Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mega Putri

NIM : 520120024

1. Seorang Siswa SMA Kelas III akhir-akhir ini (menjelang ujian) jarang masuk sekolah.
Padahal Siswa tersebut mempunyai prestasi akademik setiap semester baik dan ada
peningkatan. Siswa ybs adalah putra pertama dari 3 bersaudara dan kini tinggal
dengan ibu, karena kedua orang tuanya telah bercerai setahun yang lalu.
a. Identifikasikan perkiraan penyebab masalahnya ?
b. Bagaimana penyelesainnya ?
c. Pendekatan dan metode apa yang dapat diterapkan kepada ybs ?
Jawab :
a. Identifikasi masalah.
orang tua anak tersebut bercerai dan Beliau anak pertama dan mempunyai 2 adik,
kemungkinan besar jarang sekolah karena anak tersebut kena mental / batin
sehingga anak merasa tidak ada keinginan lagi untuk sekolah dan kurangnya
dukungan dari orang tua. Anak juga berfikir dia tinggal dengan ibunya saja dan 2
adiknya sehingga anak tersebut berkeinginan membantu perekonomian keluarganya
karena, Ia merasa ia anak pertama. Dengan berpisah orangtuanya sehingga anak
terjadi suasana hati yang tidak menentu (mood swing), anak lebih ingin memilih
pergaulan, dan malasnya bersosialisasi sehingga tidak ada semangat lagi untuk
sekolah.
b. Penyelesainnya.
 Ajak anak berfikir positif
Meskipun kondisi orang tua tidak baik, tetapi orang tua juga harus mengajarkan
atau memberi pengertian kepada anak untuk selalu berfikir yang baik dan berfikir
masa depannya. Agar anak juga semangat untuk mengejar cita – citanya.

 Membangun Komunikasi yang baik


Orangtua harus terbuka juga terhadap anak, jangan krena masalah mereka anak
jadi imbasnya. Orangtua harus mempunyai waktu untuk bicara dan anak juga
sehingga anak tidak merasa kesepian.

 Memberikan perhatian kepada Anak.


Anak yang kurang baik kondisinya pasti ingin memiliki rasa perhatian lebih dari
seseorang, jadi anak harus lebih diperhatikan dan dijaga agar tidak melakukan
hal – hal yang aneh.

 Memberikan Motivasi
Anak harus di berikan Motivasi, semangat, dan dorongan agar anak bisa
menumbuhkan lagi semangatnya untuk bersekolah lagi dan dapat mengejar
masa depannya.
c. Pendekatan.
Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Psikoanalisis dan metode yang
digunakan adalah metode Direktif.

2. Jelaskan fungsi layanan orientasi bagi siswa/murid SD yang baru diterima di SMP?
Jawab:
Orientasi adalah untuk membantu siswa dapat menyesuaikan diri dan mengetahui
hal – hal yang mereka dapatkan ketika ada dalam situasi yang baru agar mereka
dapat menyesuaikan diri mereka. Layanan Orientasi terhadap siswa SD memasuki
jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP maka yang mengatasi hal tersebut adalah Guru
yang dimana Guru dapat mengenalkan kepada siswa tentang keadaan , suasana,
lingkungan fisik, serta objek yang ada untuk mengoptimalkan siswa dapt beradaptasi
dengan lingkungan yang baru, sehingga siswa dapat menyiapkan fisik, mental dan
emosi terhadap lingkungan baru.
3. Pelaksanaan BK di Sekolah/Madrasah masih dirasakan kurang efektif. Kemukakan
salah satu perkiraan faktor penyebabnya dan bagaimana solusinya?
Jawab :
a. Faktor Penyebab :
 Kurangnya Motivasi
karena kurang tekunnya dalam menghadapi tugas sebagai guru BK terutama
dalam penyusunan dan pengelolaan administrasi bimbingan dan konseling selain
itu juga kurang uletnya dalam bekerja sebagai guru BK di sekolah.

 Kurangnya Motivasi
karena kurang tekunnya dalam menghadapi tugas sebagai guru BK terutama
dalam penyusunan dan pengelolaan administrasi bimbingan dan konseling selain
itu juga kurang uletnya dalam bekerja sebagai guru BK di sekolah.

 Kurang profesional
Menyebabkan guru BK kadang menyimpang dari program dan kegiatan yang
seharusnya dilakukan. Penyimpangan peran yang terjadi karena BK diposisikan
sebagai polisi sekolah sehingga guru BK dijauhi siswa. Hal ini karena Guru BK
sering memangil, menghukum, memarahi siswa yang bermasalah atau nakal.
Kondisi ini tentu tidak bisa dipisahkan dari kurang pahamnya guru pembimbing
dan juga tidak adanya upaya mengubah kesalahpahaman atau penyimpangan
yang terjadi di sekolah

 Latar belakang pendidikan


Guru BK atau konselor yang umumnya bukan berasal dari BK. Kebanyakan Guru
BK dialihtugaskan dari guru mata pelajaran, walaupun sebagian dari guru
tersebut telah mengikuti pelatihan atau penataran tentang bimbingan. Hal yang
tetap menjadi kendala adalah keterampilan mereka tetap masih minim
pengetahuannya. Kondisi ini menjadikan pelaksanaan konseling berjalan tidak
sesuai dengan masalah yang terjadi.

 Faktor sarana dan prasarana


ruang konseling yang kurang memenuhi standar kenyamanan sehingga
mengganggu proses konseling dan minimnya atau tidak adanya alokasi dana
untuk bimbingan dan kosneling keterbatasan pengetahuan guru BK tentang
sarana dan prasarana bimbingan dan konseling sehingga, kebanyakan ruang BK di
sekolah ditata seperti ruang guru yang terbuka. Padahal ruang yang terbuka dan tanpa
pembatas akan menjadikan siswa kurang nyaman berkonsultasi ataupun konseling
dengan gurunya. Selain itu tidak adanya ruang khusus untuk konseling akan
menyebabkan masalah yang akan dikemukakan siswa tidak secara maksimal dan
transparan dikemukakan karena ada perasaan was – was masalahnya diketahui orang
lain.

 Solusi

Solusi yang dapat dilakukan Guru BK untuk mengatasi hambatan yang kurang efektif
dapat dilakukan dengan meningkatkan keprofesionalan meliputi mengikuti berbagai
pelatihan, seminar, workshop terkait dengan keprofesionalan, meningkatkan hubungan
kerja sama dengan komponen-komponen yang ada di sekolah serta semaksimal mungkin
memanfaatkan fasilitas yang ada dalam menunjang kinerja guru BK.

4. Salah satu azas dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah Azas Fitarah. Jelaskan
pendapat Saudara!
Jawab :
Bimbingan dan Konseling Islami merupakan bantuan dari konselor yang diberikan kepada
konseli untuk mengenal dan memahami kembali fitrahnya tersebut manakala konseli
pernah salah arah dalam mengambil tindakan sehingga konseli dapat menghayati kembali
yang pernah dialami sehingga dengan demikian konseli akan mampu melaksanakan tugas
dan tangungjawabnya baik sebagai hamba Allah (abdullah) maupun sebagai pemimpin di
bumi ini (khalifatun fiil ardi), untuk mencapai dunia dan akhirat sesuai fitrahnya masing-
masing.
5. Apa yang Saudara lakukan apabila klien mengambil sikap diam dalam proses konseling ?
Jelaskan!
Jawab :
a. Penyebab
(1)Konseli tidak terbuka sepenuhnya kepada konselor atas persoalan yang sedang
dihadapi, (2) Konseli merasa tidak bebas untuk mengungkapkan persoalannya, (3)
Suasana di sekitaran tempat pelayanan kurang nyaman/aman sehingga membuat konseli
enggan menyampaikan permasalahannya. (4) Konseli tidak percaya kepada konselor untuk
dapat membantu menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapinya, terutama bagi
konseli yang dipanggil.
b. Cara mengatasi konseli yang seperti itu adalah dengan cara konselor memiliki sikap-sikap
yang ditunjukkan baik agar klien merasa nyaman saat konseling seperti menunjukkan rasa
empati, bertanya untuk membuka pembicaraan untuk memancing klien agar menceritakan
masalah yang sedang dialami, bicara dengan baik agar konseli dapat terbuka dengan
konselor, dll.
6. Jelaskan dengan singkat pendekatan bimbingan konseling dibawah ini :
a. Pendekatan Psikoanalitik (Sigmund Freud).
b. Pendekatan Client-Centered (Carl R. Rogers
c. Pendekatan Rasional Emotif (Albert Elis)
Jawab :
a. Pendekatan Psikoanalisis ( Sigmund Freud).

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya
dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis
Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya
dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih
suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav
Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal
psychology) dan “psikologi individual” (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-
masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan yaitu: suatu metode penelitian dari pikiran, suatu
ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia, suatu metode perlakuan terhadap
penyakit psikologis atau emosional. Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud.
Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran
psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur,
dinamika, dan perkembangannya.

b. Pendekatan Client Centered ( Carl R. Rogers).

Client Centered sebagai model pendekatan dalam konseling merupakan hasil pemikiran Carl
Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang mendasarkan teoriteorinya pada data mentah, ia
percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti dan validasi
penelitian diperlukan untuk menolak kecurangan diri (self-deception). Yang mana Rogerian tidak
hanya berisi pertanyaan-pertanyaan teori tentang kepribadian dan psikoterapi, tetapi juga suatu
pendekatan, suatu orientasi atau pandangan tentang kehidupan. Pendekatan konseling client
centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya
dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut
konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
Client centered sebagai Model Pendekatan dalam Konseling. Bertolak dari peran konselor
sebagai guru dengan beragam tindakannya dalam memberikan perlakuan terhadap siswa,
maka Client Centered sebagai model dalam konseling merupakan pendekatan, deskripsi proses
konseling, tujuan konseling, teknik konseling, kelebihan dan keterbatasan serta hasil konseling
dan penerapan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

 Client centered sebagai PENDEKATAN, merupakan cara umum dalam memandang


permasalahan atau objek kajian. Asumsi Perilaku Bermasalah menurut Rogers
adalah ketika tidak adanya hubungan yang kongruen antara real self dan ideal self-
nya serta self as thought to be seen by others.
 Deskripsi proses konseling dalam model pendekatan Client Centered merupakan
suatu gambaran bagaimana proses pendekatan ini dilaksanakan. Adapun deskripsi
proses konseling itu adalah : (a) Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
(b) Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan
memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang
melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya
untuk memperjelas dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah pada
pertumbuhan. (c) Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk
menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalamanpengalaman sebelumnya ke
dalam konsep diri. (d) Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai
penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang
penuh. (e) Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk
menumbuhkan hubungan timbal balik.
 Client Centered sebagai Tujuan Konseling, ia merupakan harapan yang ingin dimiliki
setelah proses konseling berlangsung. Adapun Tujuan Konseling yang hendak
dicapai dalam hal ini adalah : (1) Memberi kesempatan dan kebebasan klien untuk
mengekspresikan perasaan-perasaannya, berkembang dan terealisir potensinya. (2)
Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi
dengan lingkungannya, dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri. (3)
Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan.
c. Pendekatan Rasional Emotif ( Albert Elis).

Konseling rational emotif behavior lahir bermula dari ketidakpuasan Ellis terhadap praktek
konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya psikoanalitik klasik yang pernah
ditekuni. Konseling rasional-emotif therapy adalah salah satu bentuk konseling aktifdirektif yang
menyerupai proses pendidikan (education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan
dimensi pikiran dari pada perasaan. Rational emotive behavior therapy (REBT) juga merupakan
salah satu psikoterapi yang dapat diberikan pada klien yang mudah merasakan kecemasan
dengan tujuan umumnya adalah untuk mengurangi keyakinan irrasional dan menguatkan
keyakinan yang rasional yang dapat efektif pada dirinya maupun terhadap orang lain melalui
pembelajaran dan latihan kognitif, emosi dan perilaku. Dengan demikian, diharapkan klien yang
mudah merasakan kecemasan yang juga mempunyai keyakinan yang tidak rasional akan mampu
memiliki emosi dan perilaku yang sehat. Menurut Albert Ellis, ketika beremosi manusia juga
berpikir dan bertindak ketika bertindak dia berpikir dengan beremosi dan ketika berpikir dia juga
beremosi dengan bertindak. Karena bisa berpikir, manusia bukan korban pengondisian pasif
masa sebelumnya sehingga menjadi neurotik atau psikotik tetapi sebenarnya terjadi karena
pemikiran tidak realistis, misinterpretasi, miskonsepsi dan overdemanding dalam pengalaman
hidup sebelumnya atau di masa kanak-kanak.

Ellis (1994) merumuskan hakikat manusia itu terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya
adalah :

a. Individu itu pada dasarnya unik, yang memiliki kecenderungan untuk berfikir
rasional dan irasional.
b. Reaksi “emosional” dilatar belakangi oleh intropeksi diri, interpretasi, dan filosofi
yang didasari ataupun tidak didasari oleh individu.
c. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis
dan irasional.
d. Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang
tua dan kultur tempat dibesarkan.
e. Berfikir secara irrasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi
yang tidak logis menunjukkan cara berfikir yang salah dan verbalisasi yang tepat
menunjukkan cara berfikir yang tepat pula.
f. Menunjukkan pada klien bahwa verbalisasi diri telah menjadi sumber hambatan
emosional.
g. Membenarkan bahwa verbalisasi diri adalah tidak logis dan irasional.
h. Membenarkan atau meluruskan cara berfikir dengan verbalisasi diri yang lebih logis
dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai