Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TAP

(IDIK4500)

NAMA : NENCI IJARAYANI HABEAHAN

NIM : 825397549

POKJAR : TAPANULI TENGAH

REGISTRASI : 2019.2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah symbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakatipemakainya. Aktivitas menulis atau kadang
orang menyebutnya mengarang, tidak banyak diantara kita yang menyukainya. Ketika kita
mendengar istilah menulis atau mengarang, mungkin bayangan dari sebagaian orang terkait pada
suatu yang tidak menarik, menjemukan, dan bahkan memfrustasikan. Pendapat tersebut tidak
sepenuhnya salah. Selain karena kekeliruan pemahaman esensi konsep menulis, pengalamannya
di sekolah dalam belajar menulis mungkin tidak menyenangkan.
Menulis yang ideal adalah pelaksanaan pengajaran menulis yang terpelihara dengan
baik, sehingga berhasil meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kemampuan menulis telah
mulai diajarkan semenjak siswa duduk di bangku sekolah dasar. Melalui kemampuan itulah
siswa diharapkan mampu dan kreatif dalam mengembangkan ide-idenya dalam penulisan yang
baik dan benar. Salah satu kemampuan menulis yang diajarkan oleh guru kepada siswa adalah
menulis karangan. Karangan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada karangan bebas.
Pemilihan pembelajaran menulis karangan narasi didasarkan pada kompetensi dasar
pembelajaran menulis karangan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
untuk kelas IV pada semester satu, yaitu menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan
Berdasarkan hasil test pada siswa kelas IVSDN 153021 Pasaributobing 1khususnya
pada siswa kelas IV rata-rata nilai hasil ulangan praktek harian menulis karangan diperoleh
berdasarkan kriteria penilaian menulis karangan sebesar 65 (data nilai UH siswa semester 1 TP
2017/2018) yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di sekolah bahwa siswa Hal ini
dikarenakan guru dalam mengajarkan menulis belum secara tuntas dan maksimal untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Umumnya strategi yang diajarkan oleh guru kurang mampu
memancing ide- ide siswa untuk mengembangkan gagasannya sehingga para siswa masih banyak
mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu bentuk karangan narasi yang baik. Pembelajaran
menulis yang dilakukan guru kurang efektif dan prestasi menulis siswa sangat rendah. Umumnya
para siswa mengalami banyak kesulitan dalam mencari ide, bagaimana mengawali sebuah
karangan, menuangkan, mengembangkannya ke dalam bentuk karangan narasi yang baik dan
benar, serta melakukan penyuntingan terhadap hasil karya mereka. Padahal kemampuan menulis
dapat dikembangkan apabila guru dalam proses pembelajarannya menggunakan model belajar
berdasarkan perkembangan kognitif siswa secara tepat. Salah satu model belajar yang bisa
digunakan adalah penggunaan model mind mapping. Model ini siswa mencatat kreatif yang
memudahkan siswa mengingat banyak informasi dan mampu membuka pikiran membentuk
sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topic utama ditengah, dan sub topic dan
perincian menjadi cabang-cabangnya sehingga dapat mengembangkan ide-idenya kedalam
sebuah tulisan atau karangan.
Berdasarkan hasil tinjauan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa
dapat ditingkatkan kualitasnya dengan penggunaan strategi-strategi pembelajaran yang mampu
memancing motivasi dan kreativitas menulis siswa. Perlu adanya sebuah pendekatan khusus atau
melalui strategi atau model pembelajaran yang baru, menyenangkan, dan menantang sehingga
siswa lebih tertarik dan proses belajar tidak membosankan. Pemunculan ide-ide, pemikiran, dan
gagasan siswa lebih tertata dan terarah.

1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa permasalahan dalam pembelajaran
menulis karangan di sekolah khususnya di SDN 153021 Pasaributobing 1Kelas IV tahun
Pembelajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut:
1. Apakah strategi pembelajaran yang diajarkan oleh guru sudah mampu memancing ide-
ide siswa untuk mengembangkan gagasan untuk menulis karangan?
2. Apakah prestasi siswa dalam menuls karangan sudah baik?
3. Apakah metode atau model belajar yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan hasil
menulis karangan siswa?
4. Apakah siswa sudah memahami materi konsep membuat suatu karangan bebas dengan
metode mind mapping?

2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis termotivasi untuk mengetahui sebab–
sebab timbulnya masalah tersebut dan mencari solusinya. Adapun masalah-masalah yang terjadi
dikarenakan:
 Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
 Rendahnya motivasi memahami materi karena media pembelajaran yang digunakan
kurang tepat
 Proses pembelajaran membosankan, kurang menyenangkan serta kurang variatif,
sehingga terkesan verbalisme

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari masalah-masalah yang penulis paparkan, penulis termotivasi untuk mencari
alternatif pemecahan masalahnya. Alternatif pemecahan masalah yang penulis pilih adalahHasil
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia akan mudah dipahami oleh siswa dengan
menggunakan model pembelajaran mind mapping sehingga memotivasi siswa untuk belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang
diajukan dalam proposal ini adalah :“Apakah Penggunaan Model Mind Mappingdapat
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa di Kelas IV SDN 153021 Pasaributobing 1Tahun
Pembelajaran 2017/2018?”
C. Tujuan Masalah
Secara umum penelitian ini dilakukan ”Untuk mengetahui penggunaan Model Mind
Mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa di kelas IV SDN 153021
Pasaributobing 1Tahun Pembelajaran 2017/2018”.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam
peningkatan mutu pendidikan.Manfaat teoretis penelitian ini adalah:

1. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengetahui peningkatan kemampuan
menulis siswa dengan penggunaan model Mind Mapping.
2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang kebahasaan, yang mengkaji tentang
kemampuan menulis siswa dengan mengambil setting SDN 153021 Pasaributobing 1
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang sejenis.

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, yaitu diharapkan bahwa melalui model pembelajaran dengan Mind
Mapping, siswa semakin tertarik dan semakin berminat dalam belajar Bahasa
Indonesia. Sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar siswa meningkat.

2. Bagi sekolah, yaitu akan bertambah literaturnya dan akan membantu sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan.
3. Manfaat bagi perpustakaan sekolah yaitu bertambahnya hasil penelitian yang dapat
diperkenalkan pada murid untuk menjawab berbagai masalah yang ada di sekolah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Menulis
Kemampuan menulis memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dalam setiap kegiatan di masyarakat setidaknya diperlukan kemampuan menulis sebagai
penunjang pelaksanaan berbagai kegiatan. Sedangkan di sekolah, kemampuan menulis
merupakan penunjang bagi peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kaitannya
dengan peran ini, kemampuan menulis telah diajarkan oleh guru kepada siswa mulai dari tingkat
dasar. Kemampuan ini nantinya dapat dikembangkan lagi ketingkat berikutnya.
Pada dasarnya menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar
mudah dipahami (Nurudin, 2007:4). Hal ini berarti menulis yang baik adalah menulis yang bisa
dipahami oleh orang lain. Pendapat tersebut sejalan dengan Nurchasanah dan Widodo (1993:2),
bahwa menulis adalah proses menuangkan atau memaparkan informasi yang berupa pikiran,
perasaan, atau kemauan dengan menggunakan wahan bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu
sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan penulis. Dari pengertian tersebut dapat ditafsirkan
bahwa ada empat unsur yang terlibat dalam penyampaian pesan lewat media tulisan.
Keempat unsur tersebut adalah penulis sebagai penyampai pesan, pesan/isi,
saluran/media yang berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Semua unsur-unsur
tersebut merupakan satu kesatuan pokok yang terkandung dalam sebuah wacana tulisan.
Menurut Santana (2007:1), menulis itu ibarat orang ngomomg. Orang ngomong adalah
orang yang tengah mengatur kata-kata, ekspresi dan melihat efek. Menulis dituntut untuk
menguraikan masalah, menuangkan sebuah pikiran yang dirasa penting diketahui. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh The Liang Gie (2002:3), bahwa menulis adalah segenap rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami. Hal ini mengandung arti bahwa sebenarnya menulis
merupakan serangkaian kegiatan yang membutuhkan sebuah proses belajar yang terus-menerus.
Melalui pembelajaran yang diterapkan di sekolah inilah para siswa mengalami proses kegiatan
menulis sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru.
Beberapa pengertian di atas, juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Ahmadi (1990:20), bahwa menulis adalah meletakkkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang
menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca
simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satu satuan ekspresi bahasa. Tulisan
merupakan tempat di mana seorang penulis ingin menuangkan segenap ide, gagasan, dan
perasaan mereka kepada orang lain yaitu pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah serangkain proses kegiatan menuangkan ide, gagasan, dan perasaan berupa
simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa, dengan
menggunakan wahana bahasa tulis sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan oleh penulis.
Dengan demikian, melalui tulisanlah seorang penulis akan memaparkan informasi-informasi
yang mereka miliki kepada pembaca.
Dalam kehidupan sekarang ini, kemampuan menulis sangat dibutuhkan. Dengan
kemampuan menulis, seseorang dapat merekam, mencatat, meyakinkan, memberitahukan,
melaporkan, dan mempengaruhi. Semua itu dapat dicapi oleh seseorang yang dapat menyusun
pikirannya dengan jelas. Kejelasan itu bergantung pada pikiran, organisasi, kata-kata, dan
struktur kalimat (Morsey dalam Widodo dan Nurckhasanah, 1993:5). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan berkomunikasi. Di mana kegiatan
komunikasi berupaya menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain sehingga diterima dan
pahami. Menurut Nurchasanah dan Widodo (1993:3), penyampaian pesan dan penerimaan pesan
terjadi pula kegiatan tulis-menulis. Dalam hal ini, penulis berusaha menyampaikan pikirannya,
kemauannya, atau mungkin perasaannya melalui media bahasa tulis dengan tujuan dipahami oleh
pembaca. Dengan demikian melalui tulisan yang baik dan benar seorang penulis akan mampu
berkomunikasi dengan baik kepada pembaca melalui sebuah tulisan.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki dasar kemampuan menulis pada diri mereka.
Berkembang atau tidaknya kemampuan tersebut bergantung dari bagaimana kemampuan itu
diolah dan dikembangkan melalui berbagai upaya. Dari sinilah perlu adanya usaha untuk
mengembangkan keterampilan menulis menjadi sebuah keterampilan yang lebih baik dan
bermakna, karena kemampuan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bisa dipelajari.
Melalui banyak latihan dan bimbingan secara terus-menerus, siswa akan terasah pikirannya
sehingga lebih kreatif dalam mengembangkan ide dan gagasan, memiliki motivasi dalam
menulis, dan pada akhirnya akan menghasilkan sebuah karangan yang baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini peran guru di sekolah sebagai penunjang perkembangan belajar
siswa sangat menentukan.Proses kegiatan menulis, memerlukan sebuah pemikiran yang cermat,
matang, dan menyeluruh untuk menuangkan sebuah gagasan. Dengan demikian, menulis
memang merupakan suatu bentuk berpikir, tetapi adalah berpikir untuk penanggap tertentu dan
untuk situasi tertentu pula. Menurut Enre (1988:7), salah tugas penting seorang penulis ialah
menguasai unsur-unsur pokok menulis dan berpikir yang akan banyak membantu dalam usaha
mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur pokok tersebut adalah penemuan, penataan, dan gaya.
Berkaitan dengan kemampuan menulis, kreativitas memiliki peran yang sangat penting.
Kreativitas yang muncul pada diri seseorang, memiliki beberapa tahapan. Menurut Roekhan
(1991:9), tahapan kreativitas tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pemunculan ide
Ide dapat muncul di sembarang tempat, ide sering melintas dengan cepat dan menghilang
lagi. Ide juga dapat muncul dengan cara dirangsang melalui: meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman, mempelajari ide orang lain, melakukan perenungan, sering berlatih, berpikir
kritis dan asosiatif.
2) Pengembangan ide
Ide yang sering muncul samara-samar perlu pengolahan dan penyempurnaan. Pengembangan
ide dapat dibantu dengan melakukan perincian unsur-unsurnya. Selain itu, ide dapat
dimatangkan dengan perenungan dan diskusi.
3) Pelahiran ide
Pelahiran ide sering mengalami hambatan bahasa, psikologis, dan hambatan kelancaran.
Untuk itu, seorang penulis harus memilki penguasaan kosa kata, kaidah bahasa, laras bahasa,
dan sistem makna. Selain itu, seorang penulis harus berani membebaskan dirinya dari
perasaan takut, malu, tertekan yang mampu menghambat menulis, dan harus sering latihan.
4) Penyempurnaan ide
Hasil karya dari ide yang telah muncul perlu untuk dibaca kembali. Hal ini dilakukan secara
langsung atau tidak langsung yang dilakukan oleh penulis sendiri maupun orang lain.

B. Pengertian Mind Mapping


Dalam proses pembelajaran di kelas diperlukan sebuah startegi mengajar untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Sanjaya (2007:124), dalam dunia pendidikan strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan satu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto, 2007:85). Berdasarkan pada definisi
tersebut, dalam penelitian ini, digunakan strategi Mind Mapping dalam proses pembelajaran di
kelas.
Mind Mapping merupakan alat paling hebat yang membantu otak berpikir secara teratur.
Mind Mapping merupakan cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak, dan
untuk mengambil informasi dari otak (Buzan, 2007:4-5). Mind map adalah cara mencatat yang
kreatif, efektif, dan secara harfiah akan ”memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2007: 4).
Deporter dkk (2000:174) berpendapat bahwa peta pikiran (Mind Mapping) adalah metode
mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Mind Mapping atau peta
pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-
an. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Menurut Deporter dkk
(2002:152), hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita sering kali mengingat informasi dalam
bentuk gambar, symbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pikiran menggunakan
pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti
peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Cara ini menenangkan,
menyenangkan, dan kreatif.
Otak tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi
melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas
akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta itulah, kita juga menyimpan informasi
seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasilnya
proses belajar kita akan lebih mudah. Menurut Hernowo (2007:73), peta pikiran mencatat
informasi seperti yang dilakukan otak, mirip cabang-cabang pohon, untuk memudahkan kita
mengingat poin-poin utama. Peta pikiran membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan,
dengan topik utama di tengah, subtopik dan perincian menjadi cabang-cabangnya. Hal ini berarti
setiap kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada topik utamanya, poin-
poin penting dari topik utama, pengembangan dari setiap poin menjadi subtopik dan mencari
hubungan antara setiap subtopik. Dengan cara ini kita akan mendapatkan gambaran hal-hal apa
saja yang telah kita ketahui dan area mana saja yang masih belum dikuasai dengan baik.
Para ilmuan berpendapat bahwa otak mengambil informasi, campuran gambar, bunyi,
aroma, pikiran dan perasaan, dan memisah-misahkannya ke dalam bentuk linier, misalnya pidato
atau karya tulis. Peta pikiran menirukan proses berpikir ini, yakni memungkinkan Anda
berpindah-pindah topik (Deporter dkk, 2000:176). Mind Mapping selalu menggunakan warna,
garis, lambang, kata-kata, serta gambar, berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana,
mendasar, alami, dan akrab bagi otak. Dengan menggunakan Mind Mapping, daftar informasi
panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram berwarna-warni, mudah
diingat, sangat beraturan, serta sejalan dengan cara kerja otak.
Menurut Deporter (2002:152), peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan
sensori ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide
orisinal dan memicu yang mudah. Mind Mapping menggunakan kemampuan otak akan
pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna,
gambar, dan cabang-cabang, Mind Map lebih merangsang visual daripada metode mencatat
tradisional, yang cenderung linier.
Pemetaan pikiran atau Mind Mapping merupakan salah satu teknik mencatat tinggi.
Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.
Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena Mind Mapping memadukan
fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaian satu sama lain. Sehingga akan terjadi
keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol,
citra, musik dan lain-lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan. Mind Mapping
dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan
adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol–
simbol yang menarik akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda.
Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam
kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai pengertian Mind Mapping, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Mind Mapping adalah cara mencatat ide-ide yang kreatif, efektif, dan
memetakan pikiran-pikiran kita, secara menarik, mengagumkan dan menyerap fakta serta
informasi baru dengan sangat mudah. Cara ini lebih menyenangkan, dan membuat pikiran tidak
buntu. Dengan cepat ide akan keluar dan membantu kesulitan dalam proses berpikir.
Membuat Mind Map (Peta Pikiran) sangatlah mudah jika kita mengetahui teknik atau
cara yang benar. Menurut Buzan (2007:15-16), ada tujuh langkah untuk membuat peta pikiran
secara cermat dan bermakna yaitu sebagai berikut.
1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.
2) Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya.
3) Gunakan warna, karena warna membuat Mind Map lebih hidup, menambah energi pada
pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gagasan utamanya dan hubungkan cabang-cabang
tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini dilakukan karena otak
bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal sekaligus.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Hal ini dikarenakan garis lurus
akan membosankan otak.
6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak
daya dan fleksibilitas kepada Mind Map.
7) Gunakan gambar, karena sebuah gambar akan bermakna seribu kata

C. Materi Menulis Karangan

Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan


menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami (Gie, 2002:3). Mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis meliputi 4 unsur yaitu
1 Gagasan
Ini dapat berupa pendapat, pengalaman atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang.
2 Tuturan
3 Ini ialah bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca dalam kepustakaan
tehnik mengarang telah lazim dibedakan empat bentuk berikut:
a. Penceritaan
Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa/ pengalaman dalam kerangka
urutan waktu kepada pembaca.
b. Pelukisan
Bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai serapan pengarang dengan segenap
inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.
c. Pemaparan
Bentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan terpadu, yang
terutama bermaksud memberi penjelasan kepada pembaca mengenali suatu ide, persoalan,
proses atau peralatan.
d. Perbincangan
Bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran,
pendapat atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang.

3 Tatanan
Yaitu pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas aturan, dan
tehnik.
4 Wahana
Yaitu sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa-kata,
gramatika, dan retorika. Bahasa tulis merupakan kendaraan angkut untuk menyampaikan
gagasan seseorang kepada pembaca.

Mengarang merupakan segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah


pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan di mengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu
dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan perasaan sampai gejolak kalbu
seseorang. Buah pikiran ini diungkapkan dan disampaikan kepada pihak lain dengan wahana
berupa bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak menggunakan peralatan bunyi dan pendengaran
melainkan berwujud sebagai tanda dan lambang yang harus dibaca.
Wujud karangan dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan perasaan
sampai gejolak kalbu seseorang. Buah pikiran ini diungkapkan dan disampaikan kepada pihak
lain dengan wahana berupa bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak menggunakan peralatan bunyi
dan pendengaran melainkan berwujud sebagai tanda dan lambang yang harus dibaca.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 153021 Pasaributobing 1 tempat
peneliti mengajar, dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang dengan rincian sebanyak 10 orang
peserta didik perempuan dan 10 orang peserta didik laki-laki. Penelitian ini direncanakan
berlangsung selama 2 siklus, penelitian ini dilakukan 2 (dua) pertemuan, satu siklus terdiri dari 1
(satu) pertemuan. Kegiatan jadwal dilaksanakan selama 1 (satu) bulan yakni bulan April 2018.
Waktu belajar mata pelajaran PKN disediakan 4 (empat) jam pelajaran dalam satu minggu dan 1
(satu) jam pelajaran dilaksanakan selama 35 menit.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai praktikan (pengajar) di dalam kelas yang
diteliti dengan dibantu oleh 1 (satu) supervisor sebagai teman sejawat (observan). Adapun
tempat dan waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Per Siklus
Mata Hari dan Tanggal Pelaksanaan
NO Tempat
Pelajaran
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Bahasa 3 April 10 April 17 April SDN 153021
1
Indonesia 2018 2018 2018 Pasaributobing 1

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran terhadap masalah-masalah yang


ditemukan, penulis terlebih dahulu mempersiapkan alat/bahan dan materi yang diperlukan.
Selanjutnya penulis meminta bantuan teman sejawat, serta saran dan pendapat dari Kepala
Sekolah untuk mencari solusinya. Atas dasar ini pula penulis melaksanakan perbaikan
pembelajaran Bahasa Inonesia melalui langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas. Adapun
langkah – langkah dari model mindmapping adalah sebagai berikut :

Langkah-langkah pembelajarannya :
1 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada saat pembelajaran
2 Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3 Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4 Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5 Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6 Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7 Kesimpulan/penutup.
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan


Pengamatan

Perencanaan
Refleksi SIKULUSII Pelaksanaan
Pengamatan

?
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

I. Pra Siklus
Sebelum melakukan perencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan refleksi
terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas dan selanjutnya berkonsultasi dengan kepala
sekolah dalam pelaksanaan tindakan dengan dibantu oleh supervisor di kelas, tahap ini disebut
juga tahap prasiklus.
Berdasarkan hasil refleksi yang peneliti lakukan bersama supervisor, tindakan yang
dapat dilakukan untuk pemecahan masalah yang dihadapi di kelas IV pada mata pelajaranBahasa
Indonesia adalah dengan menggunakan metode inkuiri yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Berdasarkan masalah didapat yaitu bagaimana penggunaan metode inkuiri dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia maka alasan pemecahan masalah selanjutnya bagaimana strategi
yang digunakan dalam pemecahan masalah.Maka dilakukan penelitian tindakan kelas dan
dilanjutkan ke siklus I.
II. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Pada siklus pertama ini penulis melaksanakan pembelajaran dengan urutan kerjanya
sebagai berikut:
a) Perencanaan
1) Pendekatan kepada kepala sekolah SDN 153021 Pasaributobing 1agar memberikan
izin dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian
2) Mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh data-data awal berupa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Membuat Rencana Program Pengajaran
4) Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu tahap-tahap
pembelajaran dengan penggunaan metode inkuiri.
5) Menyusun lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
6) Membuat alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi
pelajaran
7) Merumuskan tujuan pembelajaran
8) Membuat soal dan penskoran

b) Pelaksanaan
1) Apersepsi dengan melihat kesiapan siswa dalam menerima materi
2) Menjelaskan materi dengan penggunaan model mind mapping yang telah dibuat
diselingi dengan tanya jawab
3) Menanyakan kepada siswa terhadap materi yang belum dipahami siswa.
4) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran.
5) Siswa menjawab pertanyaan dalam kertas satu lembar.

c) Pengamatan
Mengamati pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung, memeriksa hasil pekerjaan
anak didik dan menganalisis hasil ulangan
d) Refleksi
Berdiskusi dengan teman sejawat, selain itu selalu berkonsultasi dengan supervisor untuk
mendapatkan masukan yang berharga. Pada tahap ini peneliti dan supervisor 2 melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan penggunaan mind mapping pada siklus I. Bila
pada siklus I ini kurang atau tidak berhasil maka akan ditindaklanjuti pada siklus II. Jika
pada siklus ini penelitian berhasil dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
maka penelitian akan berhenti pada siklus II saja. Namun, jika penelitian masih belum
berhasil maka akan ditindaklanjuti pada siklus ketiga.

III. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Pada siklus ini proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri, adapun urutan
kerjanya sebagai berikut:
a) Perencanaan
1) Sebelum pelaksanaan guru membagi siswa kedalam delapan kelompok, setiap
kelompok maksimal 5 orang.
2) Mempersiapkan LKS yang berisi pertanyaan
3) Menyiapkan peralatan metode inkuiri untuk tiap kelompok
4) Menyiapkan lembar jawaban bagi masing-masing kelompok
5) Menetukan kompetisi dasar dan standar kompetisi yang akan dibahas
6) Menyiapkan sumber belajar yaitu buku pelajaran
b) Pelaksanaan
1) Setiap kelompok melakukan manipulasi terhadap alat peraga dengan melakukan
inkuiri sehingga dia tahu yang akan dilakukan sesuai dengan perintah di LKS.
2) Guru sebagai fasilatator mengarahkan dan membimbing siswa apabila siswa
mengalami kesulitan dalam menemukan konsep materi.
3) Berikan waktu menjawab soal sebnyak 30 menit.
4) Soal dijawab dalam kertas selembar
5) Setelah soal dijawab setiap kelompok mempersentasekan hasilnya di depan kelas
6) Memberikan penilaian berupa penguatan dan penghargaan di depan kelas
c) Pengamatan
Observasi dapat dilakukan secara kelompok dan secara individu. Observasi individu
dilaksanakan dengan pengamatan terhadap keaktivan anggota kelompok dalam membuat
dan menjawab pertanyaan. (lembar observasi terlampir). Observasi secara kelompok
dilakukan dengan melihat hasil pekerjaan siswa dengan cara
1) Masing-masing kelompok dipersilakan untuk membacakan hasil diskusinya terhadap
kelompok lain
2) Jawaban dibacakan secara bergilir.
3) Kalkulasikan nilai hasil jawaban dan berikan peringkat keberhasilan.
4) Lembar sekor jawaban terlampir
d) Refleksi.
Tahap ini dilakukan untuk mengambil keputusan hasil analisis data dari pemberian
tindakan pada siklus I. Kesimpulan yang diambil ini digunakan sebagai dasar untuk tahap
perencanaan pada siklus II. Tahap pada siklus II sama seperti pada tahap siklus I, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus II ini penelitian berhasil
dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan maka penelitian akan berhenti pada
siklus II.
C. Teknik Analisis Data
Demi tercapainya tujuan penelitian, maka peneliti haruslah dapat mengumpulkan data
yang dibutuhkan dengan baik. Data-data yang berisikan nilai-nilai siswa dikelompokan ke dalam
data kuantitatif yang akan dianalisis dengan metode statistik deskriptif karena hanya
mendeskripsikan data sampel dan tidak membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi.
(Sugiyono, 2008:20i berikut:
8). Adapun penilaian yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Tingkat ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan skor ketuntasan belajar ≥ 70% dan
yang memperoleh skor ≥ 70 harus 85% siswa. Artinya siswa yang dianggap tuntas secara
individu dalam proses pembelajaran apabila sudah mencapai ≥ 70% dan tuntas secara klasikal
apabila ≥ 85% dari jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas telah mencapai skor itu. (Endang
Retno W., 2005:26). Adapun kriteria ketuntasan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝐾𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

Anda mungkin juga menyukai