Anda di halaman 1dari 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA SISWA

DALAM BAHASA INGGRIS (GREETING AND LEAVE TAKING) MELALUI


METODE ROLE-PLAY
DI KELAS VII-A SMP NEGERI 3 PACAR

NAMA : OKTAVIANY DILMAN JEHALU, S.Pd


PPG DALJAB
TAHUN 2020

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA SISWA


DALAM BAHASA INGGRIS (GREETING AND LEAVE TAKING) MELALUI
METODE ROLE-PLAY
DI KELAS VII-A SMP NEGERI 3 PACAR

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris mempunyai karaktereistik yang berbeda dengan eksakta
atau ilmu social, yang terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal
ini mengidentifikasikan bahwa belajar Bahasa Inggris bukan hanya belajar kosa
kata dan tata bahasa dalam arti pengetahuan, tetapi harus berupaya
mengaplikasikan dan menggunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai alat
komunikasi (Hansen : 1984). Dalam berkomunikasi sangat di butuhkan sebuah
keterampilan yang mendasar. Keterampilan itu erat pula berhubungan dengan
proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula
jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktek dan banyak latihan. Melatih berbahasa berarti pula melatih keterampilan
berpikir.
Keterampilan berbahasa bisa diklasifikasikan dua kelompok, yaitu
berdasarkan peran subjek dan sarana yang digunakan. Bila ditinjau dari aspek
peran subjek, keterampilan berbahasa bisa dibedakan menjadi subjek pasif, yang
terdiri atau keterampilan menyimak dan keterampilan membaca; sedangkan bila
dilihat dari aspek subjek aktif, keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi
keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.
Secara alami perkembangan keterampilan berbahasa seseorang berawal
dari keterampilan menyimak, kemudian diikuti keterampilan berbicara.Hal ini
bisa di lihat dalam perkembangan seorang anak. Setelah fase itu, seorang anak
dapat berlatih keterampilan membaca, yang kemudian diikuti keterampilan
menulis.Hanya saja taraf keterampilam berbahasa lebih lanjut tidak sebatas
perkembangan alami sebagaimana contoh di atas. Taraf keterampilan berbahasa
tentu saja sesuai dengan taraf perkembangan psikologis seseorang. Hal ini bisa
dilihat dalam perkembangan komptensi yang dimiliki oleh pembelajar, mulai
sekolah dasar hingga ke sekolah menengah, bahkan hingga perguruan tinggi.
Secara khusus pada poin ini dibahas keterampilan berbicara.Keterampilan
ini amat berkorelasi dan menunjang keterampilan bahasa lainnya. Agar
memilliki keterampilan berbicara yang baik, tentu saja amat erat kaitannya
dengan keterampilan menyimak (konsep, informasi, opini) yang kita lakukan.
Umumnya seorang pembicara yang andal mampu melakukan hal tersebut, di
samping keterampilan membaca atas hal di atas. Di sisi lain, pada hakikatnya
seorang pembicara juga memiliki keterampilan berbicara yang mumpuni.
Pembicara yang baik tentu saja dapat memberikan contoh agar dapat ditiru oleh
penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak
untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Hal dasar sebagai penanaman kebiasaan menulis bagi anak SMP kelas 7
adalah dengan menginstruksikannya untuk praktek berbicara. Karenanya,

2
berbicara merupakan materi yang terdapat pada salah satu kompetensi dasar
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang wajib diterima oleh siswa di SMP.
Pembelajaran menulis di SMP merupakan upaya guru, sehingga siswa memiliki
kompetensi dasar berbicara.
Berbicara menggunakan Bahasa Inggris adalah hal yang sangat sulit bagi
anak SMP terutama di pedesaan karena mereka baru mendapatkan pelajaran
Bahasa Inggris di SMP. Bagi sebagian orang dewasa pun, berbicara
menggunakan Bahasa Inggris bukanlah hal yang mudah. Siswa tingkat SMP
sering kali mengalami kebingungan dan kejenuhan saat mempelajari Bahasa
Inggris tentang memahami percakapan. Kebingungan yang sering muncul adalah
ketika siswa dihadapkan untuk menghafal kosa kata, sedangkan mereka sangat
bingung menentukan kata apa saja yang dipakai dalam topic pembelajaran.

3
Ketika di adakan sebuah penelitian dalam program PPL yang di lakukan di
SMP NEGERI 3 PACAR pada siswa kelas VII-A yang sedang mengikuti pelajaran
bahasa inggris yang. Dalam prosesnya siswa jarang sekali melakukan conversation
atau percakapan terhadap teman atau pengajarnya. Bahkan kesempatan berbicara
mereka sangat sedikit. Nilai ketepatan siswa dalam melafalkan kata dalam bahasa
inggris jauh dari kata tepat.
Keterampilan berbicara siswa dalam bahasa inggris sering kali terabaikan
oleh guru dalam masa pengajarannya di bangku SMP. Hal ini karena banyaknya guru
yang kurang peka dalam memperhatikan dan memperdulikan kepentingan siswa di
masa yang akan datang. Rendahnya kepekaan guru ini sangat penting untuk
diperbaiki demi keberhasilan siswa di masa yang akan datang.
Role Play sebagai salah satu keterampilan Bahasa Inggris harus dapat di
budidayakan sejak siswa di bangku SMP. Dan yang tidak kalah penting adalah
meningkatkan motivasi belajar berbicara siswa agar mereka dapat terus berlatih
secara mandiri di luar pembelajaran bahasa di dalam kelas
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di
dalamnya terdapat prilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang
telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa
dengan tujuan mendramatisasi dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, getrak-
gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti
kemampuan kerjasama, komunikatif dan menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui
bermain peran, siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia
dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama
para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan
strategi pemecahan masalah.
Anak-anak di SMP Negeri 3 Pacar terutama di kelas VII-A mengalami kendala
yang sama dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Hampir separuh peserta didik dalam
kelas belum bisa berbicara Bahasa Inggris sekalipun ungkapan-ungkapan ekspresi
yang mudah.
Berdasarkan latar belakang paparan di atas, maka penulis melakukan penelitian
yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA SISWA
DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE-PLAY DI KELAS
VII-A SMP NEGERI 3 PACAR”
2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
Meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris sekalipun ungkapan-ungkapan
yang mudah dengan metode Role Play

3. Rumusan Masalah
a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya kemampuan bicara Bahasa Inggris
siswa ?

4
b. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa
Inggris siswa:
c. Apakah penggunaan metode bermain peran atau Role Play dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa dalam Bahasa Inggris ?
d. Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam pembelajaran menggunakan media
Role play ini ?
4. Tujuan Pembelajaran
a. Meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Inggris
b. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan metode dan media
pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris
siswa
5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
a. Dapat mengembangkan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat
memotivasi siswa untuk lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran Bahasa
Inggris
b. Memberikan masukan bagi rekan-rekan dalam guru dalam meneliti guna
meningkatkan kemampuan siswa danm mutu pembe;lajaran di kelas
2. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa yaitu
kepercayaan diri dalam menggunakan Bahasa Inggris secara lisan dalam
mengungkapkan eksprresi-ekspresi atau ungkapan kepada sesama
b. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberi pengalaman belajar
yang menyenangkan sereta bermakna
3. Bagi Sekolah
a. Dapat memberikan masukan bagi sekolah mengenai penggunaan Role Play
dalam meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa
4. Bagi Pembaca
Dapat memberikan masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah
dalam berbicara Bahasa Inggris siswa melalui permainan peran atau Trole Play.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia, karena itu dalam pembelajaran
diperlukan kecerdikan guru dalam memilih strategi, model dan media pembelajaran.
Belakangan ini sedikit guru yang memperhatikan media pembelajaran berupa permainan
(games), padahal permainan dapat dijadikan model pembelajaran yang sangat menarik. Maka
dari itu penulis mengangkat kasus ini sebagai bahan penelitian apakah metode ini benar-benar
bisa membuat peserta didik bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik dan benar.
1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Clasroom Action Research (CAR) adalah
penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.
Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam berbagai kegiatan
yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah bentul penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa
tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
b. Tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk mengubah perilaku mengajar guru,
perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan
atau mengubah kerangka kerja, melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru
tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses
pembelajaran. Tujuan PTK yang lain yaitu memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran juga membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah.
c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Karakteristik utama penelitian tindakan yaitu adanya partisipasi dan kolaborasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran
berikut ini karakteristik atau ciri-ciri penelitian tindakan kelas diantaranya yaitu
 Inkuiri Reflektif
penelitian tindakan kelas berasal dari permasalahan pembelajaran riil yang
sehari-hari dihadapi guru dan siswa, jadi kegiatan penelitian berdasarkan pada
pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi,
 Kolaboratif
upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak bisa dilakukan sendiri oleh
peneliti diluar kelas, namun ia harus berkolaborasi dengan siswa. Penelitian
tindak kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
perbaikan yang diinginkan.
 Reflektif

6
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri kas khusus yakni sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal yang sering
mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas
lebih menenkankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
2. Pembelajaran menggunakan Role Play
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang didalamnya terdapat
perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang ditentukan, dimana
siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan
dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial
antar manusia.
Berikut definisi dan pengertian metode pembnelajaran bermain peran dari beberapa
sumber buku:
 Menurut Santoso (2011), bermain peran adalah mendramatisasikan dan
mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan
sosial antar manusia. Dengan metose Role playing (bermain peran) siswa berperan
atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu.
 Menurut Wahab (2009), bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang
telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Bermain peran dapat
menciptakan situasi belajar yang berdasarkan pada pengalaman dan menekankan
dimensi tempat dan waktu sebagai bagian dari materi pembelajaran.
3. Tujuan Bermain Peran
Menurut saefuddin dan beldiati (2014), metode pembelajaran bermain peran memiliki tujuan
sebagai berikut:
 Memberikan pengalaman konkret dari apa yang telah dipelajari
 Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran
 Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial
 Menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa

7
BAB III
RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan
terjadi dalam sebuah kelas. Zainal Aqib (2006:13) mengemukakan bahwa “PTK
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri, melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya, sehingga hasil belajar siswa
meningkat.
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki
layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran
dikelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Tujuan
penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan masalah-masalah pada
pembelajaran tertentu di kelas tertentu, dengan menggunakan metode ilmiah. PTK
juga merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan
kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2020. Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Pacar, yang berjumlah 16 orang, terdiri
dari 10 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.
Rancangan Penelitian ini mengacu pada rancangan penelitian yang dilakukan
oleh Kemmis dan Taggart yaitu model spiral yang mengandung empat komponen,
yaitu perencanaan (Planning), aksi / tindakan (action), observasi (observation) dan
reflkesi (reflection), kemudian perencanaan ulang. Jika hasil refleksi menunjukan
perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana
tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah
dilakukan sebelumya. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap
siklus terdiri dari satu tindakan.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap tindakan dalam siklus I
hingga siklus II meliputi: 1) Kegiatan Awal Pembelajran, yaitu Mengkondisikan
peserta didik kearah pembelajaran yang kondusif; Mengadakan apersepsi; dan
Menyampaikan tujuan pembelajaran; 2) Kegiatan inti pembelajaran, yaitu
Menunjukkan dan menjelaskan gambar dialog-dialog ungkapan greeting and Leave
Taking; Membagi siswa ke dalam delapan kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari dua orang; Memberikan penjelasan tentang setiap peran dengan gaya
yang akan membuat para siswa mempunyai gambaran tentang peran tersebut;
Membimbing siswa dalam berlatih role play; Menugaskan setiap kelompok untuk
memainkan peran tentang tema yang dibahas; Diskusi untuk membahas kekurangan
ketika pementasan; dan 3) Kegiatan Akhir Pembelajaran, yaitu Menutup kegiatan
pembelajaran.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian
berupa Lembar Wawancara; Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa, Lembar

8
Pengamatan Aktivitas Guru; dan Catatan Lapangan. Pengolahan dan analisis data
dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data secara kualitatif
2. Prosedur Penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII-A di SMP Negeri
3 Pacar, dengan jumlah siswa dalam kelas 20 siswa yang terdiri dari 13
perempuan dan 7 laki-laki.
2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat penelitian ini adalah kelas VII-A SMP Negeri 3 Pacar dan
penelitian penulis dilakukan pada bulan Oktober 2020 semester gazal
tahun pelajaran 2020/2021.
3. Metode Peneletian dan Rancangan Siklus Peneltian
Metodologi mencakup tempat dan karakteristik penelitian, subjek
penelitian, metode penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah
Peneltian Tindakan Kelas (PTK)/ classroom action research (CAR).
Prosedur penelitian mencakup langkah-langkah yaitu perencenaan
(Planning), implementasi tindakan (implementation of the action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
4. Deskripsi Per Siklus
Berdasarkan definisi diatas, maka penelitian ini termasuk kedalam
penelitian tindakan kelas karena peneliti berupaya meningkatkan
kinerjanya dalam mengajar dan meningkatkan kemampuan siswa melalui
serangkaian kegiatan dalam proses belajar mengajar, penelitian ini
dilakukan dengan 2 siklus yang membutuhkan waktu 2 bulan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini diperoleh dari:
a. Nilai tugas siswa keterampilan speaking kelas VII-A (yang
penulis ajar) tahun pelajaran 2020/2021.
b. Scoring sheet (lembar nilai berbicara) siswa dalam
mendeskripsikan sesuatu melalui permainan rolle play
c. Hasil ulangan harian berupa nilai lisan dalam bentuk wawancara.
d. Peneliti yang diobservasi oleh observer
e. Siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran

6. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh melalui lembar observasi pengamatan oleh observer,
kemudian dianalisis bersama untuk mendapatkan persentase yang
menggambarkan peningkatan pada kemampuan berbicara siswa setelah
diberi tindakan.

9
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:
a. Menghitung persentase siswa yang telah mencapai 75% ketuntasan
atau memperoleh nilai akhir sama atau lebih dari 76 setelah
diberikan tindakan. Kegiatan ini dilakukan pada setiap siklus (I
dan II).
b. Membandingkan tingkat persentase peningkatan kemampuan
berbicara bahasa inggris (speaking) mulai dari nilai speaking,
lembar penilaian teman dan tes akhir berupa tes lisan dari siklus I
dan II.
c. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah bila siswa
memperoleh nilai akhir = atau > dari 76 pada test akhir yang dilakukan
pada akhir kegaiatan disetiap siklus. Kriteria tingkat keberhasilan siswa
yang peneliti lakukan dikelompokkan dalam 5 kategori yakni :
a. Tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %
(~ - 80%) : sangat tinggi
(60 – 79%) : tinggi
(20 – 59%) : sedang
(~ -0 2050 : sangat rendah
b. Tingkat keaktifan siswa dalam PBM rata-rata / 10 menit dalam %
(~ - 80%) : sangat baik
(60 – 79%) : baik
(20 – 59%) : cukup
(~ -0 2050 : sangat kurang

10
3. Rencana Tindakan
Siklus I
Siklus I dilakukan dalam satu kali pertemuan yakni pada hari Senin, 15
September 2020 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit (08.00-09.20 WIB).
Materi yang diajarkan adalah Greeting and Leave Taking. Siklus ini terdiri
dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan dirancang perangkat dan instrumen pembelajaran
berupa rencana pembelajaran menggunakan metode role playing, tes hasil
belajar berbentuk esai yang berjumlah 5 butir soal, dan lembar observasi. Tes
hasil belajar yang digunakan yaitu tes berbentuk esai dan lembar observasi
yang digunakan adalah lembar observasi tertutup yaitu lembar observasi
terhadap guru dan siswa untuk mengamati proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

11
Pada tahap ini, juga dilakukan persiapan yaitu menyampaikan simulasi
mengenai pembelajaran menggunakan metode role playing yang akan
dilaksanakan di kelas VII Bahasa Inggris. Simulasi metode role playing ini
bertujuan untuk memberi gambaran kepada guru tentang metode role playing
yang digunakan. Hasil refleksi setelah peneliti melakukan simulasi yaitu guru
menjadi paham terhadap proses pembelajaran menggunakan metode role
playing.
1. Tindakan (Action)
Tindakan dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Inggris pada tanggal 15
Oktober 2020 dengan melaksanakan pembelajaran sesuai skenario
pembelajaran yang telah dirancang bersama pada tahap perencanaan. Guru
menyiapkan dua orang observer yang bertugas mencatat semua aktivitas guru
dan siswa saat pembelajaran berlangsung . Tindakan yang dilakukan oleh guru
menggunakan metode role playing sebagai berikut:
i) Kegiatan pendahuluan
Bertujuan untuk memotivasi dan melihat pengetahuan awal siswa
mengenai materi greeting and leave Taking, karena pengetahuan siswa
mengenai greeting and leave Taking merupakan dasar untuk siswa bisa lebih
mudah melatih siswa berbicara bahasa inggris . Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru
memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan seputar materi
greeting and leave taking yang telah dipelajari pada bab sebelumnya. Guru
bertanya kepada siswa “apakah kalian pernah dengar materi tentang greeting
and leave taking?” siswa menjawab serentak “ belum pernah bu”.
Guru melanjutkan dengan meminta salah satu siswa maju untuk
menyebutkan contoh kata yang termasuk dalam greeting and leave taking.
Siswa yang ditunjuk menyebutkan kata itu di depan kelas dengan benar..
Selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan
model pembelajaran yang akan dilakukan. Alokasi waktu yang diperlukan
untuk tahap ini yaitu 10 menit.
ii) Kegiatan inti
Guru menyampaikan informasi tentang materi greeting and leave taking.
Materi yang disampaikan guru adalah menjelaskan tentang bagaimana cara
berkomunikasi atau percakapan. Penyampaian materi ajar dilakukan guru
12
dengan menggunakan power poin. Penyampaian materi bertujuan untuk
memberikan pengetahuan awal kepada siswa agar lebih mudah melakukan
pemeranan. Alokasi yang dibutuhkan dalam penyampaian materi yaitu 25
menit.
Guru memulai pembelajaran role playing dengan pertama-tama guru
meminta siswa membagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah siswa masing-
masing kelompok adalah 6 orang siswa kelompok satu, 6 orang siswa
kelompok dua, dan orang siswa kelompok tiga. Guru meminta siswa duduk
berkumpul dengan kelompoknya masing- masing. Guru membagikan tiga
buah skenario yang telah dibuat oleh guru, kemudian masing-masing
kelompok mendapat satu skenario untuk diperankan dan menjelaskan
mengenai metode role playing yang akan dilakukan. Setelah siswa paham
dengan tugasnya masing-masing, guru memberikan kesempatan kepada tiap
kelompok mempelajari skenario yang akan diperankan sambil menentukan
urutan kelompok yang tampil dimulai dari kelompok percakapan di dalam
kelas, dilanjutkan kelompok percakapan dengan teman, dan terakhir
percakapan di perpustakaan. Guru meminta kepada siswa yang tidak tampil
untuk menjadi pengamat saat pemeranan berlangsung, dimana setelah peran
dari kelompok pemeran selesai akan dilakukan tanya jawab (Alokasi waktu
yaitu 15 menit).
Pemeranan dimulai dengan penampilan pertama dari kelompok
percakapan didalam kelas. Guru membantu kelompok yang tampil dengan
menjadi lawan bicara dalam skenario yang diperankan.begitu pula dengan
kelompok percakapan dengan teman dan kelompok percakapan di
perpustakaan. Dari kegiatan ini guru dapat melihat kelompok yang bisa
menyebutkan kata-kata bahasa inggris dengan baik dalam sebuah percakapan.
Sehingga dapat dipahami bahwa percakapan dapat dilakukan oleh semua
orang dan tergantung tempat dan lawan bicara.

iii) Kegiatan penutup


Guru menyampaikan terima kasih kepada semua kelompok atas
pemeranan yang telah dilakukan. Guru memberikan kesimpulan secara umum
yaitu percakapan itu penting dalam berkomunikasi dengan orang lain terutama
dalam percakapan bahasa inggris. Selanjutnya guru menginformasikan bahwa
13
pada pertemuan berikutnya akan dilakukan evaluasi dan diharapkan siswa
belajar dirumah mengenai semua materi yang telah dipelajari. Guru
mengucapkan terima kasih atas partisipasi siswa dalam pembelajaran dan
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam (Alokasi 10 menit).
2. Pengamatan (Observing)
Observer melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama
pembelajaran menggunakan metode role playing serta pengamatan
keterampilan guru dalam mengajar menggunakan metode role playing.
a. Hasil Pengamatan Terhadap Guru
1) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik
2) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi pengantar dan
tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan motivasi
siswa.
3) Dalam pembelajaran guru hanya memperhatikan siswa di bagian depan dan
belakang saja, sedangkan yang bagian tengah kurang diperhatikan. Karena
siswa bagian depan cukup aktif dan beberapa siswa dibagian belakang tidak
memperhatikan pembelajaran.

14
4) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran. Terlihat pada beberapa siswa bagian belakang yang
tidak memperhatikan, guru hanya melihat tanpa memberikan teguran.
5) Saat penyampaian materi pelajaran, guru terlalu cepat dalam memberikan
penjelasan.
6) Guru cukup baik dalam merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan.
b. Hasil Pengamatan Terhadap Siswa
1) Perhatian siswa saat guru menjelaskan pelajaran perlu di tingkatkan. Karena
untuk bisa memahami pelajaran siswa perlu memperhatikan dengan baik apa
yang disampaikan, baik saat guru menjelaskan materi maupun saat pemeranan
role playing.
2) Siswa cukup aktif dalam pembelajaran.
3) Beberapa orang siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.
4) Siswa menunjukkan peningkatan kerjasama dalam kelompok.
5) Masih ada siswa yang tidak serius dalam melakukan pemeranan. Hal ini terlihat
pada saat berperan masih ada siswa yang berdiri sambil bergoyang-goyang
dan saat diambil dokumentasi ada siswa yang bergaya.
3. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
Guru mengemukakan kekurangan yang dirasakan pada saat pembelajaran
berlangsung. Guru mengatakan bahwa masih belum terbiasa menggunakan
metode role playing, guru memerlukan waktu untuk mengingatkan kembali
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pembelajaran role playing pada
ikatan pembelajaran greeting and leave taking, guru juga merasa penyampaian
materi yang dilakukan terlalu cepat. Pada rencana pembelajaran waktu yang
diperlukan dalam menjelaskan materi adalah 35 menit, sedangkan waktu yang
digunakan guru saat penyampaian materi adalah 25 menit. Siswa juga masih
ada yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi dan pada saat
pemeranan siswa masih ada yang tidak serius dalam berperan, sehingga
dengan penjelasan yang begitu singkat, kurangnya perhatian, dan keseriusan
siswa saat pembelajaran guru merasa siswa masih belum terlalu paham
mengenai materi yang dijelaskan.
Di samping kekurangan yang guru rasakan pada saat pembelajaran
15
berlangsung, guru juga merasakan kelebihan menggunakan metode role
playing yaitu siswa lebih bersemangat menerima palajaran dan tampak lebih
aktif dibanding sebelum dilakukan tindakan penggunaan metode role playing.
Refleksi ini digunakan sebagai landasan penyusunan skenario pembelajaran
pada siklus 2. Hasil refleksi adalah sebagai berikut:
1) Guru akan mengontrol dan memanfaatkan waktu pelaksanaan penyampaian
materi pembelajaran dengan baik
2) Guru akan lebih memperhatikan siswa dalam memberikan penjelasan
3) Guru akan menegur siswa yang tidak menyimak pembelajaran dan
memberitahukan kepada siswa bahwa keaktifan, keikutsertaan, dan keseriusan
siswa dalam pembelajaran sangat penting agar dapat memahami materi
dengan baik.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I sudah dilakukan, maka dilakukan
pemberian tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada siklus I. Tes
dilaksanakan pada tanggal 22 September 2014 dan persentase ketuntasan nilai
tes hasil belajar untuk siklus I dengan KKM ≥ 60 dapat dilihat pada Tabel 1.

16
Tabel 1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Jumlah Siswa 33
˂ 19
Nilai
6
0
˃ 14

6
0
Rata-rata Nilai Siswa 52
Persentase Ketuntasan 42,42 %
Belajar (%)

Tabel 1 dapat dilihat rata-rata perkembangan hasil belajar siswa pada siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan yaitu >50%. Siswa yang mengalami
ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 5 dengan perentase ketuntasan
belajar 42,42% dari 16 siswa. Ketidaktuntasan siswa disebabkan kurangnya
pemahaman terhadap materi ajar karena guru menyampaikan materi yang
terlalu cepat, kurangnya perhatian, dan ketidakseriusan siswa pada proses
pembelajaran. Hasil tes belajar yang diperoleh pada siklus I, jika dibanding
dengan tahun sebelumnya terdapat sedikit peningkatan walau masih belum
mencapai indikator keberhasilan. Rata-rata persentase ketuntasan belajar
siswa pada tahun ajaran 2020/2021 sebesar 25%. Hasil tindakan pada siklus I
menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum maksimal, terlihat dari hasil
tes masih banyak siswa yang belum paham pada materi greeting and leave
taking. Peneliti dan guru memutuskan untuk melanjutkan dan memperbaiki
proses pembelajaran pada siklus II untuk lebih meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dengan sedikit mengulang kembali materi greeting and
leave taking.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Oktober 2020 dengan
17
alokasi waktu 2 x 40 menit (08.00 – 09.20 WIB). Materi yang diajarkan
adalah greeting and leave taking. Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II
sama dengan siklus I yaitu terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Siklus II akan dilaksanakan tindakan yang merupakan perbaikan dari
kekurangan yang ditemui di siklus I. Subjek penelitian dalam siklus II sama
dengan siklus I, yaitu siswa dari kelas VII SMPN 3 Pacar.
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perancanaan sebagai berikut :
a. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Lebih mengoptimalkan pembelajaran role playing dalam pembelajaran.
c. Guru akan mengatur ruang kelas dengan memberika ruang yang cukup luas
untuk pemeranan agar pemeranan berjalan dengan baik
d. Memberikan pengulangan pada materi tentang greeting and leave taking.
2. Tindakan (Action)
Tindakan dilakukan oleh guru bidang studi bahasa inggris dengan
melaksanakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang telah
dirancang bersama pada tahap perencanaan. Guru melaksanakan pembelajaran
menggunakan metode role playing.
i) Kegiatan pendahuluan
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
mengecek kehadiran siswa. Siswa masuk tepat waktu. Selanjutnya guru
memberikan apersepsi dengan mengulas kembali materi ikatan greeting and
leave taking yang telah di pelajari sebelumnya.

18
. Guru melanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan metode
pembelajaran yang akan digunakan. Siswa terlihat telah siap menerima
pelajaran dibandingkan pada siklus I. Alokasi waktu pada tahap ini yaitu 10
menit.
ii) Kegiatan inti
Hampir sama dengan siklus I guru memberikan penjelasan mengenai
greeting and leave taking. Memberikan penjelasan lebih memperhatikan
aktivitas siswa. Memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa
dalam menyampaikan pedapat. Guru juga menegur beberapa siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan dan memberikan pengertian kepada siswa
untuk mendengarkan penjelasan dengan baik karena jika siswa tidak paham
dengan materi yang diajarkan siswa akan kesulitan dalam mengerjakan soal tes
(Alokasi waktu 35 menit).
Guru melanjutkan dengan meminta siswa bergabung dengan kelompok
yang telah di buat pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan pemeranan
yang akan dilakukan yaitu untuk kelompok pertama dan kedua akan
memerankan percakapan sesuai pembagian kelompoknya..
Guru meminta siswa mengatur ruang kelas senyaman mungkin agar
pemeranan berjalan dengan baik. Kegiatan dimulai dengan pemeranan
kelompok pertama yang akan memerankan percakapan saat sedang di ruang
perpustakaann
Siswa lain memberikan tepuk tangan atas pemeranan yang telah
dilakukan (Alokasi waktu 10 menit).
iii) Kegiatan akhir
Guru berterima kasih kepada semua kelompok atas pemeranan yang telah
dilakukan. Guru bertanya kepada siswa apakah semua sudah mengerti
mengenai materi yang telah dipelajari hari ini. Siswa menjawab serentak
“sudah bu”. Guru memberikan kesimpulan secara umum bahwa penggunaan
greeting and leave taking dalam bahasa inggris sangat bergantung pada waktu
dan tempat dimana kita melakukan percakapan.. Guru menyampaikan kepada
siswa untuk mengulang kembali materi yang telah dipelajari di rumah karena
pada pertemuan berikutnya akan dilakukan evaluasi untuk melihat
pemahaman siswa. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

19
(Alokasi waktu 10 menit).

20
3. Pengamatan (Observing)
Pada siklus II Observer melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap
siswa selama pembelajaran menggunakan metode role playing serta
pengamatan keterampilan guru dalam mengajar menggunakan metode role
playing.
a. Pengamatan Terhadap Guru
1) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik
2) Guru membuka pelajaran dengan baik, memberi pengantar dan tanya jawab
mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan motivasi siswa.
3) Dalam pembelajaran guru sudah memperhatikan semua siswa
4) Guru memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran.
5) Guru telah mengontrol waktu pembelajaran dengan baik
6) Guru sudah baik dalam merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan.
b. Pengamatan Terhadap Siswa
1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran meningkat
2) Perhatian siswa saat guru menjelaskan pelajaran sudah baik.
3) Siswa aktif dalam pembelajaran.
4) Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.
5) Kerjasama dalam kelompok sudah baik.
6) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan pemeranan baik.
7) Siswa lebih serius dalam melaksanakan pemeranan
4. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan pada siklus II, dilakukan
refleksi untuk membahas hasil observasi. Hasil observasi siklus II menunjukan
bahwa terjadi peningkatan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih
bersemangat dalam pembelajaran terlihat dari siswa yang lebih memperhatikan
guru dalam penjelasan dan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Pemberian kesempatan kepada siswa sebagai moderator mempermudah guru
dalam mengontrol pembelajaran dan memperhatikan siswa. Hasil pengamatan
ini maka dapat diketahui bahwa pembelajaran pada siklus II berhasil sesuai
dengan tahapan perencanaan yang didasarkan pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II telah dilakukan, maka dilakukan
21
pemberian teshasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada siklus II. Tes
dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2020. Persentase ketuntasan nilai tes
hasil belajar untuk siklus II dengan KKM ≥ 60 dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar SiswaSiklus II

Jumlah Siswa 33
˂ 7
Nilai
6
0
˃ 26

6
0
Rata-rata Nilai Siswa 66,57
Persentase Ketuntasan 78,78 %
Belajar (%)

Tabel 2 tes hasil belajar dapat dilihat perkembangan hasil belajar yang
diperoleh siswa setelah siklus II. Siswa yang mengalami ketuntasan belajar
atau yang memperoleh nilai >60 pada siklus II sebanyak 26 siswa dari jumlah
siswa seluruhnya yang mengikuti evaluasi 33 siswa dan persentase siswa yang
tuntas adalah 78,78 %, sedangkan siswa yang tidak tuntas meperoleh

22
nilai <60 pada siklus II sebanyak 7 orang dengan persentase ketuntasan 21,21%. Ketidaktuntasan 7
orang siswa ini menurut guru memang merupakan siswa yang termasuk dalam katagori kurang dalam
pembelajaran kimia. Hasil refleksi pada siklus II diketahui bahwa proses belajar mengajar sudah
terlaksana dengan baik, terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa dan hasil belajar yang telah
mencapai indikator yang diinginkan. Telah dicapainya indikator keberhasilan siklus pembelajaran
berhenti pada siklus II.
Pembelajaran dengan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan dan ketuntasan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya disajikan pada Tabel 3
Tabel 3 Peningkatan dan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Setiap Siklus

Jumlah Siswa 33 33
˂ 60 19 7
Nilai ˃ 60 14 26
Rata-rata Nilai Siswa 52 66,57
Persentase Ketuntasan Belajar (%) 42,42 % 78,78 %

Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus telah mengalami
peningkatan dan nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan dari 52 menjadi 66,57 yaitu sebesar
14,57. Perkembangan peningkatan ketuntasan belajar siswa pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini
dapat ditampilkan pada grafik Gambar 1:
70 66.57

60
persentase ketuntasan

52
50
40
30 siklus I
20 siklus II

10
0
Siklus I Siklus II
siklus

Gambar 1 Perkembangan Ketuntasan Belajar Siswa

Terlihat dari gambar 1 bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing yang dilakukan dengan cara
memerankan materi pelajaran sangat menarik perhatian siswa dimana terlihat dari antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat dan
dengan cara memerankan materi yang dipelajari siswa lebih mudah memahami konsep dalam ikatan

23
kimia serta mudah dalam mengingat pelajaran karena merasakan secara langsung sesuai dengan
materi yang telah di perankan sehingga hasil belajar dapat meningkat dengan konsep yang mudah di
ingat dan dipahami.

24
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Doglas1994, Teaching by Principles, New Jersey
Dirjen Didkdasmen , 2002, Contextual Teaching and Learning, Jakarta
Directorate of Junior High School Development, 2007, Teachers‟ Self –Learning Materials of
English for Mathematics, Jakarta
Dirjen Dikdasmen, 2007, Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional Mata
Pelajaran Bahasa Inggris, Jakarta
Dirjen Dikdasmen, 2004 Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Bahasa Inggris, Jakarta
Euis, Lasmini,2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung
Kokom, Komalasari, 2005, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung

25
26

Anda mungkin juga menyukai