Anda di halaman 1dari 7

Peralihan Periode Modern ke Postmodernism

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Dialog Filsafat Islam dan Filsafat
Barat

Dosen Pengampu : Kusmana M.A.

Oleh:

Baharuddin : 11170331000015

Ahmad Rifa’I Zaini : 11170331000020

Muhammad Farid : 11170331000062

PRODI AKIDAH FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
A. Pendahuluan

Perkembangan pemikiran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan


dalam berbagai hal, tentunya hal itu tidak lepas dari keinginan manusia yang selalu
menginginkan sebuah perubahan karena betrtambahnya persoalan dan juga
kebutuhan. Kalau kita kembali ke masa terdahulu tentu nya tidak mengherankan
lagi terhadap sebuah perkembangan dalam betrbagai ranah kehidupan, terlebih lagi
dalam soal keilmuan. Kehidupan teruds berputar dan berkembang seiring dengan
semakin bertambahnya manusia sehingga melahirkan pemikiran dan terus
berupaya untuk mengmbangkan kehidupannya dalam berbagai hal.

Sama halnya dengan Postmodernisme yang muncul diakibatkan karena


kegagalan modernism dalam mengangkat martabat manusia. Bagi postmodernisme
paham modernism selama ini telah gagal menepati janji nya untuk membawa
kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak ada nya kekerasan. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi masa modernisme membawa kehancuran bagi
manusia, peperanhan terjadi dimana-mana yang hal ini mengakibatkan manusia
hidup dalam menderita. Pandangan modernisme menganggap bahwa kebenaran
ilmu pengetahuan harus mutlak dan serta objektif, tidak ada nya nilai dari manusia.
Disinilah muncul satu paham postmodernisme yang merupakan kelanjutan,
keterputusan, dan koreksi dari modernisme untuk memberikan suatu pemikiran
baru dan solusi dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini. Bagi
postmodernisme ilmu pengetahuan tidak lah objektif tetapi subjektif dan
interpretasi dari manusia itu sendiri, sehingga kebenarannya adalah relatif.

B. Pengertian Postmodernisme

Menurut Jean Francois Lyotard Postmodernisme ialah kritik atas segala


pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas
modernisme1.

Menurut beberapa ahli yang lain, seperti Louis Leahy, Postmodernisme adalah
suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern2. Sedangkan

1
Maksum, 2014, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
2
Leahy, Louis, 1985, Manusia Sebuah Misteri Sintesa Filosofis Makhluk Paradoks, Gramedia, Jakarta.
menurut Ghazali dan Effendi, Postmodernisme mengoreksi modernisme yang tidak
terkendali yang telah muncul sebelumnya3.

Dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan suatu ide baru yang


menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada
tentang teori pemikiran masa sebelumnya yaitu paham modernism yang mencoba
untuk memeberikan kritikan-kritikan terhadap modernisme yang dianggap telah
gagal dan bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia.

C. Tokoh Postmodernisme : Michel Foucault

Paul Michel Foucault lahir di Poitiers, 15 Oktober 1926 meninggal di Paris,


25 Juni 1984 pada umur 57 tahun. Atau lebih dikenal sebagai Michel Foucault
adalah seorang filsuf Prancis, sejarawan, ahli teori social, ahli bahasa dan
kritikus sastra. Teori-teori nya membahas hubungan antara kekuasaan dan
pengetahuan, dan bahgaimana mereka digunakan untuk membentuk control
social melalui lembaga-lembaga kemsyarakatan, terutama penjara dan ryumah
sakit. Meskipun sering disebut sebagai pemikir poststrukturalis dan
postmodernis, Foucault menolak label-label ini dan lebih memilih untuk
menyajikan pemikirannya sebagai sejarah kritis modernitas. Pemikirannya telah
sangat berpengaruh bagi kedua kelompok akademik dan aktivis.

a. Pemikiran Foucault

Foucault sebagai tokoh postmodernisme ia menolak keuniversalan


pengetahuan. Ada beberapa asumsi pemikiran pencerahan yang ditolak oleh
Foucault yaitu :

- Pengetahuan itu tidak bersifat metafisis, transcendental, atau universal, tetapi


khas untuk setiap waktu dan tempat
- Tidak ada pengetahuan yang mmapu menangkap karakter objektif dunia,
tetapi pengetahuan itu selalu mengambil perspektif
- Pengetahuan tidak dilihat sebagai pemahaman yang netral dan murni, tetapi
selalu terikat dengan rezim-rezim penguasa4.

3
Ghazali & Effendi, 2009, Merayakan Kebebasan Bersama, Penerbit Buku Kompas,Jakarta.
4
Maksum, 2014, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Ar-Ruzz, Yogyakarta.
Namun demikian, menurut Foucault, tidak ada perpisahan yang jelas, pasti, dan
final antara pemikiran pencerahan dan pasca pasca-modern. Paradigma modern,
kesadaran, dan objektivitas adalah dua unsur membentuk rasional-otonom,
sedangkan bagi Foucault pengetahuan bersifat subjektif.

D. Mohammed Arkoun

Mohammed Arkoun lahir pada tanggal 1 Februari 1928 di Tourirt-Mimoun,


Kabiliah, yang meerupakan suatu daerah pegunungan berpenduduk Berber di
sebelah timur Aljazair. Kondisi demikian membuatnya menggunakan tiga bahasa,
bahsa Kabiliah dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Prancis digunakan di dalam
sekolah dan dalam urusan administrative, adapaun bahsa Arab digunakan ketika
duduk di bangku sekolah menengah di Oran, kota utama di Aljazair bagian barat5.

Pada tahun 1950-1954 ia belajar bahasa dan sastra Arab di Universitas Aljazair,
di tengah perang pembebasan Aljazair dari Prancis (1954-1962), ia mendaftarkan
diiri sebagai mahasiswa di Paris, sejak itu ia menetap di Prancis. Pada tahun 1961
ia diangkat menjadi dosen pada Universitas Sorbonne di Paris, tempat ia
memperoleh gelar Doktor sastra pada tahun 1969. Dari tahun 1970-1972 Arkoun
mengajar di Universitas Lyon dan kemudian kembali ke Paris sebagai guru besar
sejarah pemikiran Islam. Kemudian meluaskan pengaruhnya ke Eropa, Amerika,
Afrika dan Asia.

a. Karya-karya Mohammed Arkoun

Deux Epatres de Miskawayh, Edition Critique, B.E.O, Damas, 1961. Aspect de


la pensee islamique classique, IPN, Paris 1963. Lhumanisme arabe au 4/10 siecle,
J.Vrin, 2ed, 1982. Traite d’Ethique, Trad, introd, notes du Tahdhab al-akhlaq de
Miskawayh, 1-ed. 1969; 2- ed.1988 Nalar Islami dan Nalar Modern: Berbagai
Tantangan dan Jalan Baru, trans. Johan H. Meuleman, INIS, Jakarta 1994.

b. Pemikiran Mohammed Arkoun

Kegelisahan Arkoun yang mewarnai hampir seluruh pemikirannnya adalah


kenyataan adanya dikotomi-dikotomi di dalm masyarakat, khususnya masyarakat
muslim. Dikotomi-dikotomi tersebut secara garis besar banyak bersentuhan dengna

5
Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog antar Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
persoalan-persoalan partikular dengan universal, marjinal dengan sentral6.
Problem-problem ini tercermin dari adanya pembagian-pembagian dunia secara
berhadap-hadapan, seperti Sunni dengan Syiah, kaum mistik dengan kaum
tradisionalis, muslim dengan non-muslim, Berber (non-Arab) dengan Arab, Afrika
Utara dengan Eropa dan sebagainya.

Oleh karena itu dunia yang dituju oleh Arkoun adalah dunia yang tidak
berpusat, tidak ada yang disebut pinggiran dan pusat, tidak ada kelompook yang
mendominasi, tidak ada kelompok yang terpinggirkan, tidak ada kelompok yang
superior dan tidak ada kelompok yang inferior dalam menghasilkan sebuah
kebenaran. Arkoun berusaha mengajukan pertanyaan yang kritis kepada kita:
mengapa manusia tidak bisa memandang dirinya sendiri tanpa mengasingkan
tetangga atau manusia lain?. Arkoun juga bertanya pada umat Islam: dapatkah
identitas umat Islam yang beragama disatukan, baik antar sesame umat Islam atau
masyarakat non-Islam.

Munculnya dikotomi-dikotomi ini dilatarbelakangi oleh sejarah antara dunia


Islam dan Barat. Arkoun mengajak untuk mengerti sejarah tersebut sebagai upaya
penyatuan antara yang universal dan particular, suatu penyatuan manusia dalam
keragaman kepercayaan dan identitasnya dimasa modern. Bagi Arkoun, sejarah
masyarakat Islam sangat berkaitan dengan sejarah Barat, tidak ada dikotomi antara
pemikiran Barat dan pemikiran Islam.

Studi sastra dan pemikiran Islam yang Arkoun tekuni baik melalui ceramah atau
tulisan memiliki tujuan untuk memadukan antara unsur pemikiran Islam dan
pemikiran Barat modern. Ysng ingin dihargai dan dipertahankan delam pemikiran
Islam adalah semangat keagamaan dan tempat penting yang diduduki angan-angan
sosial dalam masyarakat Muslim. Sedangkan aspek negatif pemikiran Islam yang
hendak dilampaui yaitu kejumudan dan ketertutupan yang telah terjadi di dalamnya
dan menghasilkan pelbagai penyelewengan dalam bidang sosial dan politik.

Menurut Arkoun, umat Islam sebagian besar dapat dikatakan belum beranjak
dari pembahasan teologis-dogmatis yang sifat nya kaku dan tidak dapat
diperdebatkan lagi7. Istilahnya umat Islam masih terkungkung dan berpegang teguh

6
Moh Fauzan Januri, Muhammad Alfa, Dialog Pemikiran Timur-Barat, Pustaka Setia, Bandung.
7
Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
dengan dogma-dogma agama yang sudag tidak diperkenankan untuk mengutak-
atiknya, dengan alas an dogma tersebut dianggap mutlak kebenarannya. Hal
demikian mengakibatkan pemikiran umat Islam menjadi stagnan. Untuk itu
Arkoun menyarankan agar umat Islam bersedia melakukan pembahasan secara
ilmiah dan terbuka dalam mempelajari dan mengungkapkan etika ajaran Al-Qur’an
yang tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah.

Adapun dari pemikiran Barat modern, Arkoun ingin mengambil rasionalitas dan
sikap kritisnya yang memungkinkan untuk memahami agama dengan cara yang
lebih mendalam dan membongkar ketertutupan dan penyelewengan. Melalui
perpaduan tersebut, Arkoun ingin menciptakan suatu pemikiran Islam yang mampu
menjawab tantangan yang dihadapi Muslim di dunia modern dan menjadi sarana
emansipasi manusia.

E. Kesimpulan

Foucault sebagai tokoh postmodernisme ia menolak keuniversalan


pengetahuan. Ada beberapa asumsi pemikiran pencerahan yang ditolak oleh
Foucault yaitu :

- Pengetahuan itu tidak bersifat metafisis, transcendental, atau universal, tetapi


khas untuk setiap waktu dan tempat
- Tidak ada pengetahuan yang mmapu menangkap karakter objektif dunia,
tetapi pengetahuan itu selalu mengambil perspektif
- Pengetahuan tidak dilihat sebagai pemahaman yang netral dan murni, tetapi
selalu terikat dengan rezim-rezim penguasa.

Menurut Arkoun, umat Islam sebagian besar dapat dikatakan belum beranjak
dari pembahasan teologis-dogmatis yang sifat nya kaku dan tidak dapat
diperdebatkan lagi. Istilahnya umat Islam masih terkungkung dan berpegang teguh
dengan dogma-dogma agama yang sudag tidak diperkenankan untuk mengutak-
atiknya, dengan alas an dogma tersebut dianggap mutlak kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, 2014, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta.

Leahy, Louis, 1985, Manusia Sebuah Misteri Sintesa Filosofis Makhluk Paradoks, Gramedia,
Jakarta.

Ghazali & Effendi, 2009, Merayakan Kebebasan Bersama, Penerbit Buku Kompas,Jakarta.

Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog antar Agama, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Moh Fauzan Januri, Muhammad Alfa, Dialog Pemikiran Timur-Barat, Pustaka Setia, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai