Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Dialog Filsafat Islam dan Filsafat
Barat
Oleh:
Baharuddin : 11170331000015
B. Pengertian Postmodernisme
Menurut beberapa ahli yang lain, seperti Louis Leahy, Postmodernisme adalah
suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern2. Sedangkan
1
Maksum, 2014, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
2
Leahy, Louis, 1985, Manusia Sebuah Misteri Sintesa Filosofis Makhluk Paradoks, Gramedia, Jakarta.
menurut Ghazali dan Effendi, Postmodernisme mengoreksi modernisme yang tidak
terkendali yang telah muncul sebelumnya3.
a. Pemikiran Foucault
3
Ghazali & Effendi, 2009, Merayakan Kebebasan Bersama, Penerbit Buku Kompas,Jakarta.
4
Maksum, 2014, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Ar-Ruzz, Yogyakarta.
Namun demikian, menurut Foucault, tidak ada perpisahan yang jelas, pasti, dan
final antara pemikiran pencerahan dan pasca pasca-modern. Paradigma modern,
kesadaran, dan objektivitas adalah dua unsur membentuk rasional-otonom,
sedangkan bagi Foucault pengetahuan bersifat subjektif.
D. Mohammed Arkoun
Pada tahun 1950-1954 ia belajar bahasa dan sastra Arab di Universitas Aljazair,
di tengah perang pembebasan Aljazair dari Prancis (1954-1962), ia mendaftarkan
diiri sebagai mahasiswa di Paris, sejak itu ia menetap di Prancis. Pada tahun 1961
ia diangkat menjadi dosen pada Universitas Sorbonne di Paris, tempat ia
memperoleh gelar Doktor sastra pada tahun 1969. Dari tahun 1970-1972 Arkoun
mengajar di Universitas Lyon dan kemudian kembali ke Paris sebagai guru besar
sejarah pemikiran Islam. Kemudian meluaskan pengaruhnya ke Eropa, Amerika,
Afrika dan Asia.
5
Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog antar Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
persoalan-persoalan partikular dengan universal, marjinal dengan sentral6.
Problem-problem ini tercermin dari adanya pembagian-pembagian dunia secara
berhadap-hadapan, seperti Sunni dengan Syiah, kaum mistik dengan kaum
tradisionalis, muslim dengan non-muslim, Berber (non-Arab) dengan Arab, Afrika
Utara dengan Eropa dan sebagainya.
Oleh karena itu dunia yang dituju oleh Arkoun adalah dunia yang tidak
berpusat, tidak ada yang disebut pinggiran dan pusat, tidak ada kelompook yang
mendominasi, tidak ada kelompok yang terpinggirkan, tidak ada kelompok yang
superior dan tidak ada kelompok yang inferior dalam menghasilkan sebuah
kebenaran. Arkoun berusaha mengajukan pertanyaan yang kritis kepada kita:
mengapa manusia tidak bisa memandang dirinya sendiri tanpa mengasingkan
tetangga atau manusia lain?. Arkoun juga bertanya pada umat Islam: dapatkah
identitas umat Islam yang beragama disatukan, baik antar sesame umat Islam atau
masyarakat non-Islam.
Studi sastra dan pemikiran Islam yang Arkoun tekuni baik melalui ceramah atau
tulisan memiliki tujuan untuk memadukan antara unsur pemikiran Islam dan
pemikiran Barat modern. Ysng ingin dihargai dan dipertahankan delam pemikiran
Islam adalah semangat keagamaan dan tempat penting yang diduduki angan-angan
sosial dalam masyarakat Muslim. Sedangkan aspek negatif pemikiran Islam yang
hendak dilampaui yaitu kejumudan dan ketertutupan yang telah terjadi di dalamnya
dan menghasilkan pelbagai penyelewengan dalam bidang sosial dan politik.
Menurut Arkoun, umat Islam sebagian besar dapat dikatakan belum beranjak
dari pembahasan teologis-dogmatis yang sifat nya kaku dan tidak dapat
diperdebatkan lagi7. Istilahnya umat Islam masih terkungkung dan berpegang teguh
6
Moh Fauzan Januri, Muhammad Alfa, Dialog Pemikiran Timur-Barat, Pustaka Setia, Bandung.
7
Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
dengan dogma-dogma agama yang sudag tidak diperkenankan untuk mengutak-
atiknya, dengan alas an dogma tersebut dianggap mutlak kebenarannya. Hal
demikian mengakibatkan pemikiran umat Islam menjadi stagnan. Untuk itu
Arkoun menyarankan agar umat Islam bersedia melakukan pembahasan secara
ilmiah dan terbuka dalam mempelajari dan mengungkapkan etika ajaran Al-Qur’an
yang tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah.
Adapun dari pemikiran Barat modern, Arkoun ingin mengambil rasionalitas dan
sikap kritisnya yang memungkinkan untuk memahami agama dengan cara yang
lebih mendalam dan membongkar ketertutupan dan penyelewengan. Melalui
perpaduan tersebut, Arkoun ingin menciptakan suatu pemikiran Islam yang mampu
menjawab tantangan yang dihadapi Muslim di dunia modern dan menjadi sarana
emansipasi manusia.
E. Kesimpulan
Menurut Arkoun, umat Islam sebagian besar dapat dikatakan belum beranjak
dari pembahasan teologis-dogmatis yang sifat nya kaku dan tidak dapat
diperdebatkan lagi. Istilahnya umat Islam masih terkungkung dan berpegang teguh
dengan dogma-dogma agama yang sudag tidak diperkenankan untuk mengutak-
atiknya, dengan alas an dogma tersebut dianggap mutlak kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, 2014, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta.
Leahy, Louis, 1985, Manusia Sebuah Misteri Sintesa Filosofis Makhluk Paradoks, Gramedia,
Jakarta.
Ghazali & Effendi, 2009, Merayakan Kebebasan Bersama, Penerbit Buku Kompas,Jakarta.
Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog antar Agama, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Moh Fauzan Januri, Muhammad Alfa, Dialog Pemikiran Timur-Barat, Pustaka Setia, Bandung.