Anda di halaman 1dari 15

NAMA : ANSAR TAHANU RAHIM

NIM 19 31 037
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
MENGGUNAKAN METODE SHOW AND TELL PADA PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DI KELAS 3 MI DDI CAMBALAGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan berbicara merupakan kemampuan yang sangat penting bagi
seseorang dalam berkomunikasi. Manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain
sebagai wujud interaksi. Melalui berkomunikasi manusia saling mempertukarkan
pengalaman, saling mengemukakan pendapat dan fikiran, saling mengutarakan
perasaan atau saling mengekspresikan setiap yang dirasakan di dalam hatinya.
Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan
berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Kepandaian berbicara tidak
akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih, apabila selalu dilatih, keterampilan
berbicara tentu akan semakin baik. Pelatihan berbicara sudah seharusnya dimulai
dari sejak dini, agar semakin dewasa seseorang, maka semakin baik kemampuan
komunikasinya (Nejawati, 2017: 1).
Keterampilan berbicara dilatihkan melalui proses pendidikan di antaranya
di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar (dalam Kemendikbud, 2019:
3) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pada sekolah dasar siswa diberi pengetahuan awal yang
lebih mendasar dan nantinya akan dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Kaltsum (2018: 5-7) bahwa Show and Tell
Method dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada murid kelas III
MI DDI CAMBALAGI Hal ini terbukti dengan berkurangnya tingkat kesulitan
yang dirasakan oleh siswa ketika siswa menceritakan kembali apa
yang dilihat dan dibaca serta menyampaikan pendapat menggunakan
bahasanya sendiri, bahkan dapat dibuktikan juga dengan semakin

1
meningkatnya keterampilan berbicara dan penguasaan berbahasa yang
dimilikinya.Berdasarkan uraian dalam permasalahan uraian di atas, peneliti sangat

tertarik untuk menerapkan Show and Tell Method dalam rangka meningkatkan
keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III MI
DDI CAMBALAGI Dengan metode ini diharapkan siswa lebih terlatih dalam
keterampilan berbicara seperti tata bahasa, kosakata, tekanan, kelancaran,
pemaketepatan isi cerita, ketepatan kata, dan ketepatan kalimat.
Berdasarkan pengalaman mengajar meneliti selaku guru di MI DDI
Cambalagi ,khususnya di kelas 3.dengan menerapkan metode show and tell skor
hasil peningkatan berbicara dengan menggunakan metode ini yang berjumlah 38
orang pada semester 1.pada pelaksanaan tindakan di siklus I terjadi peningkatan
kemampuan berbicara siswa.kemampuan berbicara siswa meningkat sebesar
13,3% dari pertemuan pertama 23,6% menjadi 36,9% pada pertemuan kedua.pada
tahap selanjutnya yaitu pelaksanan siklus II,terjadi peningkatan yaitu dari 38
siswa tanpak ada sebagian siswa yang mencapai tingkat kemampuan berbicara
sangat mampu yakni 20 orang atau 52,6%,kemudian 18 siswa atau 47,3% yang
mencapai kriteria mampu.maka dapat terlihat jelas peningkatan yang di alami oleh
siswa dan peneliti menyimpulkan penelitian ini dicukupkan hanya pada siklus II
pertemuan 2
Untuk mendukung gagasan di atas metode show and tell di lakukan guna
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.dimana metode show and tell adalah
kegiatan menunjuk sesuatu kepada audiens dan menjelaskan atau
mendeskripsikan sesuatu.dengan pemikiran tersebut guna meningkatkan
keterampilan berbicara siswa terutama pada pelajaran bahasa dan sastra indonesia
,maka penulis mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul:” Peran Guru
Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Menggunakan Metode Show
and tell pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di kelas 3 MI DDI
Cambalagi”.

2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penerapan metode show and tell dalam meningkatkan
keterampilan berbicara siswa di kelas 3 MI DDI Cambalagi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini Mengetahui pelaksanaan penerapan metode show and
tell terhadap keterampilan berbicara siswa
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Sacara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi dalam
penelitian dengan pengembangan bahasa terutama dalam hal
berbicara
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Guru
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan

kualitas kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas melalui kegiatan


bermain yang bermanfaat bagi siswa
b. Bagi Sekolah
Diharapkan peneliti ini dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah
beserta guru sebagai penyelenggara pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran terutama meningkatkan kemampuan
berbicara siswa.
c. Bagi Peneliti Lain
Dapat memberikan masukan guna melakukan kegiatan penelitian
pendidikan terutama penelitian mengenai metode show and tell dalam
mengembangkan kemampuan berbicara siswa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kepada manusia
lainnya baik dalam situasi formal maupun situasi non formal. Bahasa dalam
bahasa Inggris disebut language berasal dari bahasa Latin yang berarti
”lidah”. Lidah berfungsi sebagai alat ucap yang digunakan oleh manusia.
Adapun secara universal menurut Santosa (2008: 1.2) bahwa bahasa adalah
”suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.” Dengan ujaran,
manusia dapat mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud
maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun
yang akan datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang
manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti
yang serupa. Sebagai alat komunuikasi.
Bahasa dibagi menjadi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa
tulis. Bahasa lisan digunakan dalam komunikasi antara pendengar dan
pembicara, sedangkan bahasa tulis digunakan antara pembaca dan penulis.
Seperti yang kita ketahui bahwa ada empat keterampilan dalam berbahasa
di antaranya yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan
tersebut harus dikuasai oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Bukan hanya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia saja tetapi digunakan
dalam mempelajari ilmu lainnya
Selain itu berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang ekspresif.
Keterampilan berbicara merupakan implementasi dari hasil simakan. Peristiwa ini
berkembang pesat pada kehidupan anak-anak. Pada masa kanak-
kanak, kemampuan berbicara berkembang begitu pesat. Hal tersebut
tampak dari penambahan kosakata yang disimak anak dari lingkungan. Semakin
hari semakin bertambah pula, oleh karena itu pada masa kanak-kanak inilah
kemampuan berbicara mulai diajarkan. Dalam kegiatan formal (sekolah),

4
pada kelas awal SD bisa dimulai dengan memberikan kesempatan siswa
untuk berbicara di depan kelas untuk memperkenalkan diri, tanya jawab
dengan teman, bercerita tentang pengalaman, menceritakan gambar dan
lain-lain. Dari kegiatan itu, akan memperkaya kosakata, memperbaiki kalimat,
dan melatih keberanian siswa dalam berkomunikasi. Begitu pun menurut
Iskandarwassid dan Sunendar (2008 : 244) keterlibatan intelektual-emosional
peserta didik dapat dilatihkan dalam beberapa kegiatan berikut.
1. Bermain peran
2. Berbagai bentuk diskusi
3. Wawancara
4. Bercerita (pengalaman diri : pengalaman hidup, pengalaman membaca)
5. Pidato
6. Laporan lisan
7. Membaca nyaring
8. Merekam suara
9. Bermain drama
B. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai
sarana komunikasi. Hal tersebut terjadi karena sebagai makhluk sosial,
manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi.
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap
keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang tertatur: mula-
mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita
pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan suatukesatuan merupakan catur tunggal.

5
Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan
proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin
cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh
dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih berbahasa
berarti pula melatih keterampilan berpikir. Manusia adalah mahluk sosial, dan
tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan social.
Suatu tindakan sosial adalah tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling
mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau
saling mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Sebagai
suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan individual kita.
Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan,
keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem
inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan
hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Prof. Anderson
(1972) mengemukakan adanya 8 prinsip linguistik dasar yaitu:
1. Bahasa adalah suatu sistem
2. Bahasa adalah vokal
3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka ( arbitrary symbol )
4. Setiap bahasa bersifat unik; bersifat khas
5. Bahasa dibangun dari kebiasaan
6. Bahasa adalah alat komunikasi
7. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempatnya bera
8. Bahasa itu berubah-ubah.
2. Tujuan Berbicara
Tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap para pendengar.

6
Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat
lima golongan, berikut ini :
a. Menghibur
Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian
pendengar dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas, menggairahkan,
kisah-kisah jenaka, petualangan dan sebagainya. Untuk menimbulkan suasana
gembira pada pendengarnya.
b. Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan
dilaksanakan bila seorang guru, (1) menjelaskan suatu proses, (2)
menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, (3) memberi,
menyebarkan atau menanamkan pengetahuan, (4) menjelaskan kaitan.
c. Menstimulasi
Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari
tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu,
mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya.
d. Menggerakkan
Berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang
berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Berbicara
Mukti U.S (1993: 17-20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara
yang baik, harus menguasai masalah yang sedang dibicarakandan harus berbicara
dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh
pembicara untuk keefektifan berbicara adalah faktor kebahasaan dan non
kebahasaan.Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara meliputi:
Faktor keabsahan :
a. Ketepatan ucapan
b. Penempatan tekanan
c. Nada sandi
d. Durasi yang sesuai
e. Pilihan kata dan

7
f. ketepatan sasaran kebahasaan
Faktor non kebahasaan meliputi:
a. Sikap yang wajar
b. Tenang dan tidak kaku
c. Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara
d. Kesediaan menghargai pendapat orang lain
e. Gerak-gerik dan mimik yang tepat.
f. Kenyaringan suara
g. Kelancaran
h. Relevansi atau penalaran dan
i. Pengasaan topic
Faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas baik yang bersifat
kebahasaan maupun yang non kebahasaan keduanya tidak boleh diabaikan apabila
seseorang ingin menjadi pembicara yang terampil.
C. Metode Show And Tell
Show and Tell adalah kegiatan menunjuk sesuatu kepada audiens dan
menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu. Show and Tell dimanfaatkan untuk
tiga ranah yaitu untuk berbicara, bermain boneka dan untuk bercerita.
Berikut penjelasan metode show and tell menurut beberapa para ahli :
1. Blazety dkk (1997)
Pembelajaran di sekolah termasuk pendidikan usia
dini masih cenderung teoritik dan tidak terkait dengan konteks lingkungan.
Metode Show and Tell memiliki keunggulan disbanding metode lain yaitu
untuk mendorong keberanian berbicara anak, membantu perkembangan
kosakata anak, membantu perkembangan pragmatik anak.
2. Teacherani Tores (2008)
Show and Tell merangsang anak untuk berminat pada lingkungannya,
lebih mengenal orang lain dan atribut di sekelilingnya.Hal ini untuk
mendorong anak rasa tanggung jawab sosial.
3. Patsallides (2008)

8
Show and Tell menguatkan aspek-aspek tersebut adalah Belajar
bagaimana berbicara dan menyimak, Belajar bagaimana menjadi pendengar,
dan bagaimana memperkenalkan diri, belajar bagaimana mebuat penyelidikan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan,membuat respon siswa dengan yang
lain,meningkatkan rasa percaya diri.
4. Taher (2009)
Penerapan Show and Tell pada usia dini di fokuskan beberapa hal
adalah menarik minat pada permasalahan sosial, mendorong anak untuk
bekerja memecahkan masalah-masalah sosial, mendorong anak belajar
menerapkan strategi berbicara dalam kaitannya dengan interaksi sosial.
5. Webbervilleschool (2010)
Show and Tell merupakan metode yang cukup baik dikalangan
pendidikan TK, metode ini di manfaatkan untuk aspek perkembangan anak,
yaitu Show and Tell mengembangkan keterampilan berbicara, Show and Tell
mampu mengembangkan keterampilan social dalam berbagai aspek yaitu Show
and Tell mengembangkan keterampilan berbicara, show and Tell mampu
mengembangkan keteramppilan sosial dalam berbagai aspek terutama
listening, attentively.
Show and Tell mendorong anak untuk melakukan solving. Show and
Tell memberi kesempatan anak untuk hands on. Jadi dalam metode Show And
Tell dijelaskan bahwa: Siswa disuruh membawa benda-benda atau mainan
yang mereka sukai ke sekolah dan bercerita tentang benda tersebut. Kegiatan
ini merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah.
Beberapa anak mungkin perlu dorongan untuk memulai kegiatan ini meskipun
mereka telah disuruh menyiapkan hal-hal yang akan diceritakan tentang
benda yang akan dibawanya.
Untuk memberi dorongan guru dapat melakukan dua hal pertama
berbicara dengan siswa yang memerlukan dorongan dan membantunya
merencanakan apa yang akan diceritakan; kedua, menyuruh siswa-siswa lain
untuk membuat lima pertanyaan yang menggunakan kata tanya : apa, siapa,
kapan, di mana, mengapa dan bagaimana terkait dengan benda yang dibawa

9
siswa. Merujuk pada metode Show And Tell siswa tidak hanya menceritakan
benda apa yang dibawanya, tetapi siswa menceritakan pengalaman yang
mengesankan dengan benda/mainan, foto atau benda kongkrit yang
dibawanya. Hal ini disesuaikan dengan kompetensi dan tujuan yang ingin
dicapai.
Metode Show And Tell di dalamnya ada kegiatan yang
merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah Benda-
benda/ mainan atau foto digunakan untuk mengatasi rasa gugup, bertele-tele
dan kurang rasa percaya diri siswa ketika menceritakan pengalaman yang
mengesankan bersama benda-benda/mainan yang diberikan orang tua atau teman
sebagai hadiah dan foto ketika berlibur atau foto peristiwa yang
mengesankan juga ketika mendeskripsikan benda-benda di sekitar melalui
benda kongkrit atau nyata. Selain itu untuk mengatasi kesulitan menggunakan
kalimat yang runtut, siswa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap
siswa yang berbicara. oleh anggota sekelompoknya diberi enam pertanyaan
yang menggunakan kata tanya : apa, siapa, kapan, dimana, mengapa,
dan bagaimana terkait dengan benda-benda/mainan dan foto yang
berhubungan dengan cerita pengalaman siswa atau siswa mendeskripsikan
benda-benda di sekitar dengan berdiskusi kelompok, merangkai kata dan
mengungkapkannya secara lisan sambil memperlihatkan benda-benda yang
akan dideskripsikannya. Sehingga dalam menceritakan pengalaman yang
mengesankan atu mendeskripsikan benda-benda di sekitar tidak terdengar lagi
kalimat yang membingungkan dan diucapkan berulang-ulang. Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode Show And Tell
(memperlihatkan dan bercerita) dan media benda-benda kongkrit dapat
membantu mengatasi kesulitan siswa dalam mendeskripsikan benda-benda di
sekitar.

10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau
classroom action research.Menurut Hopkins (Masnur Muslich, 2012: 8) PTK
merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku
tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya
dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam
praktik pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat
kolaboratif. Artinya, peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, melainkan
berkolaborasi atau bekerjasama dengan pihak sekolah yaitu guru kelas 3 MI DDI
Cambalagi,yang dimulai dari menentukan masalah, merencanakan langkah
pembelajaran, membuat RPP, merancang instrumen sebagai pedoman observasi,
dan menentukan langkah pembelajaran dengan metode bercerita. Penelitian
kolaborasi adalah guru sendiri yang melakukan tindakan sedangkan peneliti
adalah melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan. Dalam
penelitian tindakan kelas kolaboratif, pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam
PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 MI DDI Cambalagi yang
berjumlah 38 siswa, terdiri atas 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas 3 semester II (genap), tahun ajaran
2020/2021 di MI DDI Cambalagi yaitu bulan Oktober 2020 sampai dengan bulan
Februari 2021. Kelas 3 menghadap ke arah utara dan berada di antara kelas 4 dan
5. Penataan kelas disesuaikan dengan tingkatan kelas. Luas ruang kelas sekitar 7 ×
8 meter 2 . Tempat duduk siswa menghadap ke arah barat. Di sebelah selatan
tempat duduk siswa terdapat almari arsip yang menyimpan buku-buku pelajaran.
Papan tulis berjumlah 1 buah yang terdapat di depan menghadap tempat duduk
siswa, dan sebelah papan tulis yang berjarak kurang lebih 1 meter adalah meja

11
guru. Di meja guru tersebut terdapat buku-buku paket untuk mengajar. Selain itu,
sebelah meja guru, terdapat tiang bendera dengan bendera yang berkibar.
Di belakang tempat duduk siswa juga terdapat meja untuk meletakkan
buku-buku pelajaran dan alat tulis. Di dalam kelas 3 tersebut, jumlah kursi dan
meja sebanyak 19 buah. Siswa duduk secara berpasangan. Meja dan kursi cukup
layak digunakan sebagaimana sekolah pada umumnya. Secara keseluruhan, ruang
kelas 3 nyaman digunakan untuk proses belajar mengajar. Dalam proses
meningkatkan keterampilan berbicara, siswa kelas 3 sangat heterogen dilihat dari
kemampuannya, yakni ada sebagian siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
D. Model Penelitian
1. Perencanaan (planning)
Dalam perencanaan ini, dimulai dari penemuan masalah dan kemudian
merancang tindakan yang dilakukan. Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Menentukan masalah di lapangan.
Pada tahap ini, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas maupun
melalui observasi di dalam kelas. Dengan mencatat hal-hal serta permasalahan
yang ada di kelas 3 MI DDI Cambalagi berdasarkan hasil diskusi serta observasi.
b. Merencanakan langkah pembelajaran berbicara pada siklus I.
Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan dalam pelaksanaan. c. Merancang instrumen sebagai pedoman
observasi dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara menggunakan metode
bercerita.
2. Pelaksanaan (acting)
Dalam tindakan dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang telah
direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah dibuat dalam arti
perencanaan tersebut dilihat secara rasional dari segala tindakan itu. Namun
perencanaan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan bersifat tidak tetap
atau dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang 60 perlu

12
dilakukan. Pada penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan penelitian
adalah metode show and tell yaitu berbicara dengan metode bercerita.
Kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Siswa dapat memahami setiap karakter tokoh dari cerita yang dibawakan.
b. Siswa dapat menyiapkan diri untuk bercerita.
c. Siswa dapat menambahkan barang-barang yang sesuai dengan cerita yang
dibawakan.
d. Siswa dapat bercerita di depan kelas.
e. Siswa menyimak saat siswa lainnya sedang bercerita.
3. Observasi (observing)
Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan
tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan, berorientasi ke masa
yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi yang lebih kritis.
Proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja dan tidak disengaja, situasi,
tempat tindakan dilakukan dan kendala tindakan semuanya dicatat dalam kegiatan
observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian
tindakan, hal ini karena dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan dan
tindakan untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi perencanaan
sebelumnya sesuai dengan apa yang akan terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil
observasi, akan dilakukan analisis dari data yang telah terkumpul dan diberi
tindakan untuk mencapai kriteria keberhasilan, apabila data tersebut belum
mencapai kriteria keberhasilannya, maka peneliti akan melakukan langkah
perbaikan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya. Apabila hasil yang diperoleh
sudah meningkat, maka penelitian dapat dilakukan pada siklus berikutnya dan jika
memenuhi kriteria, maka penelitian dapat dikatakan berhasil.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini, digunakan
tes, observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan.

13
1. Tes
Menurut Anne Anastasi (Anas Sudijono, 2011: 66) tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2. Observasi
Pemerolehan data dalam penelitian ini salah satunya adalah dari hasil
observasi. Anas Sudijono (2011: 76-77) mengatakan bahwa: observasi adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2011: 240) dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlaku. Dokumen dapat berbentuk gambar, tulisan, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumentasi ini sebagai pelengkap dari
penggunaan teknik tes dan observasi. Dokumentasi dalam penelitian ini berwujud
foto untuk menyaring data siswa ketika mereka berbicara.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 148), instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran
metode show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Alat yang
digunakan sebagai pengumpul data adalah melalui tes, lembar observasi, dan
catatan lapangan.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dengan
statistik deskriptif untuk mencari nilai rerata. Menurut Miles dan Hiberman
(Sugiyono, 2011: 246) teknik ini terdiri atas tiga kegiatan yang berlangsung secara
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verfikasi. Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta

14
transformasi data kasar dari observasi. Hasil analisis reduksi berupa uraian singkat
yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu. Penyajian data berupa
sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur, diringkas
dalam bentuk kategori-kategori sehingga mudah dipahami makna yang
terkandung di dalamnya. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, yaitu
kumpulan makna setiap kategori disimpulkan sementara, kemudian diadakan
verifikasi untuk memperoleh kesimpulan yang kokoh dengan cara berdiskusi
bersama mitra kolaborasi.
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan
penelitian ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan dalam proses
pembelajaran. Sebagai indikator keberhasilan yang dicapai siswa di dalam
penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan berbicara. Dalam penelitian ini,
antara peneliti dan guru kelas 3 MI DDI Cambalagi mengadakan kolaborasi
untuk menentukan kriteria yang digunakan dalam keberhasilan suatu
pembelajaran. Kriteria yang yang digunakan adalah sebagai berikut.
”Untuk memberikan makna terhadap peningkatan kualitas yang normatif
yaitu jika keadaan setelah dilakukan tindakan lebih baik dari kondisi awal, maka
tindakan dinyatakan berhasil baik, tetapi jika perilaku lebih buruk dari
sebelumnya dinyatakan tidak berhasil”

15

Anda mungkin juga menyukai