Anda di halaman 1dari 3

2.

Ada tiga terminology yang saat ini muncul dalam bidang pendidikan yaitu, Berpikir Rasional,
critical thinking (berpikir kritis), logical thinking (berpikir logis), ,
a. Apa itu Berpikir Rasional
b. Apa itu berpikir kritis?
b. Apa itu berpikir logis?
c. Ungkapkan keterhubungan antara ketiga hal tersebut
Jawaban:
a. Menurut Ricetto dan Tregoe (2001) pada buku berjudul Analytical Processes for School
Leaders, berpikir secara rasional adalah kemampuan untuk mempertimbangkan aspek dan
menganalisis relevansi informasi yang berhubungan dengan suatu kejadian, baik yang
berupa fakta, opini, maupun data.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan rasional adalah menurut pemikiran dan
pertimbangan yang logis. Rasional adalah gagasan yang didasarkan menurut pemikiran
yang sehat. Rasional adalah cocok dengan akal sehat.
Gagasan dari cara berpikir rasional adalah bagian dari cabang ilmu filsafat yang praktis.
Pemikiran rasional adalah bisa didapatkan dengan mempelajari kecakapan berpikir
dengan logika, yakni lurus, tepat, dan teratur. Rasional adalah sesuai dengan penalaran,
sama dengan logika manusia berjalan.
Rasional adalah gagasan yang lahir dari pemikiran yang mengandalkan logika, sementara
logika mengarah pada jalan pemikiran yang masuk akal. Rasional dan logika adalah dua
bagian yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa logika, gagasan yang rasional adalah tidak bisa
diciptakan.
b. Berfikir kritis adalah kemampuan berfikir yang kompleks dengan menggunakan proses
analisis dan evaluasi terhadap suatu informasi yang diterima maupun dalam
menyelesaikan permasalahan, atau arti berfikir kritis ialah berfikir untuk mencari
kebenaran terhadap informasi yang diterima atau dalam menyelesaikan masalah, cara
berfikir kritis yaitu secara tenang, jangan emosi, dahulukan logika, pahami permasalahan,
lakukan analisis, dan evaluasi hasilnya, barulah ambil keputusan atau tindakan.
Berfikir kritis dapat dikatakan sebagai proses suatu mental yang sudah teroganisir untuk
melakukan analisa dan mengevaluasi suatu informasi, proses mental tersebut bisa berupa
cara memperhatikan, mengkategorikan, mengambil kesimpulan ataupun keputusan.
Informasi yang diterima saat berfikir kritis bisa didapatkan dari hasil pengalaman,
pengamatan ataupun dari komunikasi dengan orang lain yang memberi informasi.
Dengan berfikir kritis jadi kita tidak mudah percaya dengan informasi yang diterima,
sehingga kita melakukan analisis terlebih dahulu untuk mengetahui kebenaran informasi
tersebut.
c. Berpikir Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika,
rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang
mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata.
Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan
dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari
pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi
kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.
Logika yaitu menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan supaya cara berpikir kita
sehat.Sehingga logika adalah studi tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk
membedakan argumentyang masuk akal dan argument yang tidak masuk akal. Logika
adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid, dan dapat dipertanggung-jawabkan. Karena
itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Logis dalam
bahasa sehari-hari kita sebut masuk akal.
Contoh real-nya ketika seorang siswa atau peneliti melakukan metode ilmiah, maka
pelaku ilmiah ini harus melakukan kegiatan ilmiah ini dengan berpikir secara logis, mulai
dari saat pelaku ilmiah melakukan observasi/ pengamatan, merumuskan masalah,
menyusun hipotesis, melaksanakan penelitian, mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis data, hingga menarik kesimpulan. Seluruh proses kerja ilmiah tersebut
harus dikerjakan berdasarkan prinsip yang logis, rasional, dan masuk akal agar dapat
dipertanggungjawabkan.
Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu berpikir
secara deduktif dan berpikir secara induktif. Logika deduktif adalah penarikan
kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata
umum-khusus.
Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti
penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti
maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan
mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat
tangkapan panca indranya.
Maka dari itu sangat penting jika kita belajar berpikir logis. Hal itu dapat membantu
seseorang untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Dengan berpikir lurus, tepat dan teratur
seseorang akan memperoleh kebenaran dan terhindar kesesatan. Semua bidang kehidupan
manusiamembutuhkan keteraturan dalam tindakan-tindakannya yang berdasar atas
kemampuan berpikirnya. Logika mengarahkan dan mendorong sesorang untuk berpikir
sendiri, serta manusia pada umumnya berdasarkan tindakan-tindakannya atas pemikiran
dan pertimbanganyang objektif
d. Filsafat, sesuai ciri dasarnya sebagai, prinsip dan landasan berpikir bagi setiap usaha
manusia di dalam mengenal dan mengembangkan eksistensinya, melakukan tugasnya
dengan bertitik tolah pada beberapa ciri pemikiran, yaitu:
Berpikir Rasional, Sebagaimana diketahui, berfilsafat adalah berpikir. Meskipun
demikian, tidak semua kegiatan berpikir dan hasil berpikir dimaksud dapat dikategorikan
sebagai berfilsafat. Ciri pemikiran filsafat pertama-tama harus bersifat rasional, bukan
perasaan subyektif, khayalan, atau imajinasi belakah. Ciri pemikiran rasional
menunjukkan bahwa baik kegiatan berpikir maupun hasil pemikiran filsafat itu sendiri
harus dapat diterima secara akal sehat, bukan sekedar mengikuti sebuah common sense
(pikiran umum). Ciri pemikiran filsafat yang rasional itu membuat filsafat disebut
sebagai pemikiran kritis atau “ilmu kritis”.
Pemikiran kritis filosofis memiliki dua aspek, yaitu kritis (critics) dan krisis (crycis).
Berpikir kritis (critics) artinya, berpikir bukan untuk sekedar menerima kenyataan atau
menyesuaikan diri dengan kenyataan pemikiran atau pandangan orang (termasuk
dalamnya dogma atau ajaran-ajaran, keyakinan, dan ideologi apa pun) sebagaimana apa
adanya. Justru, inti dari ciri pemikiran filsafat yang kritis (critics) ini adalah berpikir
dalam rangka mengkritik, meragukan, dan mempertanyakan segala sesuatu, sampai
mencari dan memndapatkan dasar-dasar pertanggungjwaban intelektual atau
argumentasi-argumentasi yang mendasarnya yang tidak mungkin dapat diragukan atau
dipertanyakan lagi oleh siapa pun dan kapan pun. Filsafat, dengan pemikiran kritis (rasio
kritis)-nya ini, ingin melakukan pengkajian, penelitian secara mendalam guna dapat
menemukan inti pemikiran atau kebenaran sesungguhnya yang dicari. Filsafat, dalam hal
ini, tidak menolak kesalahan tetapi mempertanyakan mengapa orang bisa melakukan
kesalahan dalam berpikir?. Immanuel Kant yang terkenal sebagai bapak filsuf kritis
menyebut rasio kritis ini sebagai “kritik rasio munri” (Critics ratio vernun). Pemikiran
filsafat yang berciri “rasio kritis” ini, tidak ingin terjebak di dalam sebuah pemikiran
yang umum (common sence), juga tidak ingin terjebak di dalam kesesatan, kekeliruan,
atau kesalahan berpikir (baik dalam proses berpikir maupun dalam menarik kesimpulan-
kesimpulan pemikiran) yang tersembunyi di dalam sistim pemikiran atau sistim
keyakinan. Ciri pemikiran filsafat tersebut, oleh oleh Plato, disebut sebagai berpikir
dialogis atau oleh Rene Descartes disebut berpikir dengan metode “keraguan kritis” yang
dengannya, orang tidak diperdaya oleh kekeliruan atau kesalahan umum.
Aspek kedua dari pemikiran rasio kritis itu adalah krisis atau crycis. Menurut Jurgen
Habermas, krisis atau crysis adalah ciri pemikiran yang tidak ingin terbelenggu dalam
sangkar rasio tetapi bergulat dengan realitas kemanusiaannya yang penuh krisis, anomali,
determinasi, dan pembusukan budaya. Pemikiran crysis berada pada tataran sosial untuk
melakukan penyembuhan-penyembuhan sosial atas berbagai fenomena patologis
(penyakit sosial) berupa provokasi, rasio birokratis, dan represi yang cenderung
mendistorsi akal sehat manusia.
Dengan kata lain, berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir secara rasional dan
melihat permasalahan secara objektif sehingga hasil yang didapatkan tidak bias dan
sesuai dengan fakta yang ada.
Seorang pemimpin dengan keterampilan berpikir kritis dapat memahami hubungan logis
antara ide, argumen, atau kesalahan dalam penalaran, sehingga bisa membuat keputusan
yang tepat. Asalkan, pemimpin juga memahami perspektif berpikir sistematis.
Contoh berpikir kritis dapat ditemukan pada diskusi yang dilakukan oleh sebuah tim.
Misalnya, dalam mengidentifikasi masalah, anggota tim mampu menentukan mana
informasi yang relevan dengan isu yang sedang dibahas atau tidak, mengenali bias dan
propaganda, dan faktor emosional. Selain itu, juga ada kemampuan memprediksi
kemungkinan risiko yang akan terjadi, serta mampu membedakan antara fakta dan opini.
Ini adalah contoh logika yang sering kali digunakan dalam berpikir kritis.

Anda mungkin juga menyukai