Kelas : B3 – Lanjutan
Mata Kuliah : Praktikum Penanganan Kesulitan Belajar
Dosen Pengampu: Tuti Alawiyah, M.Pd.
A. IDENTIFIKASI KASUS
a. Deskripsi Masalah
Terdapat salah satu siswa yang memiliki kendala dalam proses pembelajaran di sekolah,
bahkan tidak dapat memenuhi kriteria siswa yang bisa naik kelas. Meskipun setelah rapat
yang cukup alot antara jajaran guru, dengan berat hati diputuskan bahwa siswa tersebut
(siswa D) harus tinggal kelas. Akibatnya, hal ini berdampak pada psikologis siswa D
sehingga dia ingin berhenti total dari sekolah.
2. Faktor Eksternal
Lalu, ada faktor eksternal atau lingkungan, yang dibagi menjadi 2, yakni sekolah dan
rumah. Bisa jadi, anak memang tidak cocok dengan metode belajar mengajar di
1
sekolah. Beberapa anak perlu mempelajari dan menyerap informasi dengan cara
melakukan/mempraktekkan sesuatu.
Padahal, di sekolah, pelajaran hanya diberikan melalui penjelasan di papan tulis,
mencatat dan membaca buku dari teori. Hal ini akan membuat anak kesulitan
memahami pelajaran yang diberikan. Akibatnya, Ia tidak mampu mengerjakan tugas
dan soal ulangan. Sementara itu, ada anak yang mengandalkan pendengarannya untuk
menyerap informasi. Ia tidak akan mengalami kesulitan memahami pelajaran hanya
dengan mendengarkan penjelasan dari guru.
2
2. Prognosis
Situasi siswa D saat ini dapat dibilang cukup berbahaya, jika terus dibiarkan maka bukan
tidak mungkin siswa D semakin terganggu secara psikis dan menjadi siswa yang tidak
matang secara mental sehingga berpengaruh negatif pada kehidupan dan masa depannya.
Dengan situasi ini, maka diperlukan langkah-langkah konseling untuk membantu siswa D
memperbaiki situasi sulit ini. Dalam hal ini, perlu ditekankan kepada siswa D akan
pentingnya proses menuntut ilmu yang harus dirinya jalani termasuk dengan resikonya
seperti yang dia sedang rasakan saat ini. Namun, di sisi lain sangat penting juga bagi kita
sebagai Konselor untuk bisa melakukan mediasi kepada pihak sekolah dalam hal
kemungkinan berpindah jurusan, fasilitas bantuan untuk pindah sekolah atau bahkan
percobaan treatment berupa home schooling untuk membantu siswa D memperbaiki
kesehatan psikologinya
Berdasarkan permasalahan yang dialami siswa D, maka pendekatan yang perlu dilakukan
kepada siswa D adalah dengan Layanan Responsif yang di kolaburasikan dengan Konseling
menggunakan Teknik Self Management, yaitu suatu proses dimana konseli mengarahkan
perubahan tingkah laku mereka sediri, dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi
strategi. Self management membuat orang mampu mengarahkan tindakanya ke arah yang
positif.
3. Penanganan (Treatment)
Dalam konseling memuat beberapa teknik diantaranya teknik Self Management
(pengelolaan diri) yaitu suatu proses dimana konseli mengarahkan perubahan tingkah laku
mereka sediri, dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi. Self Management
membuat orang mampu mengarahkan tindakanya ke arah yang positif. Teknik Self
Management ini termasuk dalam pendekatan behavior. Konseling behavioral yakni setiap
tingkah laku dapat dipelajari. Self Management dapat efektif mengubah ide pikiran dan
perasaan buruk di dalam hati menjadi kualitas yang dapat diterima dari perilaku mental.
Dalam pelaksanaan teknik Self Management tanggung jawab keberhasilan konseling berada
di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus gagasan, fasilitator yang membantu
merancang program serta motivator bagi konseli.
3
Teknik Self Management ini bertujuan agar individu secara teliti dapat menempatkan diri
dalam situasi-situasi yang dapat menghambat tingkah laku yang hendak di hilangkan dan
belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki. Individu
dapat mengelola pikiran, perasaan, dan tindakanya sehingga mendorong pada hal-hal yang
baik.
Kemudian, dalam hal strategi Layanan Responsif, ini merupakan pemberian bantuan
kepada konseli/peserta didik yang menghadapi kebutuhan maupun masalah dan
memerlukan pertolongan dengan segera, Karena jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan diri konseli
sebagai pelajar. Adapun strategi Layanan Responsif untuk kasus siswa D ini diantaranya
kenseling individual, kolaborasi dengan guru mata pelajaran, kolaborasi dengan orang tua,
kolaborasi dengan pihak sekolah, bimbingan teman sebaya, dan kunjungan rumah.
4. Langkah-langkah Treatment
4
mengobservasi diri tingkah lakunya, baik dari segi intensitas dan durasi yang
sering di lakukan selama ini dengan cara mencatat dengan teliti.
Didapatkan bahwa perubahan sikap konseli diakibatkan karena kecewa kepada
dirinya sendiri dan kepada keputusan bahwa dia tidak bisa naik kelas. Konseli
merasa malu dan tidak mempunyai motivasi untuk melanjutkan jenjang
Pendidikan dengan bersekolah.
Langkah 4 Pada tahap pertemuan keempat ini, ditahap inti konseling konselor/peneliti
melanjutkan tahap tretment Self Management dan pendekatan Layanan
Responsif pertemuan sebelumnya yaitu evaluasi diri, pemberian penguatan
dan membantu memediasi masalah kepada pihak sekolah dengan segera.
Pada tretment evaluasi diri ini konselor/peneliti membantu mengarahkan
konseli untuk mencatat target atau capaian tingkahlaku yang akan dicapai guna
sebagai perbandingan dari hasil catatan tingkah laku selama ini yang dibuat
konseli.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan evisiensi
program. Antara lain mencoba menjadi seorang yang lebih rasional, menerima
kenyataan, beradaptasi, menghilangkan semua sikap negatifnya sebagai pelajar
dan meyakinkan dirinya bisa lebih berprestasi serta lebih baik walaupun harus
ulang kelas, pindah sekolah ataupun dengan home schooling.
Selain itu, meminta bantuan kepada pihak sekolah untuk bisa memberikan
fasilitas kepada siswa D agar dalam keperluan pindah sekolah dapat lebih
mudah dan siswa D masih berkesempatan untuk memperbaiki jenjang
pendidikannya.
5
C. KESIMPULAN
Berdasarkan tahapan konseling yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
teknik self management yang juga dikolaburasikan dengan Layanan Responsif ini dapat
digunakan untuk mereduksi faktor-faktor penyebab kegagalan naik kelas yang terjadi kepada
siswa D. Hal ini dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi pada konseli seiring dengan
treatment yang dilakukan saat sesi konseling. Dalam pelaksanaan tindakan untuk menurunkan
tingkat kesulitan belajar akan lebih optimal lagi apa bila didukung oleh teman sebaya, orang
tua, dan guru pembimbing berperan aktif dan efektif dalam mereduksi faktor-faktor penyebab
tersebut, namun demikian hal tersebut masih terbatas belum dapat terlaksana karena
terbatasnya waktu dan keadaan.
Kasus #5
Setelah rapat yang cukup alot antara kepala sekolah, wali kelas dan guru bidang studi,
akhirnya dengan berat hati memutuskan kalau siswa D harus tinggal kelas. Kondisi ini
berdampak terhadap psikologis siswa D sehingga dia ingin berhenti sekolah. Kepala Sekolah
meminta guru BK untuk menangani siswa tersebut.