Anda di halaman 1dari 4

Pertanyaan :

1. Siswa SD pada dasarnya mereka masih identik dengan kelompok belajarnya serta masih perlu
adanya perhatian dan pendampingan dalam aktivitas belajarnya. Terkait dengan pola belajar
siswa SD, pola layanan bimbingan seperti apa yang tepat bagi anak yang mengalami tuna cakap
belajar? (arah capaian layanan bimbingan)
2. Usia siswa SD adalah masa perkembangan dengan kelompok bermainnya sehingga banyak
dijumpai permasalahan yang timbul dengan kelompoknya. Setelah anda mengikuti perkuliahan
Bimbingan dan Konseling SD. Sebagai Guru BK, cara layanan bimbingan seperti apa yang
tepat diberikan bagi siswa berperilaku bermasalah di SD?.
3. Kegiatan pengelolaan dan administrasi merupakan aspek penting yang harus dilakukan Guru
BK di sekolah meskipun secara struktural tidak ada di SD. Sebagai Guru BK, strategi taktis
seperti apa yang harus dilakukan agar kegiatan manajemen dan pendukung sistem bimbingan di
SD dapat berjalan?
4. Banyak dijumpai Guru BK dihadapi masalah evaluasi program layanan di SD dikarenakan pola
layanan di SD diintegrasikan dengan mata pelajaran. Mengingat evaluasi program layanan
begitu penting, cara bagaimanakah yang harus dilakukan Guru BK agar kegiatan evaluasi
program layanan di SD dapat berjalan?
5. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
pada jenjang Pendidikan Dasar momposisikan diri Guru BK sebagai konselor kunjung, yaitu
membantu Guru Mapel mengatasi perilaku mengganggu. Dari pernyataan tersebut. Jelaskan
bagaimanakah peran Guru BK pada jenjang sekolah dasar?.

JAWABAN
1. Jerome Rosner (1993) menggolongkan pola Layanan Bimbingan bagi Murid Tuna Cakap,
yaitu:
a. Layanan Remediasi
Terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika mungkin menghilangkan
kesulitan. Dalam layanan ini murid dibantu untuk 15 mengatasi kekurangan dalam
keterampilan perceptual maupun kecakapan dasar berbahasa, sehingga dia dilengkapi
dengan keterampilan yang dapat menjadikannya mampu memperoleh kemajuan dalam
kondisi pembelajaran normal. Dengan kata lain, remediasi ini mengubah dan memperbaiki
keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dalam kondisi normal dan tidak perlu
menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b. Layanan Kompensasi
Yaitu mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku
yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan
kekurang terampilan perceptual dan bahasa.
c. Prevensi
Langkah pertama dalam prevensi adalah mengidentikasi murid sebelum dia mengalami
kesulitan atau ketunacakapan belajar di sekolah. Langkah-langkah ini dilaksanakan melalui
tes atau pemeriksaan terhadap aspek-aspek pribadi murid yaitu sebagai berikut.
1) Kesehatan, Untuk mengetahui kesehatan murid perlu keterangan dari dokter ahli anak
(pediatrician) yang menjelaskan tentang kondisi kesehatan murid tersebut.
2) Perkembangan, murid yang perlu dipahami itu menyangkut aspekaspek social, bahasa,
motor, dan tingkah laku adaptif.
3) Penglihatan dan Pendengaran, Untuk mengetahui kesehatan atau kondisi kesehatan
murid bisa memeriksakan murid ke dokter ahli mata sedangkan untuk mengetahui
kondisi pendengaranya dapat diperoleh keterangan dari dokter ahli telinga ( THT ).
4) Keterampilan Perseptual, Untuk mengetahui keterangan perseptual ini dapat melalui
pemeriksaan disamping dari ahli mata juga melalui tes psikologis tentang keterampilan
perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
5) Usia Pra Sekolah Dewasa, ini banyak anak yang masuk sekolah sebelum usia lima
tahun. Dalam hal ini, mereka perlu dipilih secara hati-hati apakah akan mengalami
resiko atau tidak.
6) Usia Masuk TK, Menurut aturan anak-anak tidak boleh masuk TK sebelum usia lima
tahun. Pada kenyataannya mungkin saja ditemukan anak yang belum berusia lima tahun
sudah menampilkan perkembangan yang baik dalam perilaku social, bahasa, dan
penyesuaian dirinya. Namun anak seperti ini relative masih sangat sedikit.
2. Adapun pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa pendekatan terhadap peserta
didik berperilaku masalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan
karakterstik perkembangan peserta didik, yakni sebagai berikut :
a. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa
tuhan yang maha Esa.
b. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
c. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
d. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya
e. Belajar menjadi pribadi yang mandiri
f. Mempelajari keterampilan fisik yang sederhana yang diperlukan baik untuk permainan
maupun kehidupan.
g. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
h. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan.
i. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain serta menjalankan peran tanpa membedakan
jenis kelamin.
j. Mengmbangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air, bangsa dan negara.
k. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

3. Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai yangdirencanakan, apabila
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Melalui manajemen yang baik terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling,maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di SD. Namun kegiatan bimbingan
konseling di SD ini terhambat dengan kurangnya tenaga ahli pada bidangnya. Bimbingan
konseling di SD ini bisa dilakukan dengan kerjasama semua pihak untuk penyusunan dan
pelaksanaan program, seperti Kepala Sekolah, Komite dan Tentunya memanfaatkan guru
kelas sebagai tenaga konselornya. Beberapa cara yang bisa dilakukan guru kelas
diantaranya :
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
b. Membantu guru kelas mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan pelayanan, serta
pengumpulkan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dankonseling kepada
guru kelas.
d. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanayn bimbingan dan konseling.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa

4. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan, akan teteapi
dalam hal BK di Sekolah Dasar evaluasi tentunya bias dilakukan oleh Guru Kelas dan semua
yang terlibat dalam pembuatan program seperti Kepala Sekolah dan lain sebagainya, hal yang
perlu dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
b. Keterlaksanaan program;
c. Hambatan-hambatan yang dijumpai;
d. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
e. Respon siswa, personil, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan;
f. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian
tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan keberhasilan siswa setelah menamatkan
baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat.

5. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD


Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran
guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,
studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-
lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai