3. Ikhlas Rasido,S.Psi.,M.Psi
Oleh:
Anita Anastasya
A50120083
1. Perilaku Attending
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa melayani klien secara pribadi merupakan upaya yang
dilakukan konselor dalam memberikan perhatian secara total kepada klien. Hal ini
ditampilkan melalui sikap tubuh dan ekspresi wajah. Menurut Willis (2009), Attending
yang baik ini sangat dibutuhkan karenadapat: a) Meningkatkan harga diri klien, b)
Menciptakan suasana yang aman, c) Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan
bebas.
Contohnya :
Kepala : melakukan anggukan jika setuju.
Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum.
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat,
duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
2. Opening (pembukaan)
Opening adalah ketrampilan/ teknik untuk membuka / memulai komunikasi dan
hubungan konseling.
3. Acceptance (penerimaan)
Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukan
minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli.
Contoh :
Konseli : “Bu, akhir-akhir ini saya kurang semangat dalam belajar”.
Konselor : “Oh…ya, kenapa bisa begitu?”
Konseli : “Seminggu yang lalu saya habis putus dengan pacar saya.”
Konselor : “(mengangguk-anggukan kepala sambil bersuara hem…hem) saya dapat
mengerti perasaan Anda”.
4. Pengulangan
Keterampilan yang digunakan oleh konselor untuk mengulang atau menyatakan kembali
pernyataan klien yang dianggap penting.
Contoh :
Konseli : “Bu, saya ini hobi main musik dan saya bercita-cita untuk menjadi
seorang musisi, tapi ayah melarang saya Bu, ayah ingin agar aku jadi polisi”.
Konselor : “Ayah melarangmu…”
5. Paraprashing
Keterampilan konselor untuk menggunakan kata-kata dalam menyatakan kembali esensi
dari ucapan-ucapan klien.
Contoh :
Klien: “Saya bertengkar dengan anak perempuan saya, suami saya mendiamkan saya, dan
yang lebih parah lagi sahabat saya kelihatannya tidak bisa mengerti saya lagi”.
Konselor: “Anda mengatakan bahwa Anda bertengkar dengan anak perempuan Anda,
suami Anda mendiamkan Anda, dan sahabat Anda sudah tidak mengerti Anda lagi”.
6. Structuring (pembatasan)
Teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas atau pembatasan dalam
proses konseling.
Contoh :
Konseli : “Bu, sekarang ini saya sedang memiliki masalah dengan Ibu saya
di rumah. Saya ingin membicarakan hal ini pada Ibu. Sebab masalah saya dengan Ibu
saya di rumah sudah mengganggu konsentrasi belajar saya di sekolah”.
Konselor : “Baguslah, Anda datang kemari untuk membicarakan masalah Anda
pada saya, akan tetapi perlu diketahui bahwa kita hanya mempunyai waktu 45 menit
untuk membicarakan masalah ini, sebab nanti jam 11.00 Ibu ada jam mengajar di kelas.
Oleh sebab itu, marilah kita manfaatkan waktu yang singkat ini dengan sebaik-baiknya”.
Role limit
Konseli : “Bu, sebenarnya saya ingin menceritakan masalah ini dengan Ibu,
akan tetapi saya takut jika Ibu nanti membocorkan kepada teman-teman saya”.
Konselor : “Sebelumnya apakah Anda sudah pernah melakukan konseling seperti
ini?”
Konaeli : “Belum Bu”.
Konselor : “Begini menurut pemahaman saya tentang konseling ini ada asas
kerahasiaan dimana Ibu selaku konselor akan merahasiakan masalah yang disampaikan
oleh Anda. Jadi tenang saja, masalah Anda tidak akan Ibu sampaikan kepada siapa-siap”.
Problem limit
Konseli : “Ibu, sekarang saya sedang memiliki banyak masalah, begini ya
Bu kemarin Jumat HP saya baru saja dicopet orang, belum lagi saya juga dimarahi oleh
kedua orang tua saya, selain itu saya juga sedang ada masalah dengan proses belajar saya
di perkuliahan ini”.
Konselor : “Dalam masalah yang Anda kemukakan tadi, pertama ialah HP Anda
yang dicopet orang, Anda juga dimarahi oleh kedua orang tua Anda, dan yang terakhir
Anda mengatakan jika Anda sedang memiliki masalah belajar dalam kuliah. Nah..dari
beberapa masalah yang Anda kemukakan tadi kiranya masalah mana dulu yang menurut
Anda pantas untuk segera dicarikan penyelesainnya?”
Action limit
Konseli : “Bu saya ini sebab sekali dengan Rizki, saya pengen banget
nonjok mukanya dia Bu (sambil merobek-robek kertas)”.
Konselor : “Tenang-tenang, perlu diketahui bahwa ini adalah ruangan konseling,
jadi dimohon agar Anda bisa menjaga kebersihan di ruangan ini demi kenyamanan kita
bersama”.
7. Silence (diam)
Keterampilan konselor untuk menciptakan suasana hening dan tidak ada interaksi verbal
antara konselor dengan klien dalam proses konseling.
Contoh :
Klien : “Bu, sekarang perut saya sudah membesar. Saya takut menghadapi
cercaan orang tua saya………..juga dari masyarakat sekitar.
Konselor : “(diam untuk memberikan kesempatan agar klien dapat istirahat sejenak
setelah menumpahkan perasaannya)”.
Contoh :
Prediction reassurance
Konseli : “Bu, nilai ujian akuntansi saya pada semester kemarin adalah
nilai terburuk dari nilai-nilai pada mata pelajaran yang lain, namun mulai semester ini
saya akan belajar akuntansi lebih rajin lagi dan saya juga akan mengikuti bimbel
akuntansi”.
Konselor : “Bagus sekali, jika mulai semester ini Anda akan belajar lebih rajin lagi
dan mengikuti bimbel akuntansi, tidak mustahil pada semester ini nilai akuntansi Anda
akan lebih baik daripada semester kemarin”.
Postdiction reassurance
Konseli : “Bu, sudah seminggu lebih ini saya dan sahabat saya diam-
diaman dan tidak bertegur sapa karena terjadi kesalahpahaman diantara kita berdua. Saya
sudah meminta maaf dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi, namun sahabat saya
masih tetap mendiamkan dan tidak mau memaafkan saya Bu”.
Konselor : “Anda sudah berniat baik untuk meminta maaf dan menjelaskan yang
sebenarnya terjadi, atas usaha yang telah Anda lakukan sedikit demi sedikit pasti nanti
sahabatmu juga akan segera memaafkan dan kembali baik dengan Anda”.
Factual reassurance
Konselor : “Bu, saya mempunyai pacar, namun semalem pacar saya menelepon dan
memutuskan hubungan secara sepihak tanpa memberikan alasan kepada saya mengapa
dia memutuskan saya Bu, kejadian ini amat membuat saya menjadi galau dan sedih”.
Konaeli : “Setiap orang yang diputuskan oleh pacarnya secara sepihak
sudah barang tentu akan merasa sangat galau dan sedih”.
9. Empati
Empati adalah kemampuan koselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa
dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati diawali dengan
simpati, yaitu kemampuan memahami perasaan, fikiran, keinginan, dan pengalaman
klien.Empati sangat erat kaitannya dengan attending.
Contoh :
Konseli : “Semuanya tampak membosankan. Tak ada perubahan, tak
menggairahkan. Semua teman saya pada kabur. Seandainya saya jadi orang kaya pasti
saya bisa melakukan banyak hal yang membuat ini menjadi lebih baik”.
Konselor : “Dari pernyataan Anda tadi, apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa
jika Anda memiliki banyak teman dan banyak uang maka Anda dapat membuat hidup
Anda menjadi lebih baik”.
12. Refleksi
Refleksi adalah suatu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan
konseling.Yaitu sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien,
kemudian merefleksikan kepada klien kembali.Hal ini harus dilakukan konselor sebab
sering klien tidak menyadari akan perasaan, pikiran, dan pengalamannya yang mungkin
menguntungkan atau merugikannya.
Contoh :
“Bagaimana perasaan Ibu ketika melihat dia benar-benar kecanduan obat terlarang
itu”“Usaha apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi keterangan pada obat terlarang
itu?”
Contoh :
Dorongan ini di ucapkan dengan kata-kata singkat seperti oh…ya…terus…lalu…dan…
tujuannya adalah membuat klien semakin semangat untuk menyampaikan masalahnya
dan mengarahkan pembicaraanagar mencapai sasaran dan tujuan konseling.
17. Klarifikasi
Clafication (klarifikasi) adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi
pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
Contoh :
Konseli : “Kadang-kadang saya ingin lari dari semuanya, banyak sekali
pekerjaan yang harus saya selesaikan, Saya merasa keteteran dan overload”.
Konselor : “Pada intinya, Anda ingin menyelesaikannya dengan senang hati tanpa
perasaan tertekan”.
18. Interpretasi
Keterampilan interpretasi merupakan upaya konselor mengulas pikiran, perasaan, dan
pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori.Sifat-sifat subjektif tidak boleh
dimasukan kedalam interpretasi. Untuk menentukan alternatif pilihan dalam mengambil
kePutusan, seorang klien sering kebingungan karena kurangnya rujukan atau
referensi.Karena itu konselor yang profesional harus menjadi rulukan klien.
Contoh :
Interpretasi pengecekan informasi
Konseli :”saya itu sudah mencoba bersikap ramah terhadap mereka dengan
menyapa mereka dulu, mengajak bercanda, sering berbagi makanan kepada mereka.
Tetapi tetap saja mereaka itu cuek dan seolah menjauhi saya, saya harus bagaimana
lagi?”
Konselor :”dari uraian anda seperti itu, jadi anda berfikir bahwa teman-teman anda
menjauhi anda?”
Interpretasi tunggal
Konselor :”atas ungkapan anda, sepertinya anda tahu persis bagaimana sikap
teman-teman anda terhadap anda. Benarkah demikian”
Interpretasi ganda
Konselor :”dari uraian dan gerak-gerik yang anda tampakkan, menurut anda, anda
tidak nyaman dengan keadaan dan sikap dari teman-teman anda?”.
19. Mengarahkan
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan klien untuk
berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Melalui keterampilan ini, konselor
mengajak klien agar berbuat sesuatu atau mengarahkan agar berbuat sesuatu.
Kemampuan mengarahkan klien juga menjadi poin penting dalam teknik konseling.
Contoh :
Konseli : “Bu kemarin saya habis berantem dengan pacar saya”.
Konselor : “Siapa nama pacarmu?”
Lead umum:
Konseli : “Bu, dua hari yang lalu saya habis ikut lomba melukis di Jakarta”.
Konselor : “Coba ceritakan kepada Ibu mengenai lomba melukismu itu?”
21. Konfrontasi
Adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi
atau inkonsistesi antara perkataan dan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide
berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Contoh :
Konseli : “sebenarnya dia tidak menyakiti saya (wajah murung, tangan
digenggam, ekspresi sedih).”
Konselor : “anda mengatakan bahwa dia tidak menyakiti anda, tapi mengapa saya
melihat wajah anda begitu sedih ketika mengatakan itu?”
22. Focus
Klien yang sudah terlihat dan terbuka dalam proses konseling sering bicaranya
menyimpang dari pokok pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh keadaan emosional,
kurang konsentrasi, atau terlalu bersemangat.
Contoh :
Konseli : “Saya menjadi agak pesimis dengan cita-cita saya. Hambatan
datang di sana-sini. Tapi dukungan wali kelas cukup saya hargai. Namun saya kecewa
sekali dengan ayah saya.”
Konselor : “Bagaimana dengan ayah saudara. Bisa diceritakan hubungan anda
dengan dia?” (fokus pada orang lain)
Konselor : “Apakah yang anda maksud dengan hambatan itu?” (fokus pada
topik)Ko 3: “Saya memahami perasaan anda. Seberapa jauh anda pesimis?” (fokus pada
diri klien)
23. Memimpin
Ada kalanya klien terlalu berbelit-belit menyampakan permasalahannya bahkan melantur
dari inti permasalahan, dalam hal ini seorang konselor diharapkan memiliki keterampilan
untuk memimpin percakapan agar tidak menyimpang dari permasalahan sehingga tujuan
konseling yang utama dapat tercapai sesuai sasarannya.
Contoh :
Konseli : “saya memang sudah tidak lagi menyukainya. Itu mungkin
salah…. Tapi bagaimana bila saya bekerja di tempat yang jauh? Yah.. walaupun
sebenarnya saya juga ingin menikah dalam waktu dekat.”
Konselor : “bagamana bila kita membicarakannya satu persatu dahulu. Tad anda
katakana bahwa anda tidak lagi mencintainya. Mengapa anda tidak mencintainya lagi?.”
24. Menjernihkan
Ketika kita menyampaikan permasalahan dengan kurang jelas atau samar-samar bahkan
dengan keraguan, maka tugas konselor adaah melakukan klarifikasi untuk memperjelas
apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh klien. Konselor harus melakukannya dengan
bahasa dan alasan yang rasional sehingga mudah dipahami oleh klien.
Contoh:
Konseli : “saya tidak mengerti siapa sebenarnya yang harus saya ikut?
Ayah saya atau ibu saya!.”
Konselor : “bisakah anda sampaikan kepada saya, siapakah diantara mereka berdua
yang selalu mengambil keputusan dalam keluarga anda?.”
25. Memudahkan
Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara
dengan konseor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara ebas,
sehingga komunkasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
Contoh :
Konselor : “Saya mengerti perasaan saudara. Saya tentu berpihak pada anda. Dan
yakinlah bahwa jika kita berdiskusi tentu masalah anda akan lebih mudah diatasi. Apakah
anda dapat mengemukakan perasaan anda?”
Contoh :
Konseli : …tidak begitu memahami kondisi tersebut… (diam)
Konselor : “Baiklah, barangkali anda mempunyai perasaan dan pemikiran tertentu,
namun belum anda nyatakan secara luas. Coba anda renungkan dan usahakan
menyatakan lagi. Bagaimana bisakah?
Contoh :
Konselor : “Saya kira anda lebih memahami segala sesuatu dengan tugas anda.
Tentu anda yang lebih tahu dari saya. Mana mungkin saya akan memberi nasehat,
padahal anda sendiri jelas lebih mengatasi sendiri.”
Contoh :
” Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia, saya sarankan
Anda bisa langsung bertanya ke pihak UPI atau Anda berkunjung ke situs websiite
upi.com di internet”.
Konselor : “bagaimana penilaian anda tentang jalannya konseling, hasil yang anda
peroleh, dan tentang diri saya sendir sebagai konselor”
DAFTAR PUSTAKA
http://astipurwanti.blogspot.com/2014/09/keterampilan-dasar-konseling.html
https://www.bimbingankonseling.web.id/2019/02/teknik-dasar-komunikasi.html