Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................2
A. Latar Belakang...........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
A. Pengertian Motivasi Dan Dakwah.............................................................................................4
B. Pendapat Para Ahli....................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
A. Teori-teori Motivasi...................................................................................................................6
B. Klasifikasi Motif........................................................................................................................8
C. Macam-macam Motive..............................................................................................................9
D. Motivasi dalam Al-Qur’an.......................................................................................................10
E. Motivasi dalam Berdakwah.....................................................................................................11
F. Peran motivasi dalam dakwah.................................................................................................13
BAB IV...............................................................................................................................................15
A. Simpulan..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam berdakwah pengetahuan adalah penting, metode dakwah juga sangat
penting. Akan tetapi sesungguhnya yang paling penting dan menjadi pokok persoalan
segala sesuatu adalah motivasi. Sering kita melihat seorang yang miskin dalam ilmu
pengetahuan, tidak hanya pengetahuan keagamaan tetapi juga ilmu dunia, bahkan
hampir-hampir buta huruf. Tetapi mereka memiliki satu keunggulan diatas yang
lainnya, diatas rekan-rekannya, yakni memiliki semangat motivasi yang lebih tinggi.
Hasilnya adalah bahwa mereka selalu jauh lebih berhasil didalam dakwahnya
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang memiliki motivasi.
Di dalam proses kegiatan dakwah, faktor motivasi menjadi penentu bagi
keberhasilannya.Adapun tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau
memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan tingkah
laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dan seorang da’i dituntut untuk
mengarahkan tingkah laku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menopang
tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan
dorongan-dorongan tersebut. Selanjutnya suatu organisme yang dimotivasi akan
melakukan aktifitasnya secara lebih giat dan lebih efisien dibandingkan dengan
organisme yang beraktifitas tanpa motivasi. Selain menguatkan organisme, motivasi
cenderung mengarahkan kepada suatu tingkah laku tertentu.
Namun, tidak semua motivasi yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus
tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan
pemberian motivasi dalam dakwah, yaitu ketika da’i dalam mengarahkan tingkah laku
mad’u tidak sesuaidengan tujuan dakwah tersebut, seperti pribadi da’i yang mungkin
kurang dapat diterima, seperti watak yang keras, kaku, angkuh, sombong,
materialistis, sifat yang tidak terpuji dan tingkah laku yang tidak mencerminkan
seorang da’i, juga dari materi yang disampaikan kurang tepat sasaran,tidak sesuai
dengan kebutuhan dan tidak sesuai dengan kadar kemampuan, juga dari teknis
penyampaian dakwah tidak sesuai dengan keadaan yang menerima, dan dari alat yang
dipergunakan tidak banyak menunjang keberhasilan dakwah, serta dari tujuan tidak
jelas dan mungkin belum dihayati sehingga proses dakwah berjalan tanpa arah.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Motivasi dan Dakwah ?
2. Apa saja Teori-teori motivasi ?
3. Apa saja klasifikasi motif ?
4. Apa saja Macam-macam motif ?
5. Bagaimana Motivasi dalam Al-Qur’an ?
6. Bagaimana Motivasi dalam Berdakwah ?
7. Apa Peranan Motivasi dalam Dakwah ?

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Motivasi Dan Dakwah


Istilah motivasi digunakan sejak abad kedua puluh. Konsep motivasi
terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama para pakar filsafat, bahwa tidak
semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal akan tetapi tidak banyak
perbuatan manusia yang diakukan diluar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah
pendapat , bahwa manusia disamping sebagai makhluk rasionalistik, iya juga sebagai
makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh suatu diluar nalar
(Chaplin, 2001) yang biasanya disebut naluri atau insting.
Motivasi adalah impulse atau doronan yang memberi energi pada tindakan
manusia sepanjang lintas kognitif atau perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Motivasi
tidak harus dipersepsikan secara sadar, ia lebih merupakan suatu keadaan perasaan.
Motivasi bukan hanya merupakan suatu doreongan fisik, tetapi juga merupakan
orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
Adapun pengertian dakwah, secara bahasa dakwah adalah menyeru, mengajak,
memanggil, mengundang, mendo’akan yang terkandung didalamnya arti
menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk tujuan tertentu. Menurut istilah
dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang sekelompok segolongan ummat
islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan,
panggilan, undangan, do’a, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan
metode, sistem dan teknik tertantu agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah
seseorang, keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat manusia, supaya dapat
mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertantu.

4
B. Pendapat Para Ahli
 Menurut Hoy dan Miskel, motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks,
dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan,
ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang
memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian
tujuan-tujuan personal. (Abdurrahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab,2004:132)
 Menurut Hubert Bonner menyatakan bahwa motivasi itu mengandung arti
yang berhubungan dengan ketenangan jiw, ketidak seimbangan, atau
gerakaan-gerakan yang harus dilakukan. Dalam motivasi itu terkandung suatu
dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah laku individu manusia.
 Abu Bakar Zakaria mengatakan dakwah adalah “ usaha para ulama dan orang-
orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran
keada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-
hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan”.
 Syekh Muhammad Al-Rawi mengatakan dakwah adalah “pedoman hidup
yang sempurna untuk manusia beserta ketetapan hak dan kewajibannya”.
 Syekh Ali Bin Shalih Al-Mursyid mengatakan dakwah adalah ”sistem yang
berfungsi menjelaskan kebenaran,kebajikan,dan petunjuk (agama); sekaligus
menguak berbagai kebatilan beserta media dan metodenya melalui sejumlah
teknik, metode, dan media yang lain”.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Teori-teori Motivasi
Motivasi dipandang sangat penting dalam kehidupan manusia, para psikologi
memberikan teori-teori motivasi sebagai berikut:
a) Sigmund FreudSigmund
Freud adalah seorang tokoh psikoanalisis yang berpendapat bahwa
dasar dari motivasi tingkah laku manusia adalaah insting (naluri). Semua
perilaku manusia berasal dari dua kelompok naluri yang bertentangan,yaitu:
1) Naluri kehidupan yang meningkatkan hidup dan pertumbuhan
seseorang. Energi naluri kehidupan adalah libido yang berkisar pada
kegiatan seksual.
2) Naluri kematian yang mendorog manusia ke arah kehancuran.
Nalurikematian dapat diarahkan ke dalam diri dalam bentuk bunuh diri
dan perilaku merusak diri sendiri atau orang lain (agresi).
Menurut Freud, Kedua naluri diatas telah ada sejak dini dalam
kehidupan seorang anak. Bila kedua naluri tersebut tidak diekspresikan secara
sadar, kedua naluri itu akan tetap aktif sebagai motif tak sadar. Konsep
motivasi tak sadar merupakan salah satu dasar psikoanalisis.
b) Abraham MaslawIa
Ia adalah seorang tokoh psikologi humanistik yang berpendapat,
bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar. Yang bersifat
untuk seluruh spesies, tidak berbah dan bersal dari sumber genesis atau naluri-
naluri. Kebutuhan-kebutuhan (hierarki kebutuhan) dalam teori Maslaw adalah
sebagai berikut:
a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, seperti kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat tinggal, tidur, dsb.
b) Kebutuhan akan rasa aman, yaitu merasa aman dan terlindungi dari
segala bahaya.
c) Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, seperti berafiliasi dengan
orang lain, diterima, dan memiliki.

6
d) Kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan pada hierarki ini oleh
Maslaw di kategorikan dalam beberapa bagian, yakni:
1. Harga diri yang meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri,
kompetisi, prestasi, dsb.
2. Penghargaan dari orang lain yang meliputi prestise, pengakuan,
penerimaan, dsb.
e) Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan akan mengetahui, keteraturan,
dan keindahan.
f) Kebutuhan estetika, seperti kebutuhan akan keserasian, keteraturan,dan
keindahan.
g) Kebutuhan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mendapatkan kepuasan
diri atas potensi yang dimiliki.
Maslaw menyusun hierarki kebutuhan tersebut diatas mulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai kebutuhan psikologis yang kompleks, dan
kebutuhan-kebutuhan tersebut hanya akan menjadi penting bila kebutuhan
dasarnya telah terpenuhi.
c) K. S. Lashley
K. S. Lashley dalam eksperimenya menemukan bahwa motivasi
dikendalikan oleh respon-respon susunan saraf sentral ke arah rangsang dari
luar yang variasinya sangat kompleks, termasuk komposisi kimiawi dan aliran
darah. Tingkah laku yang dimotivasikan tidak hanya terdiri dari rangkaian
stimulus dan respon, akan tetapi variasinya sangat banyak menurut peristiwa
dan individu yang bebeda. Selain itu, tingkah laku yang dimotivasikan tidak
hanya bergantung pada satu rangkaian saja, tapi tergantung pula pada pola
rangsang yang kompleks, meskipun satu rangsang saja sudah dapat
menimbulakan respon.
d) Fillmore H. Sandford
Fillmore H. Sandfrord melihat asal kata motivasi, yaitu Montion yang
berarti gerakan. Kerenanya ia mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi
yang menggerakkan suatu organisme dan mengarahkannya kepada suatu
tujuan.

7
e) Floyd L. Ruch
Menurut Floyd L. Ruch motivasi manusia sangat kompleks dan dapat
memengruhi perilaku manusia dalam tiga cara:
1) Motif memungkinkan pola rangsanga dari luar diri manusia
mengalahkan rangsangan lain yang menyainginya. Seperti seorang
anak yang mencium bau gorengan ikan laut yang sedap pada waktu
lapar tidak dapat lagi terpengaruh oleh rangsangan lain yang
bersifatvisual.
2) Motif dapat membuat seseorang terikat dalam satu kegiatan tertentu
sehingga ia dapat menemukan objek atau situasi khusus di luar dirinya,
seperti bila makanan telah datang, seseorang menghentikan pekerjaan
yang sedang ia kerjakan dan beralih pada kegiatan lain, yakni makan.
3) Motif dapat menimbulkan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan
yang lebih berat, tidak hanya mendorong ke arang tujuan tertentu yang
bersifat khusus saja tetapi juga yang lebih umum juga. Seperti seorang
mahasiswa yang dalam keadaan lapar dapat lebih baik mengerjakan tes
kecerdasan dibandingkan ketika mahasiswa tersebut dalam keadaan
kenyang.
B. Klasifikasi Motif
Para ahli psikologi berusaha menggolongkan motif-motif yang ada dalam diri
manusia sebagai berikut:
a. Sartian
Sartain membagi motif menjadi golongan, yaitu physicological drive dan
social motives. Yang dimaksud physicological drive ialah dorongan-dorongan yang
bersifat fisiologis. Contoh dorongan ini, seperti rasa lapar, haus, lelah, dan
sebagainya.
Social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan
manusia lain dalam masyarakat, seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu
berbuat baik (etika). Yang termasuk ke dalam motif ini adalah, motif untuk
mengadakan respons.
Dorongan mengadakan respons adalah dorongan untuk mengadakan hubungan
dan bersahabat dengan orang lain (bersifat personal) yang di dalamnya mengandung
keinginan untuk dicintai, untuk dihargai, dan untuk dipuji.

8
b. Woodworth
Woodworth mengklasifikasikan motif menjadi unlearned motives (motif-motif
pokok yang tidak dipelajari) dan learned motives (motif-motif yang dipelajari).
Unlearned motives merupakan motif pokok yang biasa disebut drive (dorongan).
Yang temasuk ke dalam unlearned motives ialah motif yang timbul disebabkan oleh
kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh, seperti rasa lapar,
haus, sakit, dan sebagainya yang menimbulkan dorongan dalam diri untuk meminta
dipenuhi atau menjauhkan diri daripadanya.
Sedangkan learned motives dapat berupa perasaan suka dan tidak suka
menurut Woodworth adalah merupakan aspek-aspek yang disadari meliputi motif-
motif untuk mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari sesuatu.
Ditinjau dari sudut asalnya, para psikolog menggolongkan motif yang ada
pada diri manusia ke dalam motif biogenetis dan motif sosiogenetis. Motif biogenetis
merupakan motif yang berasal dari kebutuhan organisme tertentu demi kelanjutan
kehidupannya secara biologis. Motif ini bercorak universal dan kurang terikat pada
lingkungan kebudayaan. Sedangkan motif sosiogenetis adalah motif yang dipelajari
manusia berasal dari lingkungan kebudayaan tempat manusia itu berada. Motif ini
tidak berkembang dengan sendirinya tapi berdasarkan interaksi dengan orang lain atau
lingkungan.
Di samping motif biogenetis dan sosiogenetis, terdapat penggolongan motif
untuk menjelaskan motif manusia sebagai makhluk berketuhanan, yaitu motif
teogenetis. Motif ini berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan.
C. Macam-macam Motive
Para ahli psikologi individual maupun sosial/kelompok telah melakukan studi
secara luas tentang seberapa banyak dorongan-dorongan kejiwaan yang
mempengaruhi tingkah laku manusia. Dengan nama yang berbeda-beda bagi adanya
dorongan-dorongan tersebut mereka menguraikan macam-macam moive antara lain:
1) Motive yang mendorong aktifitas pribadi.
2) Motive kepada keamanan atau disebut security motive.
3) Motive untuk mengadakan response.
4) Motive-motive lainnya yang besifat individual adalah motive untuk
mendapatkan pengakuan di dalam kelompok atau masyarakat di mana ia
hidup.
5) Motive yang mendorong mencari pengalaman baru.

9
D. Motivasi dalam Al-Qur’an
Ketika manusia melakukan perbuatan, didasari atau tidak sebenarnya ia
digerakkan oleh suatu sistem di dalam dirinya yang disebutkan sebagai sistem nafs.
Sistem nafs disamping mampu memahami dan merasa, juga mendorong manusia
untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan. Jika penggerak tingkah laku atau motifasi
telah mulai bekerja secara kuat pada sesorang, maka ia mendominasi seseorang dan
mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam sistem nafs, motifasi bersifat fitri, dalam arti bahwa manusia memiliki
kecenderungan dan potensi yang berlaku secara universal, meski setiap orang
memiliki keunikan pada dirinya. Di dalam sistem nafs juga terdapat naluri atau insting
yang memiliki kecenderungan tertentu. Dorongan-dorongan nafs tersebut ada yang
disadari dan ada pula yang tidak disadari.
Isyarat tentang adanya penggerak tingkah laku manusia (motifasi) alam sistem
nafs dipaparkan dalam Al-Qur’an dalam surat Yusuf ayat 53:
﴿۞ ٥٣ ‫م‬ ِ ‫ي غَفُوْ ٌر َّر‬
ٌ ْ ‫حي‬ َّ ِ ‫م َرب ِّ ۗيْ ا‬
ْ ِّ ‫ن َرب‬ َ ‫ح‬ َ ‫س ۤ ْوءِ اِاَّل‬
ِ ‫ما َر‬ ُّ ‫ارة ٌ ۢ بِال‬
َ ‫م‬َّ َ ‫س اَل‬ َّ ِ ‫س ۚيْ ا‬
َ ْ‫ن النَّف‬ ِ ْ‫مٓا اُب َ ِّرئُ نَف‬
َ َ‫﴾ و‬
( 53-53 :12/‫)يوسف‬
Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.
Ayat diatas secara jelas mengisayarakatkan adanya sesuatu di dalam sistem
nafs yang menggerakkan tingkah laku manusia yang mengajak pada kejahatan. Dalam
ayatlain disebutkan:
ۤ ْ َ
﴿ ‫سد ُ فِيْهَا‬ِ ْ‫ن يُّف‬ ْ ‫م‬
َ ‫ل فِيْهَا‬ ُ َ ‫جع‬ْ َ ‫ة ۗ قَالُوْٓا اَت‬ً َ‫خلِيْف‬
َ ‫ض‬ ‫اْل‬
ِ ‫ل فِى ا َ ْر‬ ٌ ‫ع‬ِ ‫جا‬ َ ‫ي‬ ْ ِّ ‫ِٕكَةِ اِن‬Cِ‫م ٰلٕى‬
َ ‫ل َربُّك لِل‬ َ ‫وَاِذ ْ قَا‬
﴾ ٣٠ ‫ن‬ َ ْ ‫مو‬ُ َ ‫ما اَل تَعْل‬
َ ‫م‬ُ َ ‫ي اَع ْل‬ َ ‫ك ۗ قَا‬
ْٓ ِّ ‫ل اِن‬ َ َ‫س ل‬ ُ ِّ ‫ك وَنُقَد‬ Cَ ِ ‫مد‬
ْ ‫ح‬
َ ِ‫ح ب‬
ُ ِّ ‫سب‬َ ُ‫ن ن‬
Cُ ‫ح‬ ْ َ ‫م ۤا ۚ َء وَن‬ ُ ِ‫سف‬
َ ِّ ‫ك الد‬ ْ َ ‫وَي‬
)30-30 :2/‫( البقرة‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dalam ayat di atas, malaikat mengisyaratkan bahwa pada dasarnya manusia
memiliki insting atau naluri merusak. Meskipun memiliki predikat khalifah di bumi,

10
manusia memiliki dorongan jahat yang dapat menggerakkannya pada perbuatan
merusak dan pertumpahan darah. Selanjutnya, surat an-Nas mengisaratkan adanya
penggerak tingkah laku pada manusia yang disebut waswas.
1) Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai)manusia.
2) Raja manusia.
3) Sembahan manusia.
4) Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunya.
5) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jindan
manusia.
6) Dari (golongan) jin dan manusia.
Jika dilihat dari perspektif nafs waswas bekerja sebagai stimulus yang datang
dari dalam untuk menggerakkan motivasi fitri yang dimiliki manusia guna
melepaskan diri dari ikatannya atau sebagai kekuatan penggerak yang mendorong
orang melakukan kegiatan negatif dan melakukan dosa.
E. Motivasi dalam Berdakwah
Motivasi adalah gaya batin atau dorongan. Dalam motivasi ini terkandung
suatu dorongan dinamis yang mendassari segala Tingkah Laku individual manusia.
Tingkah laku bermotivasi adalah tingkah laku yang dilatar belakangi oleh motif.
Motivasi dalam pengertian tersebut merupakan tenaga kejiwa yang dapat
membangkitkan manusia dalam perjuangan hidupnya. Oleh karenanya ia menjadi
tenaga penggerak yang menempati posisi determinan bagi kegiatan hidup individual
manusia dalam urusannya mencapai cita-cita dan sangat vital untuk menghindarkan
diri dari frustasi.
1. Juru Dakwah sebagai motivator harus mengerti bahwa motif ini muncul
sebagai latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena
adanya dorongan kebutuhan yang muncul setiap saat. Maka tingkah laku
seseorang akan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a) Adanya atau timbulnya motif
b) Pertarungan antara beberapa motif yang muncul secara serempak yang
bisa menimbulkan situasi konflik apabila motif-motif itu mempunyai
nilai yang seimbang, sehingga menimbulkan kebimbangan dan
ketegangan.konflik akan hilang kalau keputusan telah ditetapkan.
c) Mengambil keputusan atau menetapkan pilihan motif.

11
d) Mewujudkan tingkah laku bermotivasi
Maka tugas dan tanggung jawab juru dakwah sebagai motivator
adalah:
a) Mampu memberikan motivasi dan dorongan-dorongan kepada
sasaran untuk bertingkah laku motivatif (beramal sholeh).
b) Senantiasa memahami tiga faktor dasar yang membentuk suatu
lingkaran motifasi, yaitu: kebutuhan, tingkah laku dan tujuan.
Sehingga dengan demikian dapat memilihkan materi dakwah yang
sesuai dan menerapkan metode yang memenuhi harapan.
2. Materi Dakwah harus dibuat sebagai kekuatan-kekuatan motivasi,artinya
dibuat menjadi semacam kebutuhan hidup sasaran dakwah, agar terdorong
kehendaknya untuk bertingkah laku dan tingkah lakunya ini diarahkan untuk
mencapai tujuan dakwah. Setiap motivasi tertentu mempunyai nilai sesuai
dengan tujuan yang melatarbelakangi. Karena itu, materi harus disajikan
untuk dapat memenuhi kebutuhan rohaniahnya serta memuaskan kehendak
kejiwaannya.
3. Metode Dakwah digunakan untuk kondisi motivational yang lebih bersifat
psikologis dan sebagai alat kontrol dorongan-dorongan kehendk naluriah
individual manusia yang bersifat destruktif, dengan cara memperhatikan
bentuk pola tingkah laku yang bermacam-macam itu lalu dikembalikan pada
dasar pokoknya, yakni kebutuhan akan hal psikis seperti kasing sayang, rasa
aman, kebebasan, rasa harga diri, rasa sosial dan sebagainya atau dihadapkan
kepada norma-norma yang berlaku dimana kekuatannya dapat mengarahkan
jalannya tingkah laku kearah yang konstruktif.

Selain itu dengan memilih metode yang sesuai, maka metode harsu
bisa menghargai secara wajar setiap persepsi individual manusia terhadap
tugas-tugas yang sudah menjadi bidang atau pilihannya sendiri dengan
berlandaskan tut wuri handayani. Kebutuhan psikis yang paling menonjol

12
pada diri manusia adalah jaminan rasa aman dan perlindungan dari segala
bentuk ancaman terhadap integritas dan stabilitas hidupnya sehingga adanya
jaminan dan perlindungan itu akan sangat mempengaruhi terhadap dorongan-
dorongan keinginan pada hal-hal yang baru kepada kepercayaan dan
konformitas, dorongan-dorongan untuk maju dan inovasi sehingga dapat
mudah memotivasi dalam berdakwah, materi mudah diterima bahkan
menaruh simpati yang pada gilirannya akan mudah mengaktualisasikan
pesan-pesan dakwah kedalam perilaku pribadiannya.
F. Peran motivasi dalam dakwah
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan
motivasi bagi seorang Da’i adalah menggerakkan atau mengacu objek dakwah
(Ma’du) agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga
tujuan dakwah dapat tercapai. Dalam proses dakwah diharapkan seorang Da’i
mampu menggerakkan atau menimbulkan kekuatan dalam diri Mad’u dan
memimpin Mad’u untuk bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang
disampaikan.Selanjutnya seorang Da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku
Mad’u sesuai dengantujuan dakwah yang kemudian menompang tingkah laku
Mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan
tersebut.

Jika diaplikasikan dalam teori Abraham Maslaw yang menyatakan manusia


memiliki kebutuhan-kebutuhan yang menjadi dasar dari motivasi tingkah lakunya,
yang mana kebutuhan yang paling mendesak akan mendominasi tingkah laku
seseorang untuk mencapainya dan perhatiannya kepada kebutuhan yang lain akan
terabaikan. Maka, dalam proses kegiatan dakwah, pemenuhan akan kebutuhan-

13
kebutuhan hidup manusia mutlak diperhatikan, karena tanpa menghampiri motif-
motif pokok manusia, pesan-pesan dakwah mustahil dapat mempengaruhi perilaku
objek dakwak (Mad’u) sebagaimana yang diharapkan. Jadi, penting bagi seorang
Da’i mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar mampu
menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar
tujuan dakwah dapat tercapai.
Jadi, penting bagi seorang Da’i mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran
dakwahnya agar mampu menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi
dakwah yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai.
Contoh motivasi dalam dakwah salah satunya tertuang dalam hadits Nabi
SAW:“ Permudahlah dan jangan kau persulit; gembirakanlah dan jangan kau
mengatakan sesuatu yang menyebabkan ia lari dari padamu”.
Hadits tersebut merupakan salah satu pesan Nabi kepada kedua utusanya: Abu
Musa Al Asy’ary dan Mu’azd ibn Jabal ketikahendak berangkat ke Yaman
meunaikan misi da’wah yang ditugaskan kepadanya. Pesantersebut mengandung
nilai motivatif (kekuatan pendorong) dan persuasif (doronganmeyakinkan) terhadap
orang lain tentang kebenaran yang disampaikan kepadanya.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Motivasi adalah impulse atau doronan yang memberi energi pada tindakan
manusia sepanjang lintas kognitif atau perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Motivasi
14
tidak harus dipersepsikan secara sadar, ia lebih merupakan suatu keadaan perasaan.
Motivasi bukan hanya merupakan suatu doreongan fisik, tetapi juga merupakan
orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
Juru Dakwah sebagai motivator harus mengerti bahwa motif ini muncul
sebagai latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya
dorongan kebutuhan yang muncul setiap saat. Maka tingkah laku seseorang akan
melalui tahap-tahap sebagai berikut: Adanya atau timbulnya motif, Pertarungan antara
beberapa motif yang muncul secara serempak yang bisa menimbulkan situasi konflik
apabila motif-motif itu mempunyai nilai yang seimbang, sehingga menimbulkan
kebimbangan dan ketegangan.konflik akan hilang kalau keputusan telah ditetapkan,
Mengambil keputusan atau menetapkan pilihan motif,Mewujudkan tingkah laku
bermotivasi
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan motivasi bagi
seorang Da’i adalah menggerakkan atau mengacu objek dakwah (Ma’du) agar
timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah
dapat tercapai. Dalam proses dakwah diharapkan seorang Da’i mampu
menggerakkan atau menimbulkan kekuatan dalam diri Mad’u dan memimpin Mad’u
untuk bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang disampaikan.Selanjutnya
seorang Da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku Mad’u sesuai dengantujuan
dakwah yang kemudian menompang tingkah laku Mad’u dengan menciptakan
lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut.

Maka tugas dan tanggung jawab juru dakwah sebagai motivator adalah:
Mampu memberikan motivasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran untuk
bertingkah laku motivatif (beramal sholeh), Senantiasa memahami tiga faktor dasar
yang membentuk suatu lingkaran motifasi, yaitu: kebutuhan, tingkah laku dan tujuan.
Sehingga dengan demikian dapat memilihkan materi dakwah yang sesuai dan
menerapkan metode yang memenuhi harapan.

15
Jika diaplikasikan dalam teori Abraham Maslaw yang menyatakan manusia
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang menjadi dasar dari motivasi tingkah lakunya,
yang mana kebutuhan yang paling mendesak akan mendominasi tingkah laku
seseorang untuk mencapainya dan perhatiannya kepada kebutuhan yang lain akan
terabaikan. Maka, dalam proses kegiatan dakwah, pemenuhan akan kebutuhan-
kebutuhan hidup manusia mutlak diperhatikan, karena tanpa menghampiri motif-
motif pokok manusia, pesan-pesan dakwah mustahil dapat mempengaruhi perilaku
objek dakwak (Mad’u) sebagaimana yang diharapkan. Jadi, penting bagi seorang Da’i
mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar mampu
menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar
tujuan dakwah dapat tercapai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, HM, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Indah, 1993

Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta, 2006

Sakdiah, Halimatus, Pengantar Psikologi Agama, Banjarmasin: Comdes Kalimantan, 2009

17

Anda mungkin juga menyukai