Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan utama dari keseluruhan proses pendidikan

di sekolah. Belajar bertujuan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kegiatan pembelajaran di

kelas memerlukan adanya keaktifan belajar siswa, partisipasi siswa dalam

pembelajaran dan komunikasi interaktif siswa dengan guru. Aktivitas belajar

perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan yaitu, tercapainya hasil belajar yang

optimal.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat

kontinu, positif dan aktif, permanen, bertujuan dan terarah, serta mencakup

seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010:2-5).

Guru dalam menyampaikan materi di kelas dapat dibantu dengan

menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakter mata

pelajaran yang diajarkan. Metode pembelajaran yang tepat akan menarik

perhatian siswa dan mendorong munculnya partisipasi, keaktifan serta

interaksi siswa. Pilihan metode pembelajaran sangat beragam dan dapat

divariasikan sesuai kebutuhan. Variasi metode pembelajaran memungkinkan


2

guru maupun siswa lebih kreatif, suasana belajar di kelas pun menjadi lebih

menarik, menyenangkan dan tidak membosankan dengan adanya hal-hal baru.

Dari beragam pilihan metode pembelajaran tersebut salah satunya adalah

model pembelajaran active learning.

Active learning dalam proses pembelajarannya siswa dituntut untuk

selalu aktif baik dalam hal menyampaikan pendapat ataupun memecahkan

masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan di kelas. Siswa

dilibatkan pada aktivitas yang lebih kompleks dimana siswa terlibat dan

memahami apa yang mereka kerjakan. Selain itu dalam pembelajaran dapat

pula dikaitkan dengan persoalan nyata yang benar-benar terjadi dalam

kehidupan sehari-hari sehingga seolah-olah mereka menjadi bagian dari hal

tersebut.

Model pembelajaran active learing memiliki beberapa tipe salah

satunya adalah quiz team. Quiz team merupakan salah satu strategi yang dapat

digunakan untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan sikap secara aktif. Silberman (2007:49), quiz team melatih

siswa untuk belajar dengan cara bekerjasama sehingga meningkatkan

kemampuan tanggung jawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui

cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.

Proses belajar mengajar dengan metode quiz team mengajak siswa

melakukan diskusi, bertanya, menjawab pertanyaan, memberi arahan,

mengemukakan pendapat, dan menyampaikan informasi dengan cara

bekerjasama bersama timnya. Dengan demikian siswa akan lebih terbuka dan
3

percaya diri karena mendapat dukungan dari rekan timnya. Proses

pembelajaran dalam metode quiz team ini mengarah pada student centered,

sehingga memungkinkan siswa lebih terlibat dan aktif dalam pembelajaran di

kelas. Penerapan metode quiz team tersebut dapat dilakukan dalam penelitian

tindakan kelas.

Pengamatan di kelas selama proses pembelajaran terlihat siswa kurang

antusias. Rasa ingin tahu siswa belum terbangun, kemandirian dalam kegiatan

pembelajaran masih kurang, partisipasi siswa belum tampak dan belum

terjalin komunikasi interaktif antara siswa dengan guru.Tampak hanya ada

beberapa siswa yang bertanya namun kebanyakan siswa lain diam dan

mencatat. Pahadal guru telah berusaha menyampaikan materi sebaik-baiknya.

Ketika guru mencoba memberi variasi dengan pertanyaan-pertanyaan

kebanyakan siswa kurang merespon dan jawaban yang diberikan masih belum

tepat.

Masalah ini terjadi secara berkelanjutan dan juga ditemukan di kelas

X, XI dan XII, rata-rata siswa cenderung memiliki keaktifan belajar yang

masih kurang, untuk itu masalah ini perlu diatasi sejak dini yaitu pada kelas X

agar tidak muncul lagi saat siswa naik ke kelas XI dan XII. Usaha yang telah

guru coba lakukan selama ini belum berhasil untuk mengatasi masalah

tersebut sehingga menarik perhatian siswa agar lebih aktif dalam

pembelajaran.

Selain hal tersebut dari hasil pengamatan peneliti selama kegiatan

pembelajaran, kondisi siswa rata-rata cenderung memiliki keaktifan belajar


4

masih kurang dan umumnya siswa kelas X masih kesulitan dalam memahami

dan menghafal konsep-konsep materi pembelajaran, sehingga hasil

pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas X SMAN 10 Pandeglang

masih belum memuaskan, hal tersebut dapat dilihat dari angka rata-rata

prosentase ulanngan harian yang masih rendah.

Rendahnya pencapaian nilai ulangan harian mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dan kurangnya keaktifan belajar siswa selama kegiatan

proses pembelajaran, kemungkinan disebabkan beberapa faktor diantarannya

yaitu, dapat terjadi faktor guru, siswa, lingkunggan dan sarana pendukung

proses pembelajaran yang lainya. Hambatan yang bersumber dari guru dapat

terjadi disebabkan guru hanya menekankan pada pencapaian tuntasnya

kuriklum dan metode pembelajaran yang dipilih guru belum membawa

pengaruh signifikan untuk mencapai kreteria ketuntasan miinimal dengan

kata lain metode yang digunakan guru belum dapat memfasilitasi dan

mendorong pencapaian hasil belajar dan keaktifan belajar siswa. Oleh karena

itu, maka guru perlu melakukan upaya untuk mengatasi rendahnya keaktifan

belajar siswa dan pencapaiaan hasil belajar siswa kearah yang lebih baik,

diantaranya yaitu, memilih metode/model pembelajaran yang tepat dan tidak

menekankan pencapaian tuntasnya kurikulum.

Proses pembelajaran di kelas seharusnya hidup, komunikatif, aktif dan

partisipatif sehingga pemahaman materi siswa dapat maksimal. Pada

kenyataannya pembelajaran belum kondusif, komunikasi interaktif antara guru

dan siswa belum terjalin dengan lancar, siswa belum menunjukkan aktivitas
5

belajar yang maksimal, partisipasi siswa belum muncul dan pemahaman siswa

masih kurang. Siswa perlu lebih komunikatif dan percaya diri untuk

mengungkapkan apa yang mereka rasakan sehingga guru dapat membantu

siswa.

Guru perlu menemukan cara agar siswa tertarik dan mau lebih terbuka

dan percaya diri dalam mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan.

Kesenjangan antara teori dan kenyataan yang peneliti temukan tersebut dapat

diperbaiki dengan melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu mencoba

menerapkan quiz team sebagai variasi metode pembelajaran. Harapannya

siswa dapat menikmati proses pembelajaran, lebih terbuka dan percaya diri

sehingga pemahaman dan keterampilan siswa menjadi lebih baik.

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi

guru untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang

diselenggarakan dalam pembelajaran di kelas atau peningkatan kualitas

program secara keseluruhan. Dalam penelitian tindakan diamati kelebihan dan

kekurangannya. Dari kekurangan dan kelebihan ini peneliti menemukan suatu

tindakan yang harus dilakukan untuk menemukan tindakan yang paling tepat

Berdasarkan Uraian Diatas, Peneliti Akan Melakukan Penelitian

Tindakan Kelas Dengan Judul : “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar Peserta didik Melalui Model Pembelajaran Quiz Team Dengan

Kompetensi Dasar Al-Qur’an dan Hadist adalah Pedoman Hidupku

Mata Pelajaran PAI Kelas X IPS 5 di SMAN 10 Pandeglang Tahun

Pelajaran 2019/2020.
6

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran quiz team dalam meningkatkan

keaktifan belajar siswa kelas X IPS.5 SMAN 10 Pandeglang Tahun Pelajaran

2019/2020 ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas X.IPS 5 SMAN 10 Pandeglanng Tahun

pelajaran 2019/2020

3. Apakah metode quiz team dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil

belajar siswa kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglanng Tahun Pelajaran

2019/2020 ?

C. Pemecahan Masalah

Munculnnya permasalahan yaitu rendahnya pencapaian kompetensi

siswa dalaam pemahaman konsep-konsep materi pembelajaran, sebagaimana

diuraikan sebelumnya, dapat diaumsikan karena lemahnya motivasi siswa

dalam belajar. Hal tersebut sangat berhubungan dengan kurang menariknya

model pembelajaran atau media yang digunakan. Metode yang digunakan

guru belum mengakomodasi kesempatan belajar, seperti dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa dan rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran, dimana kedua hal tersebut dapat mempengaruhi

rendahnya pencapaian kompetensi pembelajaran.

Hal ini, Diperlukan pembenahan pembelajaran dengan mengubah

metode yang digunakan guru dalam proses pembelajarannya, juga dalam

memilih metode/ model pembelajaran yang menarik minat belajar siswa, yang
7

dapat mendorong motivasi dan keaktifan belajar siswa sekaligus

meningkatkan ketercapaian kompetensi pemahaman konsep materi

pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran menggunakan metode dan model

pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Metode ini

juga dipandang dapat mempermuah siswa dalam pemahaman konsep-konsep

materi pembelajaran. Untuk memecahkan masalah terebut yang terjadi,

diperlukan pendekatan pembeajaran yang mengacu pada penelitian sebab-

sebab rendahnya angka pencapaian kompetensi pemahaman konsep

Pendidikan Agama Islam dan pemecahannya masalahnya. Perbaikan metode

secara berkelanjutan dan variatif merupakan salah satu alternatif untuk

memecahkan masalah rendahnya motivasi belajar dan hasil belajar pendidikan

Agama Islam, khususnya di kelas X IPS 5 di SMAN 10 Pandeglang.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemeahan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran quiz team dalam

meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang

Tahun Pelajaran 2019/2020 ?

2. Untuk mengetahui hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran

quiz team siswa kelas X SMAN 10 Pandeglanng Tahun pelajaran 2019/2020

3. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran quiz team dapat

meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa kelas X IPS 5 SMAN

10 Pandeglanng Tahun Pelajaran 2019/2020 ?


8

E. Manfaat Penelitian

Selain tujuan-tujuan penelitian yang telah disebutkan dari hasil

penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi :

1. Guru

Dapat menemukan dan memperoleh metode yang lebih baik dalam

pembelajaran, sehingga kompetensi pemahaman hubungan internasional

dan organisasi internasional menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan

prosentase pencapaian ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM yang

ditentukan.

2. Siswa

Diharapkan dapat memberikan dorongan semangat (motivasi) belajar

siswa terhadap pelajaran pendidikan Agama Islam dan dapat mudah

memahami konsep-konsep materi pembelajaran.

3. Sekolah

Diharapkan dengan penelitian ini sekolah memiliki pengalaman empiris

untuk ditularkan kepada guru lain, khususnya proses pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran quiz team. Sehingga sekolah dapat

menjadi tempat yang menyenangkan, kondusif dalam proses kegiatan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Proses Belajar Mengajar

Memahami konsep belajar mengajar merupakan langkah awal untuk

menentukan langkah selanjutnya dalam sebuah proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Skinner, “Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku baik

perilaku yang tak tampak maupun tak tampak (Rifa’i, 2011:12). Belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.Perubahan yang dimaksud adalah

perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinu, positif dan aktif, permanen,

bertujuan dan terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku(Slameto,

2010:2-5). Belajar adalah usaha sadar seseorang untuk mengubah tingkah

lakunya secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan cara melakukan interaksi

aktif, positif, dan permanen dengan lingkungannya agar mencapai arah dan tujuan

tertentu. Menurut J. Bruner dalam Slameto (2010) ada 4 hal yang perlu

diperhatikan guru dalam belajar yaitu:

a. Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu

ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan dan juga perlu disajikan

secara sederhana sehingga mudah dimengerti siswa.

c. Menganalisissequence.

d. Memberi reinforment dan umpan balik.


10

Slameto (2010) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Agar tercapai

proses pembelajaran yang baik maka faktor internal dan juga faktor eksternal

harus sama-sama terkondisi agar terjalin perpaduan yang lengkap sehingga

tujuan belajar tercapai. Belajar dapat terjadi apabila seseorang aktif untuk

belajar dan diberi bimbingan. Siswa perlu memiliki kemauan untuk aktif

belajar, guru perlu membimbing siswa untuk aktif belajar dan sekolah perlu

memfasilitasi guru dan siswa untuk bisa melakukan pembelajaran yang aktif.

Kegiatan pembelajaran menerapkan prinsip-prinsipkerjasama dengan

kolega dan pelanggan idealnya terdapat keaktifan belajar siswa, interaksi guru

dan siswa, parsitipasi siswa dalam pembelajaran serta komunikasi yang

interaktif. Pembelajaran dilakukan dengan cara yang tepat sehingga

pembelajaran berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal

baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru memiliki beban

yang tidak ringan, guru memiliki banyak peran yang harus dijalankan dalam

pembelajaran. Salah satu peran utama guru adalah sebagai narasumber yang

bertugas menyampaikan informasi berupa materi kepada siswa.

Pengertian mengajar telah mengalami penyesuaian dari waktu ke

waktu seiring perkembangan jaman. Dahulu mengajar didefinisikan sebagai

penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak

didik atau siswa. Definisi tersebut merujuk pada kepasifan anak didik dalam

proses pembelajaran, namun seiring waktu, definisi tersebut telah bergeser.

Definisi modern di negara maju tentang mengajar menunjukkan hal yang

berbeda, bahwa teaching is the guidance of learning, mengajar adalah


11

bimbingan kepada siswa dalam proses belajar, definisi ini mengindikasikan

bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar, sedangkan

guru hanya membimbing (Slameto, 2010:29-30). Kini dalam mengajar guru

tidak lagi menjadi satu-satunya pihak yang aktif, siswa juga harus aktif

berpartisipasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang tidak lagi selalu

berpusat pada guru ini sedikit mengurangi beban guru. Guru bisa lebih fokus

dalam melaksanakan perannya yang lain seperti memberikan bimbingan dan

motivasi kepada siswa.

Guru dalam mengajar melalui 3 tahapan, yaitu tahap sebelum

pengajaran, tahap pengajaran dan tahap sesudah pengajaran (Moedjiono,

2009:39). Sebelum memulai pembelajaran guru harus memperhatikan

pengetahuan awal siswa, tujuan pembelajaran, metode penyampaian, fasilitas

yang dibutuhkan, karakter siswa, cara membuka mengembangkan menutup

pelajaran, interaksi dan partisipasi siswa. Tahap ini penting karena merupakan

awal dari kegiatan mengajar sehingga harus menarik perhatian siswa. Pada

awal pelajaran ciptakan suasana yang kondusif sehingga siswa merasa

nyaman.

Tahap pengajaran adalah tahap dimana idealnya terjadi interaksi

antara guru dan siswa maka harus memperhatikan pengelolaan kelas,

penyampaian informasi, keterampilan maupun konsep, cara mendapatkan

balikan, dan kesulitan yang dialami siswa. Tahap sesudah pengajaran adalah

tahap dimana guru menilai pekerjaan siswa, membuat perencanaan untuk

pertemuan berikutnya, dan menilai kembali proses belajar mengajar yang


12

telah berlangsung. Ketiga tahap tersebut sama pentingnya dalam mencapai

keberhasilan mengajar baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Proses belajar mengajar dapat dinilai agar diketahui apakah proses

belajar yang berlangsung sudah baik atau belum. Penilaian proses belajar

mengajar memiliki tujuan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kegiatan

belajar mengajar terutama efesiensi dan kefektifitas produktivitasnya.

Komponen yang dinilai dalam pengajaran antara lain tujuan pengajaran,

bahan pengajaran, kondisi siswa dan kegiatan belajarnya, kondisi guru dan

kegiatan mengajarnya, alat dan sumber belajar yang digunakan, serta teknik

dan cara pelaksanaan penilaian. Sedangkan kriteria penilaiannya meliputi

konsistensi KBM dengan kurikulum, keterlaksanaannya oleh guru,

keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan para siswa

dalam kegiatan belajar, interaksi guru-siswa, kemampuan guru mengajar, dan

kualitas hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2009:57-62). Kriteria

tersebut akan membantu penilai untuk melihat bagian mana yang telah

dicapai dan bagian mana yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan

tindakan serta upaya memperbaikinya.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
13

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakanberakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.Benjamin S.

Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis

perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan

fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil

ulangan.

Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan

yang berkenaan dengan tujuan dan bahan tujuan interaksi, baik yang bersifat

eksplisit maupun implicit (tersembunyi). Menurut Morgan (1978) belajar


14

adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dimyati dan Mudjiona (1996:7) mengemukakan siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, jadi belajar merupakan tindakan

dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami

oleh siswa sendiri. HIlgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar

merupakan proses mencari ilmu dalam diri seseorang melalui latihan,

pembelajaran.

Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu

organisma Berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan

Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang

berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman

yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap

suatu perangsang tertentu.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswasetelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS

yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2),


15

danm penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasi l

belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

C. Keaktifan Belajar Siswa

Sadirman (2007:97) menyebutkan dalam kegiatan belajar peserta didik

harus aktif berbuat. Jadi belajar memerlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas,

proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Siswa adalah suatu

organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan

potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa

tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip

aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah

laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan (Hamalik, 2009:89-90).

Hamalik (2009:90), pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas

sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk

sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini

sangat menekankan pada pendayagunaan atas keaktifan (aktivitas) dalam proses

belajar mengajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Aktivitas dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam

kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik meliputi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Diperlukan upaya terus menerus agar siswa

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Bentuk upaya yang dapat dilakukan antara lain menerapkan variasi

metode pembelajaran. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa di kelas kompleks

dan bervariasi. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan
16

mencatat saja. Paul D. Dierich dalam Sardirman (2007:101) menyatakan bahwa

keaktifan belajar dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelompok yaitu:

a. Kegiatan visual (visual activities) diantaranya membaca, memperhatikan


gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang.
b. Kegiatan lisan (oral activities) diantaranya menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan mendengarkan (listening activities) diantaranya mendengar uraian
percakapan, diskusi, musik, dan pidato.
d. Kegiatan menulis (writing activities) diantaranya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, dan menyalin.
e. Kegiatan menggambar (drawing activities) diantaranya menggambar,
membuat grafik, peta, dan diagram.
f. Kegiatan motor(motor activities) diantaranya melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. Kegiatan mental
(mental activities) diantaranya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
g. Kegiatan emosional (emotional activities) diantaranya menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Ada berbagai macam aktivitas yang dapat dilakukan siswa dalam

pembelajaran selain mendengarkan guru dan mencatat materi. Kegiatan-kegiatan

seperti memberikan pendapat, berdiskusi, melakukan percobaan, mengamati,

memecahkan persoalan juga dapat dilakukan di kelas sehingga aktivitas belajar

lebih beragam. Jika siswa aktif dalam pembelajaran maka hasil belajarnya pun

akan meningkat. Sesuai dengan pendapat Anni (2007:5) bahwa hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami

aktivitas belajar.Artinya untuk memperoleh hasil harus didahului dengan proses

yaitu aktivitas-aktivitas belajar. Hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa dari proses

belajar mengajar.

Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh kegiatan positif yang

dilakukan siswa selama pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip bekerjasama


17

dengan kolega dan pelanggan berlangsung. Dari Aktivitas belajar siswa ini

diperoleh hasil belajar siswa. Kegiatan mental (mental activities) diantaranya

menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan

mengambil keputusan.

D. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan suatu strategi atau cara yang dirancang

oleh guru untuk memperlancar kegiatan pengajaran dan penyampaian materi

terhadap siswa dalam pembelajaran di kelas. Uno (2009:2) metode pembelajaran

didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya

dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila tujuan

pembelajaran adalah untuk mencapai pembelajaran yang aktif maka harus

digunakan cara atau metode yang memungkinkan adanya pembelajaran yang aktif

pula sehingga memilih metode pembelajaran yang tepat sangat penting bagi

keseluruhan proses belajar mengajar di kelas. Untuk memenuhi tujuan

pembelajaran yang kompleks maka metode yang digunakan pun bisa dimodifikasi

atau divariasi sehingga sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan di kelas.

Dick dan Carey dalam Uno (2009:3-7) menyebutkan bahwa terdapat lima

komponen metode pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, penyampaian

informasi, partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan. Kegiatan

pendahuluan, guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi

pelajaran yang akan disampaikan. Lalu pada kegiatan penyampaian informasi

perlu diperhatikan urutan penyampaian, ruang lingkup materi, dan isi dari materi.

Peserta didik merupakan pusat dari kegiatan belajar sehingga peserta didik perlu

dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.


18

Komponen selanjutnya yaitu tes, yang digunakan guru untuk mengetahui

apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum, apakah pengetahuan, sikap

dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.

Komponen yang terakhir yaitu kegiatan lanjutan, kegiatan ini dilakukan sebagai

upaya perbaikan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

Metode pembelajaran yang tepat sangat penting untuk memperlancar

jalannya proses pembelajaran di kelas. Pemilihan metode pembelajaran harus

dipertimbangkan terlebih dahulu agar sesuai dengan kondisi dan tujuan yang

ingin dicapai. Hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk

menggunakan salah satu metode pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, jenis

materi, karakteristik peserta didik, situasi serta kondisi dimana proses

pembelajaran tersebut akan berlangsung(Uno, 2009:7). Miarso (2004:528)

menyebutkan suatu metode pembelajaran yang baik haruslah memenuhi kriteria

daya tarik, daya guna dan hasil guna. Metode pembelajaran tidak hanya harus

menarik tetapi harus efektif dan efisien, dengan begitu siswa akan merasa tertarik,

aktif, dan tujuan pembelajaran pun tercapai. Sugandi (2008:23-28) menyebutkan

terdapat beberapa ranah tujuan pembelajaran sebagai salah satu pertimbangan

dalam memutuskan metode pembelajaran yaitu :

a. Ranah kognitif Merupakan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada

ktif kemampuan intelektual.

b. Ranah afektive Merupakan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada nilai

dan sikap.

c. Ranah psikomotorik
19

Ranah psikomotorik Merupakan tujuan pembelajaran yang berorientasi

pada keterampilan yang didapat setelah adanya pembelajaran. Menerapkan

prinsip-prinsip bekerjasama dengan kolega dan pelanggan memerlukan metode

pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa namun mudah untuk

diterapkan mengingat kondisi kelas yang cukup padat, siswa yang kurang percaya

diri, serta belum adanya media penunjang yang digunakan. Selain itu metode

yang digunakan harus bisa menarik perhatian siswa sehingga siswa antusias dan

mau membuka diri.

E. Metode Pembelajaran Quiz Team

Quiz team adalah salah satu tipe dari Active learning. Active learning

adalah proses pembelajaran dimana siswa dituntut untuk selalu aktif.Siswa harus

aktif baik dalam hal menyampaikan pendapat ataupun memecahkan masalah yang

berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan. Siswa dilibatkan pada aktivitas

berpikir yang lebih kompleks dimana siswa terlibat dan memahami apa yang

mereka kerjakan. Materi yang ada dapat pula dikaitkan dengan persoalan nyata

yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga seolah-olah

mereka menjadi bagian dari hal tersebut.

“Students must do more than just listen: They must read, write, discuss, or be
engaged in solving problems. Most important, to be actively involved, students
must engage in such higher-order thinking tasks as analysis, synthesis, and
evaluation. Within this context, it is proposed that strategies promoting active
learning be defined as instructional activities involving students in doing things
and thinking about what they are doing” dalam jurnal yang berjudul active
learning: “creating excitement in the classroom”, (Bonwell dan Eison, 1991).

Chikering (1987) dalam jurnal yang berjudul seven principles for good pratice in
undergraduate education, asas yang ketiga menyebutkan: “learning is not a
spectator sport. Student do not learn much just sitting in classes listening to
teachers, memorizing pre – packaged assignments, and spitting out answers.
They must talk about what they are learning, write about it, relate it to past
20

experiences, and apply it to their daily lives. They must make what they learn part
of themselves.

Quiz team meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik

terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak

menakutkan. Proses belajar mengajar dengan metode quiz team mengajak siswa

bekerjasama dengan timnya dalam melakukan diskusi, bertanya, menjawab

pertanyaan, memberi arahan, mengemukakan pendapat, serta menyampaikan

informasi. Kegiatan tersebut akan melatih keterampilan siswa dan juga

memperdalam pemahaman konsep siswa. Dalam Silberman (2007:49-50)

prosedur quiz team adalah sebagai beriku

1. Guru memilih topik yang dapat dipresentasikan dalam beberapa bagian.

2. Siswa membentuk tim belajar dan masing-masing tim akan mendapatkan

tugas untuk membahas satu bagian dari topik yang telah ditentukan.

3. Guru menjelaskan aturan main dan prosedur quiz team.

4. Guru menyajikan topik bahasan secara sekilas.

5. Diskusi dimulai dan tim pertama akan menyiapkan kuis jawaban singkat

tentang topik yang dibahas, sementara tim lainakan menyiapkan diri dan

memeriksa catatan mereka.

6. Kuis dimulai dengan tim pertama sebagai pemimpin kuis, tim pertama

memberikan pertanyaan kepada tim kedua. Jika tim tersebut tidak dapat

menjawab, tim ketiga dan seterusnya diberi kesempatan untuk segera

menjawab.

7. Tim pertama melanjutkan kuis dengan memberikan ke pertanyaan selanjutnya

kepada tim kedua laluulangi prosesnya secara bergantian.


21

8. Ketika kuis selesai, lanjutkan ke bagian kedua kuis dan tunjuklah tim kedua

sebagai pemimpin kuis, ulangi proses kuis seperti pada kuis bagian pertama.

9. Begitu seterusnya hingga semua tim mendapat giliran.

Metode quiz teammembantu meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal secara kritis dan membiasakan siswa untuk bersaing

secara sehat. Dengan demikian siswa akan lebih menghargai dan menerima

satu sama lain sehingga siswa akan lebih percaya diri. Siswa akan tertantang

dan bersemangat untuk bekerjasama menjawab soal yang diberikan karena

ingin menjadi tim yang terbaik. Metode quiz team ini juga memungkinkan

siswa yang pemalu sekalipun untuk ikut aktif sebab anggota timnya dapat

membantu dan mendukungnya sehingga siswa menjadi lebih percaya diri.

Kegiatan ini dapat melatih kemampuan berkomunikasi, kemampuan

bekerjasama dan kemampuan bertoleransi sehingga siswa menjadi lebih

terbuka

E. Kerangka Berpikir Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, pada hakekatnya

pembelajaran adalah suatu prosesdimana siswa perlu melakukan aktivitas-

aktivitas belajar secara aktif agar siswa dapat lebih memahami dan

mengaplikasikanmateri yang diberikan oleh guru secara nyata sehingga siswa

dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru harus dapat menarik perhatian

siswa untuk aktif dan komunikatif sehingga terjalin interaksi dan partisipasi yang

dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa dan juga guru

terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.
22

Realita menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran masih belum

sesuai dengan harapan. Rendahnya keaktifan belajar siswa, interaksi, dan

partisipasi siswa dalam pembelajaran menjadikan pembelajaran tidak kondusif

dan tidak komunikatif sehingga pemahaman masih kurang, hal ini berpengaruh

pada pemahaman siswa.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membuat

susasana kelas lebih kondusif sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswadan pemahaman siswa materi maksimal dan nilai yang diperoleh siswa

dalam evaluasi pun baik. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan

untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengaktifkan siswa adalah model

pembelajaran active learningtipe quiz team. Metode inimengupayakan siswa

untuk aktif bekerja sama bersama timnya dalam proses pembelajaran.Metode ini

memberikan kesempatan yang sama pada seluruh siswa untuk saling bekerja

sama, berpendapat, berkomunikasi dan mengaplikasikan keterampilan yang

dibutuhkan dengan cara berdiskusi mengenai materi pelajaran dan melakukan

kuis. Penerapan model pembelajaran active learningtipe quiz team, diharapkan

dapat membantu siswa untuk dapat melatih keterampilannya sehingga siswa

semakin percaya diri, aktif dan komunikatif sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Apabila disajikan dalam bentuk bagan, alur pemikiran di atas adalah

sebagai berikut:

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitiann ini yaitu, Model Pembelajaran

Quiz Team Dengan Kompetensi Dasar Hubungan Internasional dan

Organisasi Internasional Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil


23

Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X IPS 5 di SMAN 10

Pandeglang Tahun Pelajaran 2019/2020, dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan dengan jalan pencermatan

terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2006:

91). Desain PTK di sini menggunakan model yang dikembangkan oleh

Kemmis dan Mc. Taggart. Terdapat empat aspek pokok yang terdapat dalam

penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam (Madya, 2006:

59-63), yakni: (1) penyusunan rencana, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4)

refleksi.

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan di SMA Negeri 10

Pandeglang yang beralamatkan di Jalan Raya Labuan KM. 24 Pasireurih

Cisata Kabupaten Pandeglang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, mulai

dari penelitian sampan dengan penyusunan laporan tindakan kelas.

Kegiatan tersebut dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Februari

pada semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Melalui dua tahapan siklus

tindakan.
25

3. Alasan Penelitian

Dipilihnya kelas X IPS 5 sebagai responden yaitu, dengan

beberapa pertimbangan diantaranya, keaktifan belajar siswa berdasarkan

hasil pengamatan dan wawancara memiliki keaktifan belajar yang relatif

kurang dan nilai rata-rata ulangan harian sebesar 45.0 atau hanya 60%

siswa yang berhasil mencapai ketuntsan dalam belajar sedangkan standar

KKM pendidikan Agama Islam kelas X IPS 5 yaitu, 65.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitia tindakan kelas yaitu, siswa kelas X IPS 5 SMA Negeri 10

Pandeglang, dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa terdiri dari 18 anak

perempuan 22 Laki-Laki.

C. Sumber Data

Data penelitian tindakan kelas ini bersumber pada guru pendidikan

kewarganegaraan, pengamat (observer) atau kolaborator guru pendidikan

kewarganegaraan dan peserta didik kelas X IPS 5. Sumber data tersebut

diperoeh dari wawancara, observasi selama kegiatan pembelajaran dan hasil

belajar siswa.

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan: pengamatan, wawancara,

bservasi, test uji kompetensi, catatan lapangan.

1. Pengamatan

Pengamatan di sini dilakukan untuk mengamati jalannya proses

pembelajaran. Dengan pengamatan, peneliti memperoleh data berupa


26

gambaran proses kegiatan pembelajaran metode quiz team, terhadap

keaktifan belajar siswa, sikap siswa, dan interaksi siswa selama proses

berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan instrumen lembar observasi.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa. Wawancara

dengan guru bertujuan untuk menggali informasi-informasi mengenai

proses pembelajaran. Wawancara dengan siswa hanya dilakukan dengan

beberapa siswa saja untuk ditanya pada saat awal dan akhir pembelajaran.

Wawancara ini dilakukan di luar jam pelajaran.

3. Test Uji kompetensi

Setelah peserta didik melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran metode pembelajaran quiz team dengan

kompetensi dasar hubungan Internasional dan Organisasi Internasional, di

sini peneliti melakukan test untuk mengukur kemampuan dasar dan

pencapaian hasil belajar siswa

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan peneliti untuk mendeskripsikan kegiatan

-kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses kegiatan dari awal

hingga akhir. Catatan lapangan dibuat agar setiap proses dapat dicatat dan

dibuat kesimpulan.

E. Analisis Data

Analisis data pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu model deskriptif

dan deskriptif komparatif tidak menggunakan uji statistik. Analisis deskriptif

artinya data itu dijelaskan dalam bentuk kalimat untuk menunjukan apa yang
27

diperoleh dalam penelitian. Sedangkan, deskriptif komparatif yaitu, digunakan

deskripsi atau bentuk kalimat untuk membandingkan sesudah dan sebelum

dilakukan tindakan.

F. Indikator Kinerja

Pengukuran keberhasilan penelitian perlu ditetapkan indikator atau

parameter kinerja. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memperoleh

hasil dengan indikator kinerja sebagai berikut :

1. Sekurang-kurangnya 75% dari siswa kelas XI IPS 5 motivasi dan

kreatifitas belajarnya meningkat.

2. Sekurang-kurangnya 75% dari kelas X IPS 5 mencapai kreteria ketuntsan

minmal.

3. Sekurang-kurangnya 65% dari siswa kelas X IPS 5 dapat memiliki

kompetensi hasil belajar dengan nilai rata-rata 65.

G. Prosedure Penelitian

Penelitian dilakukan dengan prosedure tindakan kelas (Classroom Action

Research), dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam 2 (dua) siklus. Untuk

mengetahui hasil pencapaian kompetensi pemahaman konsep materi

pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran motode quiz team pada siswa

kelas X IPS 5 semester 2 SMAN 10 Pandeglang tahun pelajaran 2017/2018,

Kegiatan penelitian didahului dengan tahapan pendahuluan dan selanjutnya

dilaksanakan melalui dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 (Empat)

fase yaitu planning (perencanaan), acting (Tindakan), observasi (pengamatan),

dan reflecting (refleksi).


28

Pada tahap persiapan, guru bersama kolaborator menyiapkan

instrument untuk memperoleh data. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan

dan membuat persiapan pembelajaran yang akan digunakan dalam tindakan

kelas. Pada tahapan pendahuluan kolaborator mengamati proses pembelajaran

di kelas yang akan dijadikan obyek peneliti, yang belum menggunakan

pendekatan pemanfaatan model pembelajaran interaktif. Peneliti dan

kolaborator melakukan, pengamatan, wawancara dengan obyek penelitian

tentang pembelajaran yang telah mereka lakukan. Secara sederhana alur dan

prosedur penelitian tindakan kelas melalui bagain sebagai berikut :

Secara ringkas, siklus I dengan 2 tahapan tindakan dilakukan dan

diamati. Keseluruhan tindakan tersebut dilakuan analisis bersama dengan

pengamat. Apabila hasilnya belum optimal, maka untuk selanjutnya

dilaksanakan siklus II. Diharapkan, pada siklus II tersebut, guru dan siswa

sudah dapat melaksanakan pembelajaran secara optimal sesuai dengan

perencanaan tindakan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


29

A. Deskripsi Penelitian

1. Keadaan Umum Sekolah

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 10 Pandeglang, gambaran

umum secara ringkas dapat dijelaskan bahwa SMAN 10 Pandeglang

merupakan salah satu sekolah negeri yang berdiri sejak tahun 1998, pada

awalnya merupakan kelas jauh dari SMU Negeri 1 Menes kabupaten

Pandeglang, kemudian tahun 2000 memisahkan diri menjadi SMU Negeri

1 Saketi, dikernakan adanya pemekaran wilayah kecamatan, maka SMUN

1 Saketi berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Cisata dan kemudian

berubah menjadi SMA Negeri 10 Pandeglang.

Jumlah rombel SMAN 10 Pandeglanng Tahun pelajaran

2019/2020, berjumlah 25 rombel yang terdiri dari kelas X.11 rombel, yang

terdiri dari IPA 5 kelas, IPS 6 kelas. Jumlah kelas XI 8 rombel yang terdiri

dari IPA 4 kelas, IPS 4 kelas . Jumlah kelas XII. 6 rombel, yang terdiri

dari IPA 3 kelas dan IPS 3 kelas.

Jumlah tenaga pengajar dan pegawai sebanyak 53, terdiri dari 43

guru dan 6 orang tenaga Staf TU dan pesuruh sekolah berjumlah 4 orang.

Sarana dan prasarana cukup memadai. Ruangan belajar berjumlah 16

ruangan belajar, mushola, ruangan pertemuan, perpustakaan, laboratorium

IPA/IPS, lapangan olah raga, ruangan BP, OSIS, Pramuka, PMR,

kesenian, komputer dan kantin.

2. Keadaan Awlal Subjek Penelitian


30

Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas X IPS 5 yang

menjadi pertimbangan dilakukannya tindakan kelas antara lain :

1. Tingkat atau prosentase pencapaian KKM masih rendah hanya 56%

2. Rendahnya keaktifan belajar siswa dan partisipasi siswa dalam

pembelajaran masih rendah

3. Pencapaian nilai pendidikan kewarganegarrn secara individual dan

nilai rata-rata hasil belajar siswa masih rendah.

Sebagai gambaran, belum maksimalnya pencapaian keaktifan

belajar siswa dan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran pendidikan

kewargangaraan siswa kelas X IPS berjumlah 30 siswa, nilai rata-rata

sebesar 62,78 < KKM 70,0 persen sedangkan ketuntasan belajar hanya 56,

10% dan pencapaian nilai tertinggi sebesar 65. Gambaran keaktifan belajar

siswa dan Hasil nilai belajar siswa sebelum tindakan, hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 1
Lembar Pengamatan Siswa Pratindak Keaktifan Belajar
Siswa Kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang

No Aspek Yang di amati 1-12 13-22 23-31 32-40 Ket


Siswa Siswa Siswa Siswa

1. Kesiapan memulai V V V V
pelajaran (Emotional).
2. Kemampuan mengingat V V
materi yang telah
disampaikan (Mental).
3. Kemampuan V V V
mengemukakan keterangan
(Oral).
4. Kemampuan
mendengarkan penjelasan
guru (Listening).
5 Kemampuan membuat V V V
31

keputusan (Mental).
6 Kemampuan membaca V
modul dan catatan (Visual).
7 Kemampuan dalam V V V
mengajukan pertanyaan
(Oral).
8 Keaktifan dalam diskusi V V V
(Oral).
9 Kemampuan V V
mendengarkan hasil diskusi
(Listening).
10 Keaktifan mengemukakan V V V
pendapat dalam diskusi
(Oral).
11 Kemampuan menjawab V V
pertanyaan (Oral).
12 Kemampuan V V
mendemonstrasikan
keterampilan (Visual).
13 Siswa mengikuti prosedur V
pembelajaran (Motor).
14 Kemampuan dalam V
mengamati (Visual).
15 Kemampuan menulis V
catatan (Writing).
16 Kemampuan mengisi V
lembar kerja siswa
(Writing).
17 Kemampuan merenungkan V V V
permasalahan (Mental).
18 Kemampuan memberikan V V
saran yang membangun
(Oral).
19 Kemampuan membedakan V
waktu untuk serius dan
waktu untuk santai
(Emotional).
20 Kemampuan mengerjakan
soal (Writing).
21 Kemampuan merangkum
materi (Drawing).
22 Keberanian menanyakan V
hal yang belum dipahami
(Emotional).
23 Kemampuan bercerita V
tentang pengalaman yang
diperoleh dari
pembelajaran (Writing).
24 Kemampuan memahami V
tujuan pembelajaran
(Emotional).
25 Kemampuan bersikap
tenang dan kooperatif
(Emotional).
32

JUMLAH TOTAL 17 11 7 5 40

Persentase skor yang diperoleh menunjukkan aktivitas belajar

siswa sebelum adanya tindakan adalah 36%. Skor ini termasuk dalam

kategori sangat rendah dan hasil pre-test yang dilakukan pada akhir

pembelajaran dikelas X IPS 5 sebelum tindakan kelas adalah sebagai

berikut:

Tabel 2 Daftar Nilai Pendidikan PAI Kelas X IPS 5


SMAN 10 Pandeglang Sebelum Tindakan

No. Nama Responden Jenis Nilai Ket


Kelamin
1 Adin Kurniawan L 40 TL
2 Agit Bahtiar L 30 TL
3 Ari Nugraha L 50 TL
4 Aripin Junaedi P 35 TL
5 Asep Supriatna L 45 TL
6 Ayu Listi Fadilah P 65 L
7 Dede Syahroni P 65 L
8 Dila Adesetiana L 50 TL
9 Dinda Tiwi L 40 TL
10 Elpa Wulandari L 30 TL
11 Elsa Elysiazzandra L 35 TL
12 Epul Rohmani P 40 TL
13 Heni Fathaeni L 50 TL
14 Herna Nurlaela L 50 TL
15 Indah Ayuni P 65 L
16 Indra Irawan P 45 TL
17 Irgi Febriani P 45 TL
18 Listadi Setiawati P 50 TL
19 M.Azis Setiadi L 40 TL
20 M.Fauzan Atullah L 65 L
21 M.Guntur L 40 TL
22 Moh Robi P 35 TL
23 Moh Tb.Fardiansyah L 40 TL
24 Muhamad Rizky P 60 TL
25 M.Yusuf Bahtiar P 68 TL
26 M.Farhan Thoriq L 65 L
27 Nani Kusnaeni L 50 TL
28 Nuraeni L 45 TL
33

29 Nuraida P 60 TL
30 Opick Andrian L 58 TL
31 Ramdani Hidayah L 30 TL
32 Rifki Hermawan L 65 L
33 Rohiyanto L 40 TL
34 Siti Muplihah P 60 TL
35 Suhardi L 35 TL
36 Syahrul Akbar L 30 TL
37 Tharisya Eka Aulia P 70 L
38 Tinah Amelia P 68 L
39 Tini Suhartini P 70 L
40 Yulianti P 70 L
Nilai Tertingggi 70
Nilai Terendah 30
Niali Rata-Rata 49,975

Dari tabel 1 di atas bahwa nilai Pendidikan Agama Islam kelas X

IPS 5 SMAN 10 Pandeglang dengan jumlah 40 siswa, sebelum melakukan

kegiatan tindakan kelas, nilai tertinggi 70 dan terendah 30, dengan nilai

rata-rata 49,975. Sedangkan peserta didik dapat di katakan mencapai

ketuntaasan belajar apabila peserta didik sudah mencapai nilai 65, maka

untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar peserta didik, peneliti

mengadakan tindakan kelas siklus I dengan menggunakan pembelajaran

melalui model pembelajaran quiz team.

3. Prosedure Sebelum Tindakan Kelas

Guna memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan,

prosedur penelitian sebelum tindakan kelas yang akan dilaksanakan

meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahapan persiapan Tindakan


Pada tahap persiapan tindakan, peneliti melakukan beberapa

persiapan yang meliputi (a) penyusunan jadwal penelitian tindakan


34

siklus 1 dan siklus II, (b), Menyiapkan silabus dan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan metode/model

pembelajaran dan langkah-langkah metode/model pembelajaran (c)

menyiapkan buku sumber belajar (d) membuat intrument pembelajaran

b. Tahapan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus, yaitu siklus I, siklus

II, dan Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap

analisis dan refleksi.

c. Tahapan Implementasi Tindaka

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan yakni

untuk meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas peserta didik kelas X

IPS 5 di SMAN 10 Pandeglang dengan menggunakan metode ceramah

sebelum tindakan dan menggunakan pembelajaran motode

pembelajaran quiz team .Tindakan dilaksanakan sebanyak 2 siklus,

yaitu siklus I, siklus

B. Penelitian Tindakan Siklus 1

Siklus I dilaksanakan dalam 1 pertemuan, tiap pertemuan terdiri dari 3 jam

pelajaran, tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Ada 4 tahap dalam

penelitian siklus I yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

1. Tahap Perencanaan Siklus 1


35

Langkah awal dalam tahapan perencanaan siklus 1, diantarannya

yaitu: (a) guru memberikan motivasi belajar terhadap peserta didik, guru

merancang metode/model pembelajaran yang akan digunakan, guru

mempersiapkan materi pembelajaran, menyiapkan intrument penilaian

sebagai alat evaluasi pembelajarn, angket untuk mengetahui sejauhmana

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan, guru melengkapi

sumber pembelajaran (buku paket/LKS) sebagai penuntun siswa dalam

memudahkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Kemudian guru

sebagai motivator dan fasilitator memberikan dorongan dan bimbingan

dalam proses KBM, agar sisswa dapat melaksanakan pembelajaran dengan

mengikuti langkah-langkah yang telah disampaiaan guru sebelumnya.

2. Tahap Pelaksanaan Siklus 1

Pelaksanaan kegiatan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari

Selasa pada Minggu keempat tanggal 26 Februari 2019 pukul 07.00–08.30

WIB. dengan waktu 3 X 45 menit Sedangkan Penelitian siklus II

dilaksanakan Minggu pertama tanggal 5 bulan Maret 2019. pukul 07.00 –

08.30 WIB.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan 3 (tiga) langkah

kegiatan yaitu : kegiatan pendahuluan/awal, kegiatan inti dan kegitan

akhir/penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan/awal

 Guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam dan


menyapa keadaan peserta didik.
 Guru membuka kegitan pembelajaran dengan membaca basmalah
dan kemudiann menyuruh peserta didik untuk memimpin do’a
36

 Guru mengecek lingkunan kebersihan ruangan kelas dan


mengabsen kehadiran peserta didik.
 Guru memberikan motivasi belajar, kedisiplinan, dan memberikan
apersepsi terhadap peserta didik.
 Guru menyampakan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan
materi pembelajaran dan menginformasikan metode/model
pembelajaran yang akan digunakan selama kegiatan pembelajaran
secara singkat terhadap peserta didik.

2. Kegiatan Inti

Sebelum kegiatan inti dilaksanakan, peneliti sebelumnya

menjelaskan kembali penggunaan dan langkah-langkah metode/model

pembelajaran yang akan digunakan. Langkah-langkah tersebut sebagai

berikut :

1. Guru memilih topik yang dapat dipresentasikan dalam beberapa


bagian.
2. Siswa membentuk tim belajar dan masing-masing tim akan
mendapatkan tugas untuk membahas satu bagian dari topik yang telah
ditentukan.
3. Guru menjelaskan aturan main dan prosedur quiz team.
4. Guru menyajikan topik bahasan secara sekilas.
5. Diskusi dimulai dan tim pertama akan menyiapkan kuis jawaban
singkat tentang topik yang dibahas, sementara tim lainakan
menyiapkan diri dan memeriksa catatan mereka.
6. Kuis dimulai dengan tim pertama sebagai pemimpin kuis, tim pertama
memberikan pertanyaan kepada tim kedua. Jika tim tersebut tidak
dapat menjawab, tim ketiga dan seterusnya diberi kesempatan untuk
segera menjawab.
7. Tim pertama melanjutkan kuis dengan memberikan ke pertanyaan
selanjutnya kepada tim kedua laluulangi prosesnya secara bergantian.
8. Ketika kuis selesai, lanjutkan ke bagian kedua kuis dan tunjuklah tim
kedua sebagai pemimpin kuis, ulangi proses kuis seperti pada kuis
bagian pertama.
9. Begitu seterusnya hingga semua tim mendapat giliran.

3. Kegiatan Akhir/Penutup
37

Setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran quiz team, kemudian langkah berikutnya yaitu :

 Guru memberikan uji kompetensi materi yang telah peserta


didik pelajari melalui kegiatan pembelajaran
 Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi dan membahas
hasil uji kompetensi
 Guru memberikan kesempatan waktu kepada peserta didik
untuk bertanya
 Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran, dengan memberikan
tugas pekerjaan rumah dan memberikan informasi materi
untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.

Hasil pengamatan pada siklus I keaktifan belajar siswa pada


pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 3 sebagai. berikut:

Tabel 3
Lembar Pengamatan Siswa Siklus 1 Keaktifan Belajar
Siswa Kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang

No Aspek yang di amati 1-12 13-22 23-31 32-40


Siswa Siswa Siswa Siswa
1. Kesiapan memulai V
pelajaran (Emotional).
2. Kemampuan mengingat V
materi yang telah
disampaikan (Mental).
3. Kemampuan V
mengemukakan
keterangan (Oral).
4. Kemampuan V
mendengarkan penjelasan
guru (Listening).
5. Kemampuan membuat V
keputusan (Mental).
6. Kemampuan membaca V
modul dan catatan
(Visual).
7. Kemampuan dalam V
mengajukan pertanyaan
(Oral).
8. Keaktifan dalam diskusi V
(Oral).
9. Kemampuan V
mendengarkan hasil
diskusi (Listening).
38

10. Keaktifan mengemukakan V


pendapat dalam diskusi
(Oral).
11. Kemampuan menjawab V
pertanyaan (Oral).
12. Kemampuan V
mendemonstrasikan
keterampilan (Visual).
13. Siswa mengikuti prosedur V
pembelajaran (Motor).
14. Kemampuan dalam V
mengamati (Visual).
15. Kemampuan menulis V
catatan (Writing).
16. Kemampuan mengisi V
lembar kerja siswa
(Writing).
17. Kemampuan merenungkan V
permasalahan (Mental).
18. Kemampuan memberikan V
saran yang membangun
(Oral).
19. Kemampuan membedakan V
waktu untuk serius dan
waktu untuk santai
(Emotional).
20. Kemampuan mengerjakan V
soal (Writing).
21. Kemampuan merangkum V
materi (Drawing).
22. Keberanian menanyakan V
hal yang belum dipahami
(Emotional).
23 Kemampuan bercerita V
tentang pengalaman yang
diperoleh dari
pembelajaran (Writing).
24. Kemampuan memahami V
tujuan pembelajaran
(Emotional).
25. Kemampuan bersikap V
tenang dan kooperatif
(Emotional).
JUMLAH TOTAL 0 16 13 0

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahhwa aktivitas belajar siswa

terdapat peningkatan setelah adanya penerapan metode quiz team yang

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran siklus I dan peningkatan hasil

belajar siswa pada siklus 1 dapat di lihat pada tabel 4 sebgai berikut :
39

Tabel 4 Nilai Hasil Uji Kompetensi Siklus I


Kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang

No Nama Responden Jenis Nilai Ket


Kelamin
1 Adin Kurniawan L 65 Lulus
2 Agit Bahtiar L 65 Lulus
3 Ari Nugraha L 60 Tidak Lulus
4 Aripin Junaedi P 68 Lulus
5 Asep Supriatna L 40 Tidak Lulus
6 Ayu Listi Fadilah P 70 Lulus
7 Dede Syahroni P 75 Lulus
8 Dila Adesetiana L 70 Lulus
9 Dinda Tiwi L 68 Lulus
10 Elpa Wulandari L 68 Lulus
11 Elsa Elysiazzandra L 70 Lulus
12 Epul Rohmani P 65 Lulus
13 Heni Fathaeni L 68 Lulus
14 Herna Nurlaela L 70 Lulus
15 Indah Ayuni P 70 Lulus
16 Indra Irawan P 65 Lulus
17 Irgi Febriani P 45 Tidak Lulus
18 Listadi Setiawati P 65 Tidak Lulus
19 M.Azis Setiadi L 45 Tidak Lulus
20 M.Fauzan Atullah L 70 Lulus
21 M.Guntur L 40 Tidak Lulus
22 Moh Robi P 45 Tidak Lulus
23 Moh Tb.Fardiansyah L 40 Tidak Lulus
24 Muhamad Rizky L 65 Lulus
25 M.Yusuf Bahtiar P 75 Lulus
26 M.Farhan Thoriq L 65 Lulus
27 Nani Kusnaeni L 50 Lulus
28 Nuraeni P 45 Tidak Lulus
29 Nuraida P 60 Lulus
30 Opick Andrian L 58 Lulus
31 Ramdani Hidayah L 40 Tidak Lulus
32 Rifki Hermawan L 65 Lulus
33 Rohiyanto L 40 Tidak Lulus
34 Siti Muplihah P 68 Lulus
35 Suhardi L 45 Tidak Lulus
36 Syahrul Akbar L 40 Tidak Lulus
37 Tharisya Eka Aulia P 80 Lulus
38 Tinah Amelia P 75 Lulus
39 Tini Suhartini P 80 Lulus
40 Yulianti P 80 Lulus
40

Nilai Tertinggi 80 80
Nilai Terendah 40 40
Nilai Rata-Rata 60,95

Dari tabel 4 di atas bahwa nilai Pendidikan Agama Islam kelas X

IPS 5 SMAN 10 Pandeglang dengan jumlah 40 siswa, setelah melakukan

kegiatan tindakan kelas, dengan menggunakan model pembelajaran Team

Quiz nilai tertinggi 80 dan terendah 40, dengan nilai rata-rata 60,95.

Sedangkan peserta didik dapat di katakan mencapai ketuntaasan belajar

apabila peserta didik sudah mencapai nilai 65.

Maka untuk mengetahui adanya peningkatan kembali hasil belajar

peserta didik, peneliti mengadakan tindakan kelas siklus tahap ke.II

dengan menggunakan model pembelajaran Team Quiz.

4. Tahap Pengamatan/Observasi Siklus 1

Kegiatan pengamatan ini selain oleh mengamat, juga dilakukan

oleh guru pengajar. Hasil pengamatan digunakan sebagai bahan informasi

dan acuan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus

berikutnya.

Berdasarkan pengamatan penerapan metode pembelajaran quiz

team, ternyata siswa dalam proses pembelajaran masih kurang optimal, ini

ditandai dengan tidak seluruh siswa dapat menyimak dan memperhatikan

paparan yang di sampaikan oleh guru. Sehingga terlihat oleh peneliti, dan

pengamat menyatakan bahwa kelas sedikit gaduh, mengerjakan tugas lain,

mengobrol dengan teman tentang hal lain. Pada saat diskusi, masih banyak

siswa yang bersikap malu-malu, merasa takut salah dalam menjawab


41

pertanyaan guru, merasa takut untuk masu kedepan kelas mengemukakan

pendapat/jawabannya, dan lain-lain.

Pada table 3, terlihat bahwa menurunya aktivitas siswa yang

kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Dengan kata

lain, terdapat peningkatan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Keadaan pengamatan tersebut ditandai dengan perhatian yang lebih

baik dalam menyimak pemaparan yang disampaikan oleh guru. Siswa

dapat menyelesaikan LKS, siswa bersemangat dalam diskusi, serta

berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Diketahui, rata-rata

sebanyak 2 orang atau sebesar 7.69% dari jumlah siswa sebanyak 29

siswa. Sedangkan, pada siklus 1 sebesar 22%.

5. Tahap Refleksi Siklus 1

Berdasarkan hasil pengamatan pada Siklus I, penggunaan metode

pembelajaran quiz team masih kurang optimal, belum maksimal

melibatkan siswa secara aktif. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang

kurang disiplin, kurang termotivasi dan masih belum berani

mengemukakan pendapatnya. Diantara siswa masih belum serius

menyimak paparan yang dilakukan guru. Hal ini terlihat juga mereka

masih takut/enggan untuk bertanya.

Pada saat kerja kelompok atau mengerjakan LKS yang diberikan

masih belum memahami langkah-langkah pengerjaannya. Hal ini terlihat

dari sikap siswa yang kurang semangat untuk mencari jawaban atau

bertanya dengan teman lain dalam kelompoknya.


42

Sedangkan dari sisi guru, berdasarkan observasi dan catatan

penamat masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, misalnyat, kurang

melakukan pembimbingan kepada siswa secara baik , dan lain-lain.

Berdasarkan hal-hal yang telah ditemukan berdasarkan catatan

pengamat, dalam hal ini guru perlu mencari solusi atau perbaikan-

perbaikan yang diperlukan untuk siklus berikutnya.

Berdasarkan hal-hal yang telah ditemukan berdasarkan catatan

pengamat, dalam hal ini guru perlu mencari solusi atau perbaikan-

perbaikan yang diperlukan untuk siklus berikutnya.

Pada tahap refleksi Siklus I ini, peneliti mengadakan evaluasi. Hasil

observasi dan wawancara tentang kelebihan dan kekurangan dari

penerapan model pembelajaran quiz team . Adapun kelebihan tersebut

pada siklus I sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran dapat membangkitkan semangat atau motivasi

belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, walau masih terdapat

beberapa siswa yang melakukan aktivtas yang tidak revean dengan

proses pembelajaran.

2. Melalui sumber belajar yang lengkap, juga dapat membantu

memudahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal, sekaligus membantu

siswa memudahkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

berkenaan dengan konsep sisem politik dalam bentuk soal-soal esay.

Sedangkan, kekurangan atau kelemahan yang ada dalam pelaksanaan


43

metode pembelajaran quiz team dengan ini perlu diupayakan perbaikan

pada siklus berikutnya, antara lain:

1. Belum optimalnya keaktifan belajar siswa dalam kegiatan

pembelajran.

2. Belum optimalnya nilai hasil belajar siswa mata pelajaram

pendidikan kewarganegaraan

Berdasarkan tindakan kelas dengan metode pembelajaran quiz

team dan hasil refleksi pada Siklus I, maka perlu dilanjutkan Siklus II.

C. Penelitian Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil tindakan dan refleksi pada siklus 1, maka perlunya

tindakan kelas siklus II dengan tahapan-tahapan tindakan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Siklus II

Pada perencanaan siklus ll ini tahapannya sama halnya dengan

perencanaan siklus l. guru memperbaiki hal-hal yang belum optimal yang

terdapat pada siklus l. agar terdapat heterogenitas siswa dalam kelompok

maka pada siklus ll ini dilakukan pembentukan kelompok baru.

Pada siklus ll tersebut, siswa sudah memiliki pengalaman

(kemampuan) untuk memainkan perananya dalam kelompok yang dibuat.

Guru merencanakan pada pembelajaran siklus ll ini dengan menekankan

slide, pemberian peluang bertanya yang cukup kepada siswa secara acak,

memberikan petunjuk atau bimbingan dalam diskusi yang lebih rinci dan

jelas sehingga mudah dipahami oleh siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Siklus II


44

Pelaksanaan kegiatan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari

Sabtu pada Minggu pertama tanggal 5 Maret 2019 pukul 07.00–08.30

WIB. dengan waktu 3 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan pada siklus ll ini,

guru berusaha untuk memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dalam

proses pembelajaran. untuk membangkitkan keingintahuan siswa, guru

memberikan motivasi dalam bentuk pertanyaan, misalnya :

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan 3 (tiga) langkah

kegiatan yaitu : kegiatan pendahuluan/awal, kegiatan inti dan kegiatan

akhir/penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan/awal

 Guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam dan


menyapa keadaan peserta didik.
 Guru membuka kegitan pembelajaran dengan membaca basmalah
dan kemudian menyuruh peserta didik untuk memimpin do’a
 Guru mengecek lingkungan kebersihan ruangan kelas dan
mengabsen kehadiran peserta didik.
 Guru memberikan motivasi belajar, kedisiplinan, dan memberikan
apersepsi terhadap peserta didik.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan
materi pembelajaran dan menginformasikan metode/model
pembelajaran yang akan digunakan selama kegiatan pembelajaran
secara singkat terhadap peserta didik.

2. Kegiatan Inti

Sebelum kegiatan inti dilaksanakan, peneliti sebelumnya

menjelaskan kembali penggunaan dan langkah-langkah metode/model

pembelajaran yang akan digunakan. Langkah-langkah tersebut sebagai

berikut :
45

1. Guru memilih topik yang dapat dipresentasikan dalam beberapa


bagian.
2. Siswa membentuk tim belajar dan masing-masing tim akan
mendapatkan tugas untuk membahas satu bagian dari topik yang telah
ditentukan.
3. Guru menjelaskan aturan main dan prosedur quiz team.
4. Guru menyajikan topik bahasan secara sekilas.
5. Diskusi dimulai dan tim pertama akan menyiapkan kuis jawaban
singkat tentang topik yang dibahas, sementara tim lainakan
menyiapkan diri dan memeriksa catatan mereka.
6. Kuis dimulai dengan tim pertama sebagai pemimpin kuis, tim pertama
memberikan pertanyaan kepada tim kedua. Jika tim tersebut tidak
dapat menjawab, tim ketiga dan seterusnya diberi kesempatan untuk
segera menjawab.
7. Tim pertama melanjutkan kuis dengan memberikan ke pertanyaan
selanjutnya kepada tim kedua laluulangi prosesnya secara bergantian.
8. Ketika kuis selesai, lanjutkan ke bagian kedua kuis dan tunjuklah tim
kedua sebagai pemimpin kuis, ulangi proses kuis seperti pada kuis
bagian pertama.
9. Begitu seterusnya hingga semua tim mendapat giliran.

3. Kegiatan Akhir/Penutup

Setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran diskusi melalui model pembelajaran quiz

team, kemudian langkah berikutnya yaitu :

 Guru memberikan uji kompetensi materi yang telah peserta


didik pelajari melalui kegiatan pembelajaran
 Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi dan membahas
hasil uji kompetensi
 Guru memberikan kesempatan waktu kepada peserta didik
untuk bertanya
 Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran, dengan memberikan
tugas pekerjaan rumah dan memberikan informasi materi
untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.
Hasil pengamatan pada siklus 2 keaktifan belajar siswa pada

pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 5 sebagai. berikut


46

Tabel 5
Lembar Pengamatan Siswa Siklus 2 Keaktifan Belajar
Siswa Kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang

No Aspek yang di amati 1-12 13-22 23-31 32-40


. Siswa Siswa Siswa Siswa
1. Kesiapan memulai pelajaran V
(Emotional).
2. Kemampuan mengingat materi V
yang telah disampaikan
(Mental).
3. Kemampuan mengemukakan V
keterangan (Oral).
4. Kemampuan mendengarkan V
penjelasan guru (Listening).
5. Kemampuan membuat V
keputusan (Mental).
6. Kemampuan membaca modul V
dan catatan (Visual).
7. Kemampuan dalam mengajukan V
pertanyaan (Oral).
8. Keaktifan dalam diskusi (Oral). V
9. Kemampuan mendengarkan V
hasil diskusi (Listening).
10. Keaktifan mengemukakan V
pendapat dalam diskusi (Oral).
11. Kemampuan menjawab V
pertanyaan (Oral).
12. Kemampuan mendemonstrasikan V
keterampilan (Visual).
13. Siswa mengikuti prosedur V
pembelajaran (Motor).
14. Kemampuan dalam mengamati V
(Visual).
15. Kemampuan menulis catatan V
(Writing).
16. Kemampuan mengisi lembar V
kerja siswa (Writing).
17. Kemampuan merenungkan V
permasalahan (Mental).
18. Kemampuan memberikan saran V
yang membangun (Oral).
19. Kemampuan membedakan V
waktu untuk serius dan waktu
untuk santai (Emotional).
20. Kemampuan mengerjakan soal V
(Writing).
21. Kemampuan merangkum materi V
(Drawing).
22. Keberanian menanyakan hal V
yang belum dipahami
47

(Emotional).
23 Kemampuan bercerita tentang V
pengalaman yang diperoleh dari
pembelajaran (Writing).
24. Kemampuan memahami tujuan V
pembelajaran (Emotional).
25. Kemampuan bersikap tenang dan V
kooperatif (Emotional).
JUMLAH TOTAL 0 2 11 12

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahhwa aktivitas belajar siswa

terdapat peningkatan setelah adanya penerapan metode quiz team yang

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran siklus 2 dan peningkatan hasil

belajar siswa pada siklus 2 dapat di lihat pada tabel 6 sebgai berikut

Tabel 6 Nilai Hasil Uji Kompetensi Siklus II


Kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang

No Nama Responden Jenis Nilai Ket
Kelamin
1 L 68 Lulus
Adin Kurniawan
2 L 68 Lulus
Agit Bahtiar
3 L 65 Lulus
Ari Nugraha
4 P 70 Lulus
Aripin Junaedi
5 L 70 Lulus
Asep Supriatna
6 P 80 Lulus
Ayu Listi Fadilah
7 P 65 Lulus
Dede Syahroni
8 L 50 Tidak Lulus
Dila Adesetiana
9 L 60 Tidak Lulus
Dinda Tiwi
10 L 70 Lulus
Elpa Wulandari
48

11 L 70 Lulus
Elsa Elysiazzandra
12 P 68 Lulus
Epul Rohmani
13 L 70 Lulus
Heni Fathaeni
14 L 80 Lulus
Herna Nurlaela
15 P 75 Lulus
Indah Ayuni
16 P 65 Lulus
Indra Irawan
17 P 55 Tidak Lulus
Irgi Febriani
18 P 78 Lulus
Listadi Setiawati
19 L 40 Tidak Lulus
M.Azis Setiadi
20 L 78 Lulus
M.Fauzan Atullah
21 L 65 Lulus
M.Guntur
22 P 68 Lulus
Moh Robi
23 L 70 Lulus
Moh Tb.Fardiansyah
24 P 75 Lulus
Muhamad Rizky
25 P 85 Lulus
M.Yusuf Bahtiar
26 L 68 Lulus
M.Farhan Thoriq
27 L 78 Lulus
Nani Kusnaeni
28 Nuraeni L Lulus
70

29 Nuraida P 80 Lulus

30 Opick Andrian L Tidak Lulus


50

31 Ramdani Hidayah L 40 Tidak Lulus


32 Rifki Hermawan L 75 Lulus
33 Rohiyanto L 70 Lulus
34 Siti Muplihah P 80 Lulus
49

35 Suhardi L 68 Lulus
36 Syahrul Akbar L 65 Lulus
37 Tharisya Eka Aulia P 85 Lulus
38 Tinah Amelia P 75 Lulus
39 Tini Suhartini P 85 Lulus
40 Yulianti P 80 Lulus
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 40
Nilai Rata-Rata 69,425

Dari tabel 6 di atas bahwa nilai Pendidikan Agama Islam kelas X

IPS 5 SMAN 10 Pandeglang dengan jumlah 40 siswa, setelah melakukan

kegiatan tindakan kelas Siklus II, dengan menggunakan model

pembelajaran Team Quiz nilai tertinggi 85 dan terendah 40, dengan nilai

rata-rata 69,425

3. Tahap Pengamatan/Observasi Siklus II

Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II, kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran quiz team ternyata

mampu merubah pola belajar siswa.

4. Tahap Refleksi Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus ll ini, berdasarkan catatan

observasi dari pengamat secara umum ditanyakan sudah sesuai dengan

perbaikan-perbaikan yang diperlukan hasil refleksi pada siklus l. sehingga,

dengan dilaksanakannya model pembelajaran diskusi Quiz Team

khususnya pada siklus ll, peneliti melihat adanya perubahan pada siswa.

Melalui metode tersebut, terlihat oleh pengamat dan penulis/guru bahwa

siswa berani bertanya, termotivasi dalam belajar, mau mengerjakan


50

tugas/PR yang diberikan oleh guru, dan siswa menjadi antusias pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

Selain dengan mengadakan pengamatan di kelas yang dilakukan

pengamat, guru juga mencari informasi lain. Data tersebut didapatkan

melalui bertanya (wawancara) dengan beberapa siswa sebagai informasi

tambahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan

siswa dalam belajar bahasa Indonesia khususnya pada materi pembelajaran

Hubungan Internasional yang disampaikan dengan metode pembelajaran

quiz team.

Berdasarkan awal hasil Tanya jawab dengan beberapa orang siswa

tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa metode tersebut ternyata

dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar. Perilaku tersebut

timbul karena siswa merasa senang pembelajaran PAI dengan

menggunakan metode pembelajaran quiz team.

Dari hasil kegiatan tahap pelaksanaan sebelum tindakan dan

sesudah pelaksanaan siklus 1 dan siklus II, dari hasil pengamatan peneliti

dan observer, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa, kegiatan

pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

metode pembelajaran quiz team dapat meningkatkan hasil belajar dan

keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari tabel 9 rekapitulasi hasil

belajar siswa.

Tabel 8
Rekapitulasi Hasil belajar siswa
Siswa Kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang
51

No. Nilai
Nama Responden Sebelum Sesudah Sesudah
Tindakan Tindakan Tindakan
Siklus I Siklus II
01 40 65 68
Adin Kurniawan
02 30 65 68
Agit Bahtiar
03 50 60 65
Ari Nugraha
04 35 68 70
Aripin Junaedi
05 45 40 70
Asep Supriatna
06 65 70 80
Ayu Listi Fadilah
07 65 75 65
Dede Syahroni
08 50 70 50
Dila Adesetiana
09 40 68 60
Dinda Tiwi
10 30 68 70
Elpa Wulandari
11 35 70 70
Elsa Elysiazzandra
12 40 65 68
Epul Rohmani
13 50 68 70
Heni Fathaeni
14 50 70 80
Herna Nurlaela
15 65 70 75
Indah Ayuni
16 45 65 65
Indra Irawan
17 45 45 55
Irgi Febriani
18 50 65 78
Listadi Setiawati
19 40 45 40
M.Azis Setiadi
20 M.Fauzan Atullah 65 70 78
52

21 40 40 65
M.Guntur
22 35 45 68
Moh Robi
23 40 40 70
Moh Tb.Fardiansyah
24 60 65 75
Muhamad Rizky
25 68 75 85
M.Yusuf Bahtiar
26 65 65 68
M.Farhan Thoriq
27 50 50 78
Nani Kusnaeni
28 Nuraeni 45 45 70

29 Nuraida 60 60 80

30 Opick Andrian 58 58 50

31 Ramdani Hidayah 30 40 40
32 Rifki Hermawan 65 65 75
33 Rohiyanto 40 40 70
34 Siti Muplihah 60 68 80
35 Suhardi 35 45 68
36 Syahrul Akbar 30 40 65
37 Tharisya Eka Aulia 70 80 85
38 Tinah Amelia 68 75 75
39 Tini Suhartini 75 80 85
40 Yulianti 70 80 80
Nilai Tertinggi 70 80 85
Nilai Terendah 30 40 40
Jumlah 1.999 2.438 2.777
Rata-Rata 49,975 60,95 69,42

Dari keterangan tabel rekapitulasi Hasil belajar siswa kelas X IPS 5

di atas, sebelum melaksankan tindakan kelas dengan menggunakan metode

ceramah, bahwa nilai hasil belajar siswa masih belum mencapai

ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 49,975 setelah melaksankan


53

tindakan kelas pada siklus I, dan siklus II dengan menggunakan metode

pembelajaran quiz team nilai hasil belajar terlihat adanya peningkatan

yaitu, siklus I nilai rata-rata mencapai 60,95 dan siklus II mencapai 69,42.

Selaian tersebut hasil pengamatan peneliti dan observer bahwa sikap

belajar selama kegitan proses pembelajaran setelah menggunakan metode

pembelajaran quiz team terlihat adanya perubahan ke arah positif. Hal ini

menunjukan bahwa, metode pembelajaran quiz team sangat tepat untuk

digunakan dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran

Pendidikan Agama Islalam.

D. Pembahasan Tindakan Kelas.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, hasil yang

diperoleh berasal dari pengamatan dan analisis deskriptif setelah penerapan

metode quiz team yang dilanjutkan dengan refleksi dan evaluasi siswa pada akhir

siklus. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah penerapan metode quiz

team pada pembelajaran dengan kompetensi dasar hubungan Internasional dan

Organisasi Interasional siswa kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang Tahun Ajaran

2019/2020.

Aktivitas belajar siswa pratindakan sangat rendah, hanya visual activities,

emotionalactivities, writing activities, drawing activities, dan motor activities

yang nampak pada sebagian siswa. Sedangkan oral activities, listening activities

dan mentalactivities hanya nampak pada beberapa siswa. Sebagian siswa

mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan guru, menulis catatan, dan

mengerjakan tugas. Aktivitas seperti diskusi, demonstrasi, pengamatan,


54

pemecahan masalah, dan pemberian saran belum nampak. Hanya beberapa siswa

yang benar-benar memahami materi yang guru sampaikan.

Penerapan metode quiz team pada siklus I pertemuan pertama terlihat

Oral activities, listening activities, dan mental activities mulai berkembang.

Aktivitas diskusi, demonstrasi, pengamatan, pemecahan masalah, dan pemberian

saran mulai nampak. Namun untuk aktivitas yang lebih kompleks seperti

mengingat, mengemukakan keterangan, mengambil keputusan,

mendemontrasikan keterampilan, memberi saran, meminta bantuan, dan

menceritakan pengalaman, siswa masih canggung dan perlu waktu untuk

beradaptasi. Walaupun kesulitan mengikuti alur metode quiz teamdengan

sempurna namun siswa cukup antusias dalam pembelajaran. Siklus I pertemuan

kedua siswa sudah mulai terbiasa melakukan berbagai aktivitas dan mengikuti

alur pembelajaran. Sebagian siswa menunjukkan daya ingat dan pemahaman

materi yang baik. Sedangkan untuk mengambil keputusan, memberi saran,

meminta bantuan, dan menceritakan pengalaman masih perlu ditingkatkan lagi.

Selanjutnya pada siklus II pertemuan pertama terlihat secara

keseluruhan siswa sudah beradaptasi dengan cukup baik dan dapat melakukan

berbagai aktivitas yang kompleks. Sebagian siswa mulai lebih berani dalam

mengambil keputusan, memberi saran, meminta bantuan walaupun siswa

belum cukup terbuka dan percaya diri untuk berceritatentang pengalamannya.

Pada siklus II pertemuan kedua. Siswa berhasil melakukan berbagai aktivitas

untuk mengembangkan keterampilannya sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Beragam aktivitas yang meningkat selama penerapan metode quiz

team pada siklus I maupun II seperti mengingat, memberi dan mendengarkan


55

keterangan, mengamati, mencari informasi, demonstrasi, mengikuti prosedur,

mencari solusi, menempatkan diri, serta bersikap tenang dan kooperatif,

memberikan saran, dan meminta bantuan perlu terus dikembangkan.

Hasil evaluasi siswa pada pembelajaran dengan kompetensi dasar Al-

Qur’an dan Hadist adalah pedoman hidupku siswa kelas X IPS 5 SMAN 10

Pandeglang menjadi lebih baik sesudah penerapan metode quiz team.

Mayoritas siswa telah memahami materi dengan baik dan lebih siap dalam

menghadapi evaluasi. Metode quiz team dipilih karena memiliki keunggulan

yaitu dapat langsung diterapkan dalam pembelajaran tanpa perlu persiapan

khusus baik dari guru maupun siswa. Metode ini berbentuk kuis sehingga

siswa senang dan tertarik untuk berkompetisi sekaligus efektif melatih

keteramplan siswa. Kelompok-kelompok belajar yang dibentuk memudahkan

guru dalam mengelola kelas selama proses pembelajaran.

Adapun keterbatasan yang ditemui peneliti selama penerapan metode

quiz team antara lain, karena fokus pembelajaran cenderung pada kegiatan

berkelompok maka siswa menjadi tergantung pada kelompoknya. Diperlukan

referensi materi yang banyak karena tahapan metode ini berulang-ulang. Guru

harus disiplin dalam menjaga suasana kelas agar tidak menganggu

pembelajaran di kelas lain. Prosedur kuis cukup menyita waktu sehingga

dalam penyampaian materi guru hendaknya lebih efisien.

Penerapan metode quiz team pada siswa kelas X IPS 5 SMAN 10

Pandeglang Tahun Ajaran 2019/2020 yang dilakukan selama ini dengan

segala keunggulan dan keterbatasannya telah mampu mengatasi masalah


56

kurangnya keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dengan memenuhi

tujuan pembelajaran. Dengan demikian maka peneliti menyimpulkan bahwa

metode quiz team dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan belajar

siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan

kompetensi dasar hubungan Internasonal dan Organisasi internasional siswa

kelas X IPS 5 Tahun Ajaran 2019/2020.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran quiz team

tersebut, beberapa hal temuan penelitian yaitu :


57

1. Penerapan metode pembelajaran quiz team dengan desain penelitian

tindakan kelas mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil

belajar siswa pada kompetensi dasar tentang “ Al-Qu’an dan Hadist adalah

Pedoman Hidupku”siswa kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang Tahun

Ajaran 2019/2020. Terbukti dengan perolehan persentase tingkat motivasi

belajar siswa sampai dengan siklus II yang mengalami peningkatan dan

telah mencapai kriteria keberhasilan. Meskipun masih terdapat beberapa

siswa/i yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa tersebut berpengaruh

pada hasil evaluasi siswa kelas X IPS 5 SMAN 10 Pandeglang pada

kompetensi dasar tentang “ Al-Qu’an dan Hadist adalah Pedoman Hidupku.

Terlihat dari hasil uji F yang menunjukkan terdapat pengaruh positif antara

keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi siswa

juga menunjukkan tingkat ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan

dan telah mencapai harapan.

3. Dari tabel 1 di atas bahwa nilai Pendidikan Agama Islam kelas X IPS 5

SMAN 10 Pandeglang dengan jumlah 40 siswa, sebelum melakukan

kegiatan tindakan kelas, nilai tertinggi 70 dan terendah 30, dengan

nilai rata-rata 50,03. Setelah peneliti mengadakan tindakan Siklus 1,

maka adanya perubahan peningkatan hasil belajar, yaitu, nilai tertinggi

mencapai 80 dan terendah 40, sedangkan pada siklus II, nilai trtinggi

mencapai 85 dan terendah 40. Dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan Model Pembelajaran Team Quiz dapat


58

meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan dan rencana tindak lanjut, maka peneliti dapat

menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Setiap Guru dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran sebaiknya

menggunakan dan memanfaatkan metode dan model pembelajaran secara

terus menerus yang disesuaikan dengan mata pelajaran, karena metode dan

model pembelajaran, dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, keberanian siswa dalam menyampaikan ide, dan melatih

siswa untuk bekerjasama dalam sebuah kelompok dan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

2. Perlu adanya penelitian atau tindakan lanjutan dari hasil penelitian ini,

dalam hal tigkat efektivitas yang dicobakan pada kelas-kelas lainnya

dengan siswa-siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik,

sehingga diperoleh gambaran sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhamad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.
59

Bonwell, Charles C., dan Eison J.A. 1991. Active Learning: Creating Excitement in
the Classroom.http://www.gwu.edu/eriche.htm.

Chickering , Gamson. 2004. The Seven Principles for Good Practice: a framework for
evaluating on-line teaching. Dalam jurnal the internet and higher education,
Volume 7 Hal 217-232 United Stated: Montana State University.

Maisaroh dan Rostrieningsih. 2010. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan


Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team pada
Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor”.
Dalam jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 2.

Moedjiono, 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadirman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Silberman, M. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.


Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta
.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sugandi, Achmad. 2008. Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

--------. 2009b. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai