PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
2. Data Awal
Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga
dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi. Kata adalah bagian dari
simbol yang hidup dan digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu.
Kata bersifat simbolis karena tidak memiliki hubungan langsung atau
hubungan instrinsik dengan kenyataan yang diacunya, tetapi hanya bersifat
arbitrer dan konversional..
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sangat penting
bagi siswa terutama untuk membekali dirinya agar beroleh pengetahuan
dan pengalaman yang bermanfaat guna mengisi kehidupan dengan hal-hal
yang lebih baik. Untuk bisa mewujudkan harapan ini tentunya setiap
proses pembelajaran yang diselenggarakan harus dikelola dengan sebaikbaiknya hingga dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam
mempelajari materi yang disajikan. Ini semua sangat bergantung pada
kemampuan guru selaku fasilitator tunggal bagi terlaksananya proses
belajar yang mengarah pada hasil belajar yang menjadi target
pembelajaran.
Siswa sekolah dasar perlu mendapat pendidikan yang layak agar
perkembangan anak bisa tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang
yang belum dewasa, agar mencapai pendewasaan (Winkel, dalam Rustin :
2006 : 1). Bantuan yang diberikan guru itu dapat berupa pendampingan
yang menjaga anak didik belajar hal-hal yang positif, yang nantinya akan
berguna dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Cara belajar anak
didik diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan tanpa
adanya tujuan.
Kemampuan siswa dalam memenuhi tuntutan berbagai tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam membaca dinyatakan
masih kurang. Hal ini seperti yang dialami siswa kelas III SD Negeri
Pengadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap.
Tuntutan yang menjadi target pembelajaran tersebut kurang mampu
dipenuhi oleh sebagian besar siswa. Diduga kuat yang menjadi faktor
penyebabnya adalah kurangnya kesungguhan siswa saat proses belajar
sedang berlangsung. Namun demikian, kondisi seperti ini tidak terjadi
dengan sendirinya. Sangat mungkin sebab tersebut karena timbulnya
kekurangmampuan guru dalam mengelola pembelajaran agar menjadi
bermakna bagi siswa. Atas dasar itu hal yang tidak diharapkan timbul
dalam pembelajaran yang dikelolanya, seperti halnya siswa kurang
motivasi, proses belajar yang dilaluinya dirasakan sebagai sesuatu
kejenuhan, dan siswa kurang kritis terhadap materi yang dipelajarinya.
Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak siswa yang dinyatakan
belum tuntas belajar. Dari 48 orang siswa, baru diketahui ada 12 orang
siswa (25%) yang diketahui sudah mengalami tuntas belajar, dengan
perolehan nilai tes formatif nilai 80 ke atas. sedangkan 26 orang siswa
lainnya (75%) terbukti belum tuntas, dengan perolehan nilai tes formatif
kurang dari nilai 80.
3. Identifikasi Masalah
Dari tes formatif yang peneliti lakukan, ternyata hasilnya tidak
sesuai dengan yang peneliti harapkan. Hasil tes formatif menunjukkan
penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih rendah. Upaya untuk
mengatasi hal itu, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah,
rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya
dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
a. Kurangnya motivasi belajar siswa
b. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
c. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
d. Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan
yang
diberikan
guru
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
e. Pengaturan posisi duduk siswa kurang sesuai sehingga persebaran
siswa yang pandai dan tidak masih belum merata.
f. Keaktifan
diketahui
kemungkinan
adanya
kelemahan
dalam
proses
tentang konsep
pembelajaran.
Atas dasar itulah, peneliti merasa termotivasi untuk melakukan
perbaikan pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Upaya
perbaikan yang peneliti lakukan dengan mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok menulis puisi
berdasarkan gambar dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri Pengadegan
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
a.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka
dapat ditentukan rumusan masalahnya yaitu :
1. Apakah melalui teknik pemberian tugas dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi menulis puisi berdasarkan gambar dapat meningkatkan
minat belajar siswa kelas III SD Negeri Pengadegan Kecamatan Majenang
Kabupaten Cilacap?
2. Apakah melalui teknik pemberian tugas hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi berdasarkan gambar
akan mengalami peningkatan hasil belajar kelas III SD Negeri Pengadegan
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap?
b.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi pokoki
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan
sederhana dan puisi
pembelajaran.
2. Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa hingga memenuhi batas
minimal tuntas belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia standar
kompetensi Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam
karangan sederhana dan puisi.
c.
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian perbaikan pembelajaran ini akan memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut.
1. Siswa
a. Siswa dapat lebih baik dan menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia
dan senang belajar Bahasa Indonesia.
b. Siswa dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam prestasi
pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Guru
a. Membantu guru meningkatkan kinerjanya serta profesi dalam
memupuk rasa percaya dirinya
b. Mendapat
kesempatan
untuk
berperan
aktif
mengembangkan
agar
penyelenggaraan
dapat
memberikan
perhatian
Kerangka Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial,
dan
emosional
peserta
didik
dan
merupakan
penunjang
2. Proses Pembelajaran
Tugas guru adalah menciptakan suasana dalam proses pembelajaran
agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru harus memiliki
kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar dengan baik.
Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur
proses pembelajaran.
Dalam kegiatan proses pembelajaran terdapat dua hal yang turut
menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran dan pengajaran itu
sendiri. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapai tujuan intruksional,
sangat bergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sebab proses pembelajaran yang baik dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal
keberhasilan pembelajaran (Wijaya, 1987:197).
Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa
tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar
mengajar
diperlukan
sesuatu
yang
memungkinkan
siswa
belajar
siswa,
maka
guru
harus
memperhatikan
dan
bahwa
merencanakan
kegiatan
belajar
mengajar
10
11
12
juga dapat disebut sebagai karya seni yang puitis karena puisi dapat
membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan
yang jelas, atau dapat pula menimbulkan keharuan. (Haryadi, 1996:113).
Slamet Mulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan
pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah
kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis.
Kedua puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak,
sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga di dalam
baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
5. Metode pemberian tugas
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar
(Sudirman, 1987 : 141).
Metode ini merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran modern,
prinsip atau disebut juga asas aktivitas dalam mengajar, yaitu guru
dalam mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai
aktivitas atau kegiatan sehubungan dengan apa yang dipelajari.
Tugas lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak baik pada
waktu di kelas maupun di luar kelas, atau dengan kata lain baik siswa
dekat dengan guru maupun jauh dari guru. Teknik ini dapat
mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya
kelak.
Dalam memberikan tugas yang baik, menurut Sudirman (1986:143)
guru hendaklah memperhatikan dan menempuh langkah-langkah berikut
ini.
a. Pemberian tugas dan penjelasannya
Pada langkah ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) materi
13
atau
14
B.
Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam
suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Adapun
kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Kondisi Awal
Tindakan
Pembelajaran
tidak
menggunakan metode
pemberian tugas
Pembelajaran
menggunakan metode
pemberian tugas
Siklus I
Guru menerangkan materi
secara
klasikal,
siswa
mendengarkan
penjelasan
guru,
kemudian
guru
memberikan tugas tentang
materi yang diajarkan untuk
dibahas dalam diskusi kelas.
Siklus II
Guru mengulang materi
pembelajaran, dilanjutkan
pembahasan terhadap tugas
yang
diberikan dengan
melakukan diskusi kelas.
Guru membuat kesimpulan,
secara lisan. Siswa diberikan
tugas menulis kesimpulan
tersebut.
Siklus III
Bersama-sama
siswa
melakukan
pembahasan
terhadap
tugas
yang
diberikan. Siswa diminta
membacakan di depan kelas
untuk dibahas bersama-sama.
Kondisi
Akhir
15
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Melalui teknik pemberian tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia
materi menulis puisi berdasarkan gambar diharapkan dapat meningkatkan
minat belajar siswa.
2. Penggunaan teknik pemberian tugas akan meningkatkan hasil belajar
siswa pada
berdasarkan gambar.
III.METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di kelas III Sekolah
Dasar Negeri Pengadegan
16
Teknik Tes
Pada penelitian ini digunakan tes kemampuan mengidentifikasi
materi pembelajaran yang disampaikan.
2.
Metode Observasi
Dalam mengamati kemampuan siswa pada sat mengidentifikasi
bangun ruang balok dan kubus digunakan metode observasi. Observasi
adalah kegiatan pemusatan perhatian pada suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1998:146-147). Dalam
penelitian ini hal yang diamati adalah kemampun siswa dalam
memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
3.
Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda
tertentu.
Benda-benda
tersebut
diantaranya
adalah
buku-buku,
17
18
19
mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip
atau dokumen dan wawancara.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai akhir
pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil
penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut
kemudian dianalisis terhadap indikator penggunaan peningkatan prestasi
belajar siswa.
Data dalam penelitian ini diperoleh mulai observasi langsung pada
obyek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan minat dan
prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika. Observasi langsung
dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat
digunakan tindakaan kelas berupa penggunaan pendekatan matematika
realistik. Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas untuk memperoleh
data kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan sebagaimana diharapkan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif
teknik persentasi.
Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif. Perhitungan dalam
proses analisis data menghasilkan prosentase pencapaian yang selanjutnya.
G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Kriteria siswa tuntas belajar apabila telah mencapai tingkat penguasaan
materi pembelajaran sebesar 80% ke atas atau mendapat nilai 80.
2. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari
jumlah siswa tuntas belajar.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus, dan tiaptiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi
yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya.
20
materi
pembelajaran.
Setelah
semua
siswa
21
belajar pada siklus satu kemudian diadakan analisis, hal ini sangat
diperlukan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya pada
siklus yang ke ketiga.
c. Siklus Ketiga
Dalam pelaksanaan tindakan kelas pada siklus kedua ini tidak
ada bedanya seperti pelaksanaan pada siklus pertama dan kedua yang
meliputi kegiatan proses belajar yang, meliputi tiga kegiatan pokok
yaitu apersepsi, kegiatan inti dan penutup dan setelah akhir
pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga diadakan postes
3. Pengamatan
Melakukan pengamatan terhadap pelaksaan tindakan kelas dengan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi pelaksanaan
pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai kolaborasi yang diamati
tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, mengamati
kegiatan guru selama hasil observasi dijadikan bahan untuk perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya.
4. Refleksi
Dari hasil observasi tersebut guru merefleksikan diri apakah proses
pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman
konsep pembelajaran tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan. Jika pemahaman
belum mencapai standar yang ditetapkan, maka perlu dibuat refleksi
dengan dilakukan perubahan proses pembelajaran pada siklus ketiga Pada
penelitian ini indikator yang ingin dicapai nilai 80.