Setting Sosial
Disusun Oleh :
Adinda Galih
111211131020
Aprilian Syifa
111211131037
Tery Nadia
111211131054
Rayvina
111211133078
111211133079
Ni Nyoman Yogiswari111211133095
Adriadi Novansyah Jauhari
111211133098
Kelas A
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Topik
Topik pada observasi dan wawancara pada setting sosial ini, kami mengangkat topik
Konformitas Pada Anggota Komunitas Motor Vespa. Kegiatan ini kami lakukan dengan
dengan tujuan untuk memenuhi tugas observasi dan wawancara dalam mata kuliah
Psikodiagnostik IV. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana
konformitas pada anggota salah satu komunitas motor vespa yang ada di Surabaya.
kelompok. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain dan
semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin
besar kesetiaan mereka maka akan semakin kompak (Sears, 1991)
Maka dari itu, kelompok kami ingin meneliti sejauh mana para anggota tersebut
melakukan konformitas terhadap nilai-nilai social yang berlaku maupun terhadap anggota
lainnya melalui proses wawancara dan observasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Konformitas
Konformitas ini berakar dari pengaruh sosial normatif (Aronson, 1980; Deustch &
Gerard, 1955; Kelley, 1952). Pada satu keadaan, individu akan merasa terpaksa untuk
bertindak sesuai dengan norma-norma kelompok karena khawatir akan memperoleh sejumlah
konsekuensi negatif dari penyimpangan tersebut. Berikut ini beberapa pengertian konformitas
dari para ahli:
Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil
dari tekanan kelompok (Myers, 2008);
Konformitas terjadi di saat individu berperilaku atau memberikan suatu opini supaya
sesuai dengan kondisi tertentu atau untuk memenuhi harapan yang diinginkan oleh
kelompok (Rashotte, 2008).
2.1.2
Tipe-tipe Konformitas
Allen, Kelman dan Mascovici (dalam Brehm & Kassim, 1990) mengemukakan dua
b.
Yaitu perilaku konformitas yang hanya dilakukan dengan merubah perilaku luar
tanpa adanya perubahan pola pikir. Perilaku konformitas tipe ini merupakan hasil
dari normative social influence.
2.1.3
2.1.4
hampir seisi kelas menggunakan tas ransel. Si A yang pada awalnya menggunakan tas
selempang akhirnya juga menggunakan tas ransel .
2. Group unanimity (adanya kebulatan suara dalam kelompok);
Hal ini juga berkaitan dengan dukungan sosial. Misalnya, sebuah kelas terdiri dari
beberapa mahasiswa ketika ada kelas asistensi satu sama lain pasti akan mencocokkan
jadwal. Sebagian besar bisa di hari selasa tapi sebagian kecil tidak bisa pada hari tersebut.
maka kesepakatan kelas asistensi diadakan pada hari selasa. Maka sebagian kecil yang
tidak bisa pada hari itu dapat mengikuti asistensi KP lain.
3.
4.
Status;
Orang yang memiliki status tinggi atau rendah dari yang lain, akan membuat
seseorang lebih bebas untuk berbeda dengan orang lain. Orang yang memiliki status
menengah biasanya lebih cenderung konformis. Misalnya, kelompok pasti mempunyai
ketua dan anggota. Ketua bertanggung jawab atas anggotanya. Jika ketua memberi
peraturan pada anggotanya untuk disiplin waktu untuk mengerjakan tugas maka mau
tidak mau anggota harus menuruti peraturan tersebut.
5. Public response;
Seseorang lebih konformis bila mereka harus merespon secara umum
dibandingkan mereka merespon secara individual. Misalnya dalam suatu diskusi besar di
kelas. Ketika guru menanyakan pendapat pada si A, si A akan menjawab langsung
menurut pendapatnya sendiri meski teman-temannya menjawab berbeda dari yang
diutarakan oleh A. Namun jika guru menanyakan bagaimana pendapat kelompok, anggota
kelompok A yang lain menjawab ya, dan si A menjawab tidak, maka si A akan ikut-ikutan
menjawab ya.
2.1.5
Deindividuasi;
Deindividuasi terjadi ketika seseorang ingin dibedakan dari orang lain. Individu
akan
menolak
konform
karena
tidak
ingin
dianggap
sama
dengan
orang
2.2 Indikator
Sears (1994) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas remaja ditandai dengan
adanya tiga hal sebagai berikut :
a. Kekompakan
c.
Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela
melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya
tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga.
1. Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman
2. Harapan orang lain
Dimensi
Kekompakan
Indikator
Memakai baju yang sama saat berkumpul
Menuruti ajakan kelompok
Ketaatan
BAB III
3.1 Metode
3.1.1 Metode Observasi
a. Metode observasi yang kami gunakan adalah
Naturalistic observation, dimana observasi ini akan dilakukan secara natural tanpa
adanya intervensi.
Direct observation. Observasi dilakukan secara langsung dan
akan diadakan
pencatatan perilaku secara lengkap dan detil sehingga diusahakan agar setiap target
perilaku dapat terlihat secara jelas dan tercatat dalam lembar observasi yang telah
dibuat.
Observasi non partisipan, dimana observer tidak ikut campur dalam proses observasi.
Undisguised observation. Observasi dilakukan secara terang-terangan dan subjek
mengetahui keberadaan observer disitu adalah untuk observasi. Namun subjek tidak
diberitahu mengenai topik observasi, target perilaku, serta indikator dari observasi ini.
Metode ini dipilih oleh observer agar dapat mengamati perilaku subjek dengan jelas dan
mudah. Selain itu observer juga berusaha meminimalisir adanya bias observer yang
dikarenakan salah satu observer juga bagian dari anggota komunitas tersebut,
b. Metode Perekaman Data Observasi
Metode perekaman data observasi yang kami gunakan yaitu Event Recording
dimana metode ini merupakan pengamatan dilakukan dengan memberikan turus pada
setiap kali kemunculan perilaku spesifik yaitu pada tiap indikator yang telah disusun.
3.2 Panduan
3.2.1 Panduan Observasi
Panduan Observasi
Nama Observer :
NIM
Waktu Observasi
Dimensi
Perilaku
Turus
dll)
Memilih untuk berperilaku,
ataupun mengikuti peran sesuai
dengan keinginan kelompok
Harus selalu bersama dengan
anggota kelompok saat mengikuti
suatu acara tertentu
Anggota kelompok harus
menyesuaikan pendapatnya
dengan pendapat kelompok
Cenderung untuk menerima,
Kesepakatan
Ketaatan
Keterangan :
Pembuka
Selamat siang/sore mbak/mas, kami dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Maksud kedatangan kami di sini adalah untuk mewawancarai mbak/mas tentang konformitas
dalam kelompok terkait dengan tugas Psikodiagnostik yang kami dapat. Sebelumnya apakah
mbak/mas bersedia?
Nama
Usia
Pekerjaan
Isi
1.
2.
3.
4.
5.
keputusan?
6. Jika dalam suatu keputusan suara kelompok lah yang menang, hal apa yang
biasanya anda lakukan?
7. Apakah anda sendiri pernah kalah suara oleh suara kelompok?
8. Mengapa anda pribadi masih bertahan untuk mengikuti komunitas ini?
9. Apakah ada suatu aturan yang berlaku didalam komunitas ini?
10. Jika ya, seperti apa bentuk aturannya?
Penutup
Baik, proses wawancara kali ini sudah cukup. Terimakasih banyak atas waktunya.
3.3 Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Notes
Pensil dan pulpen : sebagai alat pencatat
Stopwatch : sebagai pengukur waktu selama observasi berlangsung
Lembar observasi : sebagai media perekaman atau pencatatan data
Panduan wawancara
Informed consent
Kamera : untuk dokumentasi
Recorder HP
BAB IV
PELAKSANAAN
NIM
: 111211133098
Usia
: 21 tahun
b. Observer 2
Nama
: Satria K. Agassi
NIM
: 111211133079
Usia
: 20 tahun
c. Interviewer 1
Nama
: Tery Nadia
NIM
: 111211131054
Kelas
:A
d. Interviewer 2
Nama
: Aprilian Syifa
NIM
: 111211131037
Kelas
:A
4.1.2
Identitas Subjek
Nama
: Yanugroho Hartono
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Usia
: 20 tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Karakteristik fisik
4.1.3
Observasi
Waktu
Hari / Tanggal
4.2.2
Jam
: 19:00 - selesai
Tempat
Frekuensi
: 2 kali
Durasi
: 60 menit
Wawancara
Waktu
Hari / Tanggal
Jam
: 20:30 20:40
Tempat
Frekuensi
: 1 kali
Durasi
: 10 menit
4.3.2
Ketika observasi berlangsung, caf dalam keadaan cukup ramai karena observasi
dilakukan pada hari jumat dimana banyak orang yang berkunjung ke mall untuk
menikmati weekend. Dan cukup dipenuhi dengan anggota-anggota komunitas
vespa yang datang untuk berkumpul. Akan tetapi tidak menjadi kendala bagi kami
untuk melakukan proses observasi.
4.3.3
Orang orang yang ada pada situasi tersebut serta kaitannya dengan subyek
Orang-orang yang ada di dalam cafe pada saat proses observasi berlangsung
yaitu teman teman subjek yang juga merupakan anggota dari komunitas motor
vespa tersebut, dan ada beberapa customer dari cafe itu.
BAB V
HASIL DAN ANALISIS DATA
Hasil Observasi
Observer I
Nama Observer
Dimensi
Kekompakan
Turus
Hari 1
Hari 2
Perilaku
IIII
III
dari kelompok
Dalam memberikan pendapat atau ide
yaitu dengan jalan memverifikasi
pendapat yang dimilikinya dengan
kelompok.
Mematuhi semua peraturan yang ada
dalam kelompok
Berusaha untuk memenuhi standar
ataupun norma yang berlaku dalam
Ketaatan
kelompok
Menuruti perintah kelompok
Menaati segala peraturan yang ada di
dalam kelompok
Observer 2
Nama : Satria K. Agasi
Dimensi
Kekompakan
Turus
Turus
Hari 1
Hari 2
Perilaku
IIII I
II
kelompok
Harus selalu bersama dengan anggota
kelompok saat mengikuti suatu acara
tertentu
Anggota kelompok harus menyesuaikan
pendapatnya dengan pendapat kelompok
Cenderung untuk menerima, mengikuti
pendapat, ide, sesuai dengan keinginan
Kesepakatan
dari kelompok
Dalam memberikan pendapat atau ide
yaitu dengan jalan memverifikasi
pendapat yang dimilikinya dengan
kelompok.
Mematuhi semua peraturan yang ada
dalam kelompok
Berusaha untuk memenuhi standar
ataupun norma yang berlaku dalam
Ketaatan
kelompok
Menuruti perintah kelompok
Menaati segala peraturan yang ada di
dalam kelompok
5.1.2
Behaviour
Consequence
teman-temannya
kemanapun
sesuai
pulang
larut
keputusan kelompok
Subyek
diajak Subyek
bermusyawarah
memberi
malam
saran Subyek menerima apapun
teman-temannya
subyek
mengobrol
berkumpul
dan Mayoritas
merokok
komunitasnya
Terdapat peraturan safety Subyek menaati peraturan Subyek
riding
pada
tidak
terkena
tersebut
Ada aturan yang harus di Subjek berperilaku sesuai Subjek mengikuti aturan
patuhi oleh anggota untuk dengan peran yang ada di yang ada berperilaku dan
peran dan perilaku dalam dalam
kelompok
Terdapat
untuk
kelompok
motor ini
aturan
memakai
tertulis Subjek
baju seragam
dalam kelompok
memakai
anggota
ada
agar
tidak
5.1.3
reliabilitas
antar
observer. Penghitungan
dilakukan
dengan
menghitung frekuensi terkecil dan tertinggi dari setiap indikator antara observer 1
dan observer 2. Dengan mengetahui reliabilitas, dapat diketahui pula tingkat
konsistensi antar observer. Rumus yang kami gunakan untuk menghitung
reliabilitas observasi ini adalah :
Keterangan:
F1: Frekuensi terendah dari perilaku yang muncul
F h: Frekuensi tertinggi dari perilaku yang muncul
Perilaku Muncul
Kekompakan
Reliabilitas
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Analisa
Kedua observer sepakat
bahwa subyek
memunculkan perilaku
Reliabilitas :
tersebut walaupun
frekuensi
kemunculannya hanya 1
kali
Frekuensi :
Menuruti ajakan
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
kelompok
Frekuensi :
-
Obs 1 = 4
Obs 2 = 5
Memilih untuk
berperilaku, ataupun
mengikuti peran sesuai
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
Kedua observer
sepakat bahwa subyek
memunculkan perilaku
tersebut walaupun
dengan keinginan
frekuensi
kelompok
kemunculannnya
hanya 1 kali
Frekuensi :
Obs 1 = 0
Obs 2 = 0
Reliabilitas :
Frekuensi :
Anggota kelompok harus
menyesuaikan
pendapatnya dengan
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
pendapat kelompok
Cenderung untuk
menerima, mengikuti
Kesepakatan
bahwa subyek
memunculkan perilaku
tersebut
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
kelompok
Dalam memberikan
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
kelompok.
Ketaatan
Frekuensi :
Mematuhi semua
peraturan yang ada dalam
kelompok
Berusaha untuk
memenuhi standar
ataupun norma yang
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
kelompok
bahwa subyek
memunculkan perilaku
tersebut
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
Frekuensi :
Menaati segala peraturan
yang ada di dalam
kelompok
Obs 1 = 0
Obs 2 = 0
Reliabilitas :
Hari ke 2
Dimensi
Perilaku Muncul
Kekompakan
Reliabilitas
Frekuensi :
-
Obs 1 = 0
Obs 2 = 0
Reliabilitas :
saat berkumpul
Analisa
Pada saat hari kedua
tidak
semua
anggota
berkumpul
hanya
Frekuensi :
Menuruti ajakan
Obs 1 = 0
Obs 2 = 0
Reliabilitas :
kelompok
dan
kedua
tidak
ada
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
Pada
hari
kedua
kegiatan
ini
sebanyak
pada
pertama.
tidak
hari
Karena
Memilih untuk
berperilaku, ataupun
mengikuti peran sesuai
Frekuensi :
-
Obs 1 = 3
Obs 2 = 2
Subyek
perannya
mengikuti
sebagai
dengan keinginan
Reliabilitas :
kelompok
Harus selalu bersama
dengan anggota
kelompok saat mengikuti
sesuai
dengan
yang
diinginkan kelompok
Frekuensi :
-
Obs 1 = 0
Obs 2 = 0
Reliabilitas :
Frekuensi :
Subjek
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
pendapat kelompok
cenderung
mengikuti
pendapat
kelompok
kurang
menunjukkan
pendapatnya ketika ada
diskusi tentang sesuatu
Frekuensi :
Cenderung untuk
menerima, mengikuti
Kesepakatan
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
apapun
kelompok
dilakukan
mengikuti
yang
agar
ingin
dapat
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
Ketika
berpendapatpun
kali
mengungkapkannya
kelompok.
Ketaatan
Mematuhi semua
peraturan yang ada dalam
kelompok
Frekuensi :
-
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
subyek
perilaku
Frekuensi :
Berusaha untuk
memenuhi standar
ataupun norma yang
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
kelompok ini
Menuruti perintah
Obs 1 = 1
Obs 2 = 1
Reliabilitas :
kelompok
dengan
dari
pemimpin
kelompok tersebut
Frekuensi :
-
Obs 1 = 0
Obs 2 = 0
Reliabilitas :
ada
aturan
diberlakukan
Hari Pertama
Frekuensi Perilaku
Dimensi
Kekompakan
Perilaku Muncul
A
yang
13
14
Ketaatan
Hari Kedua
Dimensi
Kekompakan
Perilaku Muncul
Frekuensi Perilaku
A
10
Ketaatan
Berdasarkan data reliabilitas diatas, dapat dilihat bahwa pada hari pertama, ada
beberapa indikator dalam dimensi kekompakan seperti memberikan memakai baju yang
sama, menuruti ajakan kelompok, dan memilih untuk berperilaku, ataupun mengikuti peran
sesuai dengan keinginan kelompok, memiliki nilai reliabilitas sebesar 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa reliabilitas hasil observasi antar observer sangat tinggi. Artinya pada
indikator ini, observer sepakat dalam melihat kemunculan perilaku. Sedangkan indikator
melakukan kegiatan yang sama saat berkumpul dalam dimensi kekompakan memiliki nilai
reliabilitas sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas antar observer tinggi.
Karena semakin nilai reliabilitas mendekati 100%, maka hasil perhitungan reliabilitas
observasi antar observer semakin tinggi. Seperti hal nya indikator pada dimensi kesepakatan
yang kami temui dalam observasi yaitu anggota kelompok harus menyesuaikan pendapatnya
dengan pendapat kelompok, cenderung untuk menerima, mengikuti pendapat, ide, sesuai
dengan keinginan dari kelompok, dan dalam memberikan pendapat atau ide yaitu dengan
jalan memverifikasi pendapat yang dimilikinya dengan kelompok, memiliki nilai reliabilitas
100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas antar observer tinggi. Artinya hasil
observasi yang telah dilakukan kedua observer konsisten. Sedangkan pada dimensi ketiga
yaitu dimensi ketaatan, terdapat beberapa indikator seperti mematuhi semua peraturan yang
ada dalam kelompok, berusaha untuk memenuhi standar ataupun norma yang berlaku dalam
kelompok, dan menuruti perintah kelompok memiliki nilai reliabilitas sebesar 100%. Ini
berarti bahwa reliabilitas antar observer sangat tinggi. Sedangkan pada indikator menaati
segala peraturan yang ada di dalam kelompok, memiliki reliabilitas sebesar 0%. Hal ini
berarti bahwa reliabilitas hasil observasi antar observer tidak reliabel..
Berdasarkan data reliabilitas pada hari kedua, ada beberapa indikator dalam dimensi
kekompakan seperti memberikan memakai baju yang sama, menuruti ajakan kelompok, dan
harus selalu bersama dengan anggota kelompok saat mengikuti suatu acara tertentu memiliki
nilai reliabilitas 0%. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas hasil observasi antar observer
tidak reliabel. Artinya pada indikator ini, observer tidak sepakat dalam melihat kemunculan
perilaku. Sedangkan indikator melakukan kegiatan yang sama saat berkumpul dalam dimensi
kekompakan memiliki nilai reliabilitas sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas
antar observer tinggi. Sedangkan pada indikator memilih untuk berperilaku, ataupun
mengikuti peran sesuai dengan keinginan kelompok, didapatkan hasil reliabilitas sebesar
66,6% yang berarti reliabilitas antar observer cukup tinggi. Pada dimensi kesepakatan, hasil
observasi pada indikator anggota kelompok harus menyesuaikan pendapatnya dengan
pendapat kelompok, cenderung untuk menerima, mengikuti pendapat, ide, sesuai dengan
keinginan dari kelompok, dan dalam memberikan pendapat atau ide yaitu dengan jalan
memverifikasi pendapat yang dimilikinya dengan kelompok, memiliki nilai reliabilitas 100%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas antar observer tinggi. Artinya hasil observasi
yang telah dilakukan kedua observer konsisten. Sedangkan pada dimensi ketiga yaitu dimensi
ketaatan, terdapat beberapa indikator seperti mematuhi semua peraturan yang ada dalam
kelompok, berusaha untuk memenuhi standar ataupun norma yang berlaku dalam kelompok,
dan menuruti perintah kelompok memiliki nilai reliabilitas sebesar 100%. Ini berarti bahwa
reliabilitas antar observer sangat tinggi. Sedangkan pada indikator menaati segala peraturan
yang ada di dalam kelompok, memiliki reliabilitas sebesar 0%. Hal ini berarti bahwa
reliabilitas hasil observasi antar observer tidak reliabel.
Kemudian hasil reliabilitas untuk keseluruhan observasi dilihat dari setiap sesi
observasi. Seperti pada data yang telah dijelaskan diatas, reliabilitas observasi yang dilakukan
pada hari pertama menunjukkan nilai sebesar 92,86%. Hal ini memiliki arti bahwa pada
observasi tersebut reliabilitasnya tinggi. Sedangkan pada reliabilitas observasi yang dilakukan
pada hari kedua menunjukkan nilai sebesar 70,59%. Hal ini juga menunjukan bahwa pada
observasi tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya pada observasi tersebut, observer
sepakat dalam melihat kemunculan perilaku. Jadi secara keseluruhan, melihat data-data yang
ada, dapat disimpulkan bahwa observer mendapatkan hasil reliabilitas yang cukup baik.
melanjutkan perjalanannya setelah pergi dari tempat awal, dan subyek pun juga mengikuti
kegiatan yang di adakan oleh komunitas motor vespa ini.
Dapat disimpulkan bahwa, komunitas motor vespa ini memiliki tingkat konformitas
yang cukup besar terhadap sesama anggotanya. Termasuk pada subyek kami, tingkat
konformitas pada anggota yang ada di komunitas motor vespanya juga sangat tinggi.
: Subyek
: Interviewer
Subyek
: Yanugroho Hartono
Usia
: 20 tahun
Area/Indikator
Eksistensi komunitas
Tujuan dari komunitas
Awal mula terbentuknya komunitas
Kegiatan dalam komunitas
Interaksidan hubungan antar anggota
komunitas
Peraturan dalam komunitas dan
konsekuensinya bagi anggota
Pengambilan keputusan dalam kelompok
Harapan subyek terhadap komunitasnya
Manfaat yang rasakan subyek
S : pernah
I
S : ada jelas.
I
Indikator
Memilih untuk
berperilaku, ataupun
mengikuti peran sesuai
dengan keinginan
kelompok
Anggota kelompok
harus menyesuaikan
pendapatnya dengan
pendapat kelompok
Cenderung untuk
menerima, mengikuti
pendapat, ide, sesuai
dengan keinginan dari
kelompok.
Mematuhi semua
peraturan yang ada
dalam kelompok
Data
Nongkrong bareng emm..
anak-anak yang suka vespa
gitu, cuman lama-lama kenapa
ga dibiki norganisasi yang
bener-bener berorganisir aja
Paling touring, atau ya..
kumpul kumpul bikin event
Ya menerima, harus nerima
mau gak mau karna mayoritas
subyek dengan komunitasnya memiliki kesamaan yaitu sama sama menyukai vespa hal
tersebut merupakan alasan komunitas ini ada. Dalam komunitas tersebut subyek melakukan
kegiatan kegiatan yang sederhana seperti kumpul dan sharing serta kegiatan rutin seperti
kumpul, touring atau hadir dalam event tertentu. Disitu terlihat subyek mengikuti kegiatan
dan mengenal komunitasnya. Selain kegiatan kegiatan, subyek dan komunitasnya juga
dihadapkan oleh permasalahan di komunitas atau hal yang perlu ditindaklanjuti. Dalam
kaitannya komunitas membutuhkan keputusan keputusan yang harus diambil. Keputusan
itu diambil biasanya melalui ketua yang sebelumnya melalui proses musyawarah antar
anggota. Disana tiap anggota berhak memberikan pendapatnya namun biasanya pendapat
paling banyak yang dipilih. Pada tiap keputusan yang diambil subyek menerima dan
mematuhinya. Apabila subyek melanggar ia pun bersedia menerima konsekuensinya yaitu
lewat terguran ataupun denda sekalipun. Disinilah subyek menunjukan kekompakan, ketaatan
dan kesepakatannya terhadap keputusan apapun yang ada dalam komunitasnya. Dengan kata
lain subyek telah melakukan konformitas pada komunitasnya.
Profil Subyek
Berdasarkan data yang kami dapatkan juga dari adanya significant other yaitu teman
terdekat subyek. Subyek merupakan seorang anak laki-laki berusia 20 tahun. Subyek yang
akrab dipanggil Yanu, merupakan anak bungsu dari sebuah keluarga yang bisa dibilang
tergolong dalam ekonomi ke atas. Apapun keinginan subyek, akan dituruti oleh orang tuanya.
Namun kedua orang tua subyek yang sibuk dengan pekerjaannya, membuat subyek kurang
mendapatkan pengawasan dari orang tuanya. Orang tua subyek jarang berada dirumah, dan
kadang menjalankan tugasnya diluar kota, selain itu kakak subyek juga sudah menikah
sehingga subyek berada dirumah hanya dengan pembantunya.
Untuk mengisi waktu luangnya, subyek sering berkumpul dengan teman-temannya.
Berawal dari sering berkumpul dengan teman-temannya yang memiliki hobi yang sama,
akhirnya terbentuk suatu komunitas, dimana komunitas ini merupakan komunitas motor yang
orang-orang didalamnya menyukai motor vespa. Subyek merupakan salah satu anggota
komuitas motor vespa tersebut. Subyek sudah cukup lama berada dikomunitas ini, sehingga
subyek cukup tahu mengenai komunitas motor ini dan kapan komunitas ini terbentuk. Subyek
merasa senang dengan terbentuknya komunitas ini, karena selain subyek bisa berkumpul
dengan teman yang memiliki hobi yang sama, subyek juga bisa mendapatkan teman baru.
Subyek juga sering mengikuti kegiatan kegiatan yang di adakan oleh komunitas ini seperti
berkumpul, kopdar dan touring. Selama subyek berada di komunitas ini, ada beberapa teman
yang menjadi teman dekat subyek karena sering berkumpul bersama subyek. Walaupun
subyek sudah lama bergabung dengan komunitas tersebut, subyek merasa minoritas sehingga
subyek selalu mengikuti hasil musyawarah yang ada. Dalam komunitas ini terdapat aturan
aturan, akan tetapi subyek tidak pernah melanggarnya. Apabila subyek berkumpul dengan
komunitasnya, subyek juga selalu memakai seragam yang ada pada komunitas dan mengikuti
safety riding yang telah ditentukan. Jadi dapat diihat bahwa kekompakan dan ketaatan subyek
yang sangat tinggi memiliki pengertian bahwa subyek memiliki tingkat konformitas yang
tinggi terhadap komunitas motor vespanya.
5.5.2
berkumpul, memakai baju yang sama, mengikuti kegiatan atau acara yang sama dengan
kelompoknya, dan menaati peraturan yang dibuat oleh kelompok motornya. Disini perlu
adanya kontrol diri untuk subyek agar subyek tidak terbawa dengan pengaruh buruk yang ada
pada komunitas tersebut. Selain itu subyek juga dapat mengisi waktu luangnya tidak hanya
untuk berkumpul dengan komunitas motornya, akan tetapi bisa mengikuti kegiatan yang lebih
positif lagi seperti kegiatan kampus.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Evaluasi
Panduan observasi
Kelebihan
Kelemahan
Peralatan yang digunakan tidak banyak dan Beberapa target perilaku cukup sulit di
murah
Panduan wawancara
Kelebihan
Kelemahan
Peralatan yang digunakan tidak banyak dan Pertanyaan kurang mendetil sehingga tidak
murah
semua pertanyaan sudah mewakili indikator
Pertanyaan untuk subjek sudah disusun sehingga
memudahkan untuk melakukan probing
Proses observasi
Kelebihan
Subyek selalu menggunakan tempat yang sama Pelaksanaan
untuk
berkumpul
observer
Observer
sehingga
Kelemahan
observasi harus
dilakukan
merupakan
salah
satu
anggota
Proses wawancara
Kelebihan
Kelemahan
Subyek mampu menjawab pertanyaan dengan Terdapat beberapa unsure bias karena subyek
baik
6.2 Kesimpulan
Dari seluruh proses observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa tingkat konformitas dari subjek yang merupakan anggota club motor vespa tergolong
tinggi. Hal ini terlihat dari angka reliabilitas yang cukup tinggi dan mendekati angka 100
yaitu 92,86% pada observasi yang dilakukan di hari pertama. Hal ini memiliki arti bahwa
pada observasi tersebut reliabilitasnya tinggi. Sedangkan pada reliabilitas observasi yang
dilakukan pada hari kedua menunjukkan nilai sebesar 70,59%. Hal ini juga menunjukan
bahwa pada observasi tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya pada observasi
tersebut, observer sepakat dalam melihat kemunculan perilaku. Selain itu, berdasarkan data,
tidak hanya subjek, anggota komunitas lainnya pun juga turut menjaga kekompakan antar
anggota. Salah satu bentuk kekompakan tersebut dapat dilihat dari kegiatan yang biasa
mereka melakukan yaitu kopdar dan selalu memakai baju seragam saat kopdar.
Selain itu, komunitas tersebut juga sering melakukan kegiatan bersama selain kumpul
yaitu seperti menghadiri event bersama, touring, dan sharing. Dalam komunitas tersebut, ada
seorang pemimpin yang biasanya mengambil keputusan. Dan dalam keputusan tersebut, jika
ada yang melanggarnya maka akan dikenakan denda atau diberikan teguran. Subjek sendiri
merasa minoritas dalam kelompok tersebut, sehingga seringkali subyek hanya menjalankan
keputusan yang dibuat oleh kelompoknya. Jika dilihat dari segi mengungkap target perilaku,
kelompok kami merasa bahwa hal tersebut perlu diperbaiki agar lebih spesifik dan benarbenar mencerminkan konstruk teori. Selain itu, target perilaku juga bisa ditambah agar
indikator-indikator yang ingin diungkap terlihat secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Alih bahasa Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno. Ed. 5, Jil. 1. Jakarta: Erlangga.
Baron, R.A., & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jilid II Edisi Kesepuluh (terjemahan
Djuwita, R). Jakarta: Erlangga
Maryati, H., Alsa, A & Rohmatun. 2007. Kaitan Kematangan Emosi dengan Kesiapan
Menghadapi Perkawinan pada Wanita Dewasa Awal di Kecamatan Semarang Barat.
Jurnal Psikologi Proyeksi 2, 2, 27-35
Mutia Andriani & Ni' matuzahroh. (2013). Konsep diri dengan konformitas pada komunitas
hijabers. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan , 108-123.
Panduan Observasi
Nama Observer :
NIM
Waktu Observasi
Dimensi
Perilaku
Memakai baju yang sama saat
berkumpul
Menuruti ajakan kelompok
Melakukan kegiatan yang sama
saat berkumpul (merokok, minum,
Kekompakan
dll)
Memilih untuk berperilaku,
ataupun mengikuti peran sesuai
dengan keinginan kelompok
Harus selalu bersama dengan
anggota kelompok saat mengikuti
suatu acara tertentu
Anggota kelompok harus
menyesuaikan pendapatnya
dengan pendapat kelompok
Cenderung untuk menerima,
Kesepakatan
Ketaatan
Turus
Keterangan
Panduan Wawancara
Pembuka
Selamat siang/sore mbak/mas, kami dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Maksud kedatangan kami di sini adalah untuk mewawancarai mbak/mas tentang konformitas
dalam kelompok terkait dengan tugas Psikodiagnostik yang kami dapat. Sebelumnya apakah
mbak/mas bersedia?
Nama
Usia
Pekerjaan
Isi
1.
2.
3.
4.
Verbatim Wawancara
S : Awalnya sih karna nongkrong-nongkrong bareng emm.. anak-anak yang suka vespa gitu,
cuman lama-lama kenapa ga dibikin organisasi yang bener-bener berorganisir aja
I
S : Engga selamanya semuanya sih mas, karna kan punya kesibukan masing-masing juga,
mungkin yang bisa aja yang datang
I
S : .Sejauh ini sih deket, ada beberapa yang deket banget, ada yang karna jarang datang jadi
biasa aja
I
S : Karna ya emang tugasnya jadi pemimpin, jadi eemm.. ngambil keputusan dari hasil
musyawarah anak-anak
I
: Jika dalam suatu keputusan suara kelompok lah yang menang, hal apa yang biasanya
anda lakukan?
S : pernah
I
: apakah terdapat suatu konsekuensi jika anda tidak mengikuti suara kelompok tersebut?
S : ada sih kaya, emm.. apa.. kasarannya kaya dianggap ga baik gitu sama orang Cuma kalo
neglanggar ya jadi ada kaya sangsi, denda, dan lain-lain
I
: apakah terdapat suatu konsekuensi jika tidak mengikuti suara kelompok tersebut?
S : ada jelas.
I
S : bentuk aturannya kaya, eemm.. kewajiban buat iuran mungkin, atau terus kewajiban
datang waktu pertemuan, atau safety reading cuma jadi penggunan alat-alat berkendara
yang baik
I
S : eemm.. ga ada sih mas. Cuma harus lebih kompak lagi aja. Kalo nongkrong datang
semuakaya sekarang
I
S : hhm.. ada sih mas. Banyak temen baru lah jadinya terus seneng aja punya temen yang
sehobi ngobrolnya jadi enak, nyambung.