Anda di halaman 1dari 5

PEDOMAN WAWANCARA

Nama :A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat :
Tujuan : Siswa mampu mengembangkan kepercayaan dirinya dalam kehidupan
sehari-hari dengan Teknik SFBT
- Siswa A datang kemudian menjelaskan keluhan bahwa ia merasa tidak punya teman,
dia merasa minder jika harus berkumpul dengan teman teman kelasnya.
- Siswa A membandingkan dirinya dengan orang lain yang menurutnya itu lebih baik
dari dirinya karena :
a. Siswa A mempunyai kecacatan fisik (ada luka bakar di lengan kiri),
b. dan tanda lahir yang menurutnya itu kekurangan diri.
c. Siswa A merasa badannya gendut, sering di ledek (dibully) dengan panggilan
Gajah oleh teman temannya,

Akibat :

- siswa A selalu menyendiri di kelas, tidak ikut teman temannya ke kantin.


- Jika ada kerja kelompok siswa A susah mendapatkan kelompok.
- Siswa A tergolong siswa yang kurang mampu dalam ekonominya. Orang tua siswa A
melarang dan membatasi siswa A dalam kegiatan seperti ekstrakurikuler sekolah.

Pertemuan Pertama
Tujuan :
- Menciptakan hubungan baik agar proses konseling berjalan lancer
- Membuat suasana yang kolaboratif antara konselor dan konseli.
- Pengenalan akan proses konseling yang akan dilakukan..
- Melakukan wawancara singkat tentang biodata konseli
- Mencari gambaran pribadi untuk menemukan tujuan dari konseli mengenai
konseling
- Form Persetujuan Konseling

Tekni :

• Open question
• Rapport
Siswa memasuki ruang bimbingan dan konseling

Konseli : Assalamulaikum
Konselor : Walaikumsalam, Iya nak ( sambil melihat arah pintu)
Konseli : Pa, saya ingin bertemu bapak
Konselor : Boleh, silakan duduk ada yang bisa bapak bantu ? (attending ramah,
senyum, kontak mata, dan badan agak membungkuk ke arah klien)
Konseli : Saya berdasarkan rekomendasi dari walikelas disarankan untuk
bercerita mengenai apa yang menjadi masalah saya kepada bapak.
(tertunduk)
Konselor : Dengan senang hati saya mendengarkannya, saya sangat merasa senang jika
ada siswa yang ingin bercerita kepada saya. Saya siap dengarkan. Nak apa
kabar mu? (attending ramah, senyum, kontak mata, dan badan agak
membungkuk ke arah klien)
Konseli : seperti ini lah pa baik tidak baik (menunduk)
Konselor : Baik nak, Sebelumnya kamu sudah kenal saya?
Konseli : saya hanya tahu bapak guru BK
Konselor : baik betul sekali, saya guru BK kamu. Saya sangat senang ketika kamu
mengatakan ingin bercerita kepada saya dan kamu jangan merasa sukan,
khawatir atau takut ketika ingin bercerita ke saya. Saya sebagai guru BK
sudah di sumpah tidak akan bercerita masalahmu kepada oranglain sehingga
privasimu terjaga tidak akan bocor kemana-mana. Kamu juga tidak merlu
khawatir ceritamu tidak akan mempengaruhi nilai matapelajaran apapun.
Sehingga kamu dapat bercerita apa yang kamu rasakan dengan nyaman.
Dengan kamu bercerita mungkin kamu dapat menyelesaikan masalahmu.
Sebelumnya saya ingin bertanya apakah kamu bersedia bercerita mengenai
masalah mu? (penjelasan mengenai profil guru BK karena siswa ini jarang di
temui guru BK)
Konseli : Iya pa saya sangat bersedia, mohon bantuanya ya pa. terimakasih bapak
sudah mau meluangkan waktu untuk membantu saya. ( melihat guru BK, dan
sedikit tersenyum)
Konselor : tadi kamu mengatakan kamu keadaanya baik dan tidak baik, kalua boleh
tau apa penyebab kamu merasa kurang baik nak? ( Pertanyaan terbuka,
berempati)
Konseli : saya sedih pa, sedih banget saya selalu malu dengan keadaan saya. Saya
cacat, saya miskin, saya jelek, saya gendut dan sering dibully gajah. Kenapa
saya gini pa. saya malu, saya ga punya temen. Dan pantas mereka tidak mau
berteman dengan saya ( Menangis dan mengatakan penuh dengan emosi)
Konselor : kamu merasa dirimu jelek, dan merasa tidak memiliki teman? (klarifikasi)
Konseli : iya bu saya dari SD sampai sekarang ga punya temen karena kondisi saya
yang memalukan ini. Saya tidak cantik (menangis)
Konselor : Kamu merasa tidak percaya diri dengan kondisi tubuh nak?
Konseli : iya bu
Konselor : menurutmu apakah hanya orang yang cantik saja yang bisa memiliki
teman? apakah diluar sana tidak ada orang yang memiliki kekurangan dan
iya memiliki teman?
Konseli : tidak bu
Konselor : tetapi, kamu mengatakan kamu tidak cantik sehingga tidak memiliki teman,
apa yang membuat mu berpikir seperti itu?
Konseli : Sebenernya sejak kecil karena tanda saya tidak bagus ini saya sudah
minder, ditambah dengan luka bakar ini menambah saya terlihat seperti
orang cacat dan saya gendut saya malu dan memilih menarik diri (siswa
menangis) saya berbeda dengan yang lain.
Konselor : Konselor mengusap bahu konseli, tidak apa kamu menangis saja keluarkan
kesediahan, kemarahan dan kesedihan kamu.
Konseli menangis , saat konseli sudah tenang konselor mengajak konseli berbicara lagi

Konselor : Nak bagaimana perasaan mu, sudah tenang?


Konseli : Menganguk
Konselor : Apa kamu teman-teman mu menjauhi kamu atau kamu yang menjauhi
mereka?
Konseli : tidak semua menjauhi saya bu tapi saya malu
Konselor : baik artinya masih ada teman yang mau menerima mu tapi kamu yang tidak
mau dekat dengan mereka karena malu dengan keadaan diri mu?
Konseli : iya bu, sebenarnya ada salsa dan teman-teman selalu mengajak saya main
tapi saya malu. Saya memilih sendiri
Konselor : Baik nak jadi menurut mu apakah rasa malu mu ini harus kamu terus
tanamkan dalam diri kamu?
Konseli : tidak pa, tapi saya tidak tau harus apa. Sejak kecil saya sudah seperti ini dan
saya merasa Lelah pa seperti ini.
Konselor : pasti nak, pasti kamu merasa Lelah karena kamu terkungkung dengan
pemikiran mu sendiri yang terus mengatakan dirimu berbeda padahal kamu
memiliki kelebih yang mungkin kamu belum ketahui, sebelumnya kita
membahas tentang teman di sekolah. Saya ingin bertanya bagaimana
hubungan kamu dan orangtua mu ?
Konseli : Baik bu
Konselor : apakah mereka tidak menerima kondisi mu?
Konseli : tidak bu ayah ibu sangat menerimanya bahkan selalu memotivasi saya
untuk percaya diri namun saya selalu tidak berani untuk menjadi percaya diri
Konselor : baik ayah ibu berati tidak pernah marah dan menolak kehadiranmu, mereka
sangat sayang kepada mu. Apakah mereka tidak sedih melihatmu seperti ini?
Konseli : Ayah ibu sangat sedih pa tapi tidak menampilkannya, mereka selalu bilang
ade maafkan ayah dan ibu ya ade jadi seperti ini, tapi ade adalah anak yang
paling cantik untuk kita, ade tidak usah malu, dan jangan merasa sedih
karena ibu dan ayah. Tapi kami berasal dari keluarga kurang mampu
Konselor : ayah dan ibu berkerja sebagai apa ?
Konseli : ibu hanya ibu rumah tangga dan ayah kerja serabutan sehingga penghasilan
tidak tentu.
Konselor : apa ini juga menjadi penyebab kamu merasa malu?
Konseli : iya pa, saya banyak sekali kekurangan cacat iya, jelek, gendut dan miskin.
Konselor : baik nak, tidak apa kamu marah dengan keadan kamu sekarang. Tapi ini
apakah baik terus menerus?
Konseli : tidak bu
Konselor : lalu apa yang kamu ingin lakukan?
Konseli : tidak tahu bu
Konselor : kira-kira apa yang salah?
Konseli : saya tidak percaya diri
Konselor : apakah kamu mau berubah?
Konseli : mau bu
Konselor : bagaimana kalau kita melaksanakan konseling?
Konseli : boleh bu
Konselor : apa kamu pernah melakukan konseling ?
Konseli : belum bu
Konselor : apa kamu mengetahui konseling?
Konseli : belum bu, cerita-cerita bukan bu ?
Konselor : iya betul di dalam konseling ada proses cerita, bapak jelaskan singkat ya.
Konseling adalah proses pemberian bantuan melalui diskusi dengan
indivindu yang sedang mengalami sebuah masalah, dan tujuannya untuk
mengatasi masalah yang dialami. Dan di lakukan beberapa kali pertemuan,
dalam konseling dibutuhkan keterbukaan dimana kamu bercerita dengan
jujur agar tujuan konselig ini tercapai, kamu tenang saja apay ag kamu
ceritakan pasti akan saya jaga privasinya. Apakah kamu setuju?
Konseli : Baik pa boleh
Konselor : Alhamdulillah kalua kamu setuju, semoga apa yang menjadi masalahmu
terselesaikan ya nak, aamiin
Konseli : Aamiin, pa, tapi boleh tidak pa kita lanjut konseling besok karena saya cape
pa nangis.
Konselor : boleh, sangat boleh, kita lanjut di pertemuan selanjutnya. Saya ingin
mengatakan kamu sangat hebat dan luar bisa karena kamu mau berubah
menjadi lebih baik dan telah memberanikan diri untuk mau mencoba berubah
kamu luar bisa nak. Dan ingat setiap orang punya kekurangan tapi mereka
memiliki hak untuk hidup Bahagia dan tentunya kamu juga berhak Bahagia.
Konseli : Iyaa

Konselor : baik kalau begitu terimakasih yaa nak mau bercerita kepada saya

Konseli : iyaa, terimakasih juga sudah membantu pa

Konselor : iya sama – sama


Keluar pintu dan salim

Anda mungkin juga menyukai