Dosen Pengampu :
Adi Dinardinata, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Disusun Oleh :
Ayisha Nabila Putri A. 15000119120021
Grace Immanuela P 15000119140283
Muhammad Shidqi 'Afifi 15000119130300
Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro
2019/2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan rahmatnya ehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul Psikologi Eksistensial Victor Frankl, Rollo
May, Ludwig Binswanger dan Medard Boss. Sholawat beriringan salam kita
sampaikan kepada kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Kami haturkan rasa terima kasih kami kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil dalam pembuatan makalah ini.
Sehingga pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada
halangan suatu apapun.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami
mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita
semua.
Kelompok 10
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
a. Latar Belakang 1
b. Rumusan Masalah 1
c. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Psikologi Eksistensial Victor Frankl 2
2.1 Psikologi Eksistensial Ludwig Binswanger dan Medard Boss 5
2.1 Psikologi Eksistensial Rollo May 11
BAB III PENUTUP 17
Kesimpulan 17
Daftar Pustaka 18
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena
ketidakpuasan beberapa filsuf pada masa Yunani saat itu, khususnya pandangan
tentang spekulatif manusia. Filsafat eksistensialisme berhubungan dengan
pengembangan sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang
umum pada semua realitas, keberadaan manusia, dan nilai. Maka dari itu, filsafat
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah filsafat eksistensialisme yang
ditinjau dari segi ontologis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang esensi terapi eksistensial Viktor Frankl?
2. Bagaimana penjelasan tentang esensi psikologi eksistensial Ludwig
Binswanger dan Medard Boss?
3. Bagaimana penjelasan tentang esensi psikologi eksistensial Rollo May?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Rollo May, Ludwig Binswanger, Medard
Boss dan Viktor Frankl.
2. Untuk mengetahui pengaruh filsafat eksistensial bagi terapi
eksistensial Viktor Frankl
3. Untuk mengetahui pengaruh filsafat eksistensialisme bagi psikologi
eksistensial Ludwig Binswanger dan Medard Boss.
4. Untuk mengetahui pengaruh filsafat eksistensial bagi psikologi
eksistensial Rollo May.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Psikologi EKsistensial Viktor Frankl
A. Biografi Victor Frankl
Pada Desember 1941 Frankl menikah dengan Tilly Grosser. Satu tahun
setelah menikah, Frankl beserta keluarganya menjadi tawanan di kamp
konsentrasi Jerman. Pada tahun 1945, Frankl dibebaskan oleh tentara AS. Frankl
selamat dari Holocaust tetapi istri dan kedua orangtuanya dibunuh di kamp
konsentrasi.
2
Pada tahun 1945 Ia menulis buku yang berjudul Man’s search for
meaning. Ia menceritakan pengalaman seorang tahanan di kamp-kamp konsentrasi
dari penilaian kejiwaan. Dalam buku ini, Ia berusaha menjelaskan keadaan para
tahanan yang ada di kamp-kamp konsentrasi secara objektif dari perspektif
seorang psikiater. Refleksi yang dijabarkan dalam akunnya, membawanya untuk
menemukan logoterapi, yang dianggap sebagai Sekolah Psikologi Vianesa Ketiga,
setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler.
Kata Logoterapi berasal dari dua kata, yaitu berasal dari Bahasa Yunani
“logos” yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Sedangkan kata
terapi berasal dari Bahasa inggris “theraphy” yang artinya penggunaan teknik-
teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu
penyakit. Jadi kata “logoterapi” artinya penggunaan teknik untuk
menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui
penemuan makna hidup.
3
Logoterapi lahir dari kondisi dimana tidak ada penghargaan terhadap nilai-
nilai kemanusiaan. Manusia tidak lagi dihargai sebagai komunitas yang dapat
mengambil keputusannya sendiri. Para filsuf Eksistensialisme frustasi akan masa
depan umat manusia. Tetapi dalam kondisi yang seperti itu, Frankl berusaha
melampauinya melalui Filsafat Eksistensialisme. Logoterapi mensiratkan sebuah
harapan besar terhadap kehidupan yang lebih bermakna. Terapi eksistensialisme
membantu manusia untuk mengenal kembali keberadaan dan kesadaran dirinya.
Logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan
berkehendak sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya
sesuai julukan kehormatan bagi manusia sebagai the self determining
being. Selain itu manusia memiliki kualitas – kualitas insani (human qualities),
yakni berbagai potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada
makhluk – makhluk lain, seperti kesadaran diri, transendensi diri memahami dan
mengembangkan diri, kebebasan memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan
orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan tertawa, etika dan rasa estetika,
nilai dan makna dan sebagainya.
4
drive to meaning karena menurutnya makna dan nilai itu berada di luar
manusia dan manusia bebas menentukan apakah ia akan menerima atau
menolaknya.
3. The meaning of life (tentang makna hidup)
Frankl menganggap bahwa makna hidup adalah suatu hal yang unik,
spesifik dan personal. Oleh karena itu, setiap orang memiliki makna hidup
yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara yang satu dengan
yang lain. Seorang logoterapis tidak memberikan suatu makna hidup
kepada kliennya, melainkan memperluas pandangan klien untuk
menemukan makna dan arti hidup
2.2 Psikologi Eksistensial Ludwig
Binswanger dan Medard Boss
A. Biografi Ludwig Binswanger dan
Medard Boss
5
Binswanger adalah terapis pertama yang menekankan sifat dasar eksistensial dari
tipe krisis yang dialami pasien dalam pengalaman terapi. Binswanger pada
dasarnya berjuang untuk menemukan arti dalam penyakit gila dengan
mnerjemahkan pengalaman para pasien kedalam teori psikoanalisis. Setelah
membaca pendekatan filsafat Heidegger “Being in time” (1962), Binswanger
menjadi lebih eksistensial dan fenomenologis dalam pendekatannya kepada para
pasien. Pada tahun 1956, Binswanger berhenti menjadi direktur Sanatorium
setelah menduduki posisi tersebut selama 45 tahun. Dia terus melakukan studi dan
menulis sampai meninggal pada tahun 1966.
6
Menurut Ludwig Binswanger Psikologi Eksistensial tidak memiliki
pendiri aliran tunggal. Akan tetapi, Psikologi Eksistensial memiliki akar
pada hasil kerja beraneka ragam kelompok filsuf dari paruh kedua abad
XIX. Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama
psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat
yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia. Sebelum
psikologi modern membuka dirinya pada pemikiran (school of thought)
berbasis emosi dan spiritual yang transenden, psikologi terlebih dahulu
dipengaruhi oleh ide-ide humanistik. Psikologi humanistik berpusat pada
diri, holistik, terobsesi pada aktualisasi diri, serta mengajarkan optimisme
mengenai kekuatan manusia untuk mengubah diri mereka sendiri dan
masyarakat. Terdapat gerakkan eksistensialisme pada abad 19 yang
dikemukakan oleh seorang filsuf bernama Soren Kierkegaard. Dalil utama
dari eksistensialisme adalah keberadaan (existence) individual manusia yang
dialami secara subjektif.
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal
berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah ini hendak dikatakan
oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya dipahami
bukan sebagai kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau
pola-pola statis, melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu
yang “mengada”.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang berusaha memahami
kondisi manusia sebagaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-
situasi kongkret. Kondisi manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa
ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh
momen yang hadir pada saat itu (misalnya perasaan senangnya,
kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia eksistensial lebih
sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti pandangan
behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia
dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan
individu dan dunianya. Manusia tidak dapat dipisahkan sebagai manusia
7
individu yang hidup sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan
lingkungan dan habitatnya secara keseluruhan. Manusia (individu) tidak
mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari dunianya dan dunia tidak
mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya. Individu dan dunia
saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute). Dikatakan
saling menciptakan (co-constitutionality), karena manusia dengan dunianya
memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia tanpa
ada individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu
kontekstual, oleh karena sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia
tanpa memahami dunia tempat eksistensi manusia tersebut, melalui
dunianyalah maka makna eksistensi tampak bagi dirinya dan orang lain.
Sebaliknya individu memberi makna pada dunianya, tanpa diberi makna
oleh individu maka dunia tidak ada sebagai dunia.
Selanjutnya rancangan dunia adalah istilah Binswanger untuk
menyebut pola yang meliputi cara ada di dunia seorang individu. Rancangan
dunia seseorang menentukan cara bagaimana ia akan bereaksi terhadap
situasi-situasi khusus serta ciri sifat dan simptom seperti apa yang akan
dikembangkannya. Batas-batas dari rancangan tersebut mungkin sempit, dan
mengerut atau mungkin lebar dan meluas. Binswanger mengamati bahwa
jika rancangan dunia dikuasai oleh sejumlah kecil kategori, maka
ancamannya akan lebih cepat dialami dibandingkan bila rancangan dunia
terdiri dari bermacam-macam kategori. Lebih lanjut dikatakan pada
umumnya, orang memiliki lebih dari satu rancangan dunia.
2) Struktur Eksistensi
a) Ada-di-Dunia (Dasein)
Merupakan dasar fundamental dalam psikologi eksistensial. Seluruh
struktur eksistensi manusia didasarkan pada konsep ini. Ada-di-dunia
(Dasein) adalah keseluruhan eksistensi manusia, bukan merupakan milik
atau sifat seseorang. Sifat dasar dari Dasein adalah keterbukaannya dalam
menerima dan memberikan respon terhadap apa yang ada dalam
kehadirannya. Manusia tidak memiliki eksistensi terlepas dari dunia dan
8
dunia tidak memiliki eksistensi terlepas dari manusia. Dunia dimana
manusia memiliki eksistensi meliputi 3 wilayah, yaitu:
Dunia objek disekitar kita, dunia natural. Yang termasuk dalam umwelt
diantaranya kebutuhan-kebutuhan biologis, dorongan-dorongan, naluri-
naluri, yakni dunia yang akan terus ada, tempat dimana kita harus
menyesuaikan diri. Akan tetapi umwelt tidak diartikan sebagai “dorongan-
dorongan” semata melainkan dihubungkan dengan kesadaran-diri manusia.
(2). Mitweit (“dunia bersama”)
Dunia perhubungan antar manusia dengan manusia yang lain. Didalamnya
terdapat perhubungan antar berupa interaksi manusiawi yang mengandung
makna. Dalam perhubungan tersebut terdapat perasaan-perasaan seperti
cinta dan benci yang tidak pernah bisa dipahami hanya sebagai sesuatu yang
bersifat biologis semata.
(3). Eigenwelt (“dunia milik sendiri”)
Adalah kesadaran diri, perhubungan diri dan secara khas hadir dalam diri
manusia.
9
eksistensinya atau membiarkan dirinya dikuasai oleh orang-oarang lain atau
oleh lingkungannya, maka manusia itu hidup dalam suatu eksistensi yang
tidak otentik. Manusia bebas memilih salah satu dari keduanya.
Manusia dapat hidup dengan bebas, akan tetapi bukan berarti tanpa
adanya batas-batas. Salah satu batasannya adalah dasar eksistensi kemana
orang-orang “dilemparkan”. Kondisi “keterlemparan” ini, yakni cara
manusia menemukan dirinya dalam dunia yang menjadi dasarnya, yang
merupakan nasibnya. Manusia harus hidup sampai nasibnya berakhir untuk
mencapai kehidupan yang otentik. Keterlemparan juga diartikan sebagai
keadaan diperdaya oleh dunia, dengan akibat orang-orang menjadi terasing
dari dirinya sendiri
3) Penjelasan Mengenai Evolusi Eksistensi Manusia
10
4) Pilihan dalam Hidup, Kesalahan, dan Rasa Takut
11
eksistensinya. Apa saja yang dilakukannya adalah pilihannya sendiri, orang
tersebut sendirilah yang menentukan akan menjadi apa dia dan apa yang
akan dilakukannya
2.3 Psikologi Eksistensial Rollo
May
A. Biografi Rollo May
Rollo Reese May lahir pada tanggal 21 April 1909, di Ada, Ohio, sebagai
anak laki-laki pertama dari enam bersaudara pasangan Earl Tittle May dan Matie
Boughton May. Terlahir dari orang tua yang tidak berpendidikan rendah
membuatnya tidak terlalu dekat dan sering beradu argument dengan orang tuanya.
12
Ia pertama kali berkuliah di Michigan State University, tempat ia
mengambil jurusan bahasa Inggris. Akan tetapi, ia diminta untuk keluar dari
kampus tidak lama setelah menjadi editor sebuah majalah mahasiswa yang
radikal. Kemudian, May pindah ke Oberlin College di Ohio, tempat ia menerima
gelar sarjana di tahun 1930.
13
C. Teori Psikologi Eksistensial Rollo May
Umwelt
Umwelt adalah dunia objek atau benda, serta akan tetap ada
walaupun manusia tidak memiliki kesadaran. Umwelt adalah dunia alam
atau hukum alam; termasuk dorongan biologis dan dorongan untuk tidur,
serta fenomena alami seperti kelahiran dan kematian.
Mitwelt
Manusia juga hidup di dalam dunia yang penuh dengan manusia.
Kita harus berhubungan dengan manusia sebagai manusia, bukan sebagai
benda. Apabila memperlakukan manusia sebagai objek, maka
sesungguhnya kita hanya hidup di Umwelt. Perbedaan antara umwelt dan
mitwelt dapat dilihat dengan membedakan antara seks dan cinta.
Eigenwelt
Merujuk pada hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Untuk
hidup dalam eigenwelt, berarti untuk sadar atas dirinya sendiri sebagai
manusia dan memehami siapa diri kita saat berhubungan dengan dunia
kebendaan dan dunia manusia.
Kecemasan
14
- Kecemasan Normal : agar nilai-nilai seseorang dapat tumbuh dan
berubah, berarti ia haris mengalami kecemasan konstruktif. Semua
pertumbuuhan selalu meliputi pelepasan nilai-nilai lama yang dapat
menyebabkan kecemasan.
- Kecemasan Neurotik : reaksi yang tidak proporsional atas suatu
ancaman, meliputi represi dan bentuk-bentuk lain dari konflik
intrapsikis, yang dikelola oleh bermasam bentuk pemblokiran
kreativitas dan kesadaran.
Rasa Bersalah
Intensionalitas
15
Kepedulian adalah kondisi ketika sesuatu benar-benar berarti.
Kepedulian tidak sama dengan cinta, namun bersumber dari cinta. May
mendefinisikan cinta sebagai perasaan bahagia terhadap orang lain dan
menegaskan nilai serta perkembangan seperti milik kita sendiri. Tanpa
kepedulian, tidak mungkin ada cinta-hanya sentimental kosong atau
rangsangan seksual yang sementara. Kepedulian juga merupakan sumber
dari keinginan. May menyebut keinginan sebagai kapasitas mengatur diri
seseorang agar pergerakan dalam arah tertentu atau menuju suatu sasaran
tertentu dapat terjadi. Bentuk cinta diidentifikasi menjadi empat macam,
yaitu :
16
Bentuk-bentuk kebebasan :
- Kebebasan Eksistensial : kebebasan ini merupakan kebebasan untuk
bertindak⸺kebebasan untuk melakukan.
- Kebebasan Esensial : kebebasan untuk bertindak, bergerak, tidak
selalu menjamin kebebasan esensial (kebebasan untuk menjadi).
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
18
Daftar Pustaka
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1-2005-
bakhtiyarz-565-Bab3_110-2.pdf
Feist Jess, dkk. 2017. Teori Kepribadian Buku 1. Jakarta Selatan: Penerbit
Salemba Humanika.
19