Anda di halaman 1dari 8

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK UNTUK MELAFALKAN KATA


DALAM BAHASA INGGRIS DENGAN BAIK MENGGUNAKAN METODE ROLE
PLAY (BERMAIN PERAN) PADA SMP NEGERI SATU ATAP TANIMBAR KEI
KECAMATAN KEI KECIL BARAT – KABUPATEN MALUKU TENGGARA

OLEH :
SELFIE DOMANCE DE HAAS, S.Pd
NIM PPG : 202249061

PPG DALAM JABATAN TAHUN 2022 KATEGORI I


LPTK UNIVERSITAS PATTIMURA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, dan kebiasaan sekelompok


orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan juga adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar mengajar
agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya
pendidikan maka seseorang dapat memilki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian,
kekuatan spiritual, dan ketrampilan yang bermanfaat badi diri sendiri dan
masyarakat. Dari pandangan diatas dapatlah kita ketahui bahwa pendidikan itu
pada hakikatnya, mengembangkan potensi-potensi manusia ke arah yang lebih
baik, dari segi pengetahuan, keahlian dan juga nilai-nilai budaya.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehata jasmani dan rohani, kepribadian yang
mnatap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur
pendidikan terdiri dari pendidikan formal, informal dan non formal. Pendidikan
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar, menengah sampai pada pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Untuk penyelenggaran
pendidikan yang dilakukan baik pendidikan formal, informal dan non formal maka
sangat diperlukan komponen pendukung pendidikan itu sendiri. Ada minimal
enam komponen pendidikan yaitu: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik,
metode pendidikan, isi pendidikan/materi pendidikan, lingkungan pendidikan, alat
dan fasilitas pendidikan.
Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara, kualitas dan tingkat
pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah khususnya pada sektor Pendidikan
saat ini mulai mengalami perbaikan, yang pada awalnya pelayanan yang diberikan
tidak maksimal dikarenakan banyaknya persoalan mendasar meliputi kualitas
guru dan tenaga kependidikan juga tidak meratanya distribusi guru dan tenaga
kependidikan di seluruh jenjang pendidikan yang ada pada Pemerintahan Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara. Oleh karena itu, upaya perbaikan sudah dimulai
pada tahun 2016 setelah Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Maluku Tenggara mengevaluasi berbagai program dan
permasalahan yang ada, kemudian terfokus pada 4 program prioritas yaitu
layanan akses pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan partisipasi
masyarakat, dan peningkatan tata kelola pendidikan.
Karena belum optimalnya layanan akses ke lokasi SMP Satu Atap Tanimbar Kei
maka hal itu berpengaruh terhadap mutu pendidikan, dimana layanan
transportasi masih mengharapkan milik masyarakat, begitu juga sulitnya layanan
akses internet yang dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan pada SMP
Satu Atap Tanimbar Kei. Untuk itu, kreatifitas dan inovasi sangat berperan
penting untuk meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah tersebut, dan guru
dituntut untuk mampu menciptakan atau melakukan sesuatu yang baru sebagai
upaya perbaikan mutu pendidikan. Dalam hal ini, peningkatan kemampuan
Berbahasa Inggris sangat penting dalam kehidupan masyarakat, dimana daerah
ini, Desa Tanimbar Kei, juga merupakan salah satu destinasi wisata yang sering
dikunjungi oleh wisatawan asing.
Untuk itu, peningkatan kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu misi
pada SMP Satu Atap Tanimbar Kei, dengan melihat berbagai permasalahan seperti
belum optimalnya kemampuan berbahasa Inggris, rendahnya kemampuan peserta
didik dalam memahami bacaan Bahasa Inggris, kurangnya sumber belajar, dan
yang menjadi masalah utama adalah kurangnya kemampuan peserta memahami
dan melafalkan kosakata dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu, penulis
menggunakan Metode ROLE PLAY (Bermain Peran) dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melafalkan kata dalam Bahasa
Inggris dengan benar.
Mata pelajaran bahasa Inggris memiliki karakteristik yang berbeda dari mata
pelajaran lainnya. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Selain perlu menguasai kosakata dan tata bahasa, kecakapan untuk
menerapkannya dalam kegiatan komunikasi, baik lisan maupun tulisan juga
diperlukan. (Depdiknas, 2006).
Rao, S.P. (2018) menyatakan bahwa saat memilih topik, guru harus
mempertimbangkan kebutuhan dan ketertarikan peserta didik agar mereka dapat
berkarya lebih banyak pada topik yang diberikan sesuai dengan interes dan
antusiasme. Oleh karena itu, guru harus merancang metode yang berfokus pada
pelibatan peserta didik pada kegiatan yang berkaitan dengan kecakapan berbicara.
Ketika peserta didik belajar berpasangan atau kelompok, mereka bisa bekerja
secara mandiri dan mencoba untuk berbicara lebih aktif dan menghasilkan
banyak kalimat. Hal ini tentu akan membantu peserta didik untuk meningkatkan
tingkat kepercayaan diri mereka dan menginspirasi mereka untuk melatih
kecakapan berbicara kapan pun dan di mana pun mereka mendapatkan momen
untuk berbicara.
Penelitian oleh (Huda., 2015; Gumelar & Sugara., 2019; Naiborhu., 2019)
mengungkapkan bahwa penerapan metode bermain peran (Role Play) dapat
meningkatkan kecakapan berbicara bahasa Inggris peserta didik. Hal ini
menerangkan bahwa peserta didik memiliki kecakapan berbicara yang lebih baik.
Peserta didik berpeluang untuk membangun rasa percaya diri utuk mencoba
berbicara bahasa Inggris.
Hasil penelitian Iriance (2018) menemukan bahwa bermain peran adalah teknik
pembelajaran yang efektif dalam mengajar berbicara. Peserta didik dapat berbicara
dengan percaya diri, memakai tata bahasa yang lebih baik dan pengucapan serta
peningkatan kosakata. Studi ini menunjukkan keaktifan dan ketertarikan peserta
didik lebih baik, sehingga pembelajaran lebih optimal. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Meriana (2021) menemukan bahwa prestasi akademik dan motivasi
belajar peserta didik dapat ditingkatkan melalui penerapan metode bermain peran.
Hasil observasi awal dengan beberapa peserta didik pada SMP Negeri Satu Atap
Tanimbar Kei mengungkapkan bahwa kecakapan berbicara bahasa Inggris
mereka masih kurang. Kondisi ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman,
kosakata dan kesempatan praktik berbicara bahasa Inggris. Pengaruh lain yakni
peserta peserta didik kurang percaya diri dan guru kurang melatih kemampuan
berbicara peserta didik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti mengkaji dan
mempertimbangkan untuk mengangkat sekaligus memilih judul
“MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK UNTUK MELAFALKAN KATA
DALAM BAHASA INGGRIS DENGAN BAIK MENGGUNAKAN METODE ROLE
PLAY (BERMAIN PERAN) PADA SMP NEGERI SATU ATAP TANIMBAR KEI”
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai


berikut:
1. Metode atau strategi mengajar tidak sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
2. Guru tidak mengidentifikasi kebutuhan gaya dan minat siswa.

3. Guru belum bisa menggunakan media pembelajaran yang dapat mendukung


peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka.
4. Peserta didik tidak terbiasa dengan pelafalan kata dalam bahasa Inggris.
5. Peserta didik masih menggunakan bahasa lokal pada lingkungan sekolah.
6. Peserta didik tidak memiliki pengetahuan dasar terkait cara mengucapkan
kata dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah


sebagai berikut :
Bagaimanakah Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Untuk Melafalkan
Kata Dalam Bahasa Inggris Dengan Baik Menggunakan Metode Role Play
(Bermain Peran) Pada Smp Negeri Satu Atap Tanimbar Kei.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: ingin


mengetahui upaya peserta didik untuk meningkatkan kemampuan melafalkan
kosa kata dalam Bahasa Inggris dengan menggunakan metode Role Play, pada
peserta didik kelas VII SMP Negeri Satu Atap tanimbar Kei.

E. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian harus selalu memberikan manfaat-manfaat yang


didapat dari penelitian ini ada dua macam yaitu : manfaat praktis dan manfaat
teoritis.
a) Manfaat Praktis
Manfaat penelitian sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat
praktis.
Bagi guru yang mengetahui cara berpikir peserta didiknya bisa
memberikan alternatif solusi sehingga mempermudah peserta didik dalam
memahami suatu materi
Penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi siswa untuk meningkatkkan kemampuan melafalkan kosa kata dalam
Bahasa Inggris dengan benar menggunakan metode Role Play (Bermain
Peran).
2. Bagi guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang
salah satu metode pembelajaran Bahasa Inggris pada peserta didik dalam
mencapai tujuan instruksional.

b) Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini ada 2 macam manfaat teoritis yang dapat diperoleh
yaitu :
1. Memperkaya hasil penelitian tentang Pembelajaran Bahasa Inggris
2. Dapat digunakan sebagai acuan atau rujukan untuk penelitian
selanjutnya.

F. Batasan Masalah

1. Materi pembahasan yang digunakan dalam penelitian adalah hasil belajar


mata Pelajaran Bahasa Inggris pada peserta didik kelas VII SMP Negeri Satu
Atap Tanimbar Kei.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Role Play
(Bermain Peran).
3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap
Tanimbar Kei.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat.
Belajar merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Seeorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilaku. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah bahwa bentuk
input dan output dari stimulus dalam bentuk tanggapan.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respons.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan prilakunya. Menurut Slameto (2015:2) “Belajar ialah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam
intraksi dengan lingkungannya”.
Menurut Ihsana (2017:4) “Belajar adalah suatu aktivitas di mana terdapat
sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,
tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal”.

2) Pengertian Hasil Belajar


Adapun hasil belajar menurut Hamalik adalah perubahan tingkah laku
subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Sedangkan menurut
Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana
hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi
yang akan dipelajarinya.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008:895) prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Kemampuan intelektual peserta didik sangat menentukan keberhasilannya
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil dan tidaknya peserta
didik dalam belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuannya untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh peserta didik setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Para ahli biasanya merumuskan bahwa hasil belajar secara relatif bersifat
konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”, karena ada kemungkinan
suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang
baru; ada kemungkinan pula suatu hasil terlupakan. Sedangkan yang di
maksud konstan dan berbekas adalah perubahan akibat belajar itu akan
bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi.

3) Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang


siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Ahmadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (fisiologi) baik
yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Ataupun dapat dikatakan
faktor jasmaniah adalah faktor yang meliputi kesehatan dan cacat
tubuh.
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong
ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yakni inteligensi
(kecerdasan), perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
Serta faktor non- intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian
diri.
b. Faktor Eksternal

4)
B.

Anda mungkin juga menyukai