Anda di halaman 1dari 28

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 1


MAYONG LOR JEPARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA MATERI MENENTUKAN POKOK PIKIRAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Aziizatul Khusniyah
857708835
azizatulkhusniyah@gmail.com

Abstrak

Pelajaran bahasa Indonesia di SD seringkali diajarkan menggunakan metode


pembelajaran ceramah dan monoton sehingga membuat siswa jenuh dan
bosan.Penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sangatlah berpengaruh
pada pencapaian hasil belajar siswa. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian guna
mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi pokok menentukan pokok pikiran dengan menggunakan metode
discovery learning untuk siswa kelas V SDN 1 Mayong Lor Jepara. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian melalui Video Pembelajaran yang diupload pada
channel youtube dan dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran. Subjek
penelitiannya adalah siswa kelas V SD1 Mayong Lor Jepara. Dari video pembelajaran
yang telah diupload pada channel youtube kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis data kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
pembelajaran mengalami perbaikan yang ditandai dengan hasil komentar pada video
pembelajaran pada youtube tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui video pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan materi pokok Menentukan Pokok Pikiran.

Kata Kunci : Bahasa Indonesia, Pokok Pikiran, Discovery Learning

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan pendidik professional yang memiliki kewajiban untuk


mengelola proses belajar mengajar di kelas. Pada proses belajar mengajar itu,
seorang guru membuat suatu perencanaan, agar kegiatan pembelajaran yang akan
dikelolanya dapat sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan belajar mengajar
akan berjalan dengan baik jika di dalam proses belajar mengajar terjalin interaksi
2

antara guru dengan siswa. Interaksi itu dapat mengoptimalkan dalam pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Selain sebagai pendidik professional guru juga merupakan seorang
fasilitator dalam menyampaikan informasi untuk peserta didik. Informasi tersebut
harus dapat menyampaikan segalanya dengan jelas sehingga peserta didik
mampu dengan mudah memahami informasi berupa materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu (Sanaky,
2013: 11)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab IV mengenai Standar Proses
Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
Untuk itu, penulis berinisiatif untuk pengembangan pembelajaran
sehingga perlu ditingkatkan baik itu dari segi perencanaan dan penggunaan
model dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Secara umum di Kelas
V SDN 1 Mayong Lor Jepara dalam proses pembelajaran guru masih mengajar
dengan menggunakan model ceramah, dan belum menggunakan model
pembelajaran discovery learning. Semua itu terkendala pada metode pengajaran
yang digunakan guru, maka kondisi tersebut tidak akan meningkatkan
kemampuan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa secara optimal.
Sementara itu, pada proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru
terdapat masalah yang dihadapi dalam pembelajaran tersebut yaitu keterkaitan
dengan guru yang berperan sangat dominan dalam kegiatan pembelajaran
(Teacher Center) sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat
3

dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya memberikan pembelajaran dan


penyampaian materi dengan metode ceramah saja tanpa memperhatikan tingkah
laku dalam proses pembelajaran.
Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan oleh guru masih
terpaku pada metode ceramah. Guru tidak ada upaya yang kreatif dalam
pembelajaran dengan metode lain yang menunjang proses belajar mengajar. Hal
tersebut menyebabkan rendahnya sikap percaya diri dan hasil belajar siswa,
sehingga anak tidak mempunyai sikap percaya diri. Selain itu aktivitas siswa
tidak optimal. Hal ini terlihat siswa kurang perhatian dalam kegiatan
pembelajaran, siswa memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, siswa memiliki
keyakinan lemah pada kemampuan dirinya, siswa memiliki pengetahuan yang
kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya, siswa cenderung malu dan
takut salah dalam mengutarakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, siswa
kurang diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dan saling berinteraksi
langsung antar teman dalam proses pembelajaran dikelas. Akibatnya hasil
pembelajaran siswa pun menjadi rendah, siswa tidak bisa menerapkan
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan harus mampu melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas, sehingga sektor pendidikan ke depan tidak menjadi beban
pembangunan masyarakat, yaitu sumber daya manusia yang menjadi sumber
kekuatan bagi seluruh proses pembangunan dan kehidupan masyarakat. Sekolah
memberikan peran yang sangat penting sebagai dasar pembentukan karakter
sumber daya manusia yang bermutu , beriman dan mampu menjalankan amanat
undang-undang mengenai out put dari tujuan Pendidikan nasional. Anak
diharapkan mau belajar untuk mengetahui dan membangun keahlian serta
membangun karakteristik mereka sebagai bekal menuju kedewasaan.
Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi
memerlukan tenaga pendidik yang dinamis dan kreatif, inovatif, dan mampu
bergerak mengikuti perkembangan zaman. Hal tersebut, tentu didorong dengan
4

hal-hal yang menunjang dalam pembelajaran, di antaranya adalah model


pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran yang baik adalah
model pembelajaran yang dapat memacu peningkatan sikap percaya diri dan
hasil belajar siswa yang meningkat.
Guru harus berinovasi untuk menyesuaikan model pembelajaran dengan
materi yang akan diajarkan oleh guru. Setiap proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan siswa, jangan sampai membuat siswa merasakan
jenuh dan bosan. Oleh karena itu, tidak tepat kiranya guru menggunakan model
yang sama setiap pembelajaran tanpa memperhatikan sikap dan hasil belajar
siswa dengan tema yang di ajarkan.
Berdasarkan pengamatan yang penulis pada kegiatan pembelajaran di
SDN Mayong Lor 1 Jepara, guru belum menggunakan model pembelajaran yang
menarik, inovatif, dan kreatif sehingga masih banyak siswa yang merasa jenuh,
bosan, dan memilih bercakap- cakap dengan teman sebangkunya, dan tidak
memperhatikan materi pelajaran. Hanya sebagian siswa yang memperhatikan
yaitu siswa yang duduk di depan. Sedangkan siswa yang duduk di belakang lebih
banyak bermain dengan teman sebangkunya, bahkan ada yang mengganggu
teman yang lain.
Saat ditanya mengenai materi yang baru disampaikan, sebagian dari
mereka tidak dapat menjawab, jika guru memberi kesempatan untuk bertanya
mengenai kesulitan tentang materi pelajaran, tidak ada yang bertanya bahkan
kelas menjadi hening. Hal tersebut membuktikan bahwa aktifitas belajar mereka
masih sangat rendah. Mengamati permasalahan tersebut, penulis akan
menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar hasil belajar siswa
meningkat menjadi lebih baik. Model pembelajaran yang tepat, pembelajaran
dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran bahasa
Indonesia menyimpulkan pokok pikiran anak kelas V SDN 1 Mayong Lor Jepara
5

adalah dengan memilih menggunakan model discovery learning dalam proses


pembelajaran guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Diharapkan dengan
adanya model pembelajaran yang tepat, pembelajaran dapat berlangsung secara
aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan. Harapannya siswa dapat memperoleh
pengetahuan yang optimal melalui penemuan mereka sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan perbaikan
proses dan hasil pembelajaran maka penulis memilih model discovery learning.
Dengan menggunakan model discovery learning diharapkan siswa dapat
meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian penulis meneliti dengan judul “
Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan
Topik ‘Menentukan Pokok Pikiran’ Kelas V SDN 1 Mayong Lor 1 Jepara
Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Mayong Lor
Jepara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menentukan pokok pikiran?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebagai dampak dalam penerapan
model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas V SDN 1 Mayong Lor Jepara..

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Siswa mendapat pembelajaran langsung yang lebih bermakna,
sehingga materi pembelajaran yang disampaikan guru akan berkesan dan
materi akan mudah dipahami oleh siswa, serta pembelajaran menjadi lebih
menarik bagi siswa dengan penggunaan metode discovery learning yang
6

mampu menumbuhkan kreatifitas dan jiwa sosial antar siswa dalam suatu
kelompok.
2. Bagi Guru
Sebagai referensi bagi peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pada materi bahasa Indonesia menentukan pokok pikiran siswa
kelas V SDN 1 Mayong Lor Jepara. Model pembelajaran discovery learning
akan mempermudah guru dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki
siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
3. Sekolah
Meningkatkan mutu, isi, masukan proses dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah,memberikan nilai tambah yang positif bagi sekolah,
menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan sekolah yang
sudah berjalan.
4. Bagi Peneliti Lain
Mendapatkan pengalaman langsung bagaimana cara memecahkan
salah satu masalahpendidikan, dapat berinteraksi dengan guru dan siswa,dan
menambah wawasan peneliti terutama dalam dunia pendidikan dalam
mengajarkan pembelajaran yang menarik dan inovatif kepada siswa.

II. Kajian Pustaka


A. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar
adalah suatu upaya yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam
belajar. Siswa yang belajar akan memperoleh suatu hasil belajar, dalam hal ini
jika siswa tersebut siswa SD maka, siswa SD tersebut akan memperoleh hasil
belajar. Hasil belajar merupaka hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya
dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Hasil belajar merupakan hal yang
7

tidak dipandang dari satu sisi saja, melainkan harus dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan guru.
Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Suprijono (2012 : 5) yang
menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap, apresiasi dan ketrampilan. Jadi, jika merujuk
pada pengertian di atas, maka hasil belajar merupakan pola interaksi yang
terjadi antara guru dan siswa, yang menghasilkan suatu penilaian terhadap
proses belajar siswa.
Selanjutya Supratiknya (2012: 5) juga menyatakan bahwa hasil belajar yang
menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang
diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar dan mengajar tentang
mata pelajaran tertentu. Dalam hal ini, jika siswa memperoleh hasil belajar
maka siswa seharusnya memiliki kemampuan-kemampuan baru yang
dihasilkan melalui proses belajar siswa.
Selanjutnya Arif Gunarso dalam Hamdani (2011 : 138) juga mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah usaha maksimal yang telah di capai oleh seseorang
setelahmelaksanakan usaha - usaha belajar. Dari pengertian - pengertian di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah suatu bukti
keberhasilan. Bahwa hasil belajar adalah bila seseorang atau siswa telah
belajar dan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan
perilaku tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia


1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran adalah suatu proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar lebih baik. Menurut Abidin (2015:3) Pembelajaran adalah satu
rangkaian proses yang dilakukan guru kepada peserta didik agar peserta didik
belajar. Dari sudut pandang siswa, pembelajaran adalah seperangkat aktivitas
8

yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan dua


pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
serangkaian aktivitas atau proses yang dilakukan siswa dan guru guna
mencapai hasil belajar tertentu dalam bimbingan, arahan serta motivasi dari
seorang guru untuk menghasilkan out pun dari tujuan pembelajaran.
2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah guru memberikan pelajaran
dengan harapan siswa dapat mencapai tujuan umum pembelajaran.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mencapai tujuan yang harus
dimiliki siswa yakni kemampuan berbahasa, sikap berbahasa, pengetahuan
tentang ilmu bahasa, serta mampu menerapkan kemampuan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia di SD dapat disimpulkan untuk membekali siswa atau peserta didik
memiliki kemampuan bahasa Indonesia serta dapat menerapkan kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

C. Gagasan Pokok /Pokok Pikiran


Menurut Waluyo (2013:43), “gagasan utama juga disebut pikiran
utama yaitu gagasan yang menjadi inti paragraf.” Gagasan utama berada pada
kalimat topik (kalimat utama). Kalimat utama inilah yang menjadi tumpuan
pengembangan paragraf. Pada paragraf, pikiran utama berfungsi sebagai
pengendali keseluruhan paragraf, dan juga inti yang ingin disampaikan dalam
paragraf. Begitu menentukan pikiran utama dan mengekspresikannya dalam
kalimat topik, penulis terikat oleh pikiran tersebut sampai akhir paragraf.
Paragraf umumnya berisi analisis, klasifikasi, deduktif, induktif, sebaiknya
menggunakan kalimat topik. Namun, harus disadari bahwa tidak semua
paragraf harus menggunakan kalimat topik. Paragraf narasi atau deskripsi
menggunakan kalimat yang sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama.
9

Oleh karena itu, paragraf yang demikian tidak diharuskan menggunakan


kalimat utama.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan gagasan utama
atau pikiran utama dalam paragraf, yaitu sebagai berikut.
1. Mengenali tipe atau jenis paragraf. Jenis paragraf berdasarkan letak
kalimat utamanya yaitu paragraf deduktif dan paragraf induktif;
2. Memahami perbedaan kalimat utama dan kalimat penjelas;
3. Mencari kalimat utama dalam paragraf;
4. Kalimat utama berisi gagasan pokok paragraf;
5. Kalimat utama berupa pernyataan umum yang diperinci pada kalimat-
kalimat lain.
6. Kalimat utama biasanya mengandung kata kunci, seperti yang
terpenting seperti kata sebagai kesimpulan, kesimpulannya, jadi,
dengan demikian, intinya, semua itu menunjukkan, merupakan; dan
7. Kalimat penjelas biasanya mengandung kata kunci, seperti dengan kata
lain, hal itu, artinya, cara tersebut, hal tersebut, selain itu, karena hal
itu, akibatnya, sebagai contoh, oleh karena itu.

D. Model Discovery Learning


1. Definisi/konsep
Discovery menurut Hamalik (Takdir, 2012:29) adalah proses
pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual pada anak
didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Model
discovery learning didefinisikan sebagai suatu proses pembelajaran yang
terjadi bila siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi siswa diharapkan mampu mengorganisasi sendiri. Ide tersebut
sesuai dengan dasar Bruner yang berpendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran dimana siswa
10

harus berperan aktif dalam suatu pembelajaran sehingga pembelajaran


yang dirancang sedemikian rupa siswa dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip- prinsip melalui proses mentalnya sendiri dan menemukan
sendiri, sehingga siswa mampu mengetahui sendiri informasi yang sudah
mereka miliki. Model discovery learning adalah memahami konsep, arti,
dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan akhir yang didapatkan siswa berdasarkan penemuan.
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Disimpulkan bahwa model discovery
learning adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada
aktivitas siswa, sementara guru hanya sebagai pembimbing/fasilitator
yang mengarahkan siswa menemukan konsep, dalil dan prosedur. Dengan
teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami
proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dengan demikian, pembelajaran discovery ialah suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba
sendiri. Metode discovery learning sebagai sebuah teori belajar dapat
didefinisikan sebagai belajar yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan untuk
mengorganisasi sendiri. Jadi pengertian model discovery learning yang
sudah dibahas oleh para pendapat di atas yaitu suatu proses pembelajaran
dimana siswa secara aktif memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, tetapi mereka
menemukannya sendiri.
2. Kelebihan Penerapan Discovery Learning
11

Kelebihan metode discovery learning ( Kemendikbud,2013:32) antara lain


yang pertama, membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan. Kedua, menimbulkan rasa senang pada siswa, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Ketiga, Menyebabkan siswa
mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri, hal ini membantu siswa
memperkuat konsep dirinya serta mendorong siswa untuk merumuskan
hipotesis sendiri.
3. Langkah-langkah Penerapan Model Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu model untuk mengambangkan cara
belajar siswa aktif dengan menenemukan sendiri, menyelediki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan. Menurut Syah
(Kemendikbud, 2013) dalam mengaplikasikan discovery learning di kelas,
ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut :
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah ada
persiapan pemecahan masalah.
b. Problem Statement (Pernyataan/Identitas Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
12

Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada


para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap
ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Semua informasi hasil bacaan diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut
juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi pada
pembentukan konsep dan generalisasi
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikaan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan data hasil processing.
Verificationmenurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f. Generalisation (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan
verifikasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
13

mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan


dan generalisasi dari pengalaman- pengalaman itu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa mata pembelajaran bahasa Indonesia


menentukan pokok pikiran utama dengan menggunakan metode discovery
ialah suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, melihat
sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar mandiri.

E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Eteh Resa Asyifa dan R
Panca Hidayati Pertiwi yang berjudul “ MODEL DISCOVERY
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENYIMPULKAN TEKS
EKSPOSISI BERORIENTASI IDE POKOK DAN HUBUNGANNYA
DENGAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs AL-
FALAH TAHUN PELAJARAN 2020/202”. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Eteh dan Panca dapat disimpulkan Kemampuan peserta
didik dalam meyimpulkan teks eksposisi berorientasi ide pokok dengan
menggunakan model discovery learning dikatakan baik. Hal ini ditunjukan
jumlah skor peserta didik untuk soal menyimpulkan teks eks-posisi
berorientasi ide pokok pada kelas tersebut meningkat. Hal ini dapat
terlihat dari perolehan skor peserta didik di kelas eksperimenyang
dilakukannya mendapatkan nilai 469 dengan rata-rata 16,2. Perolehan
skor tertinggi di kelas eksperimen setelah diberi-kan perlakuan yaitu 19,
sedangkan untuk perolehan skor terendah di kelas eksperimen setelah
diberi-kanperlakukan yaitu 13.
2. Penelitian berikutnya pernah dilakukan oleh Dian dan Wardono yang
berjudul “Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan
Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.
14

Dari penelitian Dian dan Wardono dapat disimpulkan Model discovery


learning dapat membantu siswa untuk memenuhi dua persyaratan penting
dalam pembelajaran aktif, yaitu : 1) mengaktifkan atau membangun
pengetahuan untuk memahami informasi baru dan 2) mengintegrasikan
informasi baru yang diperoleh hingga mereka menemukan pengetahuan
yang benar. Pemilihan multimedia yang tepat dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga akan berdampak bagus untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Penelitian ketiga dilakukan oleh Muhammad Rizky yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta”. Dari penelitian
Rizky dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas Eksperimen
lebih baik daripada sebelumnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
penilaian yang meningkat terhadap hasil siswa.

Dari penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan belum pernah ada yang


menulis penelitian mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia materi menentukan pokok pikiran yang
menggunakan model Discovery Learning di SDN 1 Mayong Lor Jepara.
15

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 1 Mayong Lor
Jepara Tahun Pelajaran 2021/2022 dan guru yang mengajar. Jumlah
siswa adalah 20 orang, terdiri dari 13 siswa perempuan dan 7 siswa laki-
laki. Karakteristik siswa SD Negeri 1 Mayong Lor Jepara tingkat
kecerdasannya sedang, waktu belajarnya harus terbagi dengan sekolah
madrasah, pengawasan orang tua kurang karena aktivitasnya masing-
masing.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November, yaitu siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu, 3 November 2021. Sedangkan siklus II
dilaksanakan pada hari Rabu 10 November 2021 pada semester ganjil
tahun pelajaran 2021/2022.
3. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mayong Lor
Jepara, kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara di ruang kelas V. Jumah
siswa yang terdapat di kelas V adalah 20 siswa yang dimana jumlah
perempuan lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Jumlah
perempuan sebanyak 13 orang dan jumlah laki-laki hanya 7 orang.

B. Desain Prosedur Perbaikan


Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari
siklus berulang yang masing-masing siklus terdapat empat tahapan
kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi,
(4) Refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :
16

SIKLUS I
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang
akan diteliti, Kemudian merencanakan tindakan yang akan dilakukan,
termasuk menyusun pembelajaran yang diperlukan dan lain-lain.
Dalam tahap perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menyiapkan materi ajar yang akan disampaikan.
b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran
dan diskusi diantaranya media video youtube.
c. Menyusun skenario pembelajaran yang di kembangkan berdasarkan
model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan media
video youtube
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan adalah pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal,
kegiatan inti, hingga kegiatan akhir sesuai dengan RPP. Pelaksanaan
tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 3 November 2021 yang
dilaksanakan pada jam pelajaran ke-1 yaitu Bahasa Indonesia. Sebelum
pembelajaran dilaksanakan, peneliti melakukan persiapan seperti
meletakkan alat komunikasi berupa handphone dan laptop untuk
meletakkan media sehingga semua siswa bisa melihat media yang akan
digunakan. Setelah semua persiapan sudah dilakukan maka
pembelajaran di mulai. Selain itu terdapat rekan peneliti yang bertindak
sebagai pengambil gambar. Alokasi waktu yang digunakan pada siklus I
pertemuan pertama ini dilakukan 2x35 menit dalam pembelajaran dan
diimplementasikan dalam bentuk video pembelajaran melalui youtube
kurang lebih 5 menit. Membahas materi pokok pikiran.
Setelah perkenalan guru kemudian membagi siswa kedalam
kelompok-kelompok kecil beranggotan 4 orang. Dalam pembentukan
17

kelompok ini guru menggabungkan antara siswa yang memiliki nilai


tinggi dengan nilai rendah dengan maksud agar bisa saling membantu
satu sama lain. Setelah pembentukan kelompok tersebut guru kemudian
menugaskan untuk tetap menggunakan teman kelompoknya selama
proses pembelajaran. Setelah semua kelompok terbentuk kemudian guru
memberikan rangsangan materi dengan memperlihatkan gambar jarring-
jaring makanan kemudian siswa melakukan identifikasi pokok pikiran
pada bacaan, kemudian siswa mengumpulkan berbagai pendapat
mengenai pokok pikiran, selanjutnya kelompok tersebut menyimpulkan
pokok pikiran pada bacaaan, kemudian guru menugaskan untuk maju ke
depan, untuk dibahas bersama-sama, dan dapat ditarik kesimpulan.
Setelah dianggap cukup guru bersama siswa menyimpulkan bahwa
pokok pikiran pertama yang ditemukan siswa tadi adalah jenis pokok
pikiran deduktif.
3. Observasi
Sebelum memulai menjelaskan, guru memperkenalkan media
gambar yang akan digunakan kepada siswa mulai dari nama gambar
jarring-jaring makanan. Setelah selesai menjelaskan materi, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca materi yang ada
gambar jaring-jaring makanan . Setelah dianggap cukup, guru kemudian
menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk membaca bacaan
non fiksi, kemudian siswa diarahkan untuk menemukan, dan menuliskan
pokok pikiran pada paragraf yang terdapat pada bacaan non fiksi.
Setelah diskusi sudah selesai, guru menunjuk siswa untuk
mempresentasikan tugas, observasi adalah pengamatan selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh kolaborator
secara simultan (bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung).
18

4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data bersama
kolaborator yang akan direkomendasikan tentang hasil suatu tindakan
yang dilakukan demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh
aspek/indikator yang ditentukan.
Beberapa temuan kekurangan pembelajaran pada siklus I
diantaranya :
a. Interaksi dengan siswa kurang, guru cenderung cepat dalam
memberikan instruksi kepada siswa.
b. Guru tidak menyampaikan langkah-langkah analisis paragraf
pada materi jaring-jaring makanan.
c. Guru terlihat tergesa-gesa pada menit-menit awal pembelajaran
dan perkenalan kepada siswa.
d. Guru menyimpulkan materi sendiri dalam menyampaikan
pembelajaran sehingga siswa kurang dilibatkan.
e. Siswa masih pasif bertanya kepada guru bila ada materi yang
belum di mengerti pada saat guru menjelaskan.
f. Siswa masih malu-malu ketika meminta siswa
mempresentasikan tugas kelompok.

SIKLUS II
1. Perencanaan
Pelaksanaan kegiatan pada siklus II sama dengan pelaksanaan kegiatan
siklus I. Hanya saja kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I
berdasarkan hasil refleksi akan diperbaiki dan disempurnakan lagi untuk
diterapkan pada siklus II. Tahap perencanaan pada siklus II merupakan
perbaikan dari tahap perencaan tindakan pada siklus I. Adapun tahap
perencanaan perbaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
19

a. Guru harus merubah pola interaksi dengan siswa, guru dapat


memperhatikan seluruh siswa di dalam kelas, jadi tidak hanya
memperhatikan siswa yang cerdas saja melainkan siswa yang
kurang cerdas sebagai bagian dari siswa yang harus dibantu
dan tidak membeda-bedakan setiap siswa.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkondisikan
siswa untuk semangat dalam memulai pelajaran.
c. Guru menumbuhkan rasa percaya dirinya sehingga kegugupan
itu dapat dihindari. Kegugupan di awal pembelajaran akan
dapat terbawa sampai di tengah pembelajaran jika tidak diatasi
secepatnya. Menganggap murid sebagai adik sendiri juga dapat
dilakukan untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi
guru.
d. Jangan terlalu terburu-buru dalam menyampaikan
pembelajaran karena selain meloncati beberapa langkah-
langkah pembelajaran, guru juga mengabaikan pemahaman
siswa. Guru harus memperhatikan keadaan siswa, karena tidak
semua siswa mudah dalam memahami instruksi dan dapat
bekerja sama dengan baik dalam suatu kelompok.
e. Guru melakukan pendekatan dengan siswa melalui komunikasi
yang baik sehingga dalam pembelajaran jika ada yang tidak di
mengerti akan mudah ditanyakan oleh siswa tentunya dengan
memberikan kesempatan bertanya pada waktu yang guru
tentukan.

2. Pelaksanaan Tindakan II
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 10 November 2021. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ke-1 yaitu Bahasa
Indonesia. Alokasi waktu yang digunakan pada siklus II sebanyak 2x35
20

menit. membahas materi pokok menentukan pokok pikiran dengan model


induktif. Beberapa hal yang menjadi kekurangan pada siklus I diperbaiki
guru pada siklus ini. Pada saat pembelajaran di menit awal guru berusaha
mengurangkan kegugupan yang terjadi pada siklus sebelumnya dengan
mencoba ramah banyak senyum. Guru membayangkan murid tersebut
adalah adiknya sendiri sehingga mengajar itu merupakan sesuatu yang
menyenangkan bukanlah sesuatu yang menegangkan layaknya orang yang
tidak terlalu banyak memiliki pengalaman mengajar sebelumnya.
Kemantapan pengusaan materi juga membuat guru tidak gugup pada siklus
ini.

C. Teknik Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
data kualitatif. Data kualitatif diperoleh melalui hasil observasi dari catatan
observer terhadap video pembelajaran siklus 1 dan siklus II yang diunggah
di youtube. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
siswa yang dapat dilihat melalui perbaikan dari proses pembelajaran yang
baik dari siklus I ke siklus II. Dengan proses pembelajaran yang baik
diharapkan prestasi belajar siswa meningkat.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus Pertama
Dari hasil pengamatan yang telah peneliti laksanakan dengan menonton
video pembelajaran sebelumnya, maka peneliti membuat perbaikan
pembelajaran siklus pertama yang disampaikan dalam bentuk video
pembelajaran kurang lebih dengan waktu 5 menit. Peneliti membuat
rencana perbaikan siklus pertama yang dilakukan pada tanggal 3
November 2021 sebagai berikut :
21

a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam dan kelas dilanjutkan dengan doa yang
dipimpin oleh seorang peserta didik.
2) Menyanyikan lagu nasional.
3) Guru memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi
sebelumnya yaitu materi paragraf untuk dikaitkan dengan materi
pokok pikiran.

b. Kegiatan Inti
1) Guru menceritakan gambar jaring-jaring makanan.
2) Peserta didik menyimak kemudian membaca materi jaring-jaring
makanan.
3) Peserta didik menganalisis dan mengidentifikasi pokok pikiran
deduktif sesuai kelompok.
4) Peserta didik membuat kelompok yang terdiri dari 4 siswa setiap
kelompoknya.
5) Peserta didik melakukan kegiatan menganalisis, mencatat, dan
menyimpulkan pada materi pokok pikiran.
6) Peserta didik menjawab pada lembar LKPD yang disediakan oleh
guru.
7) Peserta didik memaparkan hasil belajar masing-masing kelompok.
8) Guru menyimpulkan kegiatan hari ini

c) Kegiatan Penutup
1) Guru menutup pelajaran tanpa memberikan penugasan.

2) Kelas ditutup dengan doa.

Dari hasil pembuatan video sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran


siklus I mendapatkan hasil yang kurang baik, masih ada hal yang perlu
diperbaiki dalam pembelajaran selanjutnya yaitu siklus II.
22

2 Siklus Kedua
Dari pembuatan perbaikan pembelajaran siklus I didapatkan hasil
komentar yang masih kurang sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia
materi pokok pikiran. Dari video yang diunggah terdapat komentar yang
masih menunjukkan perbaikan untuk pembelajaran siklus II agar jauh lebih
sempurna dan pemahaan peserta didik dapat terbangun secara penuh. Dari
hasil tersebut, peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus II
dengan materi yang berbeda akan tetapi masih dengan topik atau tema yang
sama. Rencana perbaikan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam dan kelas dilanjutkan dengan doa yang
dipimpin oleh seorang peserta didik.
2) Menyanyikan lagu nasional.
3) Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan gambar dan
peserta didik menganalisis materi pokok pikiran.
4) Peserta didik diberi pertanyaan tentang materi tersebut.
b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik menjawab pertanyaan guru seputar pokok pikiran yang
letaknya di akhir atau induktif.
2) Peserta didik melakukan diskusi
3) Peserta didik didik melakukan analisis menentukan pokok pikiran
4) Peserta didik mencatat hasil diskusi
5) Peserta diddik melakukan presentasi di depan kelas.
6) Peserta didik dengan percaya diri memaparkan hasil pekerjaan didepan
teman sekelasnya.
7) Guru memberikan apresiasi terhadap kerja peserta didik.
8) Guru mengidentifikasi dan menganalisis pemahaan peserta didik.
9) Dengan bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan
belajar hari ini.
23

10) Peserta didik dapat menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan


sehari-hari.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru menutup dengan melakukan refleksi kegiatan hari ini
2) Guru memberi motivasi kepada peserta didik untuk selalu semangat
dalam belajar.
3) Kelas ditutup dengan doa.

Dari hasih pemaparan video pembelajaran siklus II tersebut, peneliti


mendapatkan hasil yang positif dari rekan yang melihat dan menganalisis
video pembelajaran yang dibuat oleh peneliti pada link berikut
https://youtu.be/8URJhabwhPg

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Siklus I
Berdasarkan analisis video yang terdapat pada tayangan youtube yang
telah di unggah oleh penulis https://youtu.be/6LGm9tunXPo didapatkan :
No Nama Catatan
1 Emilia Chandra, S.Pd Kurang adanya kegiatan yang
membangkitkan minat belajar siswa
2 Yunita Putri, S.Pd. Perlu adanya motivasi kepada siswa
3 Ahmad Nafiudin, S.Pd Sudah bagus, tetapi teknis perlu
diperhatikan
4 Komariyah, S.Pd. Perlu lagu nasional di awal untuk
mengkondisikan kelas
5 Dewi Ikromawati, Keren, tetapi Ananda perlu diberikan
S.Ipus contoh yang real.
Tabel 1

Berdasarkan catatan-catatan observer pada siklus 1 maka peneliti memperbaiki


rancangan pembelajaran yaitu dengan mempertegas media pembelajaran siswa
24

sehingga siswa lebih terlihat aktif dalam pembelajaran, dan melakukan variasi
penguatan-penguatan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
stimulus terhadap siswa. https://youtu.be/8URJhabwhPg

2. Siklus II
Berdasarkan catatan-catatan observer pada siklus 1 maka peneliti memperbaiki
rancangan pembelajaran yaitu dengan memperbaiki hal-hal yang masih kurang tepat,
penggunaan media pembelajaran siswa, menggunakan lagu-lagu nasional untuk
semangat peserta didik di kegiatan awal, sehingga siswa lebih terlihat aktif dalam
pembelajaran, dan melakukan variasi penguatan-penguatan pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulus terhadap siswa. Setelah melakukan
observasi terhadap video pembelajaran siklus 1 maka selanjutnya peneliti membuat
video pembelajaran siklus II https://youtu.be/GP46u6aPDwc sehingga didapatkan
hasil sebagai berikut :

No Nama Catatan Observer


1 Emilia Chandra, Sudah ada perbaikan lebih bagus, semangat
S.Pd.
2 Dewi Ikromawati, Sudah bagus
S.Pd
3 Komariyah, S.Pd Sudah bagus, sudah sesuai sintak
4 Ahmad Nafiudin, Sudah bagus
S.Pd
5 Eva Nurlaela, S.Pd Sudah bagus, sudah sesuai.
Tabel 2
25

V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut


A. Simpulan
Peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Mayong Lor Jepara pada mata
pelajaran bahasa Indonesia materi menentukan pokok pikiran terbuktif efefktif
hal tersebut terbukti dari hasil evaluasi siswa. Dengan adanya model
pembelajaran yang sesuai yaitu model pembelajaran discovery learning pada
mata pelajaran bahasa Indonesia “menentukan pokok pikiran”, terlihat siswa
terlibat aktif dalam proses belajar, sehingga materi yang sedang dipelajari
dapat diingat lebih lama karena siswa menentukan konsep belajarnya sendiri
melalui proses diskusi di kelas. Maka, dapat disimpulkan metode mengajar ini
merupakan cara yang cukup efektif yang dapat digunakan guru dalam
membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif
dalam pembelajaran.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan simpulan di atas, untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang
diperoleh, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan dalam
peningkatan hasil belajar siswa, diantaranya :
1. Libatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
2. Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi
pembelajaran.
3. Berikanlah latihan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang ingin
dicapai.
4. Selalu memberikan penguatan kepada siswa
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan saran tindak lanjut
sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Siswa perlu aktif untuk membaca, menemukan, menganalisis, mencatat
dan mengkroscek dan mempresentasikan di depan kelas .
26

2. Bagi Guru
Sebaiknya guru memilih metode yang tepat dalam pembelajaran bahasa
Indonesia agar anak antusias dan aktif selama KBM.
3. Bagi Sekolah
Perlunya sekolah memberikan ruang dan kebutuhan sarana prasarana
pembelajaran guna meningkatkan kegiatan KBM.

DAFTAR PUSTAKA

AH, Sanaky, Hujair. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta :


Kaubaka Dipantara

Resa, Eteh dan Hidayati, R Panca. 2021. “MODEL DISCOVERY LEARNING


DALAM

PEMBELAJARAN MENYIMPULKAN TEKS EKSPOSISI BERORIENTASI


IDE POKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK KELAS VIII MTS AL-FALAH TAHUN PELAJARAN
2020/202”. Jurnal Pendidikan dan Bahasa. Bandung : Universitas Pasundan.

Nafisa, Dian dan Wardono. 2019. “Model Pembelajaran Discovery Learning


Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa”. Prisma (Proceding Seminar Nasional Matematika). Semarang : Unnes.

Rizky, Muhammad. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning


Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Kemendikbud. 2013. Modul Implementasi Kurikulum Modul Pelatihan.


BadanPengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
27

Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Jakarta.

Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategi dan Mental Vacational Skill.


Jogjakarta:Diva Press

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Supratiknya, A. 2012. Penialian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta :


Universitas

Sanata Darma

Waluyo, Budi.(2013).Bahasa dan Sastra Indonesia.Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka


Mand

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan
28

Anda mungkin juga menyukai