Disusun Oleh :
Zahra Fitria Rosyadah
111111022
Kelas A
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
MARET 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama
untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
dosen mata kuliah filsafat pendidikan dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dan
postindustrial,
kata-kata
yang
postliberal,
sesuai
dengan
poststructural,
post
berkisar
dan
di
bahkan
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Mengetahui dasar filosofis yang mendasari pendekatan postmodernisme.
Mengetahui aspek filosofis dari pendekatan postmodernisme.
Mengetahui postmodernisme menjadi filsafat pendidikan.
Mengetahui kritik terkait postmodernisme sebagai pendidikan.
1.4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah memberikan informasi mengenai
pendekatan postmodernisme, pendidikan, filsafat dan hubungan diantara
ketiganya.
Serta
memberikan
pengetahuan
mengenai
aplikasi
BAB II
ISI
Jameson
mengatakan
bahwa
karakteristik
dari
orang-orang
postmodernis
lebih
memilih
untuk
banyak
tokoh-tokoh
postmodernisme,
meskipun
terdapat
tahun
1980,
Foucault
diidentikkan
dengan
gerakan
Analisisnya
terhadap
kekuasaan
dan
pengetahuan
melanggengkan
dominasi
terhadap
kaum
marjinal.
Ia
power
tersebut
maka
akan
terjadi
kegagalan.
Untuk
klaim
ini
benar,
itu
menyesatkan,
menyesatkan,
karena
mempunyai featuresnya
adalah
karakteristik
dari
filosofi
postmodern
pendidikan., meskipun elemen yang terkuat berasal dari teori kritikal Marxist.
Peter
McLaren
telah
mengembangkan
pendekatan
etnografis
yang
kesimpulan
Cherryholmes
menggunakan elemen Dewey dan Rorty untuk mengembangkan apa yang dia
sebut critical pragmatisme sebagai respon yang mungkin untuk asumsi
strukturalisme dalam pendidikan. Dia membedakan kritik pragmatis dari
vulgar
pragmatisme
yang
tidak
kritis
menerima
wacana-wacana
2.7. Kurikulum
Umum dibicarakan, postmodernisme memegang teguh bahwa
kurikulum tidak seharusnya dipaparkan sebagai subjek yang berlainan dan
disiplin. Kurikulum seharusnya melibatkan isu-isu kekuatan sejarah, identitas
personal dan grup, budaya politik dan membawa kritik sosial untuk tindakan
kolektif.
Aronowitz dan Giroux telah memperlakukan secara luas debat antara
pendidikan dengan konservatif, liberal dan radikal dalam Education Under
Siege (1985) dan dalam Postmodern Education (1991). Mereka menuliskan
sebuah agresif konservatisme di era tahun 1980an yang mengambil inisiatif
dalam pendidikan, satu dari definisi ulang kurikulum dengan membayar
perang budaya di sekolah-sekolah untuk melawan liberal ide-ide yang
tertinggal. Konservatif dimengerti oleh sekolah-sekolah sebagai sebuah sisi
politis yang dapat digunakan untuk membantu membuat ide-ide mereka
dominan lintas budaya. Sebagai contoh, Allan Bloom dalam The Closing of
the American Mind (1987) mempromosikan murid-murid kedalam kurikulum
pendidikan yang lebih tinggi, dalam bahasanya sendiri, untuk menjadi
universal dan imperialistik.
Sebuah aspek penting kurikulum dari perspektif kritik pedagogy
adalah inklusi pengalaman sederhana para murid sebagai bagian legitimasi
kurikulum. Pandangan kurikulum termasuk kompetensi identitas, tradisi
budaya dan pandangan politik para murid. Hal tersebut menolak untuk
mengurangi isu-isu kekuatan, keadilan dan kesetaraan.
Dari perspektif kritik postmodernisme kemudian isu dalam kurikulum
tidak sesederhana argumen atau melawan pembangunan pengetahuan tapi
membentuk
kembali
makna
dari
penggunaan
pengetahuan.
Umum
transformatif
dan
terlibat
(engaged
and
transformative
persoalan sosial yang lebih luas, melatih kekuatan yang mereka miliki untuk
menguasai kondisi pekerjaan mereka. Dengan cara ini, guru mengembangkan
visi pembangunan tata masyarakat baru, yaitu, sebuah visi tentang kehidupan
yang lebih baik dan manusiawi melalui pendidikan dan pengajaran yang
mereka berikan. Pandangan ini lebih memosisikan peranan guru sebagai
pelaku perubahan dalam masyarakat. Pandangan guru tentang masyarakat
inilah yang menentukan bagaimana guru melaksanakan tugasnya sebagai
pelaku perubahan.
Agar menjadi pelaku perubahan, guru tidak dapat melestarikan
pandangan dan paradigma pendidikan yang sifatnya daur ulang dan atau
sekedar meneruskan pandangan yang dibawa oleh pasar. Demikian juga, guru
tidak bisa sekedar memberikan ketrampilan bagi siswa agar memiliki sikap
kritis terhadap situasi sosial di mana mereka tinggal. Di sini, pandangan guru
tentang siapa individu siswa menjadi penting, sebab akan memengaruhi
bagaimana ia bekerja sebagai pelaku perubahan. Individu adalah mahluk yang
bebas dan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam menentukan dirinya,
sehingga dengan demikian mereka dapat menjadi pelaku sejarah.
Guru mesti berani mulai mengembangkan paradigma baru yang
inspirasi dasarnya adalah nilai-nilai demokratis yang prinsip dasarnya adalah
partisipasi tiap individu dalam pengaturan tata kehidupan masyarakat. Hanya
melalui inspirasi demokratis inilah terdapat jaminan bahwa setiap warga
dalam masyarakat memiliki hak dan persamaan dalam menata hubungan
sosial, politik, dan ekonomi antar mereka. Keterlibatan dan partisipasi aktif
pendidikan
hanya
akan
melestarikan
ketimpangan
dan
perilaku
siswa
di
sekolah
menjadi
lebih
baik
dan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aliran postmodernisme menurut Frederic Jameson merupakan
pertentangan konsep dan kebohongan terhadap hubungannya dengan modern.
karakteristik dari postmodernisme tersebut dapat dengan mudah diatributkan
kepada era modern dimana asumsi mengenai sebuah kebenaran disaat itu
dipertanyakan. Postmodernisme berfokus pada perkembangan mengenai
nuklir, ketidakpastian terkait perekonomian, dan ketidakstabilan keadaan
politik dunia. Secara luas atau general, kesadaran postmodernism itu
mempercayai bahwa tidak ada satupun tradisi budaya atau cara berpikir yang
dapat menyediakan seperti metanarrative, merupakan suara yang universal
untuk semua pengalaman manusia.
Keberagaman
adalah
karakteristik
dari
filosofi
postmodern
pendidikan, meskipun elemen yang terkuat berasal dari teori kritikal Marxist.
Pendidikan menurut postmodernisme menekankan jika etika seharusnya
menjadi pusat perhatian untuk mengkritik pendidikan, secara nyata perbedaan
antara wacana etika yang menawarkan para murid pengertian yang lebih
mendalam dan yang membantu mereka menghubungkan perbedaan ke dalam
lingkungan yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA