Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, yang dalam kesehariannya


menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Penggunan bahasa yang digunakan
manusia menjadi hal pembeda dengan makhluk tuhan lainnya, dengan bahasa
manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

Penggunaan bahasa yang baik akan memudahkan orang yang diajak


berkomunikasi mengerti dengan apa yang kita bicarakan dan itu berdampak pada
jalannya komunikasi, oleh karena itu diperlukan adanya keterampilan Berbahasa.
Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis. Keterampilan berbicara merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran bahasa indonesia. Terampil dalam berbicara sebagai latihan untuk
berkomunikasi dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan hal paling mutlak
yang harus dimiliki oleh manusia sebagai alat untuk menyampaikan maksud dan
tujuan kepada lawan tutur.

Dalam keterampilan berbicara ada faktor kebahasaan dan non kebahasaan.


Faktor kebahasaan adalah faktor yang menyangkut masalah linguistik yang
seharusnya dipenuhi saat berbicara ketepatan ucapan/pelafalan, penempatan
tekanan,nada,dan durasi yang sesuai, diksi atau pilihan kata, ketepatan sasaran
pembicaraan. Sedangkan pada faktor nonkebahasaan yaitu sikap yang
wajar,tenang dan tidak kikuk,pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara,
kesediaan menghargai pendapat orang lain,gerak gerik dan mimik yang tepat,
kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.
(Ilham,M,et all 2020)

Pada keterampilan berbicara dapat melatih komunikasi peserta didik


dengan baik dan benar, semakin sering berlatih, peserta didik akan semakin lancar
dan memperbaik komunikasinya. Oleh karena itu peserta didik harus mampu

1
meningkatkan keterampilan berbicara dengan melalui pembelajaran bahasa
indonesia.

Mata pelajaran bahasa indonesia merupakan mata pelajaran penting dan


wajib diajarkan kepada anak sekolah dasar. Pembelajaran bahasa indonesia
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam
berkomunikasi secara benar, baik, lisan maupun bentuk tulisan serta
mengapresiasi karya cipta bangsa indonesia yang sangat diperlukan. Dalam proses
pembelajaran bahasa indonesia yang aktif dan efektif membutuhkan macam-
macam metode pembelajaran dalam penyampaian materi dengan maksud agar
siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran bahasa indonesia yang dapat
menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran
bisa tercapai. (Ulul Ilmiah W.J, 2021)

Media pembelajaran dapat diartikan sesuatu yang dapat megantarkan


pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Media
pembelajaran juga sebagai alat untuk memperjelas pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa untuk membantu menangkap pesan pembelajaran
dengan baik karena materi tidak lagi abstrak dengan media pembelajaran siswa
menjadi lebih mudah dalam pelaksanaan pembelajaran, seperti penggunaan media
cerita bergambar juga sangat efektif, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa, dan
dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

Menurut Shinta Ardita S (2021) Media cerita adalah salah satu media yang
tepat untuk menstimulasi kemauan dan kemampuan membaca nyaring pada siswa,
penggunan media cerita bergambar sangat bagus dan baik bila diterapkan pada
mata pelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar.

Dalam keterampilan berbahasa masih banyak peserta didik yang kesulitan


dalam hal mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, mengalami
keterlambatan dalam pemahaman, malas belajar, antusias peserta didik terhadap
mata pelajaran bahasa indonesia, dan masih banyak peserta didik yang kurang
fokus dalam belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

2
(Magdalena,I.et al.2021) yang menyimpulkan bahwa dalam mengembangkan
sikap dan kebiasan belajar yang baik, guru harus menekankan pada motivasi
belajar siswa. Karena peranan dan motivasi belajar tersebut sangat mempengaruhi
dalam pengembangan keterampilan berbahasa pada peserta didik. Selain itu guru
dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat agar peserta didik
dalam belajar lebih tertarik dan mendapat kondisi yang menyenangkan. Jika
selama ini penggunaan metode yang digunakan guru mengalami keterbatasan
pengetahuan tentang metode yang akan disampaikan. Penggunaan media picture
story merupakan media yang sangat mudah digunakan dalam menyampaikan
materi pembelajaran, dan siswa sangat tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh
guru.

Berdasarkan kajian terdahulu, ditemukan suatu penelitian tindakan kelas


yang membahas tentang penerapan media cerita bergambar pada pelajaran bahasa
indonesia siswa kelas 3 SD Negeri Sukakarya, dalam penelitian tersebut, yang
dilakukan oleh Fitri Puspita, dkk (2022) membahas tentang hasil belajar Bahasa
indonesia menggunakan media cerita menggambar. Dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Kuni sholi’ah yang membahas tentang penerapan media photo
story dalam peningkatan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas XI
Ips SMA Negeri 1 Gublus Pesantren tahun pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian
tersebut membahas tentang penerapan media photo story untuk meningkatkan
penulisan naskah drama sekaligus pengaruh media photo storyterhadap minat dan
bakat siswa. Dengan hasil bahwa perubahan aktivitas dan minat mengalami
peningkatan yang lebih positif setelah dilaksanakan pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan media Photo story. Hal ini terlihat dari kemampuan dan
nilai rata-rata siswa.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ina magdalena, dkk (2021),


membahas tentang analisis pentingnya keterampilan berbahasa pada siswa kelas 4
di SDN Gondrong 2. Dalam penelitian tersebut penerapan media gambar sangat
cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa dan

3
menjadi salahsatu alat bantu yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran.
Sedangkan penelitiann yang kami lakukan adalah lebih fokus pada keterampilan
berbicara menggunakan Bahasa indonesia dengan berbantuan media Picture
Story.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil refleksi dan diskusi dengan teman
sejawat, dan konsultasi dengan supervisor, penulis menemukan beberapa
penyebab rendahnya minat siswa Kelas V pada keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru dengan menggunakan


metode ceramah, Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Siswa kurang termotivasi berbicara di depan kelas. Siswa tidak berani tampil
berbicara di depan kelas. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengatasi
permasalahan tersebut untuk peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam
pelajaran Bahasa Indonesia dengan berbantuan media story di Kelas V SDIT AL-
GHAZALI Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara dalam pelajaran Bahasa


Indonesia dengan Menggunakan media story picture untuk Siswa Kelas V
SDIT AL-GHAZALI Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan ?

2. Apakah penggunaan media story dapat meningkatkan keterampilan berbicara


siswa Kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas tujuan perbaikan pembelajaran yang


ingin dicapai adalah :

1. Meningkatkan motivasi, minat, keaktifan, dan kemampuan berbicara siswa

4
dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas V SDIT AL-GHAZALI
Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan.

2. Mendeskripsikan penggunaan media story picture untuk meningkatkan


keterampilan berbicara dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas V
SDIT AL-GHAZALI Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan

Hasil tindakan perbaikan dapat bermanfaat bagi guru sebagai peneliti,


institusi, dan pendidikan secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Guru sebagai Peneliti


Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru
dalam memperbaiki sekaligus meningkatkan cara mengajar dan mendidik
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi Institusi Sekolah Dasar


1. Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum
sekolah, khususnya di SDIT AL-GHAZALI Kecamatan Pamekasan
Kabupaten Pamekasan agar tidak terpaku dengan cara konvensional,
tetapi juga perlu diadakan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.
2. Sebagai sarana untuk menemukan hambatan dan kelemahan dalam
proses pembelajaran. Sekaligus juga sebagai upaya untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

c. Bagi Pendidikan pada Umumnya


Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu lulusan dan
peningkatan profesioanlisme guru.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kajian pembelajaran bahasa merupakan kajian Untuk mengetahui hasil


pembelajaran dengan mengetahui kekurangan - kekurangan metode, teknik yang
dipakai sehingga perlu adanya kajian pembelajaran dalam mengatasi hal tersebut.
Kajian pembelajaran sangat erat kaitannya dengan penelitian tindakan kelas
(action class research), (Rachmawati,2022) dalam bukunya menyatakan bahwa
dalam proses pembelajaran bahasa ada dimensi internal dan eksternal yang
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Adapun dimensi internal fokus
pada kajian struktur bahasa melalui tahapan struktur fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Sedangkan pembelajaran bahasa dalam dimensi eksternal
mengacu pada relevansi antara bahasa dengan faktor lain diluar unsur kebahasaan
seperti psikologi, etnis, agama, sosial dan sebagainya.

Pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang menghubungkan informasi


dan lingkungan yang disusun secara terencana dengan tujuan mempermudah
siswa dalam proses belajar. Lingkungan ini meliputi tempat, metode, media,
peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi. Pembelajaran yaitu
interaksi antara peserta didik (belajar) dan pendidik (mengajar) dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang sudah
disusun dan direncanakan bisa tercapai. (Magalhaes, A.DJ, 2023).

Bahasa merupakan kumpulan kata yang terstruktur dan saling berhubungan


yang memiliki makna sehingga mampu terbentuk interaksi dan komunikasi antar
sesama masyarakat dengan penggunaan bahasa tertentu. Bahasa dan manusia
adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, manusia sebagai pengguna bahasa
membutuhkan bahasa untuk bersosialisasi dengan manusia lain, bahasa juga
merupakan pesan yang disampaikan melalui bentuk ekspresi sebagai alat

6
komunikasi.

(Noermanzah,2019) memberikan pemahaman tentang hakikat bahasa


sebagai alat komunikasi, citra pikiran, dan kepribadian. Makna bahasa sebagai
alat komunikasi merupakan deretan bunyi yang bersistem, berbentuk lambang,
bermakna, bersifat arbitrer, unik, bervariasi, konfensional, universal, manusiawi,
produktif, dinamis dan sebagai alat interaksi sosial yang sebagai individual
dalam menyatakan sesuatu atau berekspresi kepada lawan tutur dalam suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi dan identitas penuturnya.
Adapun penggunaan bahasa sebagai citrapikiran mempunyai makna bahwa bahasa
terbentuk dari pikiran, atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan)
meniru atau mengikuti bentuk pikiran atau ide.

Penggunaan bahasa sebagai citra kepribadian memiliki makna bahwa bahasa


berkaitan dengan etika berbahasa yang diyakininya. Etika berbahasa sangat erat
kaitannya dengan pemilihan norma-norma sosial, kode bahasa, dan sistem
budaya yang berlaku dalam bermasyarakat. penggunaan bahasa dengan
memperhatikan etika berbahasa, maka dapat mempengaruhi krakter kepribadian
seseorang.

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, diantaranya


keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Setiap komponen keterampilan sangat berkaitan dengan
tiga keterampilan lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa dengan
urutan yang teratur, seperti pada waktu masih kecil kita belajar menyimak
bahasa, kemudian berbicara, kemudian belajar membaca, dan yang terakhir adalah
menulis. Selain itu, Setiap keterampilan juga saling berhubungan dengan proses
berpikir seseorang, karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin
terampil seseorang berbahasa, maka semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya. Keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dengan cara seringnya
praktik dan banyak latihan berbicara.

Pada fase anak-anak, Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang

7
bisa diawali dengan keterampilan menyimak. Pada masa tersebut kemampuan
berbicara anak dengan perkembangan kosakatanya bisa diperoleh dengan
menyimak dan membaca. Sehingga keterampilan berbicara merupakan seni yang
dimiliki seseorang secara alami atau dengan memperbanyak latihan secara khusus.
(Ilham, M, et all, 2020) menjelaskan lebih detail tentang hubungan keterampilan
berbicara dengan keterampilan lainnya sebagai berikut :

1. Hubungan antara berbicara dengan menyimak


Proses berfikir yang paling awal dilakukan oleh manusia semenjak dalam
kandungan sampai lahir kedunia adalah menyimak, karena menyimak memahami
sesuatu dengan berdasarkan apa yang pernah dirasakan, dilihat dan didengar.
Sehingga hubungan Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi
dua arah secara langsung atau secara tatap muka. Hal-hal yang dapat
memperlihatkan hubungan antara berbicara dengan menyimak adalah sebagai
berikut:
a) Ujaran (speech), hal ini bisa dipelajarai melalui menyimak dan meniru
(imitasi).
b) Melalui kata – kata Perangsang (stimulus).
c) Meningkatkan keterampilan menyimak dilingkungan, baik di rumah,
disekolah, berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara.
d) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.

2. Hubungan antara berbicara dengan membaca.

Hubungan antara keterampilan berbicara dengan keterampilan membaca


sangat erat kaitannya, karena semakin banyak seseorang membaca, maka semakin
banyak pengetahuan atau wawasan yang didapat, kosa kata, ejaan yang benar,
sehingga keterampilan membaca ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan berbicara. Hubungan antara keterampilan berbicara dan membaca
dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian antara lain:
a) Performance atau penampilan pembaca.

8
b) Ujaran bagi anak-anak tuna aksara bisa mengganggu keterampilan dalam
membaca.
c) Pola – pola membaca bagi anak-anak kelas tinggi bisa membantu dalam
keterampilan berbicara.
d) Bahan bacaan mengenai kosakata baru bisa diajarkan secara langsung,
agar siswa bisa memahami maknanya sebelum mulai membaca.

3. Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Menulis.

Aktifitas atau kegiatan berbahasa yang produktif adalah berbicara dan


menulis. Proses berbicara dan menulis merupakan kegiatan yang sangat penting
dan sama-sama mempunyai peran sebagai pemberi pesan kepada pihak lain.
Informasi yang disampaikan melalui tulisan bisa diperoleh dari hasil keterampilan
berbicara maupun keterampilan membaca. Sehingga dalam pendidikan,
komunikasi antara guru dengan siswa harus terampil dalam memilih kosa kata
sehingga dengan adanya keterampilan berbicara tersebut, maka apa yang
disampaikan itu mudah dicerna dan tidak terjadi ketersinggungan antara satu
dengan yang lain.

B. Kajian Model Pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar, memilih model pembelajaran yang tepat


harus memperhatikan kondisi siswa, baik tentang sifat materi bahan ajar, fasilitas
media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Siswa belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.
Dalam Prakteknya, ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan, salah
satunya model pembelajaran kooperatif / Cooperative Learning.

Model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) artinya siswa


dilatih dan dibiasakan untuk saling membantu, berbagi pengalaman, pengetahuan,
tugas dan tanggung jawab. Ahmadi dalam Aje (2022) memberikan penjelasan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana
siswa belajar dibentuk dengan kelompok-kelompok kecil dengan tingkat

9
kemampuan yang berbeda. Jadi bisa disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subjek
dalam pembelajaran (student Oriented) dengan suasana kelas yang berbeda, saling
memberikan pembelajaran, dan menjadikan potensi siswa sebagai peluang yang
lebih besar untuk diberdayakan secara maksimal.

Teori dasar yang menjadi landasan dalam pembelajaran kooperatif adalah


teori belajar konstruktivisme, artinya pengetahuan siswa tersebut bisa diperoleh
karena keaktifan siswa itu sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikonsep
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan dorongan terhadap siswa untuk
mengespresikan pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna.
(Aje,A,U.2022).

Asfuri,N,B.(2020). Dalam bukunya menjelaskan bahwa model


pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang cocok dan sering
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas. Fungsi dari
Penggunaan model kooperatif adalah dalam rangka meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dikelas. Dengan model pembelajaran kooperatif siswa bisa
mencapai hasil belajar yang maksimal dan bagus karena sistem pembelajaran
kooperatif motivasi belajar siswa bisa meningkat, sehingga hasil belajar yang
didapat juga maksimal.

Dalam penelitian ini, Model pembelajaran kooperatif, jumlah siswa dikelas


dibentuk beberapa kelompok, yang terdiri dari 5 - 6 orang secara heterogen.
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk media cerita bergambar
(Picture Story). Dalam Setiap kelompok, ada 1 orang mewakili untuk memberikan
penjelasan tentang cerita bergambar yang sudah ditugaskan tersebut dan diberikan
kesempatan untuk memberikan pemahamannya terhadap anggota kelompok yang
lain. Sehingga tujuan dari penelitian ini bisa tercapai, yakni menumbuhkan
keterampilan berbicara siswa di depan kelas.

C. Kajian Media Picture Story

10
Penggunaan media picture story merupakan salah satu media yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. dan menjadikan pembelajaran yang efektif.
Melihat tidak semua sekolah menyediakan fasilitas yang memadai dalam
penggunaan media. Media picture story adalah media termurah dan terjangkau
dalam penerapannya. Penggunaan media memudahkan peserta didik dalam
menerima pembelajaran.

Penggunaan media picture story dapat membantu pemahaman peserta didik


Sehingga peserta didik dapat memiliki motivasi dan ketertarikan dalam membaca
dan memahami isi pada cerita bergambar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Ayunda,I (2021) dengan media picture story dapat mempermudah dan
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Penggunaan media picture story memiliki manfaat antara lain :


a. Penggunaan media picture story berfungsi untuk menjelaskan sesuatu
masalah karena itu bernilai terhadap semua pelajaran disekolah.
b. Bernilai ekonomis, mudah didapat dan murah
c. Mudah digunakan baik perorangan ataupun kelompok, satu gambar dapat
digunakan beberapa siswa dalam satu kelas.

Dengan penggunaan media Picture Story dapat memudahkan dan


menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak sehingga dapat menstimulus
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Daryanto dalam Umam,K (2018) yang mengungkapkan bahwa dengan media
cerita bergambar dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi
realistik sehingga dapat menstimulus kemampuan berpikir kritis siswa.
Sulistyowati dalam Umam,K (2018) berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh
dalam proses belajar membaca dengan menggunakan media picture story peseerta
didik akan mampu memahami isi gambar sehingga peserta didik dapat lebih
termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita
bergambar.

11
Penggunan media gambar dalam menyampaikan informasi atau
pemahaman terhadap siswa lebih konkret dan lebih nyata dibandingkan dengan
perkataan yang di ucapkan, di cetak maupun yang di tulis. Media gambar dapat
juga bisa memberikan pemahaman terhadap apa yang tidak dapat dijelaskan
dengan kata-kata. satu gambar sama nilainya dengan seribu kata (One Picture Is
Worth Athousand Words).

Media gambar juga bisa membuat siswa lebih mudah dalam memahami
pelajaran dikelas, karena lebih fokus memperlihatkan gambar-gambar dari pada
kata-kata. Bisa membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk memberikan
rangsangan terhadap suatu pengetahuan yang baru, serta perkembangan
pengalaman siswa semakin luas, pemikirannya semakin tajam, sehingga dalam
melatih keterampilan berbicara juga semakin maksimal.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam perbaikan pembelajaran ini yang dijadikan subjek
penelitian yaitu siswa kelas V (lima) SDIT AL-Ghazali Jl. Raya Nyalaran
Kabupaten Pamekasan Tahun pelajaran 2022/2023, Pelajaran Bahasa
Indonesia, materi Tema 2 “Udara Bersih Bagi Kesehatan” subtema 1
(Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih). Dengan Jumlah siswaa kelas V
sebanyak 19 siswa yang terdiri dar 8 siswa perempuan dan 11 siswa laki-
laki.
2. Tempat Penelitian
Lokasi Pelaksanaan Penelitian perbaikan pembelajaran melalui penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDIT Al-Ghazali Jl. Raya
Nyalaran Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan.

3. Waktu Penelitian

Table 3.1 Jadwal penelitian


No Tanggal Materi pelajaran Kelas ketrangan
pelakasanaan
1 01 Mei 2023 Tema 2 : Udara Bersih Bagi V Prasiklus
Kesehatan
Sub Tema 1 : Cara Tubuh
Mengolah Udara Bersih
PB :3
2 05 Mei 2023 Tema 2 : Udara Bersih Bagi V Siklus I
Kesehatan
Sub Tema 1 : Cara Tubuh

13
Mengolah Udara Bersih
PB :3
3 11 april 2023 Tema 2 : Udara Bersih Bagi V Siklus II
Kesehatan
Sub Tema 1 : Cara Tubuh
Mengolah Udara Bersih
PB :3
4. Pihak Yang Membantu
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu teman sejawat, supervisor 1 yang
bertugas untuk mengamati dan mencatat proses pembelajaran yang
berlangsung yang dilakukan oleh peneliti.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan beberapa
tahapan penelitian, yaitu Tahap perencanaan awal, pelaksanaan tindakan,
observasi dan tahap refleksi. Tekhnik yang digunakan bersifat observasi langsung,
artinya guru secara langsung berada pada aktifitas mengajar, dan Sistem yang
digunakan merupakan sistem putaran atau siklus.

Pelaksanaan
Perencanaan Tindakan

Refleksi Pengamatan /
Observasi

Pelaksanaan
Perencanan Tindakan

14
Refleksi Pengamatan /
Observasi

a. Siklus 1
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh
peneliti yaitu guru dalam mempersiapkan segala sesuatunya pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran bahasa indonesia. Adapun langkah-langkah yang
perlu dipersiapkan sebelum melakukan proses pembelajaran, yaitu :
a. Menyiapkan Rencana Perbaiakan Pembelajaran (RPP)
b. Berdasarkan kesepakatan antara supervisor 2 dan peneliti
(mahasiswa), maka tugas dari supervisor 2 adalah mengumpulkan data
dari proses perbaikan pembelajaran dengan lembar pengamatan
(APKG).
c. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan
rencana perbaikan pembelajaran adalah dengan metode ceramah.
d. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan untuk
menunjang pelaksanaan tindakan.
e. Mempersiapkan format dan observasi yang baik bagi guru dan siswa.
f. Mempersiapkan soal evaluasi untuk mengukur daya serap siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan ini akan dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 Mei 2023 dan siklus II
dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2023.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebagai guru kelas V sebanyak 1

15
kali jam tatap muka (1x35 menit) sesuai dengan jadwal, mengikuti
langkah-langkah yang telah direncanakan dan disusun oleh guru kelas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasi kesulitan, kelemahan,


dan dampak perbaikan pembelajaran yang dilakukan bagi siswa atau guru
serta efektifitas pembelajaran secara keseluruhan, menggunakan catatan
tersendiri. Hasil pengamatan dan catatan tersebut kemudian digunakan
sebagai bahan refleksi bersama untuk menyusun rencana perbaikan
pembelajaran siklus II.

Adapun langkah-langkah pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

 Kegiatan Awal :

- Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a


menurut agama dan keyakinan masing-masing.

- Guru mengecek kehadiran siswa.

- Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran.

- Siswa diminta mengingat kembali konsep tentang materi udara bersih


bagi kesehatan.
- Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran.

 Kegiatan Inti :

- Guru Menjelaskan materi.


- Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang materi.
- Siwa diberi kesempatan bertanya terhadap materi yang belum dipahami.
- Dengan bimbingan guru, siswa diminta mengerjakan soal dengan melihat
jam dinding.
- Siswa mencatat materi yang telah dijelaskan.
 Kegiatan Penutup :
- Guru dan siswa menyimpulkan materi.
- Memberikan soal evaluasi.
- Menutup pelajaran

16
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan teknik pengumpulan data, Data penelitian
dikumpulkan bersama oleh peneliti dan supervisor pada saat perbaikan
pembelajaran berlangsung dengan data yang dikumpulkan adalah :
Proses pembelajaran yang mencakup : aktivitas, partisipasi, dan
antusiasme siswa selama menyelesaikan tugas / LKPD.
Data proses pembelajaran yang tidak terekam dalam lembar pengamatan
hasil pembelajaran meliputi setiap hasil kerja siswa yang dikumpulkan oleh
peneliti selama pelaksanaan pembelajaran melalui hasil LKPD, dan penilaian
hasil pembelajaran melalui evaluasi akhir.
Adapun pengamatan hasil tes formatif siswa pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I seperti instrumen berikut :
1. Lembar Hasil Tes Akhir Pada Perbaikan Pembelajaran Siklus 1(terlampir)
2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1
(terlampir)
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus 1
(terlampir)

4. Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama teman sejawat melakukan animasi terhadap
hasil-hasil yang telah dicapai, kendala/ masalah/ kesulitan dan atau dampak
perbaikan pembelajaran terhadap guru dan siswa pada Siklus 1 ini. Hasil refleksi
ini, selanjutnya penulis bersama teman sejawat jadikan sebagai pedoman dasar
bagi upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh penulis bersama teman


sejawat dari; catatan-catatan hasil observasi; hasil refleksi ini, selanjutnya penulis
bersama teman sejawat digunakan sebagai dasar bagi upaya perbaikan
pembelajaran pada siklus II.

17
b. Siklus II

1. Perencanaan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I yang masih belum
memenuhi kriteria pencapaian maka peneliti melakukan tahap perencanaan
ulang yang disebut dengan siklus II.

Pada tahap perencanaan ini perlu adanya persiapan segala sesuatu yang
diperlukan dalam pelaksanaan perbaikan, yaitu sebagai berikut:
a. Menyiapkan penyusunan rencana perbaikan pembelajaran tentang
menjelaskan tentang Udara Bersih Bagi Kesehatan.
b. Penyusunan pedoman observasi terhadap kegiatan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran.
c. Penyusunan pedoman penilaian keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
d. Penyusunan pedoman penilaian keterampilan berbicara.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada


Hari Rabu Tanggal 10 Mei 2023 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Kegiatan Awal :
- Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing.
- Guru mengecek kehadiran siswa. (Disiplin)
- Siswa Menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dengan ditampilkan
tayangan video melalui layar.
- Guru menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu
tentang T e m a 2 ”Udara Bersih Bagi Kesehatan”, Subtema 1
“Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih”, Pembelajaran 3.
- Guru mencoba menggali pengalaman sehari-hari peserta didik yang

18
berhubungan dengan Tema “Udara Bersih Bagi Kesehatan”
- Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai.
- Guru menstimulus pengetahuan dan daya analisa siswa dengan
mengajukan pertanyaan pada peserta didik.
 Kegiatan Inti :
- Siswa menyimak penjelasan guru dengan mengamati power point
tentang pengertian kata tanya, jenis-jenisnya beserta contohnya.
- Guru melakukan tanya jawab kepada peserta didik terkait contoh
kata tanya siapa,kapan, dimana, apa, mengapa, dan, bagaimana
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen.
- Setiap kelompok diberikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
- Setiap kelompok diminta untuk menuliskan nama-nama anggota
kelompoknya.
- Setiap kelompok diminta untuk terlebih dahulu membaca dengan
teliti LKPD yang diberikan secara tertib dan tidak ramai.
- Setiap Individu dalam kelompok dipastikan untuk memahami tugas
yang terdapat dalam LKPD.
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mencari peta pikiran
(mind map) yang terdapat pada bacaan di LKPD.
- Perwakilan tiap kelompok siswa secara bergantian
mempresentasikan peta pikiran yang telah dibuat di depan kelas.
- Siswa Lain memberikan tanggapan
- Guru memberikan penguatan
 Kegiatan Penutup
- Siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya
tentang peta pikiran dari jawaban pertanyaan apa, di mana, kapan,
siapa, mengapa dan bagaimana.
- Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
- Guru berpesan agar selalu rajin belajar dirumah
- Guru menutup pembelajaran dengan Do’a bersama.

19
3. Pengamatan

Pada tahap ini, teman sejawat menilai kinerja guru dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran, mencatat hal-hal yang terjadi selama perbaikan
pembelajaran, dan mengumpulkan data dari hasil pengamatan.

Adapun pengamatan hasil tes formatif siswa pada pelaksanaan pembelajaran


siklus II menggunakan instrumen sebagai berikut :.
1. Lembar Hasil Tes Akhir Pada Perbaikan Pembelajaran Siklus 1(terlampir)
2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1
(terlampir)
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus 1
(terlampir)

4. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan siklus II dihasilkan refleksi sebagai berikut :

1. Antusiasme peserta didik dalam memperhatikan penjelasan guru tentang

penggunaan alat/barang sudah terlihat.


2. Ke aktifan siswa pada saat berdiskusi dengan kelompoknya sudah baik

3. Secara keseluruhan, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

4. Tidak adanya kesalahpahaman atau miss conception dalam diskusi


antar siswa.
5. Pada aspek keterampilan berbicara yaitu aspek intonasi, ketepatan,
pelafalan, kecepatan, dan ekspresi sudah ada peningkatan.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Data Hasil Tes Akhir Siswa

Data hasil tes akhir ini diperoleh dari test formatif yang berupa lembar tes
soal yang diberikan pada akhir proses belajar mengajar dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar berlangsung.

20
Adapun Data nilai hasil tes akhir dapat dianalisis dengan rumus:

Rata-rata Kelas =
∑ Nilai Perolehan × 100
∑ Siswa
Dengan,

Presentase Kelulusan =
∑ Siswa Tuntas ×
∑ Siswa
Keterangan :
Kriteria Kelulusan (KKM) = 70
b. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa, dengan menggunakan Rumus
yaitu :

Jumlah Skor
Presentase = × 100 %
Skor Maksimal

Dengan Bobot Skor Penilaian, Yaitu :


Skor 1 : Tidak Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 3 : Kurang Baik
Skor 4 : Sangat Baik.

21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pembelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat- alat yang
mendukung.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 05 Mei 2023 di SDIT Al-Ghazali Kecamatan Pamekasan Kabupaten
Pamekasan. Dalam hal ini peneliti melaksanakan rencana pelajaran yang telah
disiapkan. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.

c. Pengamatan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diiberi tes formatif dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
berlangsung.
Adapun hasil tes formatif siswa pada pra siklus seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1
Data Hasil Tes Akhir Pada Perbaikan Pembelajaran Siklus I

NO NAMA KKM HASIL TES KETERANGAN


1 ACHMAT FAIZ HUMAIDI 70 50 Tidak Tuntas

22
2 AGHNIA ZULFA JUNAIDI 70 50 Tidak Tuntas
3 AHMAD HUMAIDY AMIN 70 67 Tidak Tuntas
4 ANDHIKA RAFLI ROMADHON 70 67 Tidak Tuntas
5 ASMAUL HUSNA 70 34 Tidak Tuntas
6 BAZILLAH AZZAN DZAHIN 70 83 Tuntas
7 DEWI SURYA RINI 70 67 Tidak Tuntas
8 FAWWAZIL IRFANI RACHMAN 70 80 Tuntas
9 MOH. AINOR RIFQI MAULIDI 70 83 Tuntas
10 MUHAMMAD ILZAM ADDHAIFI 70 67 Tidak Tuntas
11 NAILIS PUTRI ANJANI 70 80 Tuntas
12 PUTERA ARISTA AKBAR ZAKI 70 80 Tuntas
13 RAFIKI SALIM 70 60 Tidak Tuntas
14 RIKY ROBBANI 70 50 Tidak Tuntas
15 SALSABILA VANIA PUTRI 70 50 Tidak Tuntas
16 SYAFIRA FARIDHATUL JANNAH 70 78 Tuntas
17 TEDUH AWAN MUHAMMAD J. 70 50 Tidak Tuntas
18 WAHIBATUS TSAMINAH 70 50 Tidak Tuntas
19 WINDI APRILIA 70 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1.206
Rata-rata 63,47 %
Tuntas 6 Siswa
Tidak Tuntas 13 Siswa

Kriteria kelulusan minimal (KKM) = 70

Jadi dengan menghitung :


1.206
Rata-rata kelas = = 63,47 %
19
6
Presentase ketuntasan = x 100 = 31,5 %
19
Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh data hasil tes akhir siswa,
t e r d a p a t 6 siswa dengan nilai tertinggi yaitu 84 dan nilai terendah yang
dicapai siswa 34, dengan rata-rata kelas sebesar 63,47%. Hal Ini menunjukkan
bahwa siswa yang mencapai nilai tes akhir ≥ 70 (batas ketuntasan belajar)
berjumlah 6 siswa (31,5%) dan siswa yang mencapai nilai ≤ 70 berjumlah 13

23
siswa (68,5%). Ini berarti bahwa hasil perbaikan pembelajaran siklus I dapat
dikatakan belum sukses, karena hasil tes akhir menunjukkan hanya 31,5% siswa
yang memperoleh nilai ≥ 70, sedangkan batas ketuntasan belajar yang ditetapkan
adalah jika dikelas tersebut telah terdapat lebih dari 85% siswa yang memperoleh
nilai ≥ 70. Dengan demikian, pada siklus I ini, penerapan media belajar belum
sepenuhhnya membantu siswa meningkatkan ketuntasan belajarnya tentang
“Udara Bersih Bagi Kesehatan”.

Dari hasil pengamatan, masih belum optimalnya pencapaian hasil tes akhir
pada perbaikan pembelajaran siklus I tersebut, disebkan karena kurang
maksimalnya guru dalam memberikan bimbingan baik secara kelompok maupun
individu dalam proses pembelajaran dan beberapa aspek/komponen dalam
mengelola pembelajaran belum dilakukan secara optimal, sehingga siswa sulit
memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan.

Adapun hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus I


dapat dipaparkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4 Kriterial
Siswa termotivasi untuk menggunakan
1 kemampuan berfikir yang dimiliki √ Baik

Siswa Termotoivasi untuk


2 menggunakan kemampuan kritis dan √ Kurang Baik
kreatif yang dimiliki
Siswa belajar dalam keadaan senang
3 √ Baik
dan bahagia
Terjadi interaksi antara siswa dan
4 √ Baik
Siswa
Terjadi interaksi antara siswa dan
5 √ Kurang Baik
Guru
Siswa berani bertanya dan engemukakan
6 √ Kurang Baik
pendapat
7 Kerjasama antar siswa √ Baik
8 Siswa melaksanakan refleksi √ Baik

24
JUMLAH 15
PERSENTASE 46,87%

Keterangan :

Skor 1 : Tidak Baik Skor 2 : Kurang Baik


Skor 3 : Baik Skor 4 : Sangat Baik

Jumlah Skor
Presentase = x 100 %
Skor Maksimal

15 15
= x 100 % = x 100 % = 46,87 %
8 x4 32

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, aktivas siswa didalam proses pembelajaran masih
kurang memuaskan karena siswa hanya mendapat skor 15 dari skor maksimal 32
(46,87%). Hal tersebut masih jauh dari kriteria yang ditetapkan yaitu 80% dari
skor maksimal.

Adapun hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran siklus I


dapat di paparkan seperti tabel berikut :

Tabel 4.3
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran siklus I

Skor Penilaian Kriterial


No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran √ Baik
2 Melakukan apersepsi √ Kurang Baik
3 Penyampaian tujuan Pembelajaran √ Baik
4 Memotivasi siswa dalam pembelajaran √ Kurang Baik
5 Penguasaan materi √ Baik
Penggunaan metode dan teknik
6 √ Baik
Pembelajaran
7 Penguasaan kelas pembelajaran √ Baik
Memberi kesempatan bertanya dan
8 √ Kurang Baik
tanggapan pada siswa

25
9 Kemampuan bertanya dan menanggapi √ Kurang Baik
Membimbing siswa membuat
10 √ Kurang Baik
Rangkuman
11 Memberiikan evaluasi √ Baik
12 Inraksi guru dan siswa √ Baik
13 Pembelaljaran sesuai alokasi waktu √ Kurang Baik
14 Kegiatan belajar mengajar sesuai √ Baik
dengan skenario dan silabus
Jumlah 36
Presentase 64,28%

26
Keterangan :

Skor 1 : Tidak Baik Skor 2 : Kurang Baik


Skor 3 : Baik Skor 4 : Sangat Baik

Jumlah Skor
Presentase =
Skor Maksimal

36
= x 100 %
4 X 14

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, aktivitas guru didalam proses pembelajaran masih
kurang memuaskan karena guru hanya mendapat skor 36 dari skor maksimal 56
(64,28 %). Hal tersebut masih jauh dari kriteria yang ditetapkan yaitu 80 % dari skor
maksmal.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I, diketahui bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru masih sangat rendah karena aktivitas
guru dalam pembelajaran hanya 64,28 %. Sedangkan aktivitas siswa hanya 46,87 %
dan daya serap siswa juga rendah yaitu dengan presentase ketuntasan hanya 31,5 %.
Semua ini disebabkan karena keaktifan siswa sangat kurang dan teknik pembelajaran
yang dipakai guru dalam mengajar kurang optimal sehingga kurang mampu membuat
siswa memahami pelajaran.

e. Revisi

Tahap revisi pada siklus I ini ditujukan bagi siswa yang belum tuntas dalam proses
pembelajaran, dan akan dilakukan remidial terhadap bagian mana yang belum tuntas
atau belum dipahami.

2. Siklus II

a. Perencanaan

27
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pembelajaran 3, LKS 2, soal tes formatif 2, dan alat-alat yang
mendukung.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 10 Mei 2023 di SDIT Al-Ghazali Kecamatan Pamekasan Kabupaten
Pamekasan. Dalam hal ini peneliti rencana pelajaran yang telah disiapkan.
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

c. Pengamatan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
berlangsung.
Adapun hasil tes formatif siswa pada siklus II seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4
Format Hasil Tes Akhir Pada Perbaikan Pembelajaran Siklus II

No Nama Hasil Tes Keterangan


1 ACHMAT FAIZ HUMAIDI 84 Tuntas
2 AGHNIA ZULFA JUNAIDI 84 Tuntas
3 AHMAD HUMAIDY AMIN 84 Tuntas
4 ANDHIKA RAFLI ROMADHON 84 Tuntas
5 ASMAUL HUSNA 84 Tuntas
6 BAZILLAH AZZAN DZAHIN 84 Tuntas
7 DEWI SURYA RINI 84 Tuntas
8 FAWWAZIL IRFANI RACHMAN 100 Tuntas
9 MOH. AINOR RIFQI MAULIDI 100 Tuntas
10 MUHAMMAD ILZAM ADDHAIFI 84 Tuntas
11 NAILIS PUTRI ANJANI 100 Tuntas
12 PUTERA ARISTA AKBAR ZAKI 100 Tuntas
13 RAFIKI SALIM 84 Tuntas

28
14 RIKY ROBBANI 84 Tuntas
15 SALSABILA VANIA PUTRI 84 Tuntas
16 SYAFIRA FARIDHATUL JANNAH 100 Tuntas
17 TEDUH AWAN MUHAMMAD J. 84 Tuntas

18 WAHIBATUS TSAMINAH 84 Tuntas


19 WINDI APRILIA 84 Tuntas
Jumlah 1.676
Rata-Rata 88,21 %

Kriteria kelulusan minimal = 70


Jumlah siswa tuntas = 19 Siswa
Rata-rata kelas = 1.676 / 19 = 88,21 %
Presentase ketuntasan = 19 / 19 x 100 = 100 %

Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh data hasil tes akhir siswa,
nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 (5 siswa), terendah adalah 84 (14
siswa), dan rata-rata kelas adalah 88,21%, Hal ini menunjukkan bahwa siswa
yang mencapai nilai tes akhir ≥ 70 (batas ketuntasan belajar) berjumlah 19 siswa
(100%) dan siswa yang mencapai nilai ≤ 70 berjumlah 0 siswa (0%). Ini berarti
bahwa hasil perbaikan pembelajaran siklus II dapat dikatakan sukses, karena hasil
tes akhir menunjukkan 100% atau siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebagai
batas ketuntasan belajar yang ditetapkan telah dicapai oleh lebih dari 80% siswa.
Dengan demikian, pada siklus II ini, penerapan metode diskusi berhasil.

Dari hasil pengamatan, terjadinya peningkatan perolehan hasil belajar, karena


guru mampu memaksimalkan penerapan media picture story, sehingga mampu
mengubah suasana proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa menjadi
lebih aktif dan dan lebih semangat dalam belajar sehingga penguasaan materi pun
menjadi semakin meningkat.

Adapun hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pra


siklus dapat dipaparkan seperti tabel berikut :

29
Tabel 4.5
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II
No Aspek Yang Dinilai Skor Penilaian Kriterial
1 2 3 4
1 Siswa termotivasi untuk menggunakan √ Baik
kemampuan berfikir yang dimiliki
2 Siswa Termotoivasi untuk menggunakan √ Baik
kemampuan kritis dan kreatif yang dimiliki
3 Siswa belajar dalam keadaan senang dan √ Sangat Baik
Bahagia
4 Terjadi interaksi antara siswa dan siswa √ Sangat Baik
5 Terjadi interaksi antara siswa dan guru √ Baik
6 Siswa berani bertanya dan mengemukakan √ Baik
Pendapat
7 Kerjasama antar siswa √ Sangat Baik
8 Siswa melaksanakan refleksi √ Baik
JUMLAH 27
PERSENTASE 84,37%

Keterangan :

Skor 1 : Tidak Baik Skor 2 : Kurang Baik


Skor 3 : Baik Skor 4 : Sangat Baik

Presentase =(Jumlah Skor )/(Skor Maksimal) × 100 %

= 27 /4 x 8 x 100 % = 27 /32 x 100 % = 84,37 %

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, aktivas siswa didalam proses pembelajaran


sudah mencapai 84,37% (skor 27 dari skor maksimal 32). Hal tersebut sudah
melebihi target yang diharapkan yaitu 80% dari skor maksimal.

Adapun hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran siklus


II dapat di tampilkan seperti tabel berikut :

30
Tabel 4.6
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran siklus II

Skor Penilaian Kriterial


No Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran √ Baik
2 Melakukan apersepsi √ Baik
3 Penyampaian tujuan Pembelajaran √ Baik
4 Memotivasi siswa dalam pembelajaran √ Sangat Baik
5 Penguasaan materi √ Baik
Penggunaan metode dan teknik
6 √ Sangat Baik
Pembelajaran
7 Penguasaan kelas pembelajaran √ Sangat Baik
Memberi kesempatan bertanya dan
8 √ Baik
tanggapan pada siswa
9 Kemampuan bertanya dan menanggapi √ Sangat Baik
Membimbing siswa membuat
10 √ Baik
Rangkuman
11 Memberiikan evaluasi √ Baik
12 Inraksi guru dan siswa √ Sangat Baik
13 Pembelaljaran sesuai alokasi waktu √ Baik
Kegiatan belajar mengajar sesuai
14 √ Baik
dengan skenario dan silabus
Jumlah 47
Presentase 83,92%

Keterangan :

Skor 1 : Tidak Baik Skor 2 : Kurang Baik


Skor 3 : Baik Skor 4 : Sangat Baik

Presentase = (Jumlah Skor )/(Skor Maksimal) × 100 %

= 47 /4 x 14 x 100 % = 47 /56 x 100 % = 83,92 %

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, aktivitas guru didalam proses pembelajaran


sudah memuaskan, karena mencapai skor 47 dari skor maksimal 56 (83,92%) dan
sudah melebihi skor yang diharapkan yaitu 80% dari skor maksimal.

31
d. Refleksi
Dari hasil pengamatan pada siklus II, diketahui bahwa terjadi
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Dalam hal ini
ketuntasan siswa sudah mencapai presentase 100% dan aktivitas siswa sudah
mencapai 84,37%, dan aktivitas guru dalam pembelajaran juga meningkat
mencapai mencapai 83,92%. Hal ini disebabkan karena keaktifan siswa
semakin baik dan teknik pembelajaran yang dipakai oleh guru sudah mampu
membuat siswa aktif dalam belajar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan


Pada umumnya kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di SDIT Al-
Ghazali Kecamatan Pamekasan sebelum diadakan kegiatan perbaikan
pembelajaran bersifat klasikal. Adapun hasil observasi tersebut adalah guru
kurang melibatkan siswanya ketika pembelajaran berlangsung, tidak memakai
peraga, dan hanya menggunakan metode ceramah. Setelah menggunakan media
Picture Story, pembelajaran Bahasa Indonesia yang dikelola oleh guru dapat
berjalan sesuai dengan apa yang tertulis dalam bab II kajian pustaka. Setelah
Picture Story pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDIT Al-Ghazali
Kecamatan Pamekasan menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi aktif.

Namun pada kemampuan berbicara siswa belum mendapat nilai yang


maksimal. Oleh karena itu, peneliti merefleksi kelemahan atau kekurangan yang
dialami untuk diadakan dan dilakukan alternatif pemecahan masalah pada siklus
berikutnya. Pada Siklus II, guru menggunakan pendekatan yang sama dengan
Siklus I.
Hanya saja, pada saat siswa bekerjasama dengan kelompoknya, guru harus
sambil berkeliling membimbing masing-masing kelompok siswa agar tidak terjadi
kesalahpahaman pembelajaran.
Dalam penilaian keterampilan berbicara ada 5 indikator yang dinilai yaitu,
intonasi, ketepatan, pelafalan, kecepatan, dan ekspresi. Indikator- indikator ini
untuk menilai siswa dalam keterampilan berbicara dalam menjelaskan cara tubuh

32
mengolah udara bersih.
Di kegiatan Siklus I, penilaian keterampilan berbicara pada aspek
ketepatan nilai rata-rata siswa adalah 60,62%,. Ini menunjukkan bahwa nilai siswa
di bawah rata-rata. Pada Siklus I ini, siswa kurang tepat dalam penyelesaian soal.
Di Siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 79,75%. Aspek ketepatan
siswa menjadi baik. Pada kegiatan Siklus II ini, siswa mendalami materi dan cara
penyelesaian masalah dengan baik.

Di kegiatan, Siklus I nilai rata-rata siswa pada aspek pelafalan adalah


55. Nilai tersebut di bawah nilai rata-rata kelas. Siswa kurang jelas dan banyak
kesalahan dalam pengucapan kata-kata ketika menjelaskan materi di depan kelas.
Di kegiatan Siklus II, nilai siswa meningkat menjadi 90. Siswa sudah mulai
belajar berhati-hati dalam pengucapan kata-kata, ini dikarenakan pada waktu
menjelaskan di depan kelas, siswa sudah siap dengan materi yang telah didapat
dari kelompoknya.

Dari hasil penilaian aspek keseluruhan ada peningkatan dari Siklus I, yang
pada awalnya siswa mendapatkan nilai rata-rata 60,62%. Kemudian pada Siklus
II, nilai siswa meningkat menjadi 79,75%. Ini berarti pada kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan Media Picture Story untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa sudah dapat dikatakan sukses/berhasil.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang terdapat pada pembahasan dapat disimpulkan


sebagai berikut :

1. Media Picture Story dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses


pembelajaran sehingga hasil belajar yang diharapkan bisa tercapai.

2. Media Picture Story dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa


kelas V SDIT Al-Ghazali Kecamatan Pamekasan. Ini ditandai dengan
meningkatnya nilai rata-rata aspek-aspek keterampilan berbicara siswa
dari Siklus I, dan Siklus II. Nilai rata-rata naik dari pada awalnya 60,62%
pada Siklus I, dan menjadi 79,75% pada Siklus II.

B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam penyampaian suatu materi pelajaran, hendaknya guru


menggunakan pendekatan atau metode yang cocok dan sesuai dengan
situasi dan kondisis siswa di kelas, agar siswa dapat belajar lebih aktif
dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Untuk mengajarkan suatu materi pelajaran, hendaknya guru selalu


mencari dan menemukan ide kreatif yang baru dalam mengembangkan
suatu pendekatan atau metode pembelajaran agar kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan, juga hendaknya
guru dapat merefleksi kekurangan-kekurangan yang terjadi untuk
diadakan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

34

Anda mungkin juga menyukai