Anda di halaman 1dari 9

Nama: Vetronela Andena

Nim: F1141211006
Kelas: Reg A
Matakuliah: Keterampilan dasar konseling
Dosen Pengampu: Dra. Yuline, M.Pd

Tugas:
Jelaskan tentang 22 keterampilan konseling dan buatlah pernyataan antara konseli dan
konselor tentang 22 keterampilan konseling tersebut. Setiap keterampilan minimal 2
pernyataan, jadinya total keseluruhan ada 44 pernyataan (jika lebih diperbolehkan). 

Jawaban:
1. Perilaku attending
Perilaku attending dapat dilakukan dengan menghampiri klien, kontak mata, bahasa badan,
bahasa lisan. Suatu saat yang baik dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana
yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh:
A. Konseli : Selamat siang ibu
Konselor : Selamat siang mas wildan ( sambil melihat dan menatap mata )
Konseli : Maaf bu, mengganggu ibu siang – siang begini
Konselor : Tidak apa-apa mas wildan. Bagaimana kabarnya mas? ( dengan senyum
dan memulai percakapan )
Konseli : Baik ibu
Konselor : Syukurlah kalau begitu , bagaimana dengan kuliahnya? lancar?
Konseli : lancar ibu
B. Konseli: Ibu bagaimana jika saya belajar lebih giat dan memperbaiki kesalahan saya ?
Konselor: iya nak, (melakukan anggukan kepala) ibu senang kamu masih ingin
berusaha memperbaiki kesalahan, kesempatan selalu ad ajika kamu ingin berusaha
(sambil tersenyum).

2. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Pada prinsipnya empati adalah
merasakan apa yang dirasakan klien, tetapi petugas kesehatan tidak larut dalam perasaan
klien. Empati dilakukan bersamaan dengan “ hadir ”,tanpa perilaku menghadiri tidak akan
nada empati .
Contoh:
A. Klien : saya merasa sedih sekali karena setiap pria yang dekat dengan saya selalu
memutuskan untuk menjauhi saya secara tiba-tiba.
Konselor : ehmmm…saya dapat memahami perasaan anda saat ini…
B. Klien: saya sangat menyukai musik, tetapi saya tidak bisa belajar musik seperti gitar,
keyboard, suling dan alat musik lainnya, karena tidak memiliki uang untuk
membelinya
Konselor: Ibu paham situasi mu saat ini, tetapi kamu dapat meminjam di ruang eksul
di sekolah ini jika kamu mau, kamu datang ke ruangan eksul, belajarlah disana.

3. Refleksi
Refleksi adalah perhatian untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman klien sebagai pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
Contoh:
A. Klien: Saya tidak tau harus bercerita dari mana, bu.
Konselor: mungkin yang ingin kamu ceritakan adalah penyebab kamu tidak bisa
melupakan dia akhir-akhir ini?

B. Siswa : saya berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah karena ekonomi keluarga saya
sedang kesulitan…..
Guru BK : nampaknya yang kamu katakan itu karena kamu pikir kamu akan
merepotkan orang tua kamu….
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran
klien. Hal ini penting, karena klien seringnya menutup diri.
Contoh:
A. Siswa : saya tidak tahu situasi yang saya hadapi ini, saya bingung sekali…..
Guru BK : bisakah kamu menjelaskan apa perasaan bingung yang kamu maksud?
Siswa : dia memutuskan hubungannya dengan saya tanpa sebab..
B. Klien: saya memilih bekerja setelah saya lulus nanti daripada harus kuliah
Konselor : apa alasan kamu memilih itu? Dapatkah kamu menjelaskan lebih jauh
mengapa kamu memilih bekerja setelah lulus nanti?
5. Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
Konselor harus dapat menangkap pesan utama, dan menyatakannya secara sederhana.
Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama
dengan kalimat yang mudah dan sederhana
Contoh:
A. Klien: Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya.
Konselor: Adakah yang anda katakan bahwa perilakunya tiba-tiba berubah?
B. Konseli: saya ingin mengambil peluang itu Tapi saya merasa tidak layak untuk
mendapatkan itu, saya tidak tahu kenapa..
Konselor: sepertinya kamu masih ragu dan belum percaya diri dengan peluang yang
sedang kamu dapatkan.
6. Bertanya untuk Membuka Percakapan (Open Question)
Kebanyakan konselor sulit untuk membuka percakapan dengan klien. Hal ini dikarenakan,
konselor merasa sulit menduga apa yang dipikirkan klien, sehingga sulit untuk mengajukan
pertanyaan yang pas. Sebaiknya tidak menggunakan kata-kata mengapa? dan apa sebabnya?
Hal ini akan menyulitkan klien, dikarenakan klien tidak tahu atau sengaja ditutupi.
Contoh:
A. Konselor : Boleh ibu tahu , Apakah permasalahan yang Adik alami...?.(pertanyaan
terbuka)
Klien : Begini bu , 2 minggu yang lalu saya ketahuan membolos dari sekolah
oleh orang tua saya. Kemudian saat di rumah saya dimarahi oleh orang tua saya ,
Mereka
menanyakan mengapa saya membolos dari sekolah. Saya sangat takut bu, Akhirnya
saya jujur kepada mereka bahwa saya memang membolos dan saya katakan bahwa
penyebab saya membolos adalah karena guru saya cara yang mengajar sangat tidak
enak
sehingga saya membolos sekolah dan ketahuan.
B. Konseli : Biasanya kami selalu bermain bersama, tetapi kemarin tiba-tiba saja
dia menjauhi saya
Konselor : Apa kamu merasakan perubahan sikap sahabatmu memang jauh
berbeda terhadapmu?

7. Bertanya Tertutup (Close Question)


Bentuk-bentuk pertanyaan tertutup, baik diajukan ke klien, agar klien dapat menjawab
dengan mudah misalnya: Ya, Tidak.
Contoh:
A. Konselor: jadi apa yang membuat mu seperti ini, apakah benar dia mengkhianati
kamu?
Klien: iya benar bu, dia mengkhianati, sungguh ini membuatku kecewa dan
membuatku kehilangan kepercayaan kepadanya.
B. Klien : aku akan semangat lagi dalam mengerjakan tugas supaya ipk saya meningkat
Konselor : semester kemarin ipk kamu berapa ?
Klien : 3,81
Konselor : sekarang berapa?
Klien : 3,67
8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang telah
dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti: oh, ya, lalu. Seorang konselor
harus 14 dapat mengupayakan, agar kliennya terlibat dalam pembicaraan dan mau terbuka
tentang dirinya (Self Disclosing).
Contoh:
A. Klien : saya sudah berusaha semaksimal mungkin
Konselor : lalu ?
Klien : tetap saja gagal
B. Klien : saya sudah berusaha move on dari dia
Konselor : terus ?
Klien : tetap saja saya selalu mengingatnya

9. Interpretasi
Dalam interpretasi ini, upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, perilaku serta
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan interpretasi ini adalah:
memberikan rujukan, pandangan, perilaku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh:
A. Klien : saya berpikir dengan berhenti kuliah saya bisa membantu orang tua
Saya karena saya harus membantu membiayai adik-adik saya
Konselor : berhenti kuliah di pertengahan seperti ini sayang sekali selangkah lagi
Bukannya kamu selesai baiknya selesaikan dulu kuliahmu
B. Klien :saya sudah berusaha mencoba bersikap ramah terhadap mereka dengan
menyapa mereka, mengajak bercanda, sering berbagi makanan kepada mereka. Tetapi
tetap saja mereka acuh dan seolah menjauhi saya, saya harus bagaimana lagi?”
Konselor :setelah mendengar penjelasan kamu seperti itu, jadi kamu berpikir bahwa
teman-teman kamu tidak mau berteman lagi denganmu?
10. Mengarahkan (Directing)
Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada
ajakan dan arahan dari konselor. Keterampilan konseling yang mengatakan kepada klien,
agar dia berbuat sesuatu, mengarahkannya agar melakukan sesuatu.
Contoh:
A. Klien: ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri.
Akhirnya terjadi pertengkaran
Konselor: bisakah saudara mencoba di depan saya bagaimana sikap dan kata ayah
saudara jika memarahi kamu?
B. Klien : ibu mertua saya suka menjelek-jelekkan saya .didepan suami saya itu yang
membuat saya tertekan.
Konselor : bisakah kamu ceritakan ibu mertuamu menjelek-jelekkan seperti apa
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Menyimpulkan sementara perlu dilakukan, agar pembicaraan makin jelas. Setiap periode
waktu tertentu, konselor bersama klien perlu menyimpulkan hasil pembicaraan. Untuk itu
sangat diperlukan kebersamaan, agar klien merasa bertanggung jawab atas dirinya sendiri,
sehingga mampu mengambil keputusan pemecahan masalah yang dihadapinya, konselor
hanyalah membantu. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tujuan dari menyimpulkan
sementara adalah sebagai berikut: memberi feedback, menyimpulkan, meningkatkan kualitas
diskusi.
Contoh:
A. Konselor: setelah kita berdiskusi alangkah baiknya jika kita simpulkan dulu
agar jelas hasil pembicaraan kita sampai saat ini. Dari materi pembicaraan yang kita
diskusikan kita sudah sampai kepada dua hal: pertama, niat dan tekad anda untuk
bekerja sambil kuliah makin jelas: kedua hambatan, hambatan akan selalu ada, dan
anda segera menyelesaikan studi anda
B. Konselor: Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan
dulu
agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi-materi pembicaraan yang
kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk
bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan
hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera
menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari
perusahaan yang akan Anda masuki.”
12. Memimpin (Leading)
Sebagai konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan, agar tercapai tujuan konseling.
Tujuannya adalah: agar klien tidak menyimpang dari fokus pembicaraan.
Contoh:
A. Klien: Saya juga berpikir mungkin tentang masalah hubungan dengan pacar.
Tapi bagaimana ya…?
Konselor: Sampai saat ini kepedulian Saudara tertuju kepada kuliah sambil bekerja.
Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk
dalam kerangka kepedulian Anda juga?
B. Klien : saya memang sudah tidak lagi menyukainya. Itu mungkin salah…. Tapi
bagaimana bila saya bekerja di tempat yang jauh? Yah.. walaupun sebenarnya saya
juga ingin menikah.”
Konselor : bagaimana bila kita membicarakannya satu persatu dahulu. Tadi kamu
katakan bahwa kamu tidak lagi mencintainya. Mengapa kamu tidak mencintainya
lagi?
13. Fokus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang
terseleksi dari pembicaraan dengan klien. Fokus membuat klien untuk memusatkan perhatian
pada pokok pembicaraan.
Contoh:
A. Klien : Saya sudah capek dengan orang tua saya bu, saya tidak ingin dikekang lagi
yang saya inginkan adalah kebebasan agar bisa melakukan hal yang saya suka.
Konselor : Capek dengan orang tua? Kamu memikirkan untuk bebas melakukan
sesuatu? Sebaiknya pikirkan lagi dengan baik dan berbagai pertimbangkan mengenai
keinginanmu itu.
B. Konselor : Aiden telah membuat kamu sakit hati ceritakanlah apa yang Membuat
kamu sakit hati kepadanya.

14. Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya
diskrepansi atau inkonsistensi antar perkataan dengan bahasa badan, ide awal dengan ide
berikutnya, senyum dengan kepedihan.
Contoh:
A. Klien : saya sedang sedikit cemas
Konselor : sepertinya kamu sedang banyak pikiran
B. Klien: Oh…, saya baik-baik saja.”(suara rendah, wajah tidak cerah, posisi tubuh
gelisah)
Konselor : Anda mengatakan baik-baik saja tapi kelihatannya ada sesuatu yang
kurang beres.
15. Menjernihkan (Clarifying)
Menjernihkan adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang
samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Teknik ini mempunyai tujuan: agar klien
dapat menyatakan pesannya dengan jelas, agar klien dapat menjelaskan, mengulang,
mengilustrasikan perasaannya.
Contoh:
A. Klien: Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung, sehingga
menimbulkan beberapa konflik.
Konselor: Bisakah anda menjelaskan persoalan pokoknya? Misalnya bagaimana sikap
ayah, ibu, atau saudara-saudara anda terhadap anda?
B. Klien : Saya benar-benar takut kak , Saya takut dimarahi sama orangtua...saya
takut...saya sangat takut Kak ? (mimik muka ketakutan)
Konselor : Kakak kurang mengerti tentang perasaan takut Adik , Coba Adik jelaskan
maksud dari ketakutan Adik itu ?. (Claryfying)
Klien : Saya sangat takut kalau sedandainya nanti orangtua saya bakal
memberhentikan saya sekolah kak , Memotong uang belanja saya , Dan saya sangat
takut kak saya tidak akan diperbolehkan lagi bergaul dengan teman-teman saya.
Konselor : Sekarang apa coba Adik jelaskan apa yang Adik rasakan dari peristiwa
yang Adik alami ?. (Claryfying)
16. Memudahkan (Facilitating)
Memudahkan adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah
berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara
bebas.
Contoh:
A. Klien : “ Masalah yang sedang saya hadapi sekarang tidaklah sedikit bu.”
Konselor : “Sebanyak apapun permasalahan kamu, ibu siap membantu agar kita bisa
membantu menyelesaikannya bersama.
B. Konselor: Saya mengerti perasaan saudara. Saya tentu berpihak pada anda. Dan
yakinlah bahwa jika kita berdiskusi tentu masalah anda akan lebih mudah diatasi.
Apakah anda dapat mengemukakan perasaan anda?
17. Diam
Banyak orang bertanya tentang kedudukan diam dalam kerangka proses konseling.
Sebenarnya diam adalah sangat penting digabung dengan teknik attending. Diam bukan
berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang
paling ideal, diam itu paling lama 5-10 detik, dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan
minimal. Akan tetapi, jika konselor yang menunggu klien yang sedang berpikir, mungkin
diamnya bisa lebih dari 5 detik, hal ini relatif, tergantung dari feeling konselor.
Contoh:
A. Klien : Dulu saya selalu merasa hidup saya itu lengkap dan sangat sempurna, semua
yang saya inginkan bisa terpenuhi, Namun semenjak ibu saya tiada semua jadi
berubah...........(Klien diam)
Konselor .......(diam beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada Konseli
untuk mengalami perasaan-perasaannya secara mendalam)
B. Klien : Saya tidak habis pikir dengannya…
Konselor : ......(diam)
Klien : Bagaimana saya harus menyikapinya nanti
18. Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk
berbicara, sering diam dan kurang partisipasif. Konselor harus dapat mengucapkan kata-kata
yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.
Contoh:
A. Konselor: Bukankah sebelumnya anda mengatakan ingin segera menyelesaikan
masalah anda. Tetapi mengapa sekarang anda lebih banyak diam... ayo, agar nanti kita
dapat mencari solusinya bersama
B. Konselor: tidak apa-apa kok jangan takut, sampaikan saja bagaimana kejadiannya,
agar ibu dapat mengerti dan paham dengan keadaanmu
19. Memberi Nasihat
Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor
tetap harus mempertimbangkannya. Apakah pantas untuk memberi nasihat atau tidak. Sebab
dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni “kemandirian klien” harus
tetap tercapai.
Contoh:
A. Konseli: Bu, saat saya setelah lulus sma nanti saya ingin kuliah, Tapi saya tidak tahu
jurusan apa yang cocok dengan saya. Apa yang saya harus lakukan bu, saya bener-
bener tidak tau harus kemana saya nanti?
Konselor: Kalau begitu, bagaimana kalau kita lihat hobi kamu. Hobi kamu itu bisa
jadi
salah satu sumber pekerjaan kamu nantinya, kamu suka bermain musik ya kan nak,
mungkin kamu bisa memilih jurusan kesenian ada banyak kampus-kampus yang
bagus buat kamu.
B. Konseli : Saya bingung karena saya ingin masuk ke perguruan tinggi swasta A karena
di sana terdapat jurusan yang saya senangi. Sedangkan orang tua saya ingin saya
masuk perguruan tinggi negeri B, karena menurut mereka lebih murah.
Konselor : Baik mari kita diskusikan bersama apa kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing perguruan tinggi swasta dan negeri tersebut, sehingga nanti dapat
ditentukan pilihan mana yang menguntungkan untuk kamu. Konselor dan klien
membahas keuntungan dan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat
setiap pilihan di atas sehingga akhirnya klien mengetahui keuntungan dan kekurangan
masing-masing pilihan tersebut.
Konselor : Setelah mengetahui kelebihan dan setiap pilihan yang ada, maka sebaiknya
kamu memilih pilihan yang paling menguntungkan untuk kamu beserta seluruh
risikonya.

20. Pemberian Informasi


Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat. Selanjutnya
jika konselor tidak memiliki informasi tersebut, sebaiknya dengan jujur katakana bahwa tidak
mengetahuinya. Akan tetapi, jika konselor mengetahui tentang informasi tersebut, sebaiknya
disampaikan, agar klien mengetahui informasi tersebut.
Contoh:
A. Konselor : Sebelumnya saya mohon maaf , kalau anda menanyakan bagaimana cara
mengobati asam lambung, saya sama sekali tidak mengetahui obatnya. Bagaimana
bila anda menanyakannya langsung kepada dokter atau mencari obatnya di apotek
terdekat.
B. Konselor: mohon maaf nak, ibu tidak terlalu paham cara mengerjakan soal
matematika ini coba tanyakan kepada bu mega beliau guru matematika di sekolah ini.
21. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, seorang konselor harus dapat membantu klien untuk dapat
membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi
kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah hasil kerjasama antara konselor dengan
klien.
Contoh:
A. Konselor: Nah sudah dapat gambaran kan tentang penjelasan saya tadi, setelah ini
apakah rencana anda selanjutnya?
B. Konselor: Tadi sudah ibu berikan beberapa cara agar kamu dapat lebih giat lagi dalam
belajar, setelah ini buat rencana agar kamu bisa mendapat nilai yang lebih baik lagi.
22. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan
yang didapat, menyangkut halhal sebagai berikut: bagaimana keadaan perasaan klien saat ini
terutama mengenai kecemasan, memantapkan rencana klien, pokok-pokok yang akan
dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut.
A. Konseli : Ibu, saya merasa sebagian hidup saya telah hilang, setelah kehilangan
Mama saya. Saya merasa lemah sekali bu. Saya tidak mampu menjaga diri saya. dulu
mama saya selalu memperhatikan saya, menyayangi saya.
Sekarang dia pergi meninggalkan kami. Saya hampir tidak bisa tidur lama setiap
malam”.
Konselor : “Saya mengerti, sejauh ini dapat Ibu simpulkan bahwa kamu merasa
kehilangan sosok Ibu yang sangat perhatian terhadap kamu dan kamu begitu sedih dan
terpuruk atas meninggalnya ibu kamu. Sekarang, mari kita cari cara-cara yang dapat
membantu kamu mengatasi masalah tersebut.
B. Klien : Begini Bu, akhir-akhir ini banyak teman yang mengecewakan saya, ada yang
tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas, ada yang tiba-tiba menjelekkan saya. Saya
pun jadi merasa terganggu, selain menjadi beban pikiran saya, saya juga jadi tidak
bisa berkonsentrasi belajar dan akibatnya nilai-nilai saya turun drastis.
Konselor : Sejauh ini dari pembicaraan kita dapat ibu simpulkan bahwa kita telah
membahas masalah yang kamu hadapi yaitu masalah soal teman kamu dan masalah
mengenai konsentrasi belajarmu yang terganggu. Sekarang mari kita mencari cara
yang dapat membantu kamu mengatasi masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai