Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM KERJA PELAYANAN

BIMBINGAN KONSELING (BK)


GURU KELAS

SD NEGERI 2 MAWASANGKA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN BUTON TENGAH
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional pendidikan, mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan
harus menyusun kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Pendidikan
atau Kurikulum 2013 (K-13).

Pada penerapan Kurikulum 2013 (K-13), Guru Bimbingan Konseling di


sekolah memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam memfasilitasi
“Pengembangan Diri” siswa sesuai minat , bakat serta mempertimbangkan
tahapan tugas perkembangannya. Mengingat adanya keberagaman
individu siswa maupun keberagaman kemampuan Guru Bimbingan
Konseling di sekolah maka perlu ditegaskan bahwa pelaksanaan bimbingan
konseling di sekolah harus menyusun program guna mengakomodasi Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 tersebut beserta peraturan-peraturan yang menyertainya.

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya


memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan
dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan
Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial,
belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik


secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang
secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui
berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-
norma yang berlaku.

Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam


memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan,
dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua
perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi
antara individu dengan lingkungan. Pengampu bimbingan dan konseling
adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah
satu kualifikasi pendidik.

Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus


dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka
kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk
mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity
development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan.
Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara
signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
B. Dasar Penyusunan Program Layanan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pasal 35 ayat(2)
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007
tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan SKB Mendiknas dan
Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993 bahwa Guru
Pembimbing Wajib membimbing 150 orang siswa minimal sampai 225
orang maksimal
5. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasioan tentang Pedoman
Penghitungan Beban Kerja Guru.
6. Sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tentang
Pengembangan Diri diselenggarakan melalui kegiatan Bimbingan dan
Konseling serta kegiatan ekstrakurikuler

C. Visi dan Misi

1. SD Negeri 2 Mawasangka
a. Visi : Meraih prestasi,berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia dalam
perilaku.

b. MISI:
Untuk menentukan langkah-langkah strategis, dalam mewujudkan VISI
SDN 2 Mawasangka,yang dinyatakan dalam MISI sebagai berikut:
1. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif,sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
2. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan jadwal yang telah
diprogramkan.
3. Meningkatkan pendidiksn moral/akhlak mulia terhadap peserta didik.
4. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik,melalui KKG,KKKS dan pelatihan
guru.
5. Menata administrasi perangkat pembelajaran serta halaman sekolah dengan
baik.

2. Bimbingan dan Konseling


a. Visi Layanan Bimbingan dan Konseling
Terwujudnya Catur Sukses, yaitu ; sukses pribadi, sukses
sosial, sukses akademis, dan sukses karir
b. Misi Layanan Bimbingan dan Konseling
Mewujudkan keberhasilan pribadi, meliputi; memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memahami diri (self understanding), memiliki sikap positif,
memiliki sikap mandiri secara emosional, sosial dan ekonomis
Mewujudkan keberhasilan sosial, meliputi; memiliki rasa empati,
kooperatif, toleransi, demokratis, berkomunikasi, memiliki
hubungan sosial yang positif
Mewujudkan keberhasilan akademik, meliputi; memiliki
kemampuan dan keterampilan belajar, memiliki kemauan dan
dorongan belajar yang tinggi, mampu berpikir logis, mampu
memecahkan masalah (problem solving), mampu mengambil
keputusan (decision making), kreatif, dan memiliki prestasi
belajar yang baik/tinggi
Mewujudkan keberhasilan karir, meliputi; mimiliki bersikap positif
terhadap suatu keterampilan dalam mempersiapkan
karir, memiliki perencanaan lanjutkan studi, memiliki
perencanaan dan pengembangan karir

D. Tujuan Penyusunan Program Layanan


o Tujuan umum penyusunan program layanan
Secara umum tujuan penyusunan program layanan bimbingan dan
konseling di sekolah tercermin pada diskripsi Kebutuhan Siswa Sekolah
Dasar (8 Tugas Pokok Perkembangan Siswa) adalah :
1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya
dalam perannya sebagai pria dan wanita
3. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat
diterima dalam kehidupan yang lebih luas
4. Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah
kecenderungan karir dan aparesiasi seni
5. Mengembangkan pengerahuan dan keterampilan untuk mengikuti
dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan atau berperan
dalam kehidupan di masyarakat
6. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang
kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi
7. Mengenal system etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup
sebagai mandiri, anggota masyarakat, dan warga Negara
8. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis
terhadap peruhan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri

o Tujuan Khusus penyusunan program layanan


1. Sebagai pedoman atau panduan bagi guru pembimbing dalam
melaksanakan layanan BK di Sekolah
2. Untuk memberi arah dalam pelaksanaan layanan BK
3. Untuk membantu pencapaian program sekolah secara umum
dalam upaya peningkatan mutu di sekolah
4. Sebagai acuan evaluasi atas pelaksanaan layananan BK dalam
rangka peningkatan mutu layanan BK di sekolah

E. Bidang Bimbingan dan Konseling


a) Bidang Bimbingan Pribadi adalah bidang bimbingan yang meliputi
pemantapan keimanan, porensi diri, bakat, minat pemahaman
kelemahan diri, kemampuan pengambilan keputusan sehingga dapat
merencanakan kehidupan yang sehat
b) Bidang Bimbingan Sosial adalah bidang yang meliputi kemampuan
yang berkomunikasi, berargu mentasi, bertingkah laku sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku di rumah dan masyarakat
c) Bidang Bimbingan Belajar adalah bidang bimbingan yang meliputi
pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif, penguasaan
materi, program belajar di sekolah sesuai dengan kondisi psikis, social
budaya yang ada dimasyarakat
d) Bidang Bimbingan Karier adalah bidang bimbingan yang meliputi
pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan
karier yang hendak dikembangkan dan dipilih
F. Pengembangan Diri Dalam Pelayanan Bimbingan Dan Konseling
a. Pelayanan Dasar
Bimbingan Klasikal
Pelayanan Orientasi
Pelayanan Informasi
Bimbingan Kelompok
Pelayanan Pengumpulan Data/ Aplikasi Instrumentasi
b. Pelayanan Responsip
Konseling Individu dan Kelompok
Referal /Alih tangan
Kolaborasi dengan guru mata pelajar an atau wali kelas.
Kolaborasi dengan Orang Tua Siswa
Kolaborasi dengan Fihak-pihak terkait diluar sekolah
Konsultasi
Konferensi Kasus
Kunjungan Rumah
c. Pelayanan Perencanaan Individual/Pribadi
Konseling Individual
Penempatan Penyaluran
d. Dukungan Sistem
Manajemen
Akses Informasi dan Teknologi
Pengembangan Profesi
Pengembangan Media Informasi
Kolaborasi Dengan Guru Mata Pelajaran dan/atau Wali Kelas

G. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling


1) Pemahaman, yang menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu
untukpengembangan dan pemecahan permasalahan peserta didik
meliputi pemahaman diri dan lingkungannya,
2) Pencegahan (preventif), yang menghasilan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin
timbul, yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan
kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya,
3) Pengentasan, yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya
berbagai permasalahan yang dialami peserta didik,
4) Pemeliharaan dan pengembangan, yang menghasilkan terpelihara dan
terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam
rangka perkembangannya secara mantap dan berkelanjutan.

H. Pendekatan Layanan Bimbingan dan Konseling


1) Pendekatan krisis, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling
yang didasarka adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk
membantu peserta didik dalam mengatasi krisis atau masalah yang
dihadapi/ dialaminya oleh konseli
2) Pendekatan remedial, yaitu membantu mengatasi kelemahan-
kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik dan berupaya pemberian
remedi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut. Tujuannya untuk
memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bidang
tertentu agar terhindar dari krisis.
3) Pendekatan preventif, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling
yang menekankan pada pencegahan terjadinya masalah- masalah yang
mungkin dialami oleh konseli. Tujuannya mengantisipasi/mencegah masalah-
masalah umum yang mungkin dialami peserta didik dan mencoba
mencegah masalah tersebut jangan sampai terjadi
4) Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan
konseling yang menekankan pada identifikasi pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan pengalaman yang diperlukan konseli agar berhasil dalam
kehidupan akademik, pribadi-sosial, dan karirnya. Tujuannya adalah
membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/potensi
yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
diperlukan dalam hidupnya

I. Strategi Layanan Konseling dan Kegiatan Pendukung


Layanan Konseling meliputi :
a) Layanan Orientasi : layanan yang memungkinkan siswa memahami
lingkunagan baru, terutama lingkungan sekolah, objek-objek yang
dipelajari untuk mempermudah dan memperlancarkan peran siswa
b) Layanan Informasi : Merupakan yang memungkinkan siswa
menerima, memahami, berbagai informasi.
c) Layanan Penempatan dan Penyaluran : Merupakan layanan
memungkinkanm siswa memper- oleh penempatan yang tepat.
d) Layanan Penguasaan Konten: Merupakan layanan yang
memungkinkan siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan yang
baik dalam menguasai materi yang cocok dengan kecepatan,
dan kemampuan dirinya.
e) Layanan Konseling perorangan : Merupakan layanan yang
memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung tatap muka
untuk mengentaskan permasalahan.
f) Layanan Bimbingan Kelompok : Merupakan layanan yang
memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas topik tertentu.
g) Layanan Konseling Kelompok : Merupakan layanan
memungkinkan siswa masing-masing anggota kelompok memperoleh
kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan
pribadi melalui dinamika kelompok.
h) Layanan Konsultasi: Merupakan layanan yang memungkinkan
seseorang memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara- cara
yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau
permasalahan orang lain yang menjadi kepeduliannya.
i) Layanan Mediasi:Merupakan layanan yang memungkinkan fihak-
fihak yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan
kecocokan menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan
mereka.

Kegiatan Pendukung meliputi:


a. Aplikasi Instrumentasi: Merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan data dan keterangan siswa
b. Himpunan data: Merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh
data dan keterangan yang relevan dengan pengembangan siswa.
c. Konferensi kasus: Merupakan kegiatan untuk membahas permasalah
siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang
dapat memberi keterangan. Pada kegiatan pendukung ini kasus
bersifat terbatas dan tertutup.
d. Alih Tangan Kasus: Merupakan kegiatan pendukung untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas
masalah yang dialami siswa dengan memindahkan penangan kasus.
e. Kunjungan rumah: Merupakan kegiatan memperoleh data
keterangan, kemudahan dan kemitraan bagi terentaskannya
permasalahan siswa.
f. Tampilan Kepustakaan: Merupakan kegiatan dengan
menyediakan berbagai media informasi.
J. Sasaran Penyusunan Porgram
Sasaran utama yang hendak dicapai terhadap penyusunan program BK di
sekolah adalah :
Peserta didik kelas 1 sejumlah 18
Peserta didik kelas 2 sejumlah 9
Peserta didik kelas 3 sejumlah 23
Peserta didik kelas 4 sejumlah 13
Peserta didik kelas 5 sejumlah 19
Peserta didik kelas 6 sejumlah 18

K. Hasil Perolehan Pelaksanaan Program Layanan Tahun Sebelumnya


1. Bimbingan pribadi, melalui :
□ Layanan orientasi : 80 %
□ Layanan informasi : 85 %
□ Layanan penempatan penyaluran : 65 %
□ Layanan pembelajaran : 75 %
□ Layanan konseling individual : 30 %
□ Layanan konseling kelompok : 20 %
□ Layanan bimbingan kelompok : 20 %
2. Layanan bimbingan Sosial, melalui :
Layanan orientasi : 30 %
Layanan informasi : 85 %
Layanan penempatan penyaluran : 20 %
Layanan pembelajaran : 45 %
Layanan konseling individual : 35 %
Layanan konseling kelompok : 10 %
Layanan bimbingan kelompok : 15 %
3. Layanan bimbingan belajar, melalui :
□ Layanan orientasi : 60 %
□ Layanan informasi : 85 %
□ Layanan penempatan penyaluran : 60 %
□ Layanan pembelajaran : 45 %
□ Layanan konseling individual : 40 %
□ Layanan konseling kelompok : 15 %
□ Layanan bimbingan kelompok : 10 %
4. Layanan bimbingan karir, melalui :
□ Layanan orientasi : 60 %
□ Layanan informasi : 85 %
Layanan penempatan penyaluran :5 %
Layanan pembelajaran :5 %
Layanan konseling individual :5 %
Layanan konseling kelompok :5 %
Layanan bimbingan kelompok :5 %
5. Kegiatan pendukung, meliputi :
Aplikasi instrumen : 60 %
Himpunan data : 70 %
Kunjungan rumah : 75 %
Referal : 10 %
Alih tangan kasus :5%
6. Kegiatan mediasi
□ Orang tua : 60 %
□ Fihak lain terkait : 10 %
L. Hambatan Pelaksanaan Layanan BK
1. Peserta Didik
Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah yakni :
a. Kesan siswa terhadap layanan BK seperti guru mata pelajaran
memberikan pembelajaran, sehingga belum secara maksimal
dimanfaatkan sebagaimana fungsi layanan BK itu sendiri.
b. Masih ada perasaan malu dan takut bila akan menyampaikan
permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan tersebut
menumpuk pada diri siswa.
c. Banyak siswa bermasalah tetapi tidak memahami bahwa dirinya
mangalami kesulitan terutama dalam hal belajar, akibat dari
kesulitan yang tidak dirasakan tersebut akan menghambat aktifitas
dan proses pembelajaran di kelas.
d. Kesungguhan dan komitmen siswa untuk
mengatasi kesulitannya umumnya masih labil, sehingga perlu secara
kontinyu dilakukan pendekatan
2. Guru pembimbing
a. Belum maksimal memberikan layanan konseling kepada klien (perta
didik) karena pendekatan yang digunakan lebih bersifat preventif, yaitu
lebih dominan melalui layanan informasi di dalam kelas.
b. Belum efektifnya pelaksanaan konseling, karena keterampilan teknik
konseling masih tebatas, sehingga waktu konseling kadang-kadang
cukup lama.
3. Guru mata pelajaran
a. Umumnya guru mata pelajaran memandang layanan BK diberikan
hanya kepada peserta didik yang berperilaku menyimpang (“nakal”),
sehingga pelaksanaan BK diharapkan seperti polisi atau jaksa
menghadapi pesakitan, atau layanannya bersifat klinis
therapeutis/pendekatan kuratif.
b. Belum menempatkan layanan BK di sekolah sebagai layanan
pengembangan dan pencegahan atau layanan yang berorientasi pada
pedagogis, potensial, humanistis-religius dan profesional
4. Wali kelas
a. Memandang layanan BK sebagai layanan yang menangani peserta
didik yang bermasalah (melakukan tindakan indisipliner), sehingga
permasalahan di dalam kelas umumnya diserahkan kepada Guru
Pembimbing.
b. Secara manajerial layanan bimbingan dan konseling, peranan wali kelas
belum menampakkan kerjasama yang proaktif, yaitu kepeduliannya
terhadap siswa binaannya secara menyeluruh dan kontinyu, hal ini akan
berpengaruh terhadap keefektifan layanan BK.
5. Orang tua
Masih ada sebagian orang tua memandang layanan BK sebagai
pengawas atau polisinya sekolah, sehingga terkesan bila diminta
ke sekolah pasti putra/putrinya nakal atau melanggar tata tertib
sekolah, sehingga anak dicap nakal atau bandel. Kondisi ini akan
merusak citra layanan BK dimata anak.
6. Sarana dan prasarana
a. Ruangan layanan masih kurang nyaman untuk melaksanakan layanan
konseling, sehingga klien kurang fokus dalam proses konseling jika ada
orang yang lewat di depannya.
b. Belum ada ruang untuk bimbingan kelompok, ruang terapi pustaka,
kotak masalah, dll.
M. Langkah-Langkah Strategis Dalam Mengatasi Hambatan

1. Melakukan koordinasi semua komponen sekolah dalam upaya


mewujudkan program sekolah yang efektif dan komprehensif.
2. Meningkatkan keterampilan konseling melalui ujicoba beberapa
pendekatan/teknik konseling
3. Meningkatakan diagnosis kesulitan belajar kepada peserta didik/siswa
asuh dalam rangka membantu hambatan/kesulitan dalam belajar,
khususnya menukung program remedial dan pengayaan sekolah.
4. Meningkatkan konsultasi kepada fihak yang kompeten, terutama
koordinasi dengan orang tua dalam membantu mengentaskan masalah
bagi peserta didik/ siswa asuh yang bermasalah berdasarkan
“kesepakatan” (se izin yang bersangkutan).
5. Meningkatkan profesionalisme melalui MGP, seminar, diklat, workshop, dll
secara mandiri maupun kedinasan.
6. Melakukan evaluasi secara periodik tentang pelaksanaan program
layanan BK guna memperbaiki dan peningkatan layanan
7. Pengadaan kotak masalah dan papan bimbingan

Anda mungkin juga menyukai