Pendahuluan :
Rasional Emotif Behavior Terapy (REBT) merupakan pendekatan yang digunakan pada
praktik konseling individual dan kelompok. Rasional Emotif Behavior Therapy (REBT)
dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1955 dan popular ”Reason an Emotion in
Psychotherapy” pada tahun 1962.
Tujuan dasarnya adalah mengajarkan konseli bagaimana merubah disfungsional emosi dan
perilaku mereka menjadi pribadi yang sehat. Selain itu dua tujuan terpenting REBT membantu
konseli dalam proses mencapai unconditional self-acceptance dan unconditional other
acceptance, dan melihat bagaimana kedua hal itu saling berkaitan.
Konselor : waaalaikumsalam, lolly.. silahkan duduk.. jam pelajaran apa ini (pembukaan)
? apa gurunya tidak masuk?
Klien : jam pelajaran matematika bu, tidak bu, karena beliau ada
kepentingan dinas, jadi kami hanya di berikan tugas.
Konselor : loh kenapa begitu, apa ada yang menyebabkan kamu tidak
konsen seperti itu ?
Klien : Hehee... yaa bu, saya aja ga tau... sebenarnya saya juga bingung
apa yang saya pikirkan..
Konselor : ibu senang kalau kamu bersedia menceritakan apa yang sedang Attending
menjadi beban fikiranmu kepada ibu, kamu bisa berbagi masalah dengan (penerimaan)
ibu, ibu siap menjadi teman mu .. pelan pelan saja ceritanya.
Konseli : saya bingung harus cerita darimana bu, saya takut.
Konselor : Tidak perlu takut, tidak pelu bingung, waktunya masih banyak, Refleksi of feelling
kamu tenangin diri dulu, ibu siap menunggu. Pelan-pelan sajaa lol.. (pemantulan
Klien : iyaa bu, begini bu, saya memiliki pacar , yang meninggal 6 bulan perasaan)
lalu, saya merasa sedih dan kehilangan arah bu semenjak itu.
Klien : pacar saya meninggal saat akan menjemput saya di sekolah bu, dan
kejadiannya tepa di depan mata saya, saya merasa menyesal, kenapa harus
memintanya jemput, kenapa tidak saya mandiri sajaa, kenapa saya harus
manja seperti ini , saya memang bodoh bu.. seandainya saya tidak
memaksa dia untuk menjemput , dia pasti akan tetap bersama saya
sekarang ,saya bodoh sekali bu.
Konselor :ibu sangat memahami perasaan lolly , terus apa lagi yang lolly Exploring
rasakan, ?
Klien :padahal saya sangat menyayangi dia bu, tp saya sndri yang
mencelakakannya.
Klien : saat itu bu, saya sms pacar saya untuk menjemput saya pulang
sekolah, pacar saya sudah kuliah bu. Karna kebetulan dia sedang tidak ada
kuliah maka saya ingin dia menjemput saya sepulang sekolah. Setelah bel
sekolah berbunyi, saya langsung keluar kelas dan menunggunya d gerbang
sekolah, baru 5 menit saya disitu, saya melihat tabrakan hebat bu, antara
bis dan motor satria FU milik pacar saya, saya langsung berlari dan
menangis histeris bu, ambilance datang dan membawa pacar saya ke
rumah sakit, tapi itu tidak menolongnya, pacar saya meninggal bu. Saya
pingsan dan saya ...(menangis)
Konselor : (memberikan tisue)... menangis saja jika itu membuat lolly bisa empathy
lebih tenang. Ibu bisa merasakan apa yang lolly alami dan rasakan saat itu.
Konselor : jadi lolly merasa, kejadian itu kesalahan lolly karena sudah
meminta dia menjemput lolly ?
Konseli : iya bu, saya merasa ini semua kesalahan saya. Saya berfikir saya
juga harus mati untuk menebus semua kesalahan ini
Konselor : cobaa dipikir dua, tiga kali lagi apakah berfikir seperti itu rejection
sudah sesuai ?
Konselor : bagaimana dengan orang tua lolly dengan orang tua pacar Lead
lolly?
Klien : orang tua saya selelu menguatkan saya bu, walaupun sampai
sekarang saya belom bisa memaafkan diri saya sendiri. Kalau orang tua
pacar saya, mereka berusaha menerima semua takdir ini dengan ikhlas bu,
mereka tidak membenci saya, bahkan mereka masih menganggap saya
sebagai anaknya sendiri. Kadang saya masih sering sekali bekunjung
kesanaa bu, sepulang sekolah.
Konselor : orang tua lolly daan orang tua pacar lolly tidak membenci lolly, restatement
sekarang mari kita berfikir bersama, dari orang tua lolly dan orang tua
pacar lolly sangat menguatkan lolly , tetapi lolly inin menebus kesalahan
dengan ikut mati, menurut lolly apa itu cara yang palin tepat ?
Konselor : jadi menurut lolly permasalahan selesai ketika lolly ikut mati paraphasing
bersamanya ? tanpa menghiraukan perasaan keluarga lolly dan keluarga
pacar lolly , begitu ?
Klien : yaa bu saya rasa itu cara terbaik.saya merasa hampa tanpa
kehadiran pacar saya bu.
Konselor : sekarang coba lolly fikirkan dlu, apakah dengan semua rencana counfrontation
dan fikiran lolly itu semua dapat selesai, apakah dengan ikut mati lolly bisa
merasa bahagia ? apakah pikiran dn harapan lolly itu tidak malah
menambah masalah baru untuk orang tua lolly, dan orang tua pacar lolly
yg sudah menggangap lolly anak sendiri harus kehilangan lagi ?
Klien : iya sih bu, saya rasa itu malah menambah masalah , hmmmmm...
saya bingung bu.
Konselor : berarti lolly merasa sekarang ikut mati bukan solusi yang tepat belief
dalam menyelesaikan masalah ini bukan ?
Konseli : Saya mengerti bu, tapi saya masih sulit memaafkan diri saya
sendiri. Saya merasa akar permasalahan terpusat pada sayaa bu.
Konselor : coba fikir lol, kalau orang tua pacarmu saja bisa tegar confrontation
menerima kenyataan ini, bahwa anaknya sudah meninggal, mengapa kamu
tidak sekuat itu ? padahal mereka pun sama halnya dengan kamu yang
menyayangi nya.
Konselor : apa lolly pernah menceritakan ini kepada orang tua lolly ? lead
Konseli : Tidak bu, saya selalu bingung untuk memulai cerita, ujung-
ujungnya saya pusing ,nangis dan lemas bu.
Konseli : sedikit bu, bagaimana jika dilanjut lain waktu bu ? saya rasa
lemas sekali bu.
Konselor : baik kalau begitu kita lanjutkan lain waktu lagi, jika lolly telah
siap untuk melanjutkan dan menyelesaikan nya sampai lolly dapat kembali
menjadi diri sendiri. Silahkan beristirahat ya..
1. Kelebihan
Pendekatan REBT jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan konseli hanya
mengalami sedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi
REBT.
Pendekatan REBT dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik
tingkah laku lainnya untuk membantu klian mengalami apa yang mereka pelajari
lebih jauh lagi.
Pendekatan REBT relatif singkat dan konseli dapat melanjutkan penggunaan
pendekatan ini secara swa-bantu.
Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk konseli
dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi
biblioterapi seperti ini dan terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan
teknik-tekniknya telah diperbaiki selanjutnya, dibuktikan efektif dalam merawat
gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan kecemasan.
2. Kelemahan
Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang
mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan
mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.
Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak
individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari keeksentrikan
Ellis.
Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor terlalu fanatik dan ada
kemungkinan tidak merawat konseli seideal yang semestinya.
Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling
sederhana dalam membantu konseli mengubah emosinya.