Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI PEMBELAJARAN SD

DOSEN PENGAMPUH :
Desi Sijabat, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

SILVIANTIKA BATUBARA (2101010097)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURU DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR

2024
1. Permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan evaluasi di sekolah dasar yaitu :
Kendala guru dalam memberikan penilaian terhadap sikap peserta didik dalam
materi pelajaran
Guru mengalami kesulitan dalam menumbuhkan sikap mandiri dan gemar membaca
dalam diri siswa. Saat guru mengarahkan siswa untuk belajar mandiri, terdapat
beberapa siswa yang tidak membaca atau belajar, melainkan bercerita bersama teman
di sampingnya. Hal ini dikarenakan guru tidak lagi memperhatikan aktivitasnya.
Sehingga, penilaian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan sikap siswa
Kendala lainnya dalam melakukan penilaian sikap siswa adalah mengembangkan
kepedulian lingkungan dan kerjasama. Guru tidak dapat mengamati sikap siswa yang
berkaitan dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan dengan baik, hal ini
dikarenakan sikap ini harus diamati oleh guru saat siswa berada di luar kelas. Hal ini
menjadi kendala bagi guru dikarenakan jumlah siswa yang lebih banyak dan
membutuhkan waktu yang lama.
Sikap menghargai dan jujur juga sulit untuk ditetapkan secara tepat. Hal ini
dikarenakan sikap jujur tidak dapat diamati secara langsung dan hanya dalam
beberapa kali pengamatan saja. Akan tetapi guru harus melakukannya secara rutin dan
konsisten. Guru mengalami kendala dalam mengarahkan siswa untuk mendengarkan
penjelasan dengan baik, beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan guru.
Guru juga mengalami kendala dalam mengarahkan siswa mengidentifikasi masalah,
siswa belum dapat mengidentifikasi permaslaahan yang terdapat pada materi
pelajaran Selain itu, guru juga terkendala dalam mengarahkan siswa terlibat aktif
dalam diskusi.
Guru menghadapi kesuiltan yang berbeda-beda dalam melakukan penilaian atas sikap
siswa dalam belajar. Saat guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan sikap
sopan santun. Siswa yang masih tergolong anak-anak, masih belum mampu memiliki
sikap sopan santun, bahkan terkadang siswa masih sering membuat ribut di dalam
kelas. Guru juga sulit dalam mengarahkan sikap kerjasama pada siswa. Siswa terlihat
kurang mampu bekerjasama. Meskipun guru sudah mengarahkan dan mencontohkan
cara bekerja sama saat belajar, siswa masih saja belum mampu mengembangkannya.
Selain itu, sikap yang paling sulit dinilai adalah kejujuran dan menghargai orang lain.
Hal ini dikarenakan pada saat siswa belajar dan diamati oleh guru, siswa akan
bersikap sangat baik. Akan tetapi, jika guru tidak mengamati, maka siswa akan
bersikap berbeda bahkan tidak memperdulikan teman lainnya. Selanjutnya guru

1
mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap disiplin dan tanggung jawab.
Hal ini sulit diamati. Apalagi proses pengamatannya dilakukan secara individu. Guru
terkendala dalam menentukan secara tepat siswa yang memiliki displin yang tinggi
dan siswa yang tidak memiliki disiplin yang tinggi.
Beberapa faktor yang menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam menganalisis
hasil belajar siswa berkaitan dengan sikap.
 Faktor pertama adalah keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru. Pada saat
mengajar, guru harus membagi waktu antara penyampaian materi, pemberian
tugas dan proses evaluasi. Hal inilah yang menyulitkan guru dalam melakukan
penilaian sikap siswa. Sebagaimana diketahui bahwa penilaian sikap siswa
harus dilakukan secara individu dan langsung bertatap muka. Sehingga,
keterbatasan waktu yang dimiliki menjadi penghambat bagi guru.
 Faktor kedua adalah jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas. Guru harus
mengamati 30 siswa dalam sekali pertemuan. Sehingga, guru harus benar-
benar membagi waktunya. Guru yang hanya berjumlah satu orang harus
mengamati 30 siswa dalam waktu yang bersamaan.
 Faktor ketiga adalah guru sulit untuk mengarahkan siswa yang belum
memiliki sikap yang baik. Pada saat proses belajar berlangsung, siswa yang
belum mencapai sikap yang baik lebih acuh dalam pembelajaran. Sehingga,
guru harus lebih bekerja keras dalam memberikan motivasi kepada siswa
tersebut.
Penilaian sikap dapat memiliki pengaruh yang signifikan dalam penilaian
siswa, terutama dalam konteks pendidikan yang holistik. Penilaian sikap
mencerminkan nilai-nilai, perilaku, dan sikap siswa terhadap diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan sekitar. Hal ini penting karena sikap yang positif dapat berkontribusi
pada perkembangan pribadi, sosial, dan akademik siswa. Penilaian sikap dapat
mempengaruhi penilaian secara keseluruhan karena sikap siswa dapat mempengaruhi
cara mereka belajar, berinteraksi dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan
di sekolah. Sikap yang positif seperti keinginan untuk belajar, kerja sama,
kedisiplinan, dan sikap positif terhadap keberagaman dapat membantu siswa dalam
mencapai hasil yang baik dalam pembelajaran dan pengembangan pribadi. Evaluasi
yang komprehensif harus mencakup berbagai aspek penilaian, termasuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Penilaian sikap harus dilakukan dengan cermat dan objektif,

2
menggunakan alat penilaian yang valid dan reliabel.

2. Cara mengatasi permasalahan tersebut


Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar dan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau
keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat
berupa wawancara, atau dialog secara informal.untuk mengungkap sikap siswa
terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.

Maksud dari mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran melalui wawancara
atau dialog secara informal adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana siswa merespons dan memahami materi pelajaran yang
diajarkan.
Dalam wawancara atau dialog secara informal, dapat mengajukan pertanyaan kepada
siswa secara langsung untuk mengetahui pandangan, pendapat, dan perasaan mereka
terkait materi pelajaran. dapat menggunakan pertanyaan terbuka untuk memberi siswa
kesempatan untuk berbicara secara bebas dan mengungkapkan pikiran mereka.
Selain itu, dialog secara informal juga dapat terjadi dalam suasana yang santai dan
tidak terstruktur, seperti saat siswa sedang berbincang-bincang dengan guru di luar
jam pelajaran atau saat istirahat. Dalam situasi ini, guru dapat memanfaatkan
kesempatan untuk berbicara dengan siswa secara informal tentang materi pelajaran
dan mendengarkan tanggapan mereka.
Melalui wawancara atau dialog secara informal, dapat mendapatkan informasi yang
lebih mendalam tentang sikap siswa terhadap materi pelajaran. dapat mengetahui
apakah mereka merasa tertarik, antusias, atau mungkin mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Hal ini dapat membantu Anda dalam merancang strategi
pembelajaran yang lebih efektif dan memenuhi kebutuhan siswa.
Penting untuk menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka dalam wawancara atau
dialog secara informal. Berikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dengan
jujur dan terbuka, dan pastikan bahwa mereka merasa didengar dan dipahami. Dalam
dialog ini, Anda juga dapat memberikan umpan balik atau bimbingan kepada siswa
untuk membantu mereka dalam pemahaman materi pelajaran.
Dengan melakukan diskusi dengan orang tua siswa, koordinasi dengan guru lainnya

3
dan juga bertanya dengan siswa lainnya untuk mendapatkan infromasi yang rinci.
Dengan cara mengamati atau melakukan observasi secara langsung terhadap sikap
siswa pada saat proses belajar berlangsung.
Metode observasi dapat digunakan untuk mengetahui nilai sikap yang ada pada siswa
dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Langkah yang dapat dilakukan dalam
menggunakan metode observasi untuk menilai sikap siswa :
1. Identifikasi Sikap yang Akan Dinilai: Tentukan sikap-sikap yang ingin dinilai
dalam proses pembelajaran. Misalnya, sikap kerjasama, sikap tanggung jawab,
sikap disiplin, atau sikap positif terhadap belajar. Pastikan sikap-sikap ini relevan
dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan konteks kelas.
2. Observasi Terstruktur: Lakukan observasi terstruktur dengan membuat daftar
perilaku atau tindakan konkret yang mencerminkan sikap yang ingin dinilai.
Misalnya, dalam menilai sikap kerjasama, Anda dapat mengamati apakah siswa
aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok, membantu teman sekelas, atau
bekerja sama dalam tugas kelompok.
3. Pengamatan Langsung: Amati siswa secara langsung selama proses pembelajaran.
Perhatikan perilaku dan tindakan mereka yang terkait dengan sikap yang ingin
dinilai. Catat secara objektif apa yang Anda amati, termasuk contoh-contoh
perilaku yang mencerminkan sikap positif atau sikap yang perlu diperbaiki.
4. Catat dan Analisis Data: Catat hasil observasi Anda secara sistematis. Buat catatan
mengenai perilaku yang mencerminkan sikap positif atau sikap yang perlu
diperbaiki. Analisis data yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang sikap siswa secara keseluruhan.
5. Berikan Umpan Balik: Setelah melakukan observasi dan analisis data, berikan
umpan balik kepada siswa mengenai sikap mereka. Berikan pengakuan atas sikap
positif yang mereka tunjukkan dan berikan saran atau rekomendasi untuk
perbaikan jika ada sikap yang perlu diperbaiki. Pastikan umpan balik Anda
bersifat konstruktif dan membantu siswa dalam pengembangan sikap yang positif.
Penting untuk diingat bahwa metode observasi perlu dilakukan secara objektif dan
adil. Pastikan bahwa observasi dilakukan secara konsisten dan tidak memihak. Selain
itu, komunikasikan kepada siswa mengenai tujuan dan manfaat dari penilaian sikap
ini agar mereka dapat memahami pentingnya sikap dalam pembelajaran.

4
Diskusi dengan orangtua siswa mengenai permasalahan anak di sekolah memiliki
beberapa manfaat yang penting. Berikut adalah alasan mengapa perlu melibatkan
orangtua dalam diskusi permasalahan anak di sekolah:
1. Memperoleh Informasi Lengkap: Orangtua adalah sumber informasi yang
berharga tentang kehidupan anak di luar sekolah. Mereka dapat memberikan
wawasan yang lebih lengkap tentang kepribadian, minat, keterampilan, dan
tantangan yang dihadapi anak di rumah. Diskusi dengan orangtua dapat membantu
mengisi celah informasi dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
permasalahan anak di sekolah.
2. Memahami Konteks Keluarga: Setiap anak memiliki latar belakang keluarga yang
unik. Melibatkan orangtua dalam diskusi permasalahan anak di sekolah dapat
membantu memahami konteks keluarga yang mungkin mempengaruhi perilaku
atau prestasi anak. Informasi ini dapat membantu sekolah dalam merancang
pendekatan yang lebih efektif dalam menangani permasalahan anak.
3. Kolaborasi dalam Solusi: Diskusi dengan orangtua memungkinkan terciptanya
kolaborasi antara sekolah dan keluarga dalam mencari solusi atas permasalahan
anak. Orangtua dapat memberikan perspektif, pengalaman, dan saran yang
berharga dalam menangani permasalahan yang muncul. Kolaborasi ini dapat
meningkatkan efektivitas dan kesuksesan upaya penyelesaian masalah.
4. Meningkatkan Dukungan dan Keterlibatan Orangtua: Melibatkan orangtua dalam
diskusi permasalahan anak di sekolah dapat meningkatkan dukungan dan
keterlibatan mereka dalam membantu anak mengatasi permasalahan. Orangtua
yang terlibat secara aktif dalam menyelesaikan masalah anak cenderung
memberikan dukungan dan bimbingan yang lebih efektif di rumah.
5. Membangun Hubungan dan Kepercayaan: Diskusi permasalahan anak di sekolah
dengan orangtua dapat membantu membangun hubungan yang kuat antara sekolah
dan keluarga. Dengan saling berbagi informasi, pemahaman, dan solusi, hubungan
yang positif dan saling percaya dapat terbentuk. Hal ini penting untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Melibatkan orangtua dalam diskusi permasalahan anak di sekolah adalah langkah
penting dalam menciptakan kolaborasi yang efektif antara sekolah dan keluarga.
Dengan saling mendukung dan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan
yang lebih baik bagi perkembangan dan keberhasilan anak.

5
3. Permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan evaluasi di sekolah dasar yaitu :
Guru kurang memperhatikan gaya bahasa yang tepat dalam membuat soal
evaluasi
Seorang guru seharusnya memperhatikan gaya bahasa yang tepat dalam membuat soal
evaluasi. Gaya bahasa yang digunakan dalam soal evaluasi sangat penting karena
dapat mempengaruhi pemahaman dan interpretasi siswa terhadap pertanyaan. Dengan
memperhatikan gaya bahasa yang tepat, guru dapat memastikan bahwa soal evaluasi
mudah dipahami oleh siswa dan tidak menimbulkan kebingungan atau
kesalahpahaman.
Beberapa alasan mengapa guru harus memperhatikan gaya bahasa yang tepat dalam
membuat soal evaluasi adalah:
• Keterbacaan: Gaya bahasa yang tepat dapat meningkatkan keterbacaan
soal evaluasi. Jika soal ditulis dengan bahasa yang jelas, sederhana,
dan mudah dipahami, siswa akan lebih mudah memahami pertanyaan
dan memberikan jawaban yang sesuai.
• Konsistensi: Dengan menggunakan gaya bahasa yang konsisten, guru
dapat memastikan bahwa semua siswa memiliki pemahaman yang
sama terhadap pertanyaan yang diajukan. Ini akan membantu
menghindari kebingungan atau interpretasi yang salah.
• Keterampilan Bahasa: Soal evaluasi juga dapat digunakan untuk
menguji keterampilan bahasa siswa. Dengan menggunakan gaya
bahasa yang tepat, guru dapat membantu siswa memahami dan
mengaplikasikan aturan tata bahasa dengan benar.
• Penguasaan Materi: Gaya bahasa yang tepat dalam soal evaluasi dapat
membantu siswa fokus pada materi yang sedang diuji. Jika soal ditulis
dengan bahasa yang jelas dan tidak ambigu, siswa akan lebih mudah
memahami apa yang diminta dan memberikan jawaban yang akurat.

6
Dalam membuat soal evaluasi, guru harus memperhatikan gaya bahasa yang
sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, menghindari penggunaan kata-kata yang
rumit atau ambigu, dan memberikan instruksi yang jelas. Hal ini akan membantu
siswa merasa lebih nyaman dan mampu menunjukkan kemampuan mereka dengan
lebih baik dalam menjawab soal evaluasi.

4. Instrumen untuk mengatasi masalah tersebut :


Dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.
1. Uji Validitas: Validitas mengukur sejauh mana sebuah instrumen evaluasi
(seperti soal) dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Gaya bahasa yang
digunakan dalam soal dapat mempengaruhi validitasnya. Jika gaya bahasa
yang digunakan sulit dipahami atau tidak sesuai dengan tingkat pemahaman
peserta uji, maka validitas soal tersebut dapat terpengaruh. Oleh karena itu,
penting untuk menggunakan gaya bahasa yang sesuai agar soal dapat secara
akurat mengukur kemampuan atau pengetahuan yang diinginkan.
2. Uji Reliabilitas: Reliabilitas mengukur konsistensi hasil evaluasi yang
diperoleh dari instrumen evaluasi. Gaya bahasa yang digunakan dalam soal
dapat mempengaruhi reliabilitasnya. Jika gaya bahasa yang digunakan ambigu
atau tidak jelas, peserta uji dapat memberikan jawaban yang bervariasi pada
uji ulang yang dilakukan. Oleh karena itu, penggunaan gaya bahasa yang jelas
dan konsisten dalam soal dapat meningkatkan reliabilitasnya.
3. Daya Beda: Daya beda mengukur sejauh mana sebuah soal dapat membedakan
antara peserta uji yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Gaya bahasa
yang digunakan dalam soal dapat mempengaruhi daya bedanya. Jika gaya
bahasa yang digunakan terlalu rumit atau sulit dipahami, maka peserta uji
dengan kemampuan rendah mungkin mengalami kesulitan dalam memahami
pertanyaan dan memberikan jawaban yang benar. Oleh karena itu, penting
untuk menggunakan gaya bahasa yang sesuai agar soal memiliki daya beda
yang memadai.

7
4. Tingkat Kesukaran: Tingkat kesukaran mengukur sejauh mana peserta uji
dapat menjawab soal dengan benar. Gaya bahasa yang digunakan dalam soal
dapat mempengaruhi tingkat kesukarannya. Jika gaya bahasa yang digunakan
terlalu rumit atau tidak sesuai dengan tingkat pemahaman peserta uji, maka
tingkat kesukaran soal tersebut dapat menjadi terlalu tinggi. Sebaliknya, jika
gaya bahasa terlalu sederhana, tingkat kesukaran soal dapat menjadi terlalu
rendah. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan gaya bahasa yang sesuai
agar tingkat kesukaran soal dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan
peserta uji.

Dengan memperhatikan gaya bahasa yang sesuai dalam pembuatan evaluasi soal,
kita dapat meningkatkan validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran
soal tersebut. Hal ini akan memastikan bahwa soal dapat memberikan hasil
evaluasi yang akurat dan dapat diandalkan.
Untuk mengatasi gaya bahasa dalam evaluasi soal dengan menggunakan uji
validitas, uji reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran, berikut adalah
beberapa langkah yang dapat di lakukan:
 Gunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan
kemampuan target peserta uji. Pastikan pertanyaan dan instruksi yang
digunakan mudah dipahami oleh anak-anak sesuai dengan usia dan
tingkat kelas mereka.
 Hindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang atau rumit. Gunakan
kalimat yang singkat, jelas, dan sederhana agar anak-anak dapat
dengan mudah memahami pertanyaan dan memberikan jawaban yang
tepat.
 Gunakan kata-kata yang familiar bagi anak-anak. Hindari penggunaan
kata-kata yang jarang digunakan atau sulit dipahami oleh mereka.
Pastikan pertanyaan dan instruksi menggunakan kata-kata yang sering
mereka temui sehari-hari.
 Sesuaikan konteks pertanyaan dengan pengalaman dan pengetahuan
anak-anak. Gunakan contoh-contoh atau situasi yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari mereka agar mereka dapat mengaitkan
pertanyaan dengan pengalaman mereka sendiri..

8
 Lakukan uji coba terhadap soal kepada sejumlah anak sebelumnya.
Amati reaksi dan pemahaman mereka terhadap pertanyaan. Jika ada
kesulitan atau kebingungan yang sering muncul, pertimbangkan untuk
memperbaiki atau mengganti pertanyaan tersebut.
 Gunakan teknik uji reliabilitas seperti uji ulang (test-retest) untuk
memastikan konsistensi hasil uji. Berikan soal yang sama kepada
peserta uji dalam dua waktu yang berbeda dan bandingkan hasilnya.
Jika hasilnya konsisten, maka dapat dikatakan bahwa soal memiliki
reliabilitas yang baik.
 Untuk mengukur daya beda dan tingkat kesukaran soal, analisis
statistik seperti indeks diskriminasi dan tingkat kesukaran dapat
digunakan. Indeks diskriminasi mengukur sejauh mana soal dapat
membedakan antara peserta yang memiliki kemampuan tinggi dan
rendah. Tingkat kesukaran mengukur sejauh mana peserta mampu
menjawab soal dengan benar. .

Berikut adalah contoh soal dengan menggunakan gaya bahasa yang tepat
dalam uji validitas, uji reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran di SD:
1. “Apa yang dimaksud dengan ‘revolusi industri’?”
a. Perubahan besar dalam sistem politik
b. Perubahan besar dalam teknologi dan produksi
c. Perubahan besar dalam sistem pendidikan
d. Perubahan besar dalam kehidupan sosial
2. “Tuliskan hasil dari 8 x 6!”
a. 12
b. 24
c. 42
d. 48
Pastikan untuk menyesuaikan soal-soal tersebut dengan tingkat
pemahaman dan kemampuan peserta didik. Gunakan gaya bahasa yang
sesuai dengan tingkat pemahaman mereka, hindari penggunaan kalimat
yang terlalu rumit, dan gunakan kata-kata yang familiar bagi mereka.

9
10

Anda mungkin juga menyukai