan
kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih
besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam
terapi datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka
menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang
memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih
benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa
yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas
untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan mereka
sendiri.
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien mencari
terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau
secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon diarahkan supaya melihat kepotensian
diri dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat melanjtukan
hidupnya.

Kasus 4

Udin (35 tahun) adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Dari kecil ia didik
untuk menjadi seorang pembisnis sehingga saat ia memasuki dunia kerja, tidak heran jika karir
Udin melejit dengan cukup pesat. Saat usia Udin 32 tahun, Udin melamar Anna yang baru
dikenalnya selama satu bulan di sebuah kafe. Pada awalnya Anna menolak Udin karena merasa
Udin tidak mengenal Anna tetapi karena Udin tetap gigih, Anna akhirnya mengizinkan Udin
mengenalnya dan dalam waktu satu bulan mereka bertunangan. Pertunangan mereka ditentang
keluarga Udin, terutama karena Anna tidak pernah membawa Udin untuk berkenalan dengan
keluarga Anna atau mengizinkan Udin untuk mengantar Anna ke rumahnya. Anna juga suka
sekali menghilang dan pada saat Anna tidak dapat dihubungi secara misterius, Udin hanya bisa
menunggu Anna untuk kembali. Suatu hari Anna akhirnya menceritakan mengenai keluarganya,
bahwa Anna hanya tinggal bersama kakak dari Ibunya karena ibunya meninggal karena kanker
dan ayah Anna pergi meninggalkannya untuk menikah dengan orang lain. Anna juga
mengenalkan Udin pada satu temannya dan dari temannya diketahui bahwa sebelumnya Anna
juga pernah bertunangan namun pertunangan itu selesai dengan tiba-tiba, tidak ada yang tahu
alasan sebenarnya kecuali Anna. Menghilangnya Anna kali ini membuat Udin tidak tenang
karena ia kini tahu bahwa Anna sebelumnya sudah pernah bertunangan maka saat Anna kembali,
Udin langsung bertanya dia pergi kemana saja tapi Anna tidak menjawab dan benar saja Anna
meminta putus darinya. Tentu saja Udin tidak menerimanya hingga membuat Anna menangis
tapi Anna tidak menceritakan alasannya, pada akhirnya Anna tetap pergi begitu saja setelah
meminta putus secara sepihak. Keesokan harinya Udin menerima surat dari Anna yang
dikirimkan oleh teman Anna. Kemudian teman Anna bercerita bahwa seperti ibunya, Anna juga
mengidap kanker yang sudah parah, dan karena mengenal Udin, Anna ingin hidup tetapi
semuanya terlambat. Tetapi setelah memaksa Anna diberikan kesempatan untuk dioperasi
dengan kemungkinan 80:20 kalau Anna akan selamat. Anna mengambil kesempatan itu tapi pada
akhirnya Anna meninggal dan meninggalkan surat untuk Udin yang berisikan bahwa Anna
meninggalkan hatinya untuk Udin selamanya. Ditinggalkan oleh Anna yang walau dikenalnya
hanya beberapa bulan membuat karir Udin merosot begitu juga kemampuannya dalam bergaul
dan hal itu sudah berlangsung selama 2 tahun.

B.2 Cara Pelaksanaan Intervensi Dalam Kasus 4:

Penanganan Kasus:

Dalam kasus ini teknik pertama yang bisa digunakan adalah teknik psikoanalisa yaitu
transferensi. Karena Anna bersikap misterius, ada hal-hal yang tidak sempat diungkapkan oleh
Udin kepada Anna, maka Udin akan mengeluarkan segala emosi yang ia tekan selama ini pada
konselor dan setelah Udin merasa sedikit lega, teknik berikutnya yang dapat digunakan yaitu
teknik humanistik dengan pendekatan logo teraphy yaitu dengann modification attitude. Teknik
modification attitude digunakan untuk noogenic neurosis, depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat
digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau penyakit.
Penekanannya pada reframing sikap dari negatif ke positif. Udin yang mengalami depresi berat
karena ditinggal meninggal oleh Anna akan diminta untuk menemukan sisi positif dari hal
negatif yang ia alami. Terapis akan memposisikan diri sebagai Udin dan memberi tahu hal-hal
positif yang telah ia lalui walau sudah tidak bersama Anna, memberitahu bahwa Anna
meninggalkannya dengan harapan Udin tidak mengalami depresi dan juga bahwa walau mereka
hanya mengenal sebentar tetapi Udin sudah berhasil membuat Anna berani menghadapi
penyakitnya. Dengan memberitahu hal-hal positif tersebut, depresi yang dialami Udin akan
menurun dan akhirnya Udin dapat kembali merintis karirnya yang sempat menurun dan kembali
bergaul dengan teman-temannya.

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN INTERVENSI HUMANISTIK

C. 1 Kelebihan Teori Humanistik

a. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan


humanis.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasan mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

C. 2 Kelemahan Teori Humanistik

a. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.


b. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

D. KESIMPULAN

Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan
behaviorisme yang dipandang sebagai konsep yang tidak memanusiakan manusia. Dipelopori
Abraham Maslow dan Carl Rogers, mereka mendirikan sebuah asosiasi profesional yang
berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri),
aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya yang
tidak dibahas oleh psikoanalisis dan behaviorisme.

Rogers berpendapat, Humanistik adalah bagaimana memberi gambaran terhadap dirinya ,


Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.). Sedangkan Menurut maslow,
manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hierarki, mulai dari yang rendah sampai yang paling tingg. Kenutuhan
itu dikenal dengan Hierarchy of need ( hirarki kebutuhan ) Dalam menganalisis masalah,
Psikologi Humanistik lebih memandang pada keadaan jiwa seseorang, bukan dilihat dari segi
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Nietzel, M.T., Bernstein, D.A., Milich, R. 1998. Introduction to Clinical Psychology (5th Ed). New
Jersey: Prentice Hall.

Phares, E. Jerry. 1992. Clinical Psychology Concept, Methods, and Profession (4th Ed). California:
Brooks/Cole Publishing Company.

Roberts, T. B., 1975. Four Psychologies Applied to Education : Freudian, Behavioral, Humanistic,
Transpersonal. New York: Schenkman Pub. Co.

Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta

Davidson, G.C. Neale, J.M. dan Kring, A.M. (2006). Psikologi Abnormal. Edisi ke 9. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.

Lehman, A.F., Lieberman, J.A., Dixon, L.B., McGlashan, T.H., Miller, A.L., Perkins, D.O., & Kreyen-
buhl, J., (2004), Practice Guideline for The Treatment of Patients With Schizophrenia : Second Ed.,
American Psychiatric Association.

Bala n
́ , I. C., Lejuez, C. W., Hoffer, M., & Blanco, C. (2016). Anxiety for humanistic., 23(2), 205-
220.

Cuijpers, P., van Straten, A., & Warmerdam, L. (2007). Clinical Intervention A meta-analysis.
Clinical

Psychology Review, 27(3), 318–326. https://doi.org/10.1016/j.cpr.2006.11.001

Anda mungkin juga menyukai