Anda di halaman 1dari 10

All About Media & Konseling

Menghidupkan Hidup . . . S E M A N G A T ! ! !

Menu
Skip to content

 Home
 Coretanku
 Curhat Online
 Tentangku
 Tips & Trik

Laporan Konseling Individu


April 10, 2013tatysolihat2mediabki kumpulan tugas Leave a comment

Identitas Konseli
Nama : AS
Umur : 17 tahun
Alamat : Jl. Antapani-Sukapura
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Pelajar

A. Deskripsi Masalah

Konseli merupakan seorang siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung. Dia
merupakan anak yang baik, penurut kepada orang tuanya dan bisa dikatakan anak yang pintar
karena prestasi yang dia peroleh di tingkat SD dan SMP cukup baik. Akan tetapi, ketika awal
masuk SMA dia mengalami perubahan sikap yang sangat signifikan sekali. dia menjadi sering
bolos sekolah sampai surat panggilan untuk orang tuanya pun dia sembunyikan. Dikarenakan
bolosnya hampir tiga bulan lamanya dan pihak sekolah menyangka tidak adanya perhatian atau
tindak lanjut dari orang tua memenuhi panggilan sehingga pada akhirnya pihak sekolah
mengembalikan berkas-berkasnya (dikeluarkan dari sekolah).

Dalam proses konseling, koseli mengatakan bahwa dia selalu bingung, cemas dan tidak masuk
sekolah dikarenakan beberapa faktor, yang pertama dia merasa malu dengan kondisi dirinya
yang serba kekurangan di bandingkan teman-teman yang lainnya karena memang dia dari
keluarga yang bisa dikatakan sangat sederhana ditambah dia selalu di ejek oleh teman-teman
sekolahnya. Faktor yang kedua, dia merasa selalu salah karena sering di marah-marahi oleh
kedua orang tuanya padahal mereka tidak mengetahui apa-apa karena sibuk dengan kerjaannya
masing-masing. Faktor yang ketiga, karena banyaknya tugas yang diberikan dan dia tidak bisa
mengerjakannya serta tidak tahu harus bertanya kepada siapa untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya

B. Masalah inti

Dari hasil obrolan/wawancara saya dan konseli tersebut maka sudah jelas konseli memiliki
masalah yang lumayan pelik. Dan dalam segi kesehatan mental/jiwa konseli bisa dikatakan
memiliki gangguan kesehatan mental/jiwa. Gangguan kesehatan mental/jiwa adalah gangguan
yang menyebabkan kepribadian seseorang terganggu sehingga tidak sanggup atau mengalami
berbagai kegagalan dalam menjalankan tugas kehidupannya sehari-hari[1]. Menurut Zakiah
Drajat kesehatan mental yang terganggu maka individu terebut tidak akan merasa bahagia,
karena yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mentalnya. Orang
yang sehat mentalnya tidak akan lekas putus asa, pesimi atau apatis karena ia dapat menghadapi
semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar dan menerima kegagalan
sebagai pelajaran yang akan membawa kesuksesan nantinya.

Perubahan sikap konseli yang sering kali bingung, cemas, merasa iri hati dan rendah diri serta
hilangnya kepercayaan kepada diri sendiri merupakan gangguan perasaan yang disebabkan oleh
terganggunya kesehatan mentalnya. Dan penurunan prestai dikarenakan males belajar merupakan
pengaruh gangguan kesehatan mental terhadap pikiran/kecerdasan.

Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh kecerdasan orang tuanya, akan tetapi, jika tidak
mendapat kesempatan dan lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan itu tidak
akan mencapai kemampuannya yang maksimal. Seperti bibit tanaman yang baik, jika dibiarkan
tumbuh di atas tanah yang kering, tidak dipelihara dan dibiarkan saja dipenuhi oleh rumput,
maka tanaman tadi akan merana dan tidak akan memberikan hasil sebagaimana diharapkan.
Konseli tidak bisa mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu hal yang penting, merasa
kemampuan berpikirnya menurun, dan merasa seolah-olah ia tidak lagi cerdas bukan berarti
karena dia bodoh, tapi karena tidak ada ketenangan jiwa padanya. Terganggunya ketenangan
jiwa konseli salah satunya disebabkan oleh kedua orang tuanya. Perlakuan orang tua yang terlalu
keras, tidak banyak memperdulikan kepentingan konseli menyebankan hilangnya ketenangan
jiwa konseli. Banyak sekali anak-anak menjadi pemalas belajar dan bodoh disekolah, karena
tidak ada saling pengertian dan penghargaan antara orang tua dengan anak.

Secara garis besarnya, faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam
individu), yakni keadaan kondisi jasmani dan ruhaninya. Faktor eksternal (faktor dari luar
individu), yakni kondisi lingkungan di sekitar individu baik itu lingkungan keluarga ataupun
lingkungan pergaulan[2]. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kesehatan mental individu juga.

Dengan demikian konseli dikatakan tidak sehat mentalnya karena belum terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwanya seperti apek kognitif, afektif
dan konatifnya, serta belum memiliki kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang
biasa terjadi dan tidak berpikir positif akan kemampuan dirinya.
C. Bentuk layanan yang diberikan

Dari hasil wawancara antara konselor dengan konseli maka rencana layanan yang konselor
berikan untuk membantu konseli mengentaskan permasalahan yang dialaminya adalah
memberikan Layanan Konseling Individual dengan bentuk:

1. Konseling sosial-pribadi dan belajar, yaitu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi individu dalam mengembangkan
potensi dirinya secara optimal baik yang terkait dengan aspek intelektual, emosional,
osial maupun moral atau spiritual.
2. Konseling keluarga, yaitu proses bantuan kepada individu dengan melibatkan anggota
keluarga lainnya terutama orang tuanya, dalam upaya memecahkan masalah yang
dialaminya.
3. Konseling religious (islami), yaitu proses bantuan yang diberikan kepada individu agar
memperoleh pencerahan diri dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama
melalui uswah hasanah.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Layanan

1. Waku Pelaksanaan Layanan

Hari : Sabtu

Tanggal : 03 November 2012

Jam : 13.00 s/d selesai

1. Tempat pelaksanaan layanan yaitu di Rumah Konselor

E. Proses dan Tahapan Pelaksanaan Layanan

1. Tahap awal konseling

Tahap ini diebut juga tahap definisi masalah, karena tujuannya adalah supaya konselor dan
konseli mampu mendefinisikan masalah konseli yang di tangkap dalam dialog konseling. Dalam
memulai hubungan awal antara konselor dengan konseli, konselor berupaya menghantarkan
klien untuk bisa memiliki rasa aman dan nyaman. dalam hubungan awal ini konselor dan klien
mempunyai pemahaman dan persepsi yang sama dalam pencapaian tujuan pelaksanaan proses
konseling antara konselor dengan klien dalam rangka nantinya konseli dapat mengentaskan
masalah yang dihadapinya secara mandiri.

Dalam tahapan ini yang dilakukan konselor yaitu:

1. Attending, yaitu perilaku menghampiri klien dengan tujuan meningkatkan harga diri
kilen, menciptakan suasana yang aman, mempermudah ekspresi perasaan klien dengan
bebas. Disini konselor memperlihatkan sikap terbuka konselor dengan 3S (senyum,
salam, sapa)
2. Empati. Yang merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan
klien. tahapan ini termasuk dalam teknik attending. Disini konselor harus tidak egois dan
memasuki dunia dalam klien dengan berkata “saya dapat merasakan bagaimana perasaan
kamu.” Atau “saya paham dengan keinginan kamu”
3. Refleksi perasaan, konselor merefleksikan atau mengulang kembali pernyataan, baik
kata-kata maupun perasaan yang diekspreikan klien. Dalam teknik konseling chakuff ini
termasuk kedalam teknik responding, dimana konselor mampu mengartikulasikan
pengalaman dan alasan dari perasaan klien, serta mampu membahasakan isi dari ekspresi
klien ketika konselor menyampaikan kembali pada klien alasan dari perasaannya. Disini
konselor berkata “mungkin kamu merasa …”
4. Bertanya tertutup, dikarenakan konseli tidak mau mengungkapkan semua
permasalahannya dan cenderung introvert. Ini juga termasuk dalam teknik responding
untuk mengeksplorasi secara mendalam mengenai permasalahan klien. disini konselor
bertanya kepada klien yang jawaban klien pastilah antara “iya” dan “tidak” seperti
bertanya “kamu merasa tertekan dengan itu …”
5. Setelah konseli nyaman maka diberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar konseli lebih
terbuka dengan masalahnya dengan penanaman kepercayaan terhadap konseli,
menjelaskan mengenai azas-azas kerahasiaan dan eklamasi yaitu memperhatikan kenseli.
Disini konselor bertanya “bagaimana perasaan kamu saat itu?”
6. Mendefinisikan masalah bersama

Setelah berhasil pada tahap pendekatan dan terbinanya hubungan awal antara konselor dengan
konseli dalam pelaksanaan konseling yang ditandai klien telah memiliki persepsi yang sama
dengan konselor dalam melaksanakan konseling. Selanjutnya konselor menjelajahi permasalahan
yang dialami klien. tahapan ini menurut charkuff termasuk dalam teknik personalizing, dimana
konselor memahami dan menekankan masalah klien agar klien bisa bertanggung jawab dengan
masalahnya sendiri. Dari penjajakan terhadap permasalahan yang dialami klien informasi yang
diperoleh konselor adalah klien memiliki permasalahan dengan pergaulan di sekolahnya dengan
teman-temannya. permasalahannya adalah AIS merasa minder dengan keadaannya yang tidak
bisa setara dengan teman-temannya juga permasalahan dengan orang tuanya karena seringkali di
marahi dan tidak di perhatikan. hal ini membuat konseli tidak nyaman dan menjadi resah
sehingga tidk mau masuk sekolah dan belajar.

2. Tahap pertengahan konseling

Tahap ini disebut sebagai tahap kerja atau tahap pembinaan yang bertujuan untuk mengolah
masalah konseli yang telah di definisikan tadi. Dalam teknik konseling charkuff tahapan ini
termasuk dalam teknik initiating, dimana konselor memberikan bantuan seperti motivasi, dll.
Dalam tahap pembinaan ini usaha yang dilakukan konselor dalam membantu klien mengambil
keputusan untuk mengentaskan permasalahan yang dialaminya adalah dengan memfokuskan
konseli terhadap masalahnya, memberikan informasi serta motivasi belajar kepada konseli untuk
bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Menyadarkan konseli akan potensi
dirinya, dan memberikan pemahaman agar konseli dapat menerima realitas/kenyataan hidupnya,
menerima semua kekurangan yang ada padanya. Meluangkan waktu belajar dengan sering
bertanya pada orang yang lebih tahu.

3. Tahap akhir konseling

Disebut juga tahap tindakan (action), tahap ini bertujuan agar konseli mampu menciptakan
tindakan-tindakan positif seperti perubahan perilaku dan emosi, serta perencanaan hidup masa
depan yang positif setelah dapat mengatasi masalahnya. Dalam tahap ini konselor menyimpulkan
semua yang telah dikomunikasikan konseli, merencanakan tindakan apa yang akan selanjutnya di
ambil dan mengevaluasinya. Tahapan ini juga termasuk dalam teknik initiating (action).

Adapun secara spesifik tahapan konseling individual model charkuff yang diterapkan seperti
dibawah ini :

No Nama Tahapan Aktivitas yang dilakukan Bahasa Verbal yang


digunakan
1. Attending Preparing: menerima -hai asep, senang bisa
kehadiran konseli jumpa kembali denganmu,
ayo masuk dan silahkan
duduk.

Positioning: Konselor
mengatur dirinya mulai
dari cara duduk, posisi -Kalau boleh tahu, asep
duduk, kemiringan posisi habis dari mana? Kira-kira
duduk dan tatapan mata apa yang dapat saya bantu,
yang menunjukkan seneng kalau bisa
keramahan dan menolong orang/
kesungguhan membantu meringankan beban orang,
tentu dalam batas
kemampuan yang saya
miliki
Observing:Konselor
berusaha memperoleh
gambaran tentang energy,
ekspresi perasaan, dan -Jika saya amati, sepertinya
kesiapan konseli dalam kamu ini sedang bersedih,
konseling, serta sebenarnya apa yang telah
memperhatikan bila terjadi terjadi?
ketidaksesuaian antara
ucapan dan ekspresi.

-sabar yah sep, dalam


kehidupan pastilah ada
Listening: Keterampilan cobaan dan ujiannya.
untuk memperoleh
informasi tentang konseli
yang meliputi 5W dan 1H
-klo boleh tahu kronologis
peristiwa yang dialami
hingga asep jadi begini
bagaimana?
coba ceritakan saja..
2 Responding Responding to content -kamu mengatakan bahwa
and situation: yang terjadi pada diri kamu
dikarenakan kurangnya
perhatian orang tua yang
tidak memfasilitasi kamu
dalam sekolah, kemudian
kamu merasa minder dan
akhirnya teman-teman

Mengejekmu dan kamu


tidak mau masuk sekolah.
Responding to meaning:
menekankan keterkaitan
antara perasaan dan isi
masalah yang dialami -kamu merasa tertekan
konseli dengan ejekan-ejekan
temanmu
Responding to feelings:

Dinyatakan dengan bentuk


emphaty -saya mengerti apa yang
kamu rasakan, dan saya
juga merasakan hal yang
sama jika di posisi kamu

Responding to feelings
plus reason:
3 Personalizing Personalizes implicit -kamu merasa selalu
meaning: Konselor disalahkan dan tertekan
memberikan pemahaman dimarahi terus sama
kepada konseli keberartian orang tua kamu
suatu pengalaman terhadap
dirinya
-kamu merasa minder
Personalizes implicit karena tidak bisa kaya
problem: Respon yang teman-teman kamu, kamu
menentukan agar konseli merasa orang tua kamu
mampu berbuat sesuatu tidak memperhatikan dan
memperdulikanmu, kamu
merasa tertekan dengan
keduanya itu sehingga
kamu males untuk belajar
dan pergi ke sekolah.

-kalau saya seperti kamu


pastinya saya tidak akan
betah terus-terusan
menjalani hidup dengan
keadaan seperti itu, saya
Personalizes implicit harus bergerak dari
feelings keadaan itu

-kamu merasa tertekan


dengan keadaan seperti itu
maka ubahlah pemikiran
kamu dan coba kasih
pengertian kepada orangtua
mu dan tunjukan pada
mereka kalau kamu masih
bisa berprestasi dengan
baik

Personalizes goal:
Konselor merumuskan
perilaku sebagai jawaban
terhadap masalah yang
dihadapi konseli
4. Initiating Goal Developing: tahapan -jika kamu tetap diam statis
yang harus dicapai konseli seperti ini maka kamu akan
menuju tujuan yang terus merasa tertekan dan
hendak dicapai suatu permasalahan tidak
akan selesai hanya dengan
berdiam diri

-jika kamu menunggu-


nunggu waktu untuk
Designing schedules: berubah maka kapan bisa
selesainya, niatkan dari
Langkah menentukan sekarang untuk mobilisasi
waktu kapan dimulai dan ke arah yang positif
kapan diakhiri

-kamu bisa memulai


dengan langkah sederhana
yaitu rajin pergi ke sekolah
dan belajar, bikin orang tua
kamu bangga
Individualizing: langkah
agar konseli merasa dan
berpikir apa yang harus
dilakukan sesuai dengan
kerangka pikirnya

F. Evaluasi

Dari tahap-tahap konseling yang telah dilaksanakan maka untuk mencapai tujuan proses
konseling maka perlu dilaksanakan penilaian untuk melihat bagaimana perkembangan klien
dalam melaksanakan konseling maupun setelah melaksanakan proses konseling, adapun
penilaian hasil dari konseling tersebut adalah:

1. Konseli memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan dirinya dan permasalahan
yang dialaminya.
2. Konseli merasa masih ragu dan malu untuk bergaul dengan teman-temannya karena
belum bisa sepenuhnya menerima keadaan yang ada dalam dirinya.
3. Konseli mempunyai rencana dan komitmen kegiatan yang akan dilaksanakannya dalam
mengentaskan masalah yang dihadapinya.

[1] Drs. H. Isep Zainal Arifin, M.Ag., Bimbingan Penyuluhan Islam, (PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta: 2009) hlm.16
[2] Dr. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Pendidikan, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2010)
hlm. 129

Advertisements

Share this:

 Twitter
 Facebook

Post navigation
« Mencabik-Cabik Hati Dengan Kedua Tangan Sendiri
Tersenyumlah Untuk Hidup »

Leave a Reply

Search

Translate

Recent Posts
 Tersenyumlah Untuk Hidup
 Laporan Konseling Individu
 Mencabik-Cabik Hati Dengan Kedua Tangan Sendiri
 Media Bimbingan Konseling Islam

Recent Comments
Archives
 April 2013
Categories
 coretanku
 kumpulan tugas

My Facebook
Tie Bungsuchaby

Buat Lencana Anda

my tweet
Error: Twitter did not respond. Please wait a few minutes and refresh this page.

Meta
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Share disini yuk


Create a free website or blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai