Anda di halaman 1dari 4

OBSERVASI PERILAKU INDISIPLINER SISWA SMA

Mengamati perilaku kurang baik pada salah satu siswa di SMA Negeri 18 Garut

Disusun Oleh:
Ajeng Alvia Fauziah
NIM. 22010338

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
STKIP SILIWANGI
2023
GRAND THEORY
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua regulasi dan norma-norma
sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela atas dasar
suara hati dalam menaati semua regulasi dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya (Aritonang,
2005; Fathurrohman, Suryana, & Fatriani, 2013; Hasibuan, 1997; Imron, 2011). Penanaman nilai
disiplin tidak sebatas atribut pelengkap untuk menetapkan peserta didik pada suatu kesadaran dan
kebiasaan dalam mematuhi regulasi yang telah ditetapkan pendidik maupun organisasi tertentu,
melainkan pemaknaan terhadap kontrol diri dalam berperilaku dalam aktivitas-aktivitas apapun yang
tergabung dalam suatu kesatuan organisasi dengan mematuhi dan taat terhadap semua regulasi atas
kesadaran diri, dasar suara hati, dan senang hati tanpa adanya unsur paksaan atau iming-iming lain.
Bentuk perilaku indisiplin ialah perbuatan yang menunjukkan ketidaktaatan pada regulasi, tidak
disiplin, serta melanggar tata tertib yang telah disepakati bersama (Tim Gama Press, 2000).
Perilaku indisipliner dalam proses belajar-mengajar (PBM) tidak lahir dengan sendirinya,
melainkan kebiasaan yang telah terjadi pada periode waktu sebelumnya. Hal ini juga yang
dikemukakan Aeni (2011) bahwa aktivitas yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang akan
menjadi kebiasaan. Jika individu sudah terbiasa dengan praktik indisipliner sejak usia dini, baik itu
melalui pengamatan serta perilaku konkrit dari model yang di sekelilingnya, maka individu pun relatif
tumbuh dan berkembang dengan perilaku indisipliner. Dengan demikian, perilaku indisipliner yang
dilakukan peserta didik sebagai lemahnya tingkat kesadaran peserta didik akan pentingnya perilaku
disiplin dalam dirinya, sehingga peserta didik ‘nyaman’ dengan perilaku indisipliner dan bahkan
berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dalam segala aktivitas peserta didik. Sebagai kebiasaan
yang telah berlangsung sebelumnya, maka praktik indisipliner pun tidak luput dalam PBM. Peserta
didik kerap menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan perilaku indisiplinernya. Saat
berlangsungnya PBM, perilaku-perilaku indisipliner peserta didik yang dijumpai, antara lain: 1)
terlambat masuk kelas, 2) bolos dalam PBM, 3) berbohong, 4) tidak mengikuti instruksi, 5) terlambat
mengumpulkan tugas, 6) pasif selama PBM, 7) tidak mengerjakan tugas atau presentasi, 8) merokok,
9) membuat keribuatan atau kegaduhan selama PBM, 10) menyontek atau melakukan tindakan
plagiasi, 11) mengganggu teman yang sedang belajar, dan 12) melanggar aturan atau kesepakatan
bersama (kontrak kuliah).
Subini, Apriani, Susilowanto, dan Liswati (2012) mengemukakan empat masalah kesulitan
belajar pada peserta didik. Keempat masalah tersebut meliputi: 1) tidak taat aturan atau indisipliner, 2)
kebiasaan buruk, 3) penyimpangan perilaku, dan 4) masa bermain yang tertunda. Dari keempat
variabel tersebut, perilaku indisipliner menempati posisi pertama yang berimplikasi terhadap masalah
kesulitan belajar. Lebih lanjut, Idu dan Ojedapo (2011) menambahkan bahwa perilaku indisipliner
dipengaruhi oleh sikap apatis dari pemerintah, orang tua, pendidik, dan teman sebaya dalam setiap
tindakan dan interaksi sosial. Spesifikdalam batasan PBM, Nadhirah (dalam Samiroh & Muslimin,
2015) menguraikan dua faktor penting yang memengaruhi peserta didik melakukan perilaku
indisipliner (menyontek), yaitu faktor internal (yaitu: konsep diri, efikasi diri, intelegensi, kecemasan,
dan gender) dan faktor eksternal (yaitu: kelompok sebaya, tekanan untuk mendapatkan nilai dan
peringkat tinggi, pengawasan selama ujian atau tes, dan jenis materi yang diujikan). Mencermati
fenomena perilaku indisipliner di atas, hal tersebut sangat mengganggu kelancaran PBM serta dapat
menyebabkan peserta didik menjadi miskin performa dan prestasi akademik (Bharadwaj, 2012;
Garegae, 2008; Herbert, 2009; Luiselli, Putman, Handler, & Feinberg, 2005).
Menumbuhkembangkan perilaku disiplin secara bertahap dan berkelanjutan secara langsung
menyiapkan peserta didik untuk menjawab tuntutan tujuan pendidikan nasional dengan membentuk
peserta didik yang berkarakter, cerdas, bertaqwa, dan bertanggung jawab. Disiplin akan menciptakan
kemauan untuk bekerja secara teratur, membuat peserta didik memiliki kecakapan mengenai cara
belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik (Sumantri,
2010) serta dapat meningkatnya performa dan prestasi akademik peserta didik dalam PBM
(Ma’sumah, 2015; Njoroge & Nyabuto, 2014; Nokwanti, 2013; Simba, Agak, & Kabuka, 2016).

BIODATA SISWA YANG DI OBSERVASI


Nama : Fadya Siti Nadira (FS)
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : 11
Sekolah : SMAN 18 Garut
Usia : 17 thn

HASIL OBSERVASI
A. Tanggal Observasi
Observasi ini dilakukan selama 3 hari berturut – turut mulai dari Selasa, 28 Maret 2023
sampai dengan Kamis, 30 Maret 2023.

B. Deskripsi Hasil Observasi


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan kepada siswa yang memiliki penyimpangan
perilaku, maka penulis menemukan beberapa masalah yang muncul dari siswa tersebut,
diantaranya:
a. Terlambat datang ke sekolah,
b. Tidak tertib saat Guru sedang menjelaskan materi pelajaran
c. Tertidur saat proses pembelajaran berlangsung
d. Memakai atribut diluar ketentuan sekolah seperti Sepatu warna-warni, Kaos Kaki tidak
putih, gelang, dll
Dalam masalah yang muncul seperti dalam kasus yang telah disebutkan di atas, maka
penulis dapat berkesimpulan bahwa siswa tersebut berperilaku indisipliner.

2. Rangkuman Hasil Observasi


Perilaku indisipliner yang dilakukan oleh salah satu siswa dalam proses pembelajaran
ditemukan di SMA Negeri 18 Garut. Hal ini dibuktikan pada saat penulis melakukan
observasi secara langsung mengenai situasi yang terjadi dalam proses pemebelajaran pada
salah satu mata pelajaran serta mendapatkan informasi dari guru pengampu saat itu bahwa
tingkat perilaku indispliner yang dilakukan oleh salah satu siswa yang bersangkutan tersebut
sudang sering terjadi. Berdasarkan hasil observasi dilakukan penulis tanggal 28 s.d 30 Maret
2023 kepada siswa yang bersangkutan, ditemukan siswa tersebut berperilaku indisipliner
dalam proses pembelajaran. Adapun perilaku indispliner siswa seperti perilaku siswa yang
ribut atau berbicara diluar materi dengan siswa lainnya ketika guru fokus menjelaskan materi
pelajaran, perilaku siswa tidak fokus sehingga mengantuk dan sempat tertidur. Penulis juga
melihat tindakan pengendalian yang dilakukan guru sosiologi berupa pemberian teguran.
Penulis juga melihat tindakan pengendalian yang dilakukan oleh guru seperti halnya ketika
ada dua orang siswa yang ribut atau berbicara diluar materi saat proses pemebelajaran. Guru
langsung memindahkan tempat duduk kedua siswa tersebut.
Adapun jenis perilaku indisipliner yang seringkali dilakukan oleh siswa yang
bersangkutan dalam proses pembelajaran disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Perilaku Indisipliner Siswa


Keterlambatan Ribut/berbicara Tertidur saat Memakai
tiba di Sekolah diluar materi proses atribut
No Nama
Kelas saat Guru pembelajaran diluar
. Siswa
menjelaskan berlangsung ketentuan
materi Sekolah
pelajaran
1 FS 11 2 kali 1 kali 1 kali 3 kali

Dari tabel di atas terlihat berbagai jenis perilaku indisipliner siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun perilaku indispliner yang dilakukan adalah terlambat datang ke
sekolah, rebut/berbicara diluar materi saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran, tertidur
saat proses pembelajaran berlangsung dan memakai atribut diluar ketentuan Sekolah.
Perilaku indisipliner siswa dalam proses pembelajaran ini tidak hanya akan merugikan siswa
yang bersangkutan, tetapi juga akan merugikan siswa lain serta lebih parahnya lagi akan
merugikan guru yang sedang fokus dalam menjelaskan materi pelajaran. Maka dari itu, guru
yang bersangkutan merupakan orang yang sangat berperan penting dalam mengendalikan
perilaku indisipliner siswa dalam proses pembelajaran agar siswa tersebut dapat membenahi
perilakunya ke arah yang lebih baik.
Menurut Herabudin (2015: 97) pengendalian sosial dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu Pengendalian Preventif dan Represif. Pengendalian dengan cara preventif merupakan
tindakan pencegahan yang dilakukan oleh guru sebelum siswa berperilaku indisipliner dalam
proses pembelajaran melalui tindakan yang berupa nasihat, bimbingan, dan pengarahan atau
ajakan. Sedangkan tindakan pengendalian dengan cara represif merupakan tindakan yang
dilakukan oleh guru untuk mengatasi perilaku indisipliner siswa dalam proses pembelajaran
melalui tindakan yang berupa teguran dan hukuman atau sanksi sesuai besar kecilnya
kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
Dari identifikasi masalah yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis melihat bahwa
sebenarnya siswa tersebut memiliki kecerdasan di atas siswa yang lain yang sekelas
dengannya. Namun, siswa tersebut kurang menghargai teman-temannya yang lain akibat
kelebihannya itu. Pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, siswa tersebut sering tidak
sabar untuk menunggu temannya yang lain apabila dia telah selesai mengerjakan tugas,
sehingga dia malah mengganggu teman-temannya. Selain itu juga, siswa tersebut sering
berbuat gaduh dan cenderung hiperaktif didalam kelas yang mengakibatkan konsentrasi
siswa yang lain menjadi terganggu.
Setelah penulis mengamati perilaku siswa yang bersangkutan dan melakukan pendekatan
dengan siswa, mewawancarai siswa, melakukan konsultasi dengan guru-guru terutama wali
kelas. Penulis dapat berkesimpulan bahwa siswa tersebut terlalu dimanja oleh kedua orang
tuanya secara berlebihan, sehingga siswa yang bersangkutan terbiasa untuk memperlakukan
orang lain seenaknya, cenderung egois dan susah diatur. Perilaku tersebut kemungkinan
terbawa ke dalam lingkungan sekolah yang menyebabkan siswa sering tidak sabar untuk
menunggu siswa yang lain dalam pengumpulan tugas, hingga pada akhirnya siswa tersebut
berbuat gaduh di dalam kelas, mengganggu siswa yang lain, rebut, sulit di atur, hiperaktif
saat belajar dan bahkan terkadang sulit untuk di nasehati.

C. Foto Dokumentasi saat Observasi


Terlampir

Anda mungkin juga menyukai