Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
2. Data Awal
Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga
dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi. Kata adalah bagian dari
simbol yang hidup dan digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu.
Kata bersifat simbolis karena tidak memiliki hubungan langsung atau
hubungan instrinsik dengan kenyataan yang diacunya, tetapi hanya bersifat
arbitrer dan konversional..
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sangat penting
bagi siswa terutama untuk membekali dirinya agar beroleh pengetahuan
dan pengalaman yang bermanfaat guna mengisi kehidupan dengan hal-hal
yang lebih baik. Untuk bisa mewujudkan harapan ini tentunya setiap
proses pembelajaran yang diselenggarakan harus dikelola dengan sebaikbaiknya hingga dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam
mempelajari materi yang disajikan. Ini semua sangat bergantung pada
kemampuan guru selaku fasilitator tunggal bagi terlaksananya proses
belajar yang mengarah pada hasil belajar yang menjadi target
pembelajaran.
Siswa sekolah dasar perlu mendapat pendidikan yang layak agar
perkembangan anak bisa tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang
yang belum dewasa, agar mencapai pendewasaan (Winkel, dalam Rustin :
2006 : 1). Bantuan yang diberikan guru itu dapat berupa pendampingan
yang menjaga anak didik belajar hal-hal yang positif, yang nantinya akan
berguna dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Cara belajar anak
didik diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan tanpa
adanya tujuan.
Kemampuan siswa dalam memenuhi tuntutan berbagai tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam membaca dinyatakan

masih kurang. Hal ini seperti yang dialami siswa kelas III SD Negeri
Pengadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap.
Tuntutan yang menjadi target pembelajaran tersebut kurang mampu
dipenuhi oleh sebagian besar siswa. Diduga kuat yang menjadi faktor
penyebabnya adalah kurangnya kesungguhan siswa saat proses belajar
sedang berlangsung. Namun demikian, kondisi seperti ini tidak terjadi
dengan sendirinya. Sangat mungkin sebab tersebut karena timbulnya
kekurangmampuan guru dalam mengelola pembelajaran agar menjadi
bermakna bagi siswa. Atas dasar itu hal yang tidak diharapkan timbul
dalam pembelajaran yang dikelolanya, seperti halnya siswa kurang
motivasi, proses belajar yang dilaluinya dirasakan sebagai sesuatu
kejenuhan, dan siswa kurang kritis terhadap materi yang dipelajarinya.
Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak siswa yang dinyatakan
belum tuntas belajar. Dari 48 orang siswa, baru diketahui ada 12 orang
siswa (25%) yang diketahui sudah mengalami tuntas belajar, dengan
perolehan nilai tes formatif nilai 80 ke atas. sedangkan 26 orang siswa
lainnya (75%) terbukti belum tuntas, dengan perolehan nilai tes formatif
kurang dari nilai 80.
3. Identifikasi Masalah
Dari tes formatif yang peneliti lakukan, ternyata hasilnya tidak
sesuai dengan yang peneliti harapkan. Hasil tes formatif menunjukkan
penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih rendah. Upaya untuk
mengatasi hal itu, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah,
rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya
dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
a. Kurangnya motivasi belajar siswa
b. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
c. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
d. Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan

penjelasan

yang

diberikan

guru

selama

proses

pembelajaran

berlangsung.
e. Pengaturan posisi duduk siswa kurang sesuai sehingga persebaran
siswa yang pandai dan tidak masih belum merata.
f. Keaktifan

siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran kurang

sesuai dengan harapan.


4. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu untuk
merefleksi diri sejauhmana kemampuan pribadi di dalam proses pembelajaran.
Selain itu juga melakukan diskusi dengan teman sejawat, melakukan kegiatan
literatur mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
sehingga

diketahui

kemungkinan

adanya

kelemahan

dalam

proses

pembelajaran sebagai berikut :


1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran
2. Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan media pembelajaran yang
sesuai.
3. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan
karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
5. Guru kurang mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran
berlangsung.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan penerapan metode
pemberian tugas.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses
pembelajaran adalah :
1. Melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode
pemberian tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar
menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik.

2. Meningkatkan minat belajar siswa pada pelaksanaan proses perbaikan


pembelajaran.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan
belajar siswa dapat tercapai.
Kondisi ideal yang diharapkan adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai,
memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian
tugas dan memberikan

pengalaman nyata kepada siswa

tentang konsep

pembelajaran yang diterimanya sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat


berjalan dengan baik

serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses

pembelajaran.
Atas dasar itulah, peneliti merasa termotivasi untuk melakukan
perbaikan pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Upaya
perbaikan yang peneliti lakukan dengan mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok menulis puisi
berdasarkan gambar dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri Pengadegan
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
a.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka
dapat ditentukan rumusan masalahnya yaitu :
1. Apakah melalui teknik pemberian tugas dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi menulis puisi berdasarkan gambar dapat meningkatkan
minat belajar siswa kelas III SD Negeri Pengadegan Kecamatan Majenang
Kabupaten Cilacap?
2. Apakah melalui teknik pemberian tugas hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi berdasarkan gambar
akan mengalami peningkatan hasil belajar kelas III SD Negeri Pengadegan
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap?

b.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi pokoki
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan
sederhana dan puisi

diketahui kurang berhasil memenuhi tuntutan

pembelajaran.
2. Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa hingga memenuhi batas
minimal tuntas belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia standar
kompetensi Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam
karangan sederhana dan puisi.
c.

Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian perbaikan pembelajaran ini akan memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut.
1. Siswa
a. Siswa dapat lebih baik dan menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia
dan senang belajar Bahasa Indonesia.
b. Siswa dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam prestasi
pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Guru
a. Membantu guru meningkatkan kinerjanya serta profesi dalam
memupuk rasa percaya dirinya
b. Mendapat

kesempatan

untuk

berperan

aktif

mengembangkan

agar

penyelenggaraan

pengetahuan dan keterampilan sendiri.


3. Sekolah
a. Sekolah

dapat

memberikan

perhatian

pembelajaran Bahasa Indonesia lebih baik sehingga dapat mencapai


tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia seoptimal mungkin.
b. Membantu sekolah dalam mengembangkan prestasi akademiknya dan
meningkatkan mutu lulusan terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia.

II. KAJIAN PUSTAKA


A.

Kerangka Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial,

dan

emosional

peserta

didik

dan

merupakan

penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa


diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia (Depdiknas, 2006:260). Apalagi pada era dan peradaban
informasi seperti saat ini, kemampuan berkomunikasi perlu dikuasasi oleh
orang-orang yang ingin berhasil dalam kehidupannya. Tanpa memiliki
kemampuan berkomunikasi yang memadai sulit diharapkan seseorang
akan berhasil menegakkan sebuah kehidupan yang profesional.
Salah satu parameter yang amat penting dalam keberhasilan
berkomunikasi dengan lingkungan kehidupan adalah penguasaan bahasa.
Itulah sebabnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan
membangun komunikasi secara fungsional dan kultural bagi semua siswa.
Target ini menjadi penting karena dalam kehidupan masyarakat yang akan
datang, penguasaan kemampuan berkomunikasi merupakan prasyarat yang
amat penting bagi setiap orang (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000:88).
Untuk itulah maka standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal paserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi ini

merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespons


situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Apalagi dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang juga berbasis kompetensi. KTSP ini memberikan
kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program
pendidikan yang sesuai dengan: (1) kondisi lingkungan sekolah, (2)
kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4)
kekhasan daerah (Muslim, 2007:2).
Karena KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan
atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing, maka setiap
sekolah mempunyai kurikulum yang berbeda. Dengan demikian, bahan
ajar yang digunakan juga mempunyai perbedaan. Karena pembelajaran
didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, maka bahan ajar
juga harus disesuaikan dengan kurikulum tersebut. Oleh karena itu guru
harus mandiri dan kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum sekolahnya.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi
aspek-aspek sebagai berikut 1) mendengarkan, 2) berbicara, 3) membaca,
dan 4) menulis
Untuk pelajaran membaca, misalnya, bahan bacaan dapat diambil
dari surat kabar. Di samping surat kabar yang berskala nasional yang
banyak menyajikan isu-isu nasional, ada surat kabar lokal yang banyak
menyajikan isu-isu daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan.
Bahan bacaan yang mengandung muatan nasional dan global dapat
diambil dari surat kabar berskala nasional, sedangkan bahan bacaan yang
mengandung muatan lokal dapat diambil dari surat kabar daerah.
Berdasarkan bahan bacaan ini, guru dapat mengembangkan pembelajaran
bahasa Indonesia yang kontekstual. Peserta didik diperkenalkan dengan
isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya dan masyarakat
yang tatarannya lebih luas.

2. Proses Pembelajaran
Tugas guru adalah menciptakan suasana dalam proses pembelajaran
agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru harus memiliki
kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar dengan baik.
Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur
proses pembelajaran.
Dalam kegiatan proses pembelajaran terdapat dua hal yang turut
menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran dan pengajaran itu
sendiri. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapai tujuan intruksional,
sangat bergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sebab proses pembelajaran yang baik dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal
keberhasilan pembelajaran (Wijaya, 1987:197).
Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa
tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar

mengajar

diperlukan

sesuatu

yang

memungkinkan

siswa

berkomunikasi baik dengan guru, temannya maupun lingkungan sekitar.


Untuk menciptakan suasana gairah dalam belajar dan meningkatkan
prestasi

belajar

siswa,

maka

guru

harus

memperhatikan

dan

mempertahankan organisasi proses pembelajaran yang efektif dengan cara


menyusun rencana pembelajaran.
Kesuksesan suatu pembelajaran bergantung pada pondasinya, yaitu
guru dengan kemampuannya dalam merancang bangun perencanaan
pembelajaran dan ia memiliki kesanggupan untuk melaksanakan segala
sesuatunya yang telah direncanakannya dalam perencanaan pembelajaran.
Di samping itu yang tidak kalah pentingnya, adalah guru memiliki
kesiapan fisik dan mental untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan yang telah direncanakan dan mengadakan evaluasi untuk
mengetahui perubahan kemampuan siswa.

Sehubungan dengan pernyataan di atas, Hidayat (1999:98)


mengemukakan

bahwa

merencanakan

kegiatan

belajar

mengajar

merupakan langkah penting yang harus ditempuh guru sebelum


melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Suatu pembelajaran
tanpa ditunjang dengan perencanaan yang matang, mustahil akan berjalan
dengan lancar.
Tidak jarang masih ada guru yang belum memahami perencanaan
dan pentingnya perencanaan dalam kegiatan belajar mengajar. Mengenai
hal itu, Hidayat (1999:15) menjelaskan bahwa:
Perencanaan memegang peranan penting dalam setiap kegiatan
begitu pula dalam pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat diartikan
sebagai suatu proses penyusunan berbagai keputusan dalam bidang
pengajaran yang akan dilaksanakan guru dalam proses pengajaran untuk
mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan. Kegiatan ini merupakan
langkah awal yang harus ditempuh guru dalam melaksanakan kegiatan
interaksi belajar mengajar di kelas.
Hal-hal apa saja yang harus diputuskan dalam perencanaan
pembelajaran ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini, Ibrahim
dan Syaodih (1996:3), menyatakan bahwa: Secara garis besar,
perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan
apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang
digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, bagaimana cara
menyampaikan bahan, serta media/alat apa yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pengajaran.
Model perencanaan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
pembelajaran ini berpedoman pada model perencanaan pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Adapun indikator-indikator perencanaan
pembelajaran tersebut dikemukakan Mulyasa (2003:199) meliputi
rumusan Kompetensi dasar, hasil belajar, indikator hasil belajar, langkahlangkah pembelajaran, alat, bahan, sumber, dan penilaian.

10

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,


nilai dan sikap yang direpleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian
dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,
efektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
3. Menulis
Menulis/mengarang merupakan keterampilan berbahasa yang
kompleks, untuk itu perlu dilatihkan secara teratur sejak kelas I SD.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif.
Karena penulis harus terampil menggunakan morfologi, struktur bahasa
dan memiliki pengetahuan bahasa yang memadai (Morsey, 1986 : 122).
Pembelajaran menulis di SD, dalam KTSP terdiri dari dua bagian
sebagaimana layaknya pembelajaran membaca, Yakni, menulis permulaan
dan menulis lanjut (pendalaman). Menulis permulaan diawali dari melatih
siswa memegang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf,
suku kata, kata, kalimat sederhana dan seterusnya, Untuk dapat menulis
huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana hanya diawali atau bersama
dengan pembelajaran membaca permulaan (Puji Santosa, 2006 :3.2I).
Contoh : untuk belajar menulis /a/ siswa diperkenalkan dengan membaca
bunyi /a/.

Menulis lanjut mulai dari menulis kalimat sesuai gambar,

menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan


berbagai media dengan ejaan yang benar.
Istilah menulis sering disebut juga mengarang atau ekspresi tulis
bahkan ada yang menyebutkan komposisi. Pada hakekatnya semua
istilah tersebut memiliki pengertian sama.
Crimon (1972;2) berpendapat bahwa menulis adalah kegiatan
menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subyek kemudian
menemukan apa yang dikemukakan dan memutuskan bagaimana cara
mengemukakannya kepada pembaca agar mereka dapat memahaminya
secara mudah dan jelas.

11

Adapun pendapat lain mengemukakan bahwa komposisi adalah


penempatan dan penyusunan kata-kata dalam suatu paduan yang
harmonis (Keraf, 1981;V). dalam hasil study Malbery yang berjudul
Grammar Rhetoril and Composition disinggung juga masalah
pengertian menulis yaitu bila dihubungkan dengan pengertian suatu
kegiatan menempatan bersama-sama dari bagian-bagian ke bentuk
keseluruhan maka pengertian komposisi adalah penyusunan yang
berasal dari kata-kata menjadi kalimat-kalimat, dari kalimat-kalimat
menjadi paragraf-paragraf, dan akhirnya menjadi unit-unit yang lebih luas.
4. Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani
poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin
dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan,
menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut
menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut
syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata
kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik
yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti
orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai
dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang
yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus
seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran
yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10)).
Puisi adalah Jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan
cermat sehingga mampu meningkatkan kesadaran orang akan suatu
pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama,
dan makna khusus. Adapula yang mengatakan puisi adalah karangan
bahasa yang khas yang memuat pengalaman yang disusun secara khas
pula. Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi disusun dari
peristiwa yang telah diberi makna yang ditafsirkan secara estetik. Puisi

12

juga dapat disebut sebagai karya seni yang puitis karena puisi dapat
membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan
yang jelas, atau dapat pula menimbulkan keharuan. (Haryadi, 1996:113).
Slamet Mulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan
pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah
kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis.
Kedua puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak,
sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga di dalam
baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
5. Metode pemberian tugas
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar
(Sudirman, 1987 : 141).
Metode ini merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran modern,
prinsip atau disebut juga asas aktivitas dalam mengajar, yaitu guru
dalam mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai
aktivitas atau kegiatan sehubungan dengan apa yang dipelajari.
Tugas lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak baik pada
waktu di kelas maupun di luar kelas, atau dengan kata lain baik siswa
dekat dengan guru maupun jauh dari guru. Teknik ini dapat
mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya
kelak.
Dalam memberikan tugas yang baik, menurut Sudirman (1986:143)
guru hendaklah memperhatikan dan menempuh langkah-langkah berikut
ini.
a. Pemberian tugas dan penjelasannya
Pada langkah ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) materi

tugas yang diberikan atau pekerjaan yang perlu

diselesaikan siswa harus jelas;


2) tujuan tugas yang diberikan akan lebih baik apabila dijelaskan
kepada siswa;

13

3) menjelaskan apakah tugas itu merupakan tugas individual atau


tugas kelompok;
4) memberikan bimbingan dan arahan pada saat siswa menyelesaikan
tugas;
5) menjelaskan lamanya waktu penyelesaian tugas.
b. Pelaksanaan tugas
Pada langkah ini siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Selama siswa mengerjakan tugas, guru hendaknya melakukan hal-hal
yang diperlukan, antara lain :
1) memberikan bimbingan, barangkali ada siswa yang mengalami
kesulitan, hambatan, atau salah arah dalam mengerjakan tugas;
2) memberikan dorongan, terutama pada siswa yang lambat

atau

kurang bergairah mengerjakan tugas.


c. Pertanggungjawaban tugas dan penilaian.
Pada langkah ini siswa memberikan pertanggungjawaban dari
tugas yang diberikan dalam bentuk laporan. Tugas yang dilaporkan
harus jelas dan bermakna.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, akan
membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak.
Dikatakan demikian, karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam
menyusun dan membuat perencanaan proses belajar mengajar, (2) adanya
keterlibatan intelektual keterlibatanya siswa melalui dorongan dan
semangat yang dimilkinya, dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara
kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Hermawan (2006:32), bahwa Dalam proses pembelajaran apa pun,
peran serta guru sangat menentukan berhasil atau tidaknya siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Itu sebabnya hal ini harus diperhatikan
guru, karena kepadanyalah peserta didik belajar memenuhi tuntutan
pembelajaran.

14

B.

Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam
suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Adapun
kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :

Kondisi Awal

Tindakan

Pembelajaran
tidak
menggunakan metode
pemberian tugas

Pembelajaran
menggunakan metode
pemberian tugas

Minat dan hasil belajar


siswa belum maksimal

Siklus I
Guru menerangkan materi
secara
klasikal,
siswa
mendengarkan
penjelasan
guru,
kemudian
guru
memberikan tugas tentang
materi yang diajarkan untuk
dibahas dalam diskusi kelas.

Siklus II
Guru mengulang materi
pembelajaran, dilanjutkan
pembahasan terhadap tugas
yang
diberikan dengan
melakukan diskusi kelas.
Guru membuat kesimpulan,
secara lisan. Siswa diberikan
tugas menulis kesimpulan
tersebut.

Siklus III
Bersama-sama
siswa
melakukan
pembahasan
terhadap
tugas
yang
diberikan. Siswa diminta
membacakan di depan kelas
untuk dibahas bersama-sama.

Kondisi
Akhir

Pelaksanaan metode pemberian tugas ternyata dapat menarik


minat belajar siswa, hal tersebut dibuktikan dengan hasil tes
formatif yang semakin meningkat pada setiap siklusnya
sehingga peningkatan hasil belajar dapat tercapai sesuai
dengan kriteria yang diharapkan.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

15

C.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Melalui teknik pemberian tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia
materi menulis puisi berdasarkan gambar diharapkan dapat meningkatkan
minat belajar siswa.
2. Penggunaan teknik pemberian tugas akan meningkatkan hasil belajar
siswa pada

pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi

berdasarkan gambar.
III.METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di kelas III Sekolah
Dasar Negeri Pengadegan

UPT Disdikpora Kecamatan Majenang

Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi semester


2 pada tahun pembelajaran 2010/2011. Penulis mengambil lokasi atau
tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga
memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek
penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 s.d
April 2011, dengan perincian sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, minggu pertama, bulan Maret 2011.
2. Tahap pelaksanaan, minggu kedua, ketiga dan keempat bulan Maret
dan minggu pertama dan kedua bulan April 2011
3. Tahap laporan, minggu ketiga dan keempat bulan April 2011.
B. Subyek Penelitian
Subyek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Pengadegan

16

UPT Disdikpora Kecamatan Majenang

Kabupaten Cilacap pada mata

pelajaran bahasa Indonesia pada tahun pembelajaran 2010/2011.


C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
terdiri atas:
a. Proses belajar mengajar
b. Data Hasil Belajar / tes formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri
Pengadegan UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Tahun Pelajaran
2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 48 siswa, laki-laki 24 siswa dan
perempuan 24 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis memilih tiga teknik pengumpulan data.
Ketiga teknik tersebut adalah tes, observasi, dan dokumentasi.
1.

Teknik Tes
Pada penelitian ini digunakan tes kemampuan mengidentifikasi
materi pembelajaran yang disampaikan.

2.

Metode Observasi
Dalam mengamati kemampuan siswa pada sat mengidentifikasi
bangun ruang balok dan kubus digunakan metode observasi. Observasi
adalah kegiatan pemusatan perhatian pada suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1998:146-147). Dalam
penelitian ini hal yang diamati adalah kemampun siswa dalam
memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.

3.

Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda
tertentu.

Benda-benda

tersebut

diantaranya

adalah

buku-buku,

17

dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan hrian, dn


sebagainya. Menurut Arikunto (1998:149) dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang diartikan sebagai barang-barang tertentu. Jadi dokumendokumen yang diteliti pada penelitian ini adalah buku daftar nilai siswa
kelas III SD Negeri Pengadegan Kecamatan Majenang Kabupaten
Cilacap tahun pelajaran 2011/2011.
Sedangkan alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari
tiga jenis di bawah ini :
a. Butir Soal Tes
Butir soal tes merupakan instrument yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada penelitian ini. Instrument ini berupa tes
kemampun memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku
siswa. Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan
pada akhir proses pembelajaran. Adapun hal yang diamati adalah
kemampuan siswa saat mengidentifiksi mengerjakan latihan tentang
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan, kemudian hasil
pengamatan ini dipakai sebagai dasar pemberian tindakan pada siklus
II dan seterusnya.
b. Skala penelitian untuk studi dokumentasi
Pada penelitian ini dilakukan studi dokumentasi. Studi
dilakukan terhadap buku siswa. Sedangkan yang menjadi cakupan
studi adalah buku daftar nilai kelas III SD Negeri Pengadegan
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2011/2011.
Terdapat dua jenis Validitas yang digunakan dalam penelitian
ini. Kedua jenis Validitas tersebut adalah seperti disebut dibawah ini :
a. Validitas Instrumen Tes
Dalam penelitian ini dilakukan Validitas instrument tes.
Hal ini dilakukan karena Validitas merupakan ukuran dari
instrument yang digunakan dalam penelitian. Instrument tes
dilakukan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang

18

seharusnya diukur. Oleh karena tes yang digunakan adalah tes


perbuatan, maka Validitas data melalui Validitas teoritik.
b. Validitas Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran perlu juga dilakukan Validitas
data. Validitas data dilakukan melalui triangulasi sumber dan
triangulasi metode.
E. Validitas Data
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam
penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan
digunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy Moeleong (2000:178) Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut.
Validitas data dimaksudkan agar data yang dikumpulkan untuk
keperluan penelitian ini nantinya adalah data yang valid. Menurut Nasution
(1998 : 144) ada beberapa cara yang dilakukan agar kebenaran has'il
penelitian dapat dipercaya, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Memperpanjang masa observasi
2. Pengamatan yang terus menerus
3. Trianggulasi
Dalam penelitian ini Validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi.
Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang
diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber
lain. Kebenaran hasil wawancara dengan wali kelas dapat dibandingkan
dengan arsip atau dokumen maupun melalui pengarnatan ketika proses belajar
berlangsung. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran
data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk

19

mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip
atau dokumen dan wawancara.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai akhir
pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil
penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut
kemudian dianalisis terhadap indikator penggunaan peningkatan prestasi
belajar siswa.
Data dalam penelitian ini diperoleh mulai observasi langsung pada
obyek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan minat dan
prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika. Observasi langsung
dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat
digunakan tindakaan kelas berupa penggunaan pendekatan matematika
realistik. Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas untuk memperoleh
data kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan sebagaimana diharapkan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif
teknik persentasi.
Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif. Perhitungan dalam
proses analisis data menghasilkan prosentase pencapaian yang selanjutnya.
G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Kriteria siswa tuntas belajar apabila telah mencapai tingkat penguasaan
materi pembelajaran sebesar 80% ke atas atau mendapat nilai 80.
2. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari
jumlah siswa tuntas belajar.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus, dan tiaptiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi
yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya.

20

Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sebagai


bahan untuk tujuan perbaikan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan
a. Merancang skenario pembelajaran sebanyak tiga siklus.
b. Melaksanakan tindakan, sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam
setiap siklus.
c. Mempersiapkan alat peraga yang sudah disesuaikan dengan proses
pembelajaran ilmu pengetahuan alam
d. Membuat lembar onservasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru
selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan dengan tiga siklus sesuai dengan rencana yang
dibuat.
a. Siklus Pertama
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I guru mengadakan
apersepsi yang ada hubungannya dengan pemahaman konsep
pembelajaran tentang materi pembelajaran yang akan disajikan setelah
itu memasukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan jalan guru
menerangkan

materi

pembelajaran.

Setelah

semua

siswa

menyelesaikan kegiatan belajar pada siklus satu kemudian diadakan


analisis, hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran selanjutnya pada siklus yang ke dua.
b. Siklus kedua
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II guru mengadakan
apersepsi yang ada hubungannya dengan pemahaman konsep
pembelajaran tentang materi pembelajaran setelah itu memasukan
kegiatan inti proses pembelajaran dengan jalan guru menerangkan
materi pembelajaran. Setelah semua siswa menyelesaikan kegiatan

21

belajar pada siklus satu kemudian diadakan analisis, hal ini sangat
diperlukan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya pada
siklus yang ke ketiga.
c. Siklus Ketiga
Dalam pelaksanaan tindakan kelas pada siklus kedua ini tidak
ada bedanya seperti pelaksanaan pada siklus pertama dan kedua yang
meliputi kegiatan proses belajar yang, meliputi tiga kegiatan pokok
yaitu apersepsi, kegiatan inti dan penutup dan setelah akhir
pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga diadakan postes
3. Pengamatan
Melakukan pengamatan terhadap pelaksaan tindakan kelas dengan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi pelaksanaan
pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai kolaborasi yang diamati
tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, mengamati
kegiatan guru selama hasil observasi dijadikan bahan untuk perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya.
4. Refleksi
Dari hasil observasi tersebut guru merefleksikan diri apakah proses
pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman
konsep pembelajaran tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan. Jika pemahaman
belum mencapai standar yang ditetapkan, maka perlu dibuat refleksi
dengan dilakukan perubahan proses pembelajaran pada siklus ketiga Pada
penelitian ini indikator yang ingin dicapai nilai 80.

Anda mungkin juga menyukai