Jesiva Br Togatorop
E-mail: jesivatigatorop01@gmail.com
*Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau
Pendahuluan
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dan
menunjang ilmu-ilmu lainnya. Akan tetapi, selama ini keterampilan berbicara
belum mendapat porsi perhatian yang lebih dari guru, sebagaimana keterampian
berbahasa yang lain (menyimak, membaca, dan menulis). Berdasarkan hasil
penelitian Galda (Supriyadi, 2005: 180) hanya sedikit perhatian yang diberikan
guru pada pengembangan bahasa lisan/berbicara di sekolah dasar. Siswa
cenderung lancar berkomunikasi dan mengungkapkan buah pikiran dalam situasi
tidak resmi, yaitu di luar sekolah. Namun, ketika diminta bercerita atau berbicara
di depan kelas, mereka mengalami penurunan kelancaran berkomunikasi. Sebagai
salah satu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, berbicara memang
relatif sulit untuk diterapkan. Hal tersebut salah satunya disebabkan strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih banyak kelemahan, ataupun guru
juga kurang mampu dalam mengaplikasikan kemampuan berbicara mereka.
Keterampilan berbahasa lisan penting untuk dikuasai oleh siswa karena berbicara
termasuk kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Pentingnya keterampilan
berbicara dalam komunikasi diungkapkan oleh Ellis,dkk (dalam Supriyadi, 2005:
178) yang mengatakan bahwa orang yang memiliki keterampilan berbicara yang
baik dapat memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Senada dengan
pendapat Ellis, dkk., Galda (dalam Supriyadi, 2005: 178) juga mengemukakan
bahwa keterampilan berbicara sebenarnya merupakan inti dari proses
pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa
dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan
jiwanya.
1
Guru
Sebuah ungkapan bijak, 'Kalau ingin melihat kualitas suatu bangsa, lihatlah
kualitas gurunya'. Keberadaan guru menjadi penentu kualitas—mutu pendidikan
suatu bangsa. Minister of Education, Culture and Science (2013) guru menjadi
penentu kualitas pendidikan.Guru mampu memberikan peran dan warna suatu
bangsa dalam kontek pelaksanaan pendidikan sehingga patut menjadi perhatian
(Mustafa, Hermandra, & Zulhafizh, 2018). Maka tidaklah keliru, jika dikatakan
guru sebagai pengajar berperan mentransformasi pengetahuan dan wawasannya
kepada peserta didik, guru sebagai pendidik berusaha menanamkan nilai-nilai
luhur kepada peserta didik, dan guru sebagai pemimpin tidak hanya melakukan
pengajaran dan pendidikan tapi berusaha menciptakan iklim pendidikan dan
pembelajaran yang kondusif dengan penuh tanggung jawabnya. Dalam hal ini
Guru memiliki tanggung jawab dalam Keterampilan berbicara para siswanya,
karena keterampilan berbicara menunjang pula keterampilan menulis sebab pada
hakikatnya antara berbicara dan menulis terdapat kesamaan dan perbedaan. Dua-
duanya bersifat produktif. Keduanya berfungsi sebagai penyampai, penyebar
informasi. Bedanya terletak dalam media. Bila berbicara menggunakan media
bahasa lisan maka menulis menggunakan bahasa tulisan. Namun keterampilan
menggunakan bahasa lisan akan menunjang keterampilan bahasa tulis. Begitu
juga kemampuan menggunakan bahasa dalam berbicara jelas pula bermanfaat
dalam memahami bacaan. Apalagi dalam cara mengorganisasikan isi pembicaraan
hampir sama dengan cara mengorganisasikan isi bacaan. Keterampilan berbicara
bersifat mekanistis. Semakin sering dilatihkan semakin lancar orang berbicara.
Pembinaan dan pengembangan keterampilan berbicara harus melalui pengajaran
berbahasa. Hal ini dapat berlangsung di dalam dan di luar sekolah.
2
dan tekun memotivasi dan melatih siswa berbicara. Karena itu guru bahasa
Indonesia harus mengenal, mengetahui, menghayati, dan dapat menerapkan
berbagai teknik, teknik atau cara mengajarkan keterampilan berbicara, sehingga
pengajaran berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat
belajar berbicara bagi siswa. Teknik pengajaran berbicara yang dapat diterapkan
untuk pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
3
pandangannya. Selanjutnya dari proses itu akan terbentuk kebiasaan memahami,
dan menanggapi secara kritis pembicaraan orang lain sehingga anak itu
menimbulkan kemampuan dalam berbahasa lisan.
Strategi lain yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan adalah
dengan menggunakan permainan bahasa lisan. Bermain merupakan sarana yang
cukup efektif untuk belajar. Dalam suasana bermain, perhatian anak terhadap
pelajaran akan lebih menarik, lebih menyenangkan, lebih bermakna dan berkesan.
Ciri khusus dan permainan Bahasa Lisan adalah mengembangkan kemampuan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang ditempuh dengan langkah
yang menyenangkan dan mengembirakan.
Ellis (lewat Numan, 1991: 46) mengemukakan adanya tiga cara untuk
mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara:
• Menirukan pembicaraan orang lain.
• Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
• Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar
dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
4
d. memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
e. mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah di
tetapkan.
f. mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakan peralatan yang rumit.
5
Penutup
pembelajaran berbasis masalah dapat meningatkan kualitas pembelajaran
berbicara. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dalam
pembelajaran diskusi. Penerapan pembelajaran berbasis masalah yang dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah melalui prosedur sebagai
berikut:
(1) siswa menyadari masalah (orientasi siswa kepada masalah), guru
membimbing siswa untuk menyadari adanya gap atau kesenjangan yaitu
permasalahan yang sedang aktual (bencana)
(2) siswa merumuskan masalah, memfokuskan pada salah satu
bencana (mengorganisir siswa), fokus pada siklus pertama tentang banjir
dan fokus pada siklus kedua adalah tanah longsor,
(3) merumuskan hipotesis(guru membimbing
penyelidikan individual dan kelompok), setelah siswa diarahkan untuk
menyadari masalah atau gap, merumuskan masalah yang mau diambil
kemudian merumuskan hipotesis yaitu dugaan sementara penyelesaian dari
masalah,
(4) mencari data, setelah siswa melakukan dugaan sementara mereka diminta
untuk mencari data guna menguatkan dugaan mereka dalam hal ini siswa bisa
mencari info lewat televisi, wawancara, koran, ataupun pengamatan secara
langsung,
(5) setelah data diperoleh kemudian menguji hipotesis mana yang diambil dan
mana yang ditolak,
(6) setelah itu siswa diminta untuk memilih penyelesaian yang sesuai, dan
merupakan penyelesaian dari pembelajaran berbasis masalah (menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah).
6
Referensi
7
*Data Penulis
Jesiva Br Togatorop, lahir di Kota Batak, 08 Maret 2002. Pada tahun akademik
2020-2021, Ia melanjutkan studi pada strata satu Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Universitas Riau melalui jalur SBMPTN (Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negara).
Kontak:
Hp/WA : 082225539495
Email : jesivatogatorop01@gmail.com