Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Mumtaz Hanief

NIM : 2130502139

UAS
1. Deskripsi Kasus
Konseli mempunyai kebiasaan buruk suka memandang sepele tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen, Dari hasil pemeriksaan psikologis, tingkat intelegensi konseli
termasuk yang cerdas, demikian pula dari riwayat belajarnya ketika masih di SD,
Prestasi belajarnya tergolong bagus, bahkan pernah menduduki peringkat pertama.
Kemampuan berkomunikasinya juga termasuk kategori bagus. Hanya memang dari
segi motif berbprestasinya menunjukkkan masih perlu ditingkatkan. Pada dasarnya
konseli mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tugas namun dia sering
menunda-nunda pekerjaan. Karena sering terlambat mengumpulkan tugas maka
akhirnya timbulkan konflik dengan hampir semua dosen. Para dosen menjadi kurang
berkenan dan menganggap konseli sebagai mahasiswa malas dan tidak disiplin.
Tujuan konseling :
Untuk mengubah sikap, cara berpikir konseli tentang setiap tugas yang diberikan
dosen sehingga ia dapat mengejakan sebaik-baiknya dan tepat waktu
a. Tentukanlah kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog” nya
b. Buatlah Naskah wawancara Konseling dengan menggunakan teknik khusus
konseling Teknik Kursi Kosong

Jawab :
A. Top dog : telat mengumpulkan tugas
Under dog : Rajin mengumpulkan tugas
B. Situasinya sebagai berikut
Klien : tok tok tok……. (suara ketukan pintu) bolehkah saya masuk
Konselor : silahkan masuk
Klien : boleh saya duduk pak
Konselor : silahkan (sambil Tersenyum), jadi kamu mahasiswa yang bermasalah itu
yah
Klien : iya pak (sambil ngangguk)
Konselor : jadi tolong kerja samanya yah, jadi disini saya punya 2 kursi yang saling
berhadapan (sambil menjelaskan 2 kursi di samping mereka) di sebelah
kiri ini ada kursi telat dan di sebelah kanan ada kursi rajin.
Klien : oke pak jadi saya harus ngapain ini ???
Konselor : jadi anda sekarang duduk dulu di Kursi malas, lalu ikuti aba-aba saya yah
Klien : baik (sambil duduk)
Konselor : jadi disini coba anda jelaskan kenapa anda malas disini dan
Apa yang anda rasakan seperti apa rasanya malas tersebut
Klien : yang saya rasakan disini enak tidak perlu bersusah payah, cukup santai aja,
namun terkadang saya merasa tidak tenang karena kepikiran terus dengan
tugas saya, jadi saya mau mencoba untuk rajin deh
Konselor : coba anda sekarang pindah ke kursi rajin
Klien: disini saya ngerasa tenang, adem, mungkin awal-awalnya susah tetapi kalau
sudah mengerjakan tugas itu yah rasanya adem banget gituh.
Konselor : Alhamdulillah kalo kamu ngerasanya begitu, jadi bagaimana masih mau
telat ngerjakan tugas ??
Klien : nggak mau pak hehehehe (sambil tertawa kecil).

2. Deskripsi Kasus
Konseli adalah mahasiswa semester II pada salah satu perguruan tinggi
swasta di kotanya. Dia adalah sulung dari 3 bersaudara. Di kampus , dia tampak
sering melamun bermuram durja. Wajahnya tidak menunjukkan keceriaan seperti
layaknya remaja seusianya.Ketika semester I orangtuanya bertengkar hebat,
sehingga ibunya pergi begitu saja dan bapaknya pulang kekampung halamannya di
pulau Jawa. Konseli dan adik-adiknya dititipkan ke tetangganya. Setelah kejadian itu,
konseli merasa hidupnya penuh dengan tekanan. Menurut konseli perpisahan
orangtua karena ada pihak ketiga yang menganggu ibunya. Konseli merindukan
kedua orangtuanya dapat berkumpul kembali seperti semula.
Tujuan Konseling :
Membantu konseli untuk berusaha menerima kenyataan tentang keadaan
keluarganya dan mengembangkan kemampuannya dalam menghadapi berbagai
konsekuensi akibat perpisahan orangtuanya
a. Buatlah Naskah wawancara Konseling dengan menggunakan Teknik khusus
konseling REBT
Jawab:

A. Naskah Wawancara Konseling dengan Teknik Khusus Konseling REBT (Rational


Emotive Behavior Therapy):

Konselor: Selamat pagi, . Terima kasih telah datang untuk sesi konseling hari ini.
Bagaimana perasaanmu sekarang?

Konseli: Selamat pagi. Sejujurnya, saya merasa sangat sedih dan terbebani dengan
situasi keluarga saya. Saya merindukan kedua orangtua saya yang bersatu kembali.

Konselor: Saya memahami perasaanmu. Perpisahan orangtua memang bisa menjadi


pengalaman yang sulit. Namun, dalam konseling ini, tujuannya adalah membantu
kamu menerima kenyataan tentang keadaan keluargamu dan mengembangkan
kemampuanmu dalam menghadapi konsekuensi-konsekuensi yang muncul akibat
perpisahan tersebut. Bagaimana menurutmu?

Konseli: Saya berharap bisa menerima keadaan ini, tapi terkadang rasanya begitu
sulit. Saya merasa hidupku tidak seceria remaja seusiaku yang lain.

Konselor: Dalam pendekatan konseling REBT, kita akan bekerja sama untuk
mengidentifikasi keyakinan atau pikiran irasional yang mungkin ada dalam
pikiranmu. Salah satu pikiran irasional yang mungkin muncul adalah "Saya tidak bisa
bahagia jika kedua orangtua saya tidak bersatu kembali." Apakah kamu pernah
memiliki pikiran seperti itu?
Konseli: Ya, saya sering berpikir begitu. Saya merasa hidupku tidak akan lengkap
tanpa kedua orangtua saya bersama.

Konselor: Nah, pikiran-pikiran seperti itu adalah contoh dari apa yang disebut
pikiran-pikiran irasional. Mari kita evaluasi bersama. Apakah memang benar bahwa
kamu tidak bisa bahagia jika kedua orangtua tidak bersatu kembali?

Konseli: Hmm, sebenarnya saya tidak tahu pasti. Mungkin ada cara lain untuk
menjadi bahagia tanpa harus melihat orangtua bersatu kembali.

Konselor: Itu benar. Dalam REBT, kita mencoba untuk mengubah pikiran irasional
menjadi pikiran rasional yang lebih seimbang. Sekarang, mari kita cari tahu apa yang
dapat kamu lakukan untuk meningkatkan kualitas hidupmu meskipun dalam
keadaan orangtua bercerai. Apakah kamu memiliki minat atau hobi yang bisa kamu
lakukan untuk mengalihkan perhatianmu?

Konseli: Saya suka bermain musik dan menulis cerita pendek.

Konselor: Itu sangat bagus! Menyalurkan minat dan hobi dapat membantu
mengurangi tekanan yang kamu rasakan. Selain itu, bagaimana dengan mencari
dukungan dari teman-teman atau keluarga yang dapat mendengarkan dan
memberikan nasihat?

Konseli: Saya rasa saya bisa mencoba. Tapi kadang saya merasa sulit untuk
membuka diri kepada orang lain.

Konselor: Itu bisa dimengerti. Jika kamu merasa kesulitan untuk membuka diri,
jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti konselor, seperti yang kamu
lakukan sekarang. Kami di sini untuk mendukungmu. Selain itu, kita juga dapat
mencoba teknik-teknik relaksasi atau meditasi yang bisa membantumu mengelola
stres.

Konseli: Terima kasih atas saran-saranmu. Aku akan mencoba melakukannya.

Konselor: Hebat! Ingatlah bahwa perubahan tidak terjadi secara instan, tetapi
dengan kesabaran dan tekad, kamu dapat mengembangkan kemampuanmu untuk
menghadapi dan menerima situasi yang ada. Apakah ada hal lain yang ingin kamu
diskusikan atau pertanyaan yang ingin kamu ajukan?

Konseli: Tidak ada lagi yang saya pikirkan saat ini.

Konselor: Baiklah, jika kamu memiliki pertanyaan atau ingin berbicara lebih lanjut,
jangan ragu untuk menghubungi saya. Kita bisa membuat jadwal pertemuan
berikutnya. Terima kasih telah berbagi perasaanmu hari ini.Tetaplah kuat dan
ingatlah bahwa kamu memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan ini.

Konseli: Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha keras.


3. Deskripsi Kasus
Konseli adalah mahasiswa Semester I pada salah satu perguruan tinggi Negeri di
kotanya. Prestasi belajarnya termasuk rata-rata. Secara keseluruhan kondisi fisik
konseli cukup proporsional, tidak memiliki cacat tubuh, hanya warna kulit yang
hitam. Karena keadaan warna kulitnya yang hitam inilah, konseli sering diejek
teman-temanya, dengan menjulukinya “si lutung”. Kejadian ini terjadi juga ketika
dia masih duduk dibangku sekolah. Sebenarnya dia merasa tidak nyaman dengan
sebuatan ini. Tetapi dia tidak memiliki kesanggupan untuk”melawan” ejekan dan
cemoohan teman-temanya itu. Dia hanya bisa menekan perasaaan dan
kekeceawaanya yang berujung pada kerontokan rasa percaya diri dan harga dirinya.
Akibatnya dikelas cendrung menjadi pendiam. Dia sering ragu-ragu dalam bertindak
dan cendrung menarik diri dari pergaulan. Saat ini dia tinggal bersama kedua
orangtuanya dan adik yang masih duduk dibangku sekolah. Kedua orangtuanya
adalah petani dengan kondisi ekonomi yang sederhana.
Tujuan konseling :
Untuk membantu mengatasi perasaan kurang percaya diri akibat keadaan fisik dan
tekanan sosial
a. Buatlah Naskah wawancara Konseling dengan menggunakan Teknik khusus
konseling self talk

Jawab:

Naskah Wawancara Konseling dengan Teknik Khusus Konseling Self Talk:

Konselor: Selamat pagi. Terima kasih telah datang ke sesi konseling hari ini.
Bagaimana perasaanmu saat ini?

Konseli: Selamat pagi. Sejujurnya, saya merasa sangat tidak percaya diri dengan
penampilan fisikku dan cemoohan teman-teman tentang warna kulitku.

Konselor: Saya memahami perasaanmu. Rasanya tidak nyaman ketika kita diejek
atau dicemooh oleh teman-teman. Dalam konseling ini, kita akan menggunakan
teknik khusus yang disebut Self Talk untuk membantu mengatasi perasaan kurang
percaya dirimu. Apakah kamu familiar dengan teknik ini?

Konseli: Tidak, saya belum pernah mendengarnya sebelumnya.

Konselor: Self Talk adalah teknik di mana kita menggunakan kata-kata dan pikiran
positif untuk membangun rasa percaya diri dan mengubah cara kita melihat diri
sendiri. Misalnya, ketika kamu mendengar ejekan dari teman-temanmu, biasanya
kamu memiliki pikiran negatif tentang dirimu sendiri. Kita akan menggantinya
dengan pikiran-pikiran yang lebih positif dan membangun. Apakah kamu bersedia
mencoba?

Konseli: Ya, saya ingin mencoba. Apa yang harus saya lakukan?
Konselor: Pertama, mari kita identifikasi beberapa kata atau frasa positif yang bisa
kamu katakan kepada dirimu sendiri ketika kamu merasa kurang percaya diri.
Misalnya, "Saya berharga apa adanya," "Saya memiliki kelebihan yang unik," atau
"Saya pantas mendapatkan penghargaan dan kebahagiaan."

Konseli: Saya mencoba mengucapkan kata-kata seperti itu, tetapi kadang-kadang


saya tidak yakin.

Konselor: Itu normal. Pikiran negatif bisa muncul, tetapi penting untuk tidak
membiarkan mereka mengendalikan pikiran dan perasaanmu. Ketika pikiran negatif
muncul, coba untuk menghentikannya dan gantikan dengan kata-kata positif tersebut.
Buktikan pada dirimu sendiri bahwa kamu mampu menghadapi cemoohan dan
menumbuhkan rasa percaya diri.

Konseli: Saya akan mencobanya. Tetapi apakah ada cara lain yang bisa saya lakukan
untuk meningkatkan percaya diri saya?

Konselor: Tentu, selain self-talk, kamu juga bisa melakukan latihan fisik atau
kegiatan yang kamu sukai untuk meningkatkan rasa percaya dirimu. Misalnya,
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau seni yang kamu minati. Hal ini bisa
membantu kamu merasa lebih baik tentang dirimu sendiri dan memperoleh rasa
percaya diri yang lebih kuat.

Konseli: Saya akan mencoba melakukannya. Terima kasih atas saran-saranmu.

Konselor: Sama-sama. Selain itu, penting juga untuk menghubungi orang-orang


terdekat yang mendukungmu, seperti keluarga atau teman dekat. Mereka bisa
memberikan dukungan dan mengingatkanmu tentang nilai dan kelebihan yang kamu
miliki.

Konseli: Saya akan melakukannya. Terima kasih atas bantuanmu.

Konselor: Kamu sudah berusaha dengan baik. Jika ada hal lain yang ingin kamu
diskusikan atau pertanyaan yang ingin kamu ajukan, jangan ragu untuk menghubungi
saya. Kita bisa membuat jadwal pertemuan berikutnya. Tetaplah kuat dan percayalah
pada dirimu sendiri.

Konseli: Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha keras.

Anda mungkin juga menyukai