Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERKEMBANGAN TEORI KARIR PERIODE KONTEMPORER

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling karir)

Kelompok 05
Disusun Oleh :

Ajeng Adinda Maulani (2111080102)


Muttri Handayani (2111080150)
Ratyh Ramadona Suryana (2111080163)

Dosen Pengampu :
Tika Febriyani,M.Pd

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung
Rasulullah SAW. Atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Makalah Perkembangam Teori Karir Periode Kontemporer ,Makalah
Perkembangan Teori Karir Periode Kontemporer disusun untuk memenuhi tugas Bimbingan
Konseling Karir.Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
Untuk para pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan
kata.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran Ibu Tika Febriyani,M.Pd
sebagai sarana memperbaiki makalah ini.

Bandar Lampung,29 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II....................................................................................................................................4

KAJIAN TEORI...................................................................................................................4

A. Teori Konstruksi Karir (Mark L. Savickas)....................................................................4

B. Tema Hidup (Life Themes).............................................................................................9

C. Happenstance Learning Theory (John D Krumboltz 1928-...)........................................9

BAB III................................................................................................................................15

PENUTUP...........................................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan dinamika perkembangan global, tantangan karier juga semakin


beragam misalnya globalisasi, teknologi, migrasi, persaingan internasional, perubahan
pasar, tantangan lingkungan, dan politik transnasional. Karier merupakan suatu proses
yang harus melalui tahapan perencanaan dan seleksi yang cukup panjang. Dalam
konteks yang lebih khusus misal pekerjaan, karier merupakan perjalanan pengalaman
kerja seseorang (Gibson & Mitchell). Setiap individu dapat melakukan perencanaan
yang tepat, namun terkadang seiring dengan perjalanan hidup seseorang dapat
mengubah arah kariernya. 1
Eksplorasi karier merupakan proses kritis, adaptif, dan seumur hidup, yang
melibatkan memperoleh informasi tentang diri dan pekerjaan dari berbagai sumber
(seperti orang tua, konselor sekolah, guru, dan berbagai media) serta mencoba
berbagai peran dan kegiatan yang bertujuan fokus pada arah karier dan memfasilitasi
pengambilan keputusan karier (Porfeli, Lee, & Vondracek. Menurut Gati & Tal serta
Sauermann pengambilan keputusan karier adalah proses yang kompleks karena
kesulitan yang terlibat dalam negosiasi antara beberapa pilihan karier dan banyak
pertimbangan pribadi. Pengambilan keputusan karier yang efektif merupakan salah
satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja khususnya siswa pada
jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA dan SMK). Keputusan karier yang
diambil oleh remaja salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi karier atau
career adaptability.2
Seseorang yang memiliki adaptasi karier tinggi lebih fleksibel dan memiliki
kemampuan beradaptasi yang lebih baik untuk menghadapi perubahan kondisi.
Pengambilan keputusan karier yang efektif tidak hanya melibatkan perkembangan
ketrampilan saja tetapi juga kepercayaan pada kemampuan pengambilan keputusan
seseorang. Kepercayaan pada kemampuan diri termasuk dalam salah satu aspek
kemampuan career adaptability. Savickas (dalam Creed, Fallon, dan Hood,) menjelaskan

1
Prasetya, Agung, Hawinda Widya Fatma, and Awalya Edy, “Teknik Konseling Karir Life Design Untuk
Meningkatkan Career Adaptability Siswa” 4, no. 1 (2022): 123.
2
Ibid.

1
bahwa career adaptability merupakan kesiapan untuk mengatasi tugas yang diprediksi
untuk mempersiapkan dan turut berperan dalam pekerjaan, pendidikan, serta mampu
mengatasi situasi yang tidak terduga yang mungkin muncul sebagai perubahan dalam
pekerjaan, kondisi kerja dan pendidikan.3
Sedangkan Ginevra menyoroti peran menengahnya orientasi masa depan
dalam hubungan antara 4 sumber daya adaptasi karir dan luasnya minat kejuruan.
Hasil ini menggarisbawahi bahwa intervensi tertentu dalam adaptasi karir dan
orientasi masa depan dapat memupuk berbagai kepentingan kejuruan yang lebih luas,
memberikan lebih banyak kesempatan bagi remaja untuk merespon tuntutan pasar
pekerjaan saat ini. Dengan begitu jelaslah bahwa kemampuan adaptabilitas karir
memiliki peran yang signifikan di dalam perkembangan karir kontemporer abad 21.4
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
subjektif kesejahteraan, adaptasi karir dan dirasakan dukungan sosial. Dukungan
sosial yang dirasakan dari keluarga, guru dan teman adalah variabel yang
memprediksi kemampuan adaptasi karir siswa SMA. Menurut Şahin & Kırdök
Adaptasi karir juga telah ditemukan untuk menjadi prediktor yang signifikan dari
subjektif kesejahteraan. Oleh karenanya perencanaan masa depan dan perencanaan
kesejahteraan keluarga erat kaitannya dengan tugas perkembangan karir, dan untuk
dapat bersaing dalam dunia karir pada era perkembangan industry 4.0 yang cenderung
mengalami shifting diperlukan kemampuan dapatabilitas karir yang baik.5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana Teori Konstruksi Karir (Mark L.Savickas 1947-...)
2. Bagaimana Tema Hidup (Life Themes)
3. Bagaimana Teori Happenstance learning theory (john D. Krumboltz 1928-...)

3
Ibid., 124.
4
Ramadani, Dewita,Muhammad Fachrurrazi, dan Dede Rahmat Hidayat “Adaptabilitas Karir Dalam Perspektif
Teori Perkembangan Karir Mark L. Savickas,” Jurnal iIlmiah Bimbingan Konseling Undikhsa 11, no. 1 (2020):
25.
5
Ibid., 25–26.

2
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dari makalah ini, maka tujuannya adalah:


1. Untuk mengetahui apa saja teori karir (Mark L.Savickas)
2. Untuk mengetahui apa itu tema hidup (Life Themes)
3. Untuk mengetahui apa saja Happenstance learning theory (John D. Krumboltz)

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Konstruksi Karir (Mark L. Savickas)

1. Biografi Singkat Mark L. Savickas

Mark Savickas, P.Hd merupakan Profesor of Family and Community Medicine


di Nort East Ohyo Medical University dan mengajar career counselling selama 40
tahun di Kent State University. Ia juga telah menulis sekurang-kurangnya 80
artikel,45 chapter buku,dan memberikan 500 presentasi mengenai konseling karier.
Karyanya yang terkenal yakni Handbook of Career Counseling Theory and Practice
(bersama B Walsh), Vocational Interest (bersama A Spokane) The Handbook of
Vocational Psychology (bersama B Walsh) dan jurnal-jurnal berjudul Career
Construction dan Life Design. 6

2. Konsep Utama Teori Konstruksi Karir


Mark Savickas termasuk teori pencetus karier kontemporer diawal abad 21.
Meski banyak mengetahui teori lain seperti teori perkembangan karir Super, teori tipe
kepribadian Holland,dn teori gaya hidup Adeler,ia memberikan pandangan dan
penekanan yang berbeda. Maka tak heran, Sharf menyenutkn teori konstruksi karir
savickas bersifat meta-teori yang berarti teori komprehensif turunan dari teori yang
telah ada sebelumnya. Menurut savickas, pilihan karir merupakan produk konstruksi
yang dibuat oleh individu dan bukan hasil tes-tes yang diberikan psikolog profesional.
Ia percaya bahwa individu selalu beradaptasi dan membangun narasi karir nya sendiri
di setiap tahap perkembangan karir. 7
Pembahasan teori konstruksi karir meliputi 4 area yakni 1) kepribadian
vokasional Holland,2) tugas perkembangan karir super, 3) dimensi adaptibilitas karir,
dan 4) tema hidup (life themes).8

6
Hidayat, Dede Rahmat, Wening Cahyawulan, Karir:Teori Dan Aplikasi Dalam Bimbingan Dan Konseling
Komprehensif (Jawa Barat: CV Jejak, 2019), 96–97.
7
Ibid., 97.
8
Ibid.

4
a. Kepribadian Vokasional Holland
Sebagai mana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kerpribadian Holland
berbentuk hexsagonal yang membagi seseorang dalam 6 tipe kepribadian yakni
Realistis Investigativ, Artisti, Sosial, Enterprise, dan Konvensional. Dalam pandangan
Savickas, teori Holland ini tidak bersifat permanen namun dinamis dan bisa berubah
yang berarti minat seseorang juga bersifat adaptif.9
Berikut pembahasan 6 tipe kepribadian dalam pandangn teori konstruksi karier:
1) Realistis
Dalam memahami cerita konseli yang bertipe realistis, topik yang dapat dipilih
yakni hobi bongkar pasang mesin, perbaikan atap rumah, minat berkebun, dan
aktivitas lain yang dominan penggunaan fisiknya.
2) Investigati
Narasi yang dibangun oleh konseli bertipe investigatif yakni kegembiraan
menyusun pazzel atau permainan yang menantang intelektual, senang menyelesaikan
permasalahan, dan membaca buku science fiction
3) Artistik
Kunci cerita konseli dengan tipe artistik adalah ekspresi kreatifitas . ekspresi ini
terlihat dalam aktifitas atau produk artistik yang ia ceritakan seperti lukisan,
musik, memasak, panggung teaterikal.
4) Sosial
Dalam memahami narasi konseli dengan tipe sosial, konseler dapat berfokus pada
aktivitas membantu orang lain seperti mengajar dan memberi layanan kesehatan
5) Enterprise
Menghasilkan uang menjadi aspek dalam narasi konseli yang bertipe enterprise.
Menjual, mengajak, atau mengelola orang lain adalah aktivitas dominannya
6) Konvensional
Konseli dengan tipe konvensional sangat senang bercerita tentang kesibukan di
kantor, mengelola keuangan, atau bekerja dari bilik meja kantornya selam berjam
–jam.10

9
Ibid., 98.
10
Ibid., 98–100.

5
b. Teori Perkembangan Karir Dalam Adaptabilitas Karir

Savickas mengajukan pertanyaan penting dalam setiap diskusi adaptabilitas karier,


yakni “Bagaimana akhirnya kamu memilih pekerjaan tersebut?”. Sebab ada stabilitas
karier adalah bagaimana individu mengkonstruksi dan mengelola karier mereka.
Dalam prosesnya, individu akan menghadapi serangkaian tugas perkembangan
karier sebagaimana dicetuskan oleh Super. Di sinilah tugas konselor dibutuhkan
untuk membantu konseli menghadapi hambatan-hambatan dalam fase perkembangan
yang relevan melalui cerita mereka. Berikut perbandingan tugas perkembangan
karier Super dan Savickas dalam perspektif adaptabilitas karier, beserta
penjelasannya:11

1) Usia 0-15 tahhun merupakan tahap pertumbuhan. Pada tahap ini,cerita konseli
berpusat pada setting keluarga,sekolah dan persahabatan. Bagaimana hubungan
konseli dengan guru,teman sebaya dan saudara kandung dibangun akan
memperngaruhi perkembangan karirnya.
2) Usia 15-25 tahun merupakan tahap eksplorasi dimana rencana melanjutkan
pendidikan,bereksplorasi dengan beragam jenis pekerjaan,belajar memasuki
dunia kerja,atau mencoba posisi parttime merupakan fokus cerita konseli pada
tahap eksplorasi
3) Usia 25-45 tahun merupakan tahap esthablisment. Ini merupakan tahap rencana
pekerjaan jangka panjang dimana konseli sudah memikirkan stabilitas karir
mereka dimana mereka pun tak segan berpindah kerja keperusahaan lain demi
peningkatan kompensasi dan promosi karir yang lebih baik
4) Usia 45-65 tahun merupakan tahap management. Pada tahap ini cerita konseli
lebih pada inovasi yang bisa dilakukan dalam pekerjaan. Misalnya, penggunaan
teknologi canggih mereka lakukan demi peningkatan performa kerja. Dan
puncak karir mereka juga berada pada tahap ini.
5) Usia 65 tahun ke atas merupakan tahap Didengangement. Individu yang
mendatangi konselor pada tahap ini pasti bercerita mengenai aktivitas-aktivitas
yang dapat dilakukan pada massa pensiun saat fisik dan kesehatan membatasi
kegiatan mereka.12

11
Ibid., 100.
12
Ibid., 101–103.

6
Dari semua penjelasan di atas, Savickas tetap memandang fase perkembangan ini
tidak bersifat mutlak. Konsep adaptabilitas karier yang ia kemukakan memungkinkan
seseorang mencapai fase tertentu di usia yang berbeda dari ketentuan di atas.
Konselor dan konseli dapat memanfaatkan status fase perkembangan ini sebagai
bahan bercerita untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi selama fase
tersebut, bukan untuk membandingkan pencapaian konsell dengan orang lain.13

c. Dimensi Dalam Adaptabilitas Karir

Selain membahas fase perkembangan karier dalam perspektif konsep adatabilitas


karier, Savickas juga menekankan pentingnya proses beradaptasi itu sendiri.
Sebagaimana teori evolusi Darwin yang mengatakan “Pemenang bukanlah yang
terkuat, melainkan yang mampu beradaptasi”, konsep adaptabilitas karier Savickas
juga relevan bagi perkembangan dunia kerja abad 21. 14

Ia mengingatkan bahwa penerapan teknologi tingkat tinggi telah mengubah


struktur dan pola kerja saat ini. Banyak profesi baru lahir, namun lebih banyak
profesi yang hilang tergantikan automasi teknologi. Adatablitas karier menjadi
konstruk yang membantu individu menghadapi krisis karier selama fase
perkembangannya. Savickas menjabarkan empat dimensi dari adaptabilitas karier yang
merepresentasikan kesiapan kemampuan adaptasi seseorang:15

1) Perhatian (Concern)

Dimensi pertama dari adaptabilitas karler yakni besarnya perhatian yang


dimiliki individu. Saar individu memberi perhatian penuh pada kariernya, maka
dengan senang hati akan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi akibat
pilihan. Karier maupun perubahan eksternal. Dalam menguatkan dimensi
perhatian (concern) konseli, konselor dapat membantunya agar lebih optimis
menatap masa depan, melihatnya dengan lebih detail, dan meningkatkan
keterampilan merancang (keterampilan perencanaan).16

2) Kendali (Kontrol)
13
Ibid., 103.
14
Ibid., 103–104.
15
Ibid., 104.
16
Ibid.

7
Keraguan terbesar dalam karier biasanya terekspresikan dalam pertanyaan
“Apakah saya bias mengendalikan masa depan saya?”. Melalui konsep
adaptabilitas karier, Savickas ingin menjawab bahwa hal yang dapat
dikendalikan adalah sikap kita seperti self-management dan time-management,
bukan kondisi eksternal. Konselor dapat membantu konseli dalam melatih
keterampilan asertif, mengembangkan metode pengambilan keputusan yang
cocok dengannya, dan mendukung konseli untuk senantiasa mengambil tanggung
jawab risiko atas semua pilihannya. 17

3) Rasa Ingin tahu (Curiosity)


Setelah memberi perhatian dan yakin bahwa masa depan dapat dikendalikan,
dimensi ketiga yang diajukan Savickas yakni rasa ingin tahu (curiosity). Rasa
ingin tahu ini penting dalam proses adaptasi karier seseorang karena rasa ingin
tahu membawa mereka pada kesenangan membaca atau berselancar di internet,
keinginan mencoba berbagai kemungkinan baru, dan mengambil risiko pada
pekerjaan bidang lain. Konselor dapat membantu konseli untuk berdamai dengan
ketidakpastian dari perubahan, mengklarifikasi ulang nilai hidup dan minat
mereka. Savickas juga merekomendasikan HexagonalHolland sebagai alat bantu
mengorganisasi beragam jenis pekerjaan.18

4) Rasa percaya diri (Confidence)


Dimensi terakhir dari adaptabilitas karier yakni rasa percaya diri. Rasa percaya
diri berhubungan dengan harga diri (selfesteem) dan efikasi diri (selfefficacy).
Pertanyaan “apakah saya bisa melakukannya?” merupakan indikator besamya
rasa percaya diri seseorang saat mengambil risiko karier. Cara terbaik
meningkatkan rasa percaya diri adalah melatihnya pada permasalahan kecil,
rutin, dan keseharian yang membuat individu meyakini bahwa ia pun bisa
melalui permasalahan yang lebih besar. Konselor dapat membantu konseli
mengembangkan sikap efikasi diri, penerimaan diri, dan penilaian diri sehingga
ia mampu menghadapi permasalahan di masa depan secara mandiri.19

17
Ibid., 104–105.
18
Ibid., 105.
19
Ibid., 106.

8
B. Tema Hidup (Life Themes)

Kekuatan konseling dengan pendekatan konstruksi karier Savickas terletak


pada proses narasi atau cerita (story) yang dikemukakan konseli. Cerita tersebut lahir
dari interaksi individu (psychologicalpersonality) dengan lingkungan sosial
(psychologicaladaptability). Savickas menggunakan keduanya sebagai penentuan
tema hidup (lifethemes) seseorang.20
Konsep tema hidup ini diturunkan dari teori gaya hidup (lifestyle) Alfred
Adler dan melekat kuat sebagai dasar teori konstruksi karier Savickas. Teori gaya
hidup Adler memberi alasan bagi seseorang atas pilihan karier yang diambilnya. Bagi
Adler, gaya hidup yang sehat dalam karier adalah saat individu memberi makna bagi
orang lain melalui uluran tangannya, dan bukan memanipulasi mereka demi uang dan
jabatan. Makna dan tujuan hidup inilah yang menjadi refleksi gaya hidup atau tema
hidup seseorang. Untuk itu, Savickas menitikberatkan peran konselor dalam membantu
konseli menemukan makna dan tujuan dalam hidupnya.21

C. Happenstance Learning Theory (John D Krumboltz 1928-...)

1. Biografi Singkat John D Krumboltz

John D Krumboltz adalah. Seorang profesor pendidikan dan psikologi di


Standford University dengan spesialisasi bidang piskologi konseling. La juga
seorang pionir untuk berbagai teori konseling karier seperti sociallearningtheory
pada 1979, theoryofcareerdecision making pada 1996 dan yang terbaru ia
mencetuskan happenstance learning theory pada 2009. Pada tahun 2002 ia mendapat
penghargaan dari APA's Award for Distinguished Profesional Contirbutions to
Applied Research.22

2. Konsep Utama Happenstance Learning Theory


Krumboltz menceritakan pengalamannya bertemu ribuan konselor karier
dalam seminar/konferensi di seluruh dunia selama puluhan tahun. Pertanyaan ini
senantiasa ia ajukan: “Sekarang Anda semua sudah menjadi seorang konselor
karier. Apakah kondisi ini pernah terpikirkan saat Anda berusia 18 tahun?”
20
Ibid.
21
Ibid., 107.
22
Ibid., 110.

9
Sebanyak ia bertanya, sebanyak itu pula ia mendapat jawaban “Tidak”. Lantas, jika
kita sebagai konselor karier saja tidak pernah memprediksi pekerjaan di masa
depan, bagaimana mungkin kita dapat meminta anak-anak kita melakukan hal yang
sama?23
Ada begitu banyak faktor yang menyebabkan perencanaan karier menjadi sulit
diukur keberhasilannya. Bright, Pryor, Chan, dan Rijanto menemukan bahwa
69,1% mahasiswa Australia menghadapi banyak kejadian tidak terencana
(unplannedevent) yang mempengaruhi proses. Pemilihan kariernya. Salah satu
faktor tersebut yakni perubahan dunia industri yang begitu pesat.24
Saat ini kita hidup dalam era revolusi industri 4.0 di mana perubahan secara
cepat dan ketidakpastian menjadi hal yang umum dirasakan. Sejumlah profesi telah
berganti nama bahkan tergerus teknologi dan automasi, misalnya petugas pintu tol
yang tergantikan teknologi RFID dan e-money, teknisi perakitan mobil yang
terganti oleh robot humanoid, akuntan yang terganti software akuntansi yang lebih
praktis, hingga ancaman profesi tukang bangunan yang akan terganti oleh teknologi
printer 3D.25
Perubahan-perubahan ini menyebabkan proses perencanaan karier dengan
pencocokan karakter diri dengan kualifikasi profesi (traitandfactor) menjadi tidak
relevan. Sebagai contoh, ketika seorang anak SD bercita-cita menjadi seorang pilot
lalu ia hanya fokus pada pencapaian kualifikasi akademik. Ia tidak memperhatikan
perkembangan industri penerbangan yang semakin canggih di mana seluruh
produsen pesawat sedang mengaplikasikan teknologi self-driving yang memungkinkan
pesawat takeoff, terbang dan landing secara otomatis tanpa kendali manusia. Lalu
bagaimana nasib profesi pilot dan orang orang yang sedang menempuh pendidikan
pilot? Haruskah mereka berganti profesi?26
Contoh lainnya yang juga melatarbelakangi teori ini adalah banyaknya
kejadian tidak terduga (chanceevents) yang mempengaruhi proses perencanaan
karier seseorang seperti perubahan zaman, tuntutan orang tua yang berbeda dengan
rencana sang anak, orang tua meninggal sehingga anak sulung terpaksa putus

23
Ibid., 111.
24
Ibid.
25
Ibid.
26
Ibid., 111–112.

10
sekolah dan bekerja demi menghidupi adik adiknya, hingga ketidak sesuaian ekspektasi
pilihan profesi sehingga harus berganti profesi lainnya.27
Happenstance Learning Theory (HLT) yang dikemukakan Krumboltz
menawarkan solusi untuk merespons peluang (opportunity) dan kejadian tidak
terduga (chanceevent) selama proses perencanaan karier. Alih-alih memilih satu
jenis profesi, HLT menawarkan pembelajaran agar seseorang bisa lebih puas dalam
karier dan hidupnya. Krumboltz tidak sendirian mengembangkan teori ini. Bersama
Kathleen E. Mitchel dan Al S Levin, pada tahun 1999 ia memperkenalkan istilah
planned happenstance dalam jurnalnya yang berjudul Planned Happenstance;
Constructing Unexpected Career Opportunities.28

3. Konsep Happenstance Learning Theory

Pada perspektif tradisional konseling karier, konselor akan fokus pada


karakteristik konseli untuk dicocokkan pada pekerjaan tertentu dan menguatkan
konseli guna mencapainya. Namun kenyataan sering berkata lain. Proses
perencanaan karier ini mengabaikan faktor kejadian tidak terduga (chanceevent)
yang mempengaruhi hasil akhir. Karena tidak ada yang dapat memprediksi masa
depan dengan akurat, Krumboltz melalui teori HLT merekomendasikan konselor
memperhatikan faktor X ini. 29

Krumboltz mendefinisikan Happenstance Learning Theory sebagai kerangka


konseptual dari konseling karier yang mengubah kejadian tidak terduga menjadi
kesempatan untuk belajar (opportunitytolearn). HLT menganggap setiap individu
terlahir dengan karakteristik dan predisposisi berbeda yang tidak mereka pilih dari
orang tuanya. Individu ini kemudian berkembang di lingkungan dengan banyak
sekali kejadian tak terprediksi baik positif maupun negatif yang memberikan
kesempatan untuk belajar. Dengan kondisi ini, Krumboltz, Foley, dan Coter
menyarankan agar individu tetap membuka diri dengan berbagai pilihan dan
mengizinkan kesempatan baru dibentuk. Sikap terbuka ini penting untuk merespons
berbagai kemungkinan di dunia kerja yang semakin fluktuatif dan tidak menentu.30

27
Ibid., 112.
28
Ibid., 112–113.
29
Ibid., 113.
30
Ibid., 113–114.

11
HLT juga memandang kondisi keraguan (indesicion) sebagai kekuatan pikiran
terbuka (open mindedness) dan penting dimiliki setiap individu, alih-alih sebagai
kelemahan. Mitchel, dkk berpendapat bahwa Open mindedness tidak berarti pasif
menunggu kesempatan datang, namun justru harus semakin aktif bereksplorasi.
Aktivitas eksplorasi ini dapat ditunjang dengan seperangkat keterampilan khas
yang disebut Career Happenstance Skill:31

a. Rasa ingin tahu (Curiousity)

Menjelajahi kesempatan belajar baru yang ditandai dengan menjaga rasa


penasaran, senang bertanya, senang mencoba aktivitas lama dengan cara
berbeda, dan bereksperimen.

b. Kegigihan (Persistance)

Dalam mencoba hal baru, setiap individu akan berhadapan dengan beragam
kendala (barrier) baik faktor internal maupun eksternal. Untuk itulah
dibutuhkan sikap gigih yang terus berusaha meskipun berat. Menjadikan
kondisi ragu-ragu sebagai hal baik yang penting untuk dimiliki selama proses
eksplorasi.

c. Fleksibilitas (Flexibility)

Banyak hal terjadi di luar kendali (uncontrolled) dan tidak terprediksi


(unpredictabled). Fleksibilitas adalah kemampuan berfokus pada hal yang
dapat dikendalikan yakni sikap kita menghadapi kondisi apapun walau tidak
ideal seperti yang diharapkan.

d. Optimis (Optimism)

Penting bagi individu untuk menanamkan sikap optimis selama proses


eksplorasi. Keyakinan ini memandang segala kesempatan adalah mungkin
untuk dicapai.

31
Ibid., 114.

12
e. Berani mengambil risiko (RiskTaking)

Terkadang proses eksplorasi menuntut kita keluar dari zona nyaman dengan
risiko lebih tinggi. Berani mengambil risiko adalah keberanian menghadapi
ketidakpastian.32

4. Proposisi Happenstance Learning Theory dalam Konseling Karier


Perubahan cara pandang HLT pada proses perencanaan katier
(careerplanning) berimplikasi pula pada pelaksanaan konselingnya. Berikut 4
proporsi yang ditawarkan HLT dalam konseling karier :33
1. Tujuan konseling karier yakni membantu konseli belajar mengambil
tindakan demi mencapai kepuasan karier dan kehidupan, bukan untuk.
Mengambil pilihan tunggal sebuah profesi.
Menjadi paradoks tatkala konselor meminta konseli menyebut nama profesi
impiannya seperti dokter, polisi, akuntan sedangkan masa depan sendiri
semakin tidak menentu. Bisa saja profesi-profesi tersebut akan hilang dan nama
profesi yang akan dijalani konseli di masa depan belum ditemukan saat ini.
Maka, tujuan konseling karier dengan pendekatan HLT yakni membantu
konseli menghadapi beragam transisi hidup dengan menjadikan perubahan dan
kondisi tidak terduga sebagai kesempatan untuk belajar.

2. Asesmen digunakan untuk menstimulasi pembelajaran, bukan untuk


mencocokkan karakteristik individu dengan karakteristik pekerjaan
tertentu.
Hasil asesmen seharusnya dijadikan bahan percakapan selama konseling.
Konselor perlu menyadarkan konseli bahwa hasil tes minat, bakat, kepribadian
hanya memberikan rekomendasi sebagian kecil nama profesi. Konseli tidak
harus menjatuhkan pilihan pada nama-nama tersebut.

3. Konseli belajar untuk ikut serta dalam proses eksplorasi agar dapat
mengubah kejadian tak terencana (unplannedevents) menjadi bermanfaat.

32
Ibid., 114–115.
33
Ibid., 116.

13
Pada konteks ini, konselor membantu konseli agar berani menghadapi risiko.
Apapun bentuk risikonya baik kesalahan atau kerugian merupakan kesempatan
untuk belajar (opportunitytolearn).

4. Keberhasilan konseling diukur dari keberhasilan konseli di dunia nyata.


Konselor tidak boleh berpuas diri hanya karena konseli merasa nyaman selama
sesi konseling. Justru keberhasilan konseli dalam dunia nyata itulah ukuran
proses konseling yang sesungguhnya.34

34
Ibid., 116–117.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pilihan karier merupakan produk konstruksi yang dibuat oleh individu dan bukan
hasil tes-tes yang diberikan psikolog profesional. La percaya bahwa individu. Selalu
beradaptasi dan membangun narasi kariernya sendiri di setiap tahap perkembangan
karier. Pembahasan teori konstruksi kariernya meliputi empat area yakni 1)
kepribadian vokasional Holland. 2) tugas perkembangan karier Super, 3) dimensi
adaptibilitas karier, dan 4) tema hidup (lifethemes).
Banyak profesi baru lahir, namun lebih banyak profesi yang hilang tergantikan
automasi teknologi. Adatablitas karier menjadi konstruk yang membantu individu
menghadapi krisis karier selama fase perkembangannya. Ada 4 dimensi adaptabilitas
karier: 1) perhatian, 2) kendali, 3) rasa ingin tahu, 4) rasa percaya diri.
HappenstanceLearningTheory (HLT) yang dikemukakan Krumboltz menawarkan
solusi untuk merespons peluang (opportunity) dan kejadian tidak terduga
(chanceevents) selama proses perencanaan karier. Alih-alih memilih satu jenis
profesi, HLT menawarkan pembelajaran agar seseorang bisa lebih puas dalam karier
dan hidupnya.
HLT juga memandang kondisi keraguan (indesicion) sebagai kekuatan pikiran
terbuka (open mindedness) dan penting dimiliki setiap individu alih-alih sebagai
kelemahan. Mitchel, dkk berpendapat bahwa Open mindedness tidak berarti pasif
menunggu kesempatan datang, namun justru harus semakin aktif bereksplorasi.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di


atas masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna.

15
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Dede Rahmat, Wening Cahyawulan, Robbani Alfan. Karir:Teori Dan Aplikasi
Dalam Bimbingan Dan Konseling Komprehensif. Jawa Barat: CV Jejak, 2019.

Prasetya, Agung, Hawinda Widya Fatma, and Awalya Edy. “Teknik Konseling Karir Life
Design Untuk Meningkatkan Career Adaptability Siswa” 4, no. 1 (2022): 123–132.

Ramadani, Dewita,Muhammad Fachrurrazi, dan Dede Rahmat Hidayat. “Adaptabilitas Karir


Dalam Perspektif Teori Perkembangan Karir Mark L. Savickas.” Jurnal iIlmiah
Bimbingan Konseling Undikhsa 11, no. 1 (2020): 24–31.

17

Anda mungkin juga menyukai